Share

Bab 62. Kamu Sudah Siap?

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2024-12-21 12:47:49
Dion menegakkan tubuhnya sedikit. Ia menatap Naura dengan penuh harap, meskipun wajahnya masih dihiasi luka yang belum kering. “Apa syaratnya?”

Ruangan itu terasa hening setelah Dion mengajukan pertanyaan. Hanya suara detak jam dinding yang terus berdetak seperti mengingatkan waktu yang berjalan tanpa henti.

Naura menghela napas panjang. Matanya menatap lurus pada suaminya, mencoba mengukur reaksi dari apa yang akan ia katakan.

“Besok aku harus menemani Pak Reval keluar kota, Mas. Mungkin sampai tiga hari,” jelas Naura dengan nada yang sedapat mungkin dibuat tenang.

Dion mengerutkan kening sejenak, tetapi kemudian mengangguk. “Ya, itu tidak masalah. Asalkan aku dapatkan uangnya, Naura.”

Jawaban Dion membuat hati Naura sedikit terguncang. Begitu sederhananya pria itu menyetujui, seolah kepergian istrinya bersama pria lain tidak membawa beban apa pun. Namun, Naura menahan lidahnya. Ia tidak ingin menambah panjang konflik malam ini.

“Mas, kamu yakin tidak apa-apa aku pergi se
Rich Mama

(⁠◔⁠‿⁠◔⁠)

| 1
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 63. Meminjam Uang Lagi

    Naura mengangguk. “Sebagian besar sudah, Mas. Nanti aku akan berangkat langsung dari kantor.” Dion menghela napas. “Semoga perjalananmu lancar.” Naura mengangguk lagi, tetapi kali ini tanpa bicara. Ia tidak tahu harus merespons bagaimana. Kata-kata Dion terdengar datar, tanpa emosi. Namun, Naura mencoba untuk tidak memikirkan itu terlalu dalam. Setelah selesai membereskan semua, Naura memasak sarapan sederhana. Meja makan menjadi tempat mereka bertemu lagi, tetapi seperti biasanya, keheningan mengisi ruang di antara mereka. Hanya suara sendok dan piring yang saling beradu. “Naura,” panggil Dion tiba-tiba, memecah suasana. Naura mengangkat wajahnya. “Iya, Mas?” “Nanti kalau di sana, jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai lupa makan, ya?” Kata-katanya terdengar tulus, tetapi Naura tahu, itu hanyalah basa-basi kecil sebelum ia meminta sesuatu lagi. “Baik, Mas,” jawab Naura singkat. Tiba di kantor, Naura sudah bersiap menunggu keberangkatan dengan Reval. Sebuah koper kecil te

    Last Updated : 2024-12-21
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 64. Satu Kamar?

    Reval tidak langsung merespons. Ia hanya menggerakkan alis sedikit, tanda bahwa ia mendengar. Keheningan melingkupi mobil, menciptakan ketegangan yang hampir membuat Naura menyesal telah mengucapkan kata-kata itu. “Apakah ini ada hubungannya dengan suamimu, Dion?” akhirnya Reval bertanya, suaranya datar, tetapi ada nada menyelidik yang membuat Naura merasa seperti sedang diinterogasi. Naura tercekat. Ia tidak menyangka pertanyaan itu akan muncul. Haruskah ia jujur? Haruskah ia mengakui bahwa Dion-lah alasan di balik permintaannya? Tapi apa yang akan Reval pikirkan tentangnya jika ia mengatakan yang sebenarnya? Kebingungan menghantamnya, seperti gelombang besar yang sulit dihentikan. Naura menunduk, menghindari tatapan Reval yang begitu tajam. “Tidak, Pak,” jawab Naura berbohong, suaranya hampir seperti bisikan. Reval mendengkus pelan, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Naura merasa dadanya sesak. Ia tahu ia harus memberikan alasan. Dan alasan itu harus masuk akal. Namun, kebohong

    Last Updated : 2024-12-21
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 65. Hangat

    Reval mendesah pelan, tatapan matanya menunjukkan ketidaksenangan. “Bagaimana ini bisa terjadi? Saya sudah memastikan pemesanan dua kamar beberapa hari yang lalu.” Resepsionis tampak cemas. “Kami sangat meminta maaf, Pak. Saat ini hotel kami penuh. Namun, kamar yang tersedia adalah suite dengan dua tempat tidur. Kami pastikan kamar itu nyaman.” Reval mengerutkan dahi, lalu menoleh ke arah Naura. “Kamu keberatan?” Naura merasa jantungnya seperti ingin melompat keluar. “Ehm, saya ... saya kira—” “Ini hanya tiga hari. Kita bisa mengatur ini,” potong Reval santai. “Baik, Pak. Kami akan mengantar Anda ke kamar,” ujar resepsionis dengan suara penuh permohonan maaf. Saat pintu kamar suite terbuka, Naura tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Kamar itu begitu luas, dengan sofa kulit di ruang tamu kecil, meja makan, dan balkon yang menghadap langsung ke pemandangan kota. Dua tempat tidur besar terletak di sisi ruangan, dipisahkan oleh meja kecil. Meski begitu, hati Naura merasa resah.

    Last Updated : 2024-12-22
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 66. Menginginkan Lebih

    Reval berdiri diam, tubuhnya tegap mengunci Naura pada posisi yang tak memungkinkan untuk melarikan diri. Matanya menatap Naura, tajam namun tenang, seolah ia tahu bahwa kendali sepenuhnya ada di tangannya. Naura merasa jantungnya berdetak begitu cepat, seakan siap meledak kapan saja. Tubuhnya terpaku di tempat, napasnya terasa sesak. Ia tahu apa yang diinginkan Reval. Dan ia tahu, dirinya sudah berjanji memberikan yang terbaik untuk Reval. Namun, perasaan ragu dan takut terus menghantui pikirannya. Dengan tangan yang bergetar, Naura mulai menggapai tepi pakaian yang menutupi tubuhnya. Setiap gerakan terasa seperti menantang dirinya sendiri, bertentangan dengan seluruh rasa yang ada di hatinya. Kain itu perlahan terlepas dari tubuhnya, jatuh ke lantai dengan suara yang hampir tak terdengar. Reval hanya diam, memperhatikan setiap gerakan Naura. Senyuman tipis muncul, nyaris seperti simbol kemenangan yang membuat Naura semakin terintimidasi. Tatapan matanya tetap terfokus,

    Last Updated : 2024-12-23
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 67. Merasa Nyaman

    Suara Naura terdengar begitu putus asa, menggema di ruangan yang hening. Reval membeku sejenak, sebelah alisnya terangkat. Tatapan pria itu menyiratkan campuran emosi. Keinginan, perhatian, dan sesuatu yang sulit dijelaskan. Tanpa kata, ia menggeser posisinya, membuat jarak antara mereka lebih dekat lagi. “Tutup matamu, Naura,” bisik Reval, nadanya lembut, hampir seperti perintah yang menenangkan. Naura menurut, meski tubuhnya masih sedikit tegang. Reval bergerak dengan kehati-hatian yang luar biasa, seperti seseorang yang mengerti bahwa wanita di hadapannya ini adalah sesuatu yang rapuh. Tangan besarnya perlahan menyentuh bahu Naura, memberikan pijatan lembut yang menenangkan. Sentuhan itu membuat Naura menghela napas panjang, melepaskan beban yang selama ini menumpuk di tubuh dan pikirannya. “Apakah sakit?” tanya Reval tiba-tiba, suaranya penuh perhatian. Naura menggeleng, meski ia tidak yakin apakah jawaban itu sepenuhnya benar. Ia hanya tahu bahwa saat ini, ia mera

    Last Updated : 2024-12-23
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 68. Berbeda

    Naura merasa seperti berada di dalam mimpi. Perlahan, ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. Awalnya ragu, tetapi kemudian terasa semakin pasti. Wanita itu membuka matanya dengan perlahan, hanya untuk mendapati kepala Reval berada begitu dekat, nyaris menyentuh wajahnya. “Pak Reval …,” bisik Naura kaget, suaranya hampir tidak terdengar. Naura langsung memalingkan wajah, mencoba menciptakan jarak di antara mereka. Seolah waktu enggan berpihak padanya, dering ponsel memecah keheningan di ruangan itu. Naura langsung melirik ke arah meja kecil di dekat tempat tidur, tempat ponselnya bergetar dengan nyaring. Ia berusaha melepaskan diri dari pelukan Reval, tetapi pria itu hanya sedikit mengendurkan cengkeramannya, memberinya ruang untuk bergerak, meski masih terasa ada aura kepemilikan di sana. “Telepon dari Mas Dion,” gumam Naura, lebih kepada dirinya sendiri. Ia menelan ludah, rasa gelisah mulai merayap di hatinya. Dengan tangan gemetar, ia meraih ponsel itu dan m

    Last Updated : 2024-12-23
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 69. Keras dan Tegak

    Reval mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah kunci dengan gantungan sederhana berbentuk angka. Ia memutar kunci itu dengan jari telunjuknya sambil menatap Naura dengan tatapan yang sulit diartikan, campuran antara keseriusan dan sesuatu yang lain. “Naura, ini kunci kamar sebelah. Kemarin ada insiden kecil, tapi sudah diperbaiki. Kamu bisa pindah ke sana sekarang.” Suaranya terdengar tenang, hampir terlalu santai. Mata Naura langsung berbinar. Seulas senyum lega tergambar di wajahnya. “Bapak serius?” tanya Naura antusias, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Reval hanya mengangguk pelan, mengangkat kunci itu sedikit lebih tinggi. Melihatnya, Naura tanpa ragu langsung mengulurkan tangan, berusaha meraih kunci itu. Namun tepat ketika ujung jarinya hampir menyentuh, Reval dengan santai menjauhkan tangannya, membuat kunci itu melambai-lambai di udara. Kening Naura berkerut. Senyum di wajahnya memudar, berganti dengan ekspresi kesal. Ia mencoba merebut

    Last Updated : 2024-12-23
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 70. Tidak Ingin Bertemu

    Naura menelan ludah, rasa gugupnya meningkat. Callista melangkah mendekat dengan anggun, sepatu hak tingginya berderap pelan di sepanjang koridor. Wajah wanita itu memancarkan kepercayaan diri, senyumnya lebar namun dingin, seperti seseorang yang sedang menikmati kemenangan kecil. “Kamu Naura, kan?” Callista berhenti tepat di depan Naura, menatapnya dari atas ke bawah dengan ekspresi menilai. “Asisten Reval?” Naura berusaha mengendalikan dirinya. “Iya, saya asisten Pak Reval.” “Oh, aku tahu,” ucap Callista santai, tangannya terangkat untuk merapikan rambut panjangnya yang tergerai sempurna. “Aku hanya tidak menyangka Reval akan membawamu ke sini. Biasanya dia lebih suka melakukan urusan bisnis sendirian.” Naura menunduk sedikit, merasa tidak nyaman dengan sorot mata tajam Callista. Ada sesuatu dalam cara wanita itu berbicara yang terasa menusuk, meski kata-katanya terdengar biasa saja. “Permisi, saya harus masuk ke kamar saya,” kata Naura akhirnya, mencoba mengakhiri percakapan

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 148. Setelah Dia Pergi

    Jari-jarinya mencengkeram kertas itu lebih erat. Perasaannya campur aduk antara keterkejutan, luka, dan amarah yang tak terbendung. Setiap kata yang ia baca terasa seperti belati yang menusuk ke dalam jantungnya. Surat itu penuh dengan pengakuan, kehangatan, dan cinta yang begitu dalam. Cinta yang Naura pikir hanya miliknya.Tetapi satu kalimat membuat seluruh tubuhnya menegang.“Aku hanya bisa berharap kita bertemu di waktu yang tepat, ketika aku bisa memilihmu tanpa ragu, tanpa batasan.”Napas Naura memburu. Siapa wanita yang dimaksud oleh Reval? Jantungnya terasa seperti ingin melompat keluar dari dadanya. Ia memandang surat itu dengan tatapan kosong sebelum menurunkannya perlahan. Tidak mungkin ini untuknya. Surat ini tidak mungkin ditujukan untuknya.Suara langkah kaki terdengar mendekat dari arah lorong. Naura buru-buru menyembunyikan surat itu di balik tumpukan amplop lain. Jantungnya berdetak begitu keras sampai ia takut Reval bisa mendengarnya dari kejauhan. Ketika sosok pr

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 147. Menjeritkan Namamu

    Naura menatap layar komputernya dengan tatapan kosong. Dokumen yang seharusnya ia revisi sudah terbuka sejak tadi, tetapi tidak satu pun kata yang berhasil ia pahami. Jemarinya menggenggam mouse, tetapi tidak ada perintah yang ia jalankan.Fokusnya sepenuhnya terganggu.Pikirannya terus kembali ke satu hal. Siapa yang menemui Reval tadi?Yang membuat Naura resah adalah karena lelaki itu sama sekali tidak menyebutkan apa pun kepadanya.Naura menghela napas panjang, lalu melirik ponselnya yang tergeletak di meja. Layar masih gelap, tidak ada notifikasi dari Reval. Tidak ada pesan yang mengingatkan tentang makan siang atau menyelipkan kata-kata manis yang mungkin berhasil membuatnya tersenyum.Ia menggigit bibir, berusaha menepis kegelisahannya.“Naura.”Suara Dinda membuatnya tersentak. Ia buru-buru menoleh ke arah sahabatnya yang berdiri dengan kedua tangan menyilang.“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Dinda mengangkat alis. “Sejak tadi aku melihatmu cuma duduk diam menatap layar. Bah

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 146. Begitu Besar

    Reval tersenyum miring. “Karena itu membuatku ingin melakukan sesuatu.”Jantung Naura hampir meloncat keluar dari dadanya. Ia tahu ia harus menjauh, harus menghentikan ini sebelum semuanya semakin lepas kendali. Tapi tubuhnya seolah membangkang, terpaku di tempat.Dan dalam sekejap, Reval menariknya ke dalam pelukan.Naura tersentak. Kedua tangannya otomatis terangkat, tapi sebelum ia bisa melakukan apa pun, Reval sudah menundukkan wajahnya.“Aku hanya ingin memastikan sesuatu,” bisiknya tepat di telinga Naura, membuat bulu kuduk wanita itu berdiri.“Me-memastikan apa?” suara Naura bergetar.Reval menatapnya dalam. “Bahwa kamu benar-benar milikku.”Sebelum Naura bisa memproses kata-kata itu, Reval sudah mendekatkan wajahnya. Napas hangat pria itu menyapu kulitnya, dan dalam sepersekian detik, bibirnya hampir menyentuh bibir Naura—Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat mereka berdua tersentak. Naura langsung melangkah mundur dengan wajah memerah, sementara Reval mengumpat pelan.“

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 145. Berpikir Jernih

    Naura menggeleng cepat. “Tidak apa-apa.” “Tadi lama sekali di depan. Kamu habis bertemu siapa?” bisik Dinda sambil meliriknya penuh selidik. “Tidak ada. Aku hanya ...” Naura menggigit bibirnya, mencari alasan. “Membaca pesan.” Dinda mengerutkan kening. “Pesan dari siapa?” Sebelum Naura bisa menjawab, rapat sudah dimulai. Namun, baru beberapa menit berjalan, ponsel Naura kembali bergetar. [Kamu tidak akan melirikku sekali saja?] Naura menegang. Ia mengangkat wajah dan melirik ke arah Reval sekilas. Pria itu tersenyum tipis. Naura langsung menunduk, merasakan panas di wajahnya. Sementara Reval masih menatapnya dengan ekspresi jahil. Rapat pun dimulai, tetapi Naura kesulitan berkonsentrasi. Reval sesekali meliriknya, bahkan pernah pura-pura mengatur dasinya hanya untuk menarik perhatiannya. Saat seorang kepala divisi sedang berbicara panjang lebar, Naura merasakan ponselnya bergetar lagi. Ia melirik layar. Tentu saja pesan dari Reval. [Kamu terlihat cantik hari ini.] Naura

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 144. Menatap Curiga

    Naura berjalan cepat menuju ruangannya, langkahnya masih terasa ragu setelah percakapan pagi tadi dengan Reval di dalam mobil. Rasa hangat yang pria itu tinggalkan di bibirnya masih membekas, tetapi pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan yang belum terjawab. Saat hendak membuka pintu ruangan, suara seorang wanita terdengar tergesa-gesa dari belakangnya. “Naura! Ke mana saja kamu? Bukankah seharusnya kamu sudah mulai bekerja lebih awal?” Langkah Naura terhenti. Ia menoleh dan mendapati Dinda berjalan cepat ke arahnya. Wajah sahabatnya itu dipenuhi ekspresi khawatir, kedua alisnya bertaut rapat. Naura menarik napas dalam, mencoba memasang senyum santai. “Hai, Dinda. Maaf ya? Aku jadi merepotkanmu.” Dinda berhenti tepat di depannya, masih dengan tatapan menyelidik. “Apakah kamu tahu, aku sampai nekat bertanya kepada Pak Reval?” Naura menegang seketika. “Kamu bertanya pada Pak Reval?” ulangnya, berusaha terdengar santai meskipun dadanya mulai berdebar. Dinda mengangguk. “Tentu saja

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 143. Menjauh

    Naura berusaha melepaskan diri, tetapi Reval mempererat pelukannya. “Saya sudah menyiapkan sarapan,” ujar Naura, berharap bisa mengalihkan perhatian pria itu. Namun, bukannya melepaskan, Reval malah menariknya lebih dekat. “Aku sudah mendapatkan sarapan yang lebih manis,” gumam Reval seraya mencium pipi Naura lebih lama. Naura memutar bola matanya. “Kalau Bapak tidak segera bangun, saya akan makan sendiri.” Reval tertawa kecil, akhirnya melepas Naura dengan enggan. “Baiklah, baiklah. Aku akan bangun.” Beberapa menit kemudian, keduanya duduk di meja makan. Naura meletakkan piring di hadapan Reval, menunggu reaksi pria itu saat mencicipi masakannya. Reval mengambil sesendok nasi goreng, mengunyahnya perlahan. Alisnya terangkat sedikit, lalu ia mengangguk. “Hmm, enak.” Naura tersenyum lega. “Terima kasih.” Reval menatapnya dengan mata berbinar. “Kalau setiap pagi dimasakkan seperti ini, aku tidak keberatan untuk selalu bangun lebih pagi.” Naura terkekeh. “Saya tidak janji, Pak.”

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 142. Manja

    Naura menatapnya dengan mata berkabut. Napasnya masih tersengal, tetapi ia berhasil mengangguk. “Saya percaya.” Jemari Reval membelai pipi Naura. “Aku harus tahu, Naura ... apa kamu merasakan hal yang sama seperti aku?” tanya Reval, tatapannya begitu dalam hingga membuat Naura tidak bisa menghindar. Naura menatap mata Reval yang begitu dekat, dan bibirnya sedikit terbuka, namun tidak ada suara yang keluar. Jantungnya berdetak begitu cepat, seakan seluruh ruangan dipenuhi dengan ketegangan yang tidak terucapkan. “Saya ....” Naura menggigit bibirnya, mencoba mengumpulkan keberanian. “Saya tidak tahu, Pak Reval.” Suaranya terdengar ragu, tetapi ada kejujuran di sana, sebuah pengakuan yang bahkan membuat dirinya terkejut. Reval tersenyum kecil, tatapannya melunak. “Tidak tahu?” gumamnya sambil mengangkat satu alis. Jemarinya dengan lembut menyentuh dagu Naura, mengangkatnya sedikit agar wanita itu tetap menatapnya. “Apa yang kamu rasakan, Naura? Jangan takut untuk jujur.” Naura

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 141. Semakin Cepat

    Reval mengerutkan kening, menatap wanita itu dengan seksama. “Apa itu?” Naura menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengangkat kepalanya, menatap langsung ke mata Reval. “Katakanlah.” Alis Reval semakin bertaut, tetapi ia tetap diam, menunggu kelanjutan ucapan Naura. “Saya ingin tahu … sebenarnya siapa Kirana itu? Apakah benar, Bapak sangat mencintainya?” Hening. Wajah Reval yang sebelumnya tenang berubah drastis. Matanya menajam, rahangnya mengeras. Udara di antara mereka seketika menjadi berat, seperti ada sesuatu yang menekan. Dalam sekejap, langkah Reval menghantam lantai, mendekati Naura dengan tatapan gelap. Sebelum wanita itu sempat mundur, tubuhnya sudah terdorong hingga punggungnya membentur dinding. “Tidak seharusnya kamu menanyakan hal itu kepadaku, Naura.” Suara Reval rendah, tetapi penuh tekanan. Napasnya terdengar berat, emosinya seperti bergejolak di dalam dadanya. Naura terkejut. Dadanya naik-turun cepat, tubuhnya membeku di tempat. Matanya membesar ketik

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 140. Hal Penting

    Adelia meletakkan sendoknya dengan perlahan, tatapannya tajam menusuk ke arah putranya. Ruang makan yang sebelumnya dipenuhi suara alat makan kini mendadak sunyi. “Reval, apakah kamu serius?” suaranya datar, tetapi ada nada kekecewaan yang terselip di sana. Reval mengangguk mantap. “Aku tidak pernah seyakin ini dalam hidupku, Ma. Aku memilih Naura.” Adelia menghela napas panjang, tatapannya beralih ke arah Naura yang masih diam di tempatnya. “Wanita ini? Kamu yakin? Apa yang bisa dia berikan padamu?” Naura menelan ludah, merasakan tekanan dari tatapan wanita itu. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Reval lebih dulu berbicara. “Mama selalu melihat segalanya dari status dan latar belakang keluarga, tapi Mama lupa … perasaan dan kebahagiaan tidak bisa diukur dengan itu semua,” ujar Reval tegas. “Aku mencintai Naura bukan karena siapa dia di masa lalu, tetapi karena siapa dia di sisiku sekarang.” Adelia menatap putranya dalam diam. Wajahnya tetap dingin, tetapi ada kilatan emosi yan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status