Share

Bab 66. Menginginkan Lebih

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-23 06:22:09
Reval berdiri diam, tubuhnya tegap mengunci Naura pada posisi yang tak memungkinkan untuk melarikan diri. Matanya menatap Naura, tajam namun tenang, seolah ia tahu bahwa kendali sepenuhnya ada di tangannya.

Naura merasa jantungnya berdetak begitu cepat, seakan siap meledak kapan saja. Tubuhnya terpaku di tempat, napasnya terasa sesak.

Ia tahu apa yang diinginkan Reval. Dan ia tahu, dirinya sudah berjanji memberikan yang terbaik untuk Reval. Namun, perasaan ragu dan takut terus menghantui pikirannya.

Dengan tangan yang bergetar, Naura mulai menggapai tepi pakaian yang menutupi tubuhnya. Setiap gerakan terasa seperti menantang dirinya sendiri, bertentangan dengan seluruh rasa yang ada di hatinya. Kain itu perlahan terlepas dari tubuhnya, jatuh ke lantai dengan suara yang hampir tak terdengar.

Reval hanya diam, memperhatikan setiap gerakan Naura. Senyuman tipis muncul, nyaris seperti simbol kemenangan yang membuat Naura semakin terintimidasi.

Tatapan matanya tetap terfokus,
Rich Mama

Pagi ...

| Sukai
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 67. Merasa Nyaman

    Suara Naura terdengar begitu putus asa, menggema di ruangan yang hening. Reval membeku sejenak, sebelah alisnya terangkat. Tatapan pria itu menyiratkan campuran emosi. Keinginan, perhatian, dan sesuatu yang sulit dijelaskan. Tanpa kata, ia menggeser posisinya, membuat jarak antara mereka lebih dekat lagi. “Tutup matamu, Naura,” bisik Reval, nadanya lembut, hampir seperti perintah yang menenangkan. Naura menurut, meski tubuhnya masih sedikit tegang. Reval bergerak dengan kehati-hatian yang luar biasa, seperti seseorang yang mengerti bahwa wanita di hadapannya ini adalah sesuatu yang rapuh. Tangan besarnya perlahan menyentuh bahu Naura, memberikan pijatan lembut yang menenangkan. Sentuhan itu membuat Naura menghela napas panjang, melepaskan beban yang selama ini menumpuk di tubuh dan pikirannya. “Apakah sakit?” tanya Reval tiba-tiba, suaranya penuh perhatian. Naura menggeleng, meski ia tidak yakin apakah jawaban itu sepenuhnya benar. Ia hanya tahu bahwa saat ini, ia mera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 68. Berbeda

    Naura merasa seperti berada di dalam mimpi. Perlahan, ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. Awalnya ragu, tetapi kemudian terasa semakin pasti. Wanita itu membuka matanya dengan perlahan, hanya untuk mendapati kepala Reval berada begitu dekat, nyaris menyentuh wajahnya. “Pak Reval …,” bisik Naura kaget, suaranya hampir tidak terdengar. Naura langsung memalingkan wajah, mencoba menciptakan jarak di antara mereka. Seolah waktu enggan berpihak padanya, dering ponsel memecah keheningan di ruangan itu. Naura langsung melirik ke arah meja kecil di dekat tempat tidur, tempat ponselnya bergetar dengan nyaring. Ia berusaha melepaskan diri dari pelukan Reval, tetapi pria itu hanya sedikit mengendurkan cengkeramannya, memberinya ruang untuk bergerak, meski masih terasa ada aura kepemilikan di sana. “Telepon dari Mas Dion,” gumam Naura, lebih kepada dirinya sendiri. Ia menelan ludah, rasa gelisah mulai merayap di hatinya. Dengan tangan gemetar, ia meraih ponsel itu dan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 69. Keras dan Tegak

    Reval mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah kunci dengan gantungan sederhana berbentuk angka. Ia memutar kunci itu dengan jari telunjuknya sambil menatap Naura dengan tatapan yang sulit diartikan, campuran antara keseriusan dan sesuatu yang lain. “Naura, ini kunci kamar sebelah. Kemarin ada insiden kecil, tapi sudah diperbaiki. Kamu bisa pindah ke sana sekarang.” Suaranya terdengar tenang, hampir terlalu santai. Mata Naura langsung berbinar. Seulas senyum lega tergambar di wajahnya. “Bapak serius?” tanya Naura antusias, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Reval hanya mengangguk pelan, mengangkat kunci itu sedikit lebih tinggi. Melihatnya, Naura tanpa ragu langsung mengulurkan tangan, berusaha meraih kunci itu. Namun tepat ketika ujung jarinya hampir menyentuh, Reval dengan santai menjauhkan tangannya, membuat kunci itu melambai-lambai di udara. Kening Naura berkerut. Senyum di wajahnya memudar, berganti dengan ekspresi kesal. Ia mencoba merebut

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 70. Tidak Ingin Bertemu

    Naura menelan ludah, rasa gugupnya meningkat. Callista melangkah mendekat dengan anggun, sepatu hak tingginya berderap pelan di sepanjang koridor. Wajah wanita itu memancarkan kepercayaan diri, senyumnya lebar namun dingin, seperti seseorang yang sedang menikmati kemenangan kecil. “Kamu Naura, kan?” Callista berhenti tepat di depan Naura, menatapnya dari atas ke bawah dengan ekspresi menilai. “Asisten Reval?” Naura berusaha mengendalikan dirinya. “Iya, saya asisten Pak Reval.” “Oh, aku tahu,” ucap Callista santai, tangannya terangkat untuk merapikan rambut panjangnya yang tergerai sempurna. “Aku hanya tidak menyangka Reval akan membawamu ke sini. Biasanya dia lebih suka melakukan urusan bisnis sendirian.” Naura menunduk sedikit, merasa tidak nyaman dengan sorot mata tajam Callista. Ada sesuatu dalam cara wanita itu berbicara yang terasa menusuk, meski kata-katanya terdengar biasa saja. “Permisi, saya harus masuk ke kamar saya,” kata Naura akhirnya, mencoba mengakhiri percakapan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 71. Mual

    Jantung Naura berdetak lebih cepat. Ia merasa Reval bisa membaca pikirannya. “Tidak ada hubungannya dengan itu,” elaknya. “Saya hanya ingin istirahat di kamar.” Reval tersenyum tipis, tetapi senyum itu terlihat seperti sindiran. “Baiklah, kalau itu alasanmu. Tapi kalau ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan, kamu tahu di mana mencariku.” Reval mengedipkan sebelah matanya seraya berbalik dan berjalan pergi. Naura menutup pintu dengan cepat, lalu bersandar pada dinding. Perasaan lega dan kesal bercampur menjadi satu di dalam dirinya. “Kenapa dia harus bersikap seperti itu?” gumamnya. Ia merasa Reval sengaja menggoda dan memancing emosinya, tetapi ia tidak tahu apa tujuan pria itu. Waktu berlalu, dan Naura mencoba mengalihkan pikirannya dengan mempelajari dokumen yang ia bawa. Tetapi setiap kali ia mencoba berkonsentrasi, pikirannya selalu kembali kepada Reval dan Callista. Ia merasa seperti terjebak dalam pusaran emosi yang tak berujung. Tiba-tiba, suara dering ponselnya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 72. Tolong jangan tinggalkan saya

    Naura menghela napas panjang. Jalanan yang sempit dan bergelombang membuat tubuhnya mulai terasa pegal. Ia bergeser di kursinya, mencoba mencari posisi yang lebih nyaman. Namun, tak lama kemudian, mobil tiba-tiba mengeluarkan suara aneh, seperti sesuatu yang tergores di bawahnya. “Pak, suara apa itu?” Naura bertanya dengan nada cemas. Reval mengerutkan dahi, seolah mencoba mendengarkan lebih jelas. Ia perlahan memperlambat laju mobil. “Tunggu sebentar.” Mobil perlahan berhenti di pinggir jalan, di tengah area yang dikelilingi oleh hutan kecil. Tidak ada kendaraan lain yang lewat, hanya terdengar suara burung di kejauhan dan desiran angin yang membawa aroma daun basah. Reval melepas sabuk pengamannya, lalu keluar dari mobil, membuka kap mesin, dan memeriksa bagian dalamnya dengan cermat. Asap tipis keluar dari radiator, membuatnya menghela napas panjang. Sementara Naura tetap duduk di dalam, menunggu dengan gelisah. Setelah beberapa menit, Reval kembali masuk ke mobil dengan wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 73. Kamu Memang Aneh

    Reval mendesah panjang, mengusap wajahnya yang tampak kelelahan. Ia berjalan kembali mendekati Naura, suaranya lebih lembut kali ini. “Naura, aku hanya mencari sinyal. Kalau kita tetap di mobil, siapa tahu bantuan datang lebih cepat.” “Tapi kalau sesuatu terjadi?” Naura menelan ludah, suaranya meredup. Ia memandang Reval dengan sorot mata yang penuh ketakutan, bahkan sedikit memohon. “Bagaimana kalau ada binatang buas? Atau ... hal lain?” Reval terdiam sejenak. Ia mengamati Naura yang berdiri di depannya, tubuhnya sedikit gemetar, namun matanya tetap mencoba memberanikan diri. Ada sesuatu di dalam dirinya yang bergetar, perasaan yang sulit ia jelaskan. Akhirnya, Reval mengulurkan tangan. “Baiklah, ikut aku. Tapi jangan jauh-jauh dariku,” kata Reval pelan, nadanya lebih hangat dari sebelumnya. Naura mengangguk cepat, meraih tangan Reval tanpa ragu. Sentuhan itu mengejutkan Reval, tetapi ia tidak menarik diri. Sebaliknya, ia menggenggam tangan Naura lebih erat, seolah memastikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 74. Bapak Bisa?

    Reval tersenyum, tatapannya melembut saat ia melihat Naura yang masih gemetar, tetapi berusaha tegar. Ia menghela napas panjang, menepuk pundak Naura sekali lagi, kali ini dengan gerakan yang lebih menenangkan. “Aku bercanda Naura,” kata Reval, suaranya lebih pelan. “Tapi serius, kamu nggak perlu takut lagi. Aku di sini.” Naura menatap Reval. Matanya masih sedikit berkaca-kaca. Hatinya mulai tenang, meskipun ketakutan tadi masih meninggalkan sisa di dadanya. Namun, ada sesuatu dalam nada bicara Reval. Rasa perlindungan yang tak biasa, yang membuatnya merasa lebih aman. “Kenapa kamu nekat banget ikut aku tadi?” tanya Reval, mengangkat alisnya. “Padahal jelas-jelas kamu takut setengah mati.” Naura mendesah, mencoba mengalihkan pandangan. “Saya nggak mau sendirian di mobil. Suasana gelap, dan …” Ia ragu sejenak sebelum melanjutkan, “saya juga nggak mau Bapak kenapa-napa.” Reval terdiam. Jawaban itu membuatnya sedikit terkejut, meskipun ia tidak menunjukkannya. “Kamu khawatir sama

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26

Bab terbaru

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 188. Milik Mereka Berdua

    Ekspresi Reval mengeras. “Itu bukan urusan kita, Naura.”“Tapi dia masih tak sadarkan diri—”“Dia akan baik-baik saja. Ada dokter dan perawat di sini. Naura, kamu tidak perlu merasa bertanggung jawab atas seseorang yang tidak pernah memikirkan perasaanmu.”Naura terdiam. Ada sesuatu dalam nada suara Reval yang membuat hatinya bergetar. Seakan pria itu bukan hanya berbicara tentang Callista, tetapi juga tentang Dion.Ia tahu Reval benar.Callista bukan tanggung jawabnya. Dion juga bukan.Namun, rasa iba itu tetap ada, menggantung di sudut hatinya.“Saya tidak ingin pergi dalam keadaan seperti ini,” gumamnya.Reval menghembuskan napas panjang. “Naura.” Ia meraih bahu gadis itu, menatapnya dalam-dalam. “Kalau kamu tetap di sini, apa yang akan berubah?”Naura menggigit bibir. Ia tidak bisa menjawab.“Kamu hanya akan terus terjebak dalam rasa sakit dan keraguan.” Suara Reval melembut.Kini Naura merasa ada seseorang yang benar-benar mengerti perasaannya.Reval berbicara dengan nada sedikit

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 187. Menggeleng Lemah

    Sebuah tepuk tangan nyaring terdengar di ruangan itu.“Jadi ini semua perbuatan Mama?” ujar Reval, suaranya rendah tetapi penuh tekanan.Wanita paruh baya yang masih duduk itu tersentak. Wajahnya yang semula tenang kini dipenuhi keterkejutan.“Reval! Ka–kamu ...”“Kenapa, Ma?” Reval melangkah maju, ekspresinya dingin. “Terkejut karena aku dan Naura mendengar pembicaraan kalian?”Di belakang Reval, Naura berdiri dengan tubuh menegang. Jantungnya berdetak kencang, sulit mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Kata-kata dokter dan mama Reval masih terngiang di telinganya.Dion dan Callista memang berselingkuh.Bukan jebakan.Mereka benar-benar mengkhianati dirinya.Mama Reval hanya berusaha menutupi fakta itu dengan kebohongan lain.Ruangan itu terasa semakin menyempit. Napas Naura tersengal, seakan udara mendadak menipis. Dadanya berdenyut, bukan hanya karena kekecewaan, tetapi juga karena rasa bodoh yang terus menyergap.“Jadi ...” Suara Naura bergetar. “Tidak ada yang menjebak merek

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 186. Licik

    Naura tertawa kecil, getir. Matanya kembali menatap Dion.“Bukankah saya bodoh?” Suaranya bergetar. “Saya berusaha percaya bahwa dia pria yang baik, bahwa dia adalah orang yang bisa saya cintai tanpa takut dikhianati lagi. Tapi lihat sekarang ... ternyata saya tidak lebih dari seorang wanita bodoh yang terus saja berharap pada sesuatu yang sia-sia.”Suara Naura pecah di akhir kalimat.Dan saat itu, pertahanannya runtuh.Tangannya menutup wajahnya, tubuhnya bergetar hebat menahan isakan.Reval tak bisa lagi hanya diam.Tanpa ragu, ia menarik Naura ke dalam pelukannya.Naura semula memberontak, kedua tangannya mendorong dada Reval, tetapi pria itu tak goyah.“Lepaskan,” ucapnya lirih, suaranya teredam di dada Reval.“Tangismu tidak akan membuat semua ini berubah, Naura.” Reval semakin mengeratkan pelukannya.Naura kembali mencoba melawan, tetapi kekuatannya sudah habis. Ia akhirnya menyerah.Tangannya mengepal di dada Reval, lalu tanpa bisa ditahan lagi, ia menangis sejadi-jadinya.Isak

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 185. Menyakitkan

    Koper milik Naura tergeletak begitu saja. Wanita itu tidak lagi peduli. Tangannya gemetar saat memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas, napasnya tersengal. Ia baru saja menerima sebuah kabar yang menghantamnya lebih keras dari apa pun. Dion. Ditemukan di kamar hotel. Bersama seorang wanita. Tak sadarkan diri. Keadaannya … tak berbusana. Perut Naura terasa seperti dipukul keras. Otaknya berusaha mencerna, tapi semuanya terasa begitu absurd, begitu menyakitkan. Tangannya melambai, menghentikan taksi yang melintas. Tanpa ragu, ia masuk dan menyebutkan satu tujuan. Rumah sakit. Sepanjang perjalanan, bayangan Dion berputar di pikirannya. Pria yang selama ini menjadi harapan terakhirnya, tempatnya berpulang setelah semua yang terjadi dengan Reval. Namun sekarang, seolah takdir kembali menertawakannya. Air mata sudah berlinang di pipinya. Ia tak peduli. Taksi berhenti dengan rem mendadak di depan rumah sakit. Naura bergegas keluar, hampir tersandung karena langkahnya yang terbu

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 184. Tidak Percaya

    Jantung Naura berdegup lebih cepat dari biasanya. Ia menegakkan duduknya, menatap wajah wanita paruh baya itu dengan perasaan tak menentu.“Ada apa dengan Mas Dion, Bu?” tanyanya hati-hati.Ibu Lastri menghela napas. Tangannya saling bertaut, pertanda bahwa ia sedang berusaha menyusun kata-kata. “Tadi Dion sempat menghubungi Ibu. Katanya dia sangat sibuk dengan pekerjaan, jadi tidak bisa menjemputmu.”Naura mengerutkan kening. “Kenapa Mas Dion nggak bilang langsung kepadaku, Bu? Dihubungi juga susah.”Ibu Lastri terdiam sesaat. “Em, itu….”Naura menangkap kegugupan di raut wajah wanita itu. Matanya yang biasanya lembut kini seperti menyimpan sesuatu.“Ada apa, Bu?” desaknya, nada suaranya sedikit lebih tinggi dari yang ia maksudkan.Ibu Lastri tersenyum tipis, tapi senyumnya terasa tidak natural. “Mungkin sinyalnya sedang buruk, Nak.”Naura terdiam, berusaha mencerna jawaban itu. Tapi sesuatu dalam dirinya berteriak bahwa ada yang janggal. Ia menatap wajah wanita itu lebih lama, berha

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 183. Tentang Dion

    Dinda menghela napas panjang, lalu memaksa bibirnya tersenyum meski matanya masih berlinang. “Hadiah kecil untukmu. Jangan pernah lupakan aku, ya?” Jemari Naura bergetar saat menerima kotak itu. Rasanya berat sekali untuk menggenggamnya, seolah kotak kecil itu membawa seluruh kenangan yang pernah mereka lalui bersama. Ia menatap Dinda, lalu Ervan. Keduanya memiliki ekspresi yang berbeda. Dinda yang emosional, sementara Ervan lebih menahan, tetapi sorot matanya jelas menunjukkan kepedulian yang mendalam. Naura tersenyum tipis, menahan sesak yang mengganjal di dadanya. “Terima kasih ... untuk segalanya,” ujar Naura pelan, tetapi cukup jelas untuk keduanya dengar. Dinda menggigit bibirnya, menahan tangis yang hendak pecah. “Kalau kamu butuh tempat pulang ... aku di sini, Naura.” Ervan mengangguk pelan, menambahkan, “Kami di sini.” Naura tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Ia hanya menatap mereka dalam diam, menghafal wajah mereka untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya melangkah mun

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 182. Dalam Genggamannya

    Naura memejamkan mata, menolak perasaan yang menggumpal di dadanya. Tangannya mengepal di sisi tubuh, berusaha mengendalikan getaran emosi yang berkecamuk. Tapi, getar suara Reval menembus pertahanannya. “Aku tidak peduli siapa ayah dari bayi yang kamu kandung. Yang kuinginkan... hanya kamu, Naura.” Sebuah bulir air mata jatuh di pipi Naura, entah karena keterkejutan atau rasa yang tak mampu dia jelaskan. Reval terdiam melihatnya, tatapannya melunak. Perlahan, jemarinya terangkat, menghapus jejak air mata itu dengan sentuhan yang begitu lembut seolah takut merusak sesuatu yang rapuh. “Saya... tidak bisa.” Suara Naura lirih namun tegas, meski dadanya terasa sesak. “Saya istri orang lain, Pak Reval. Dan sebentar lagi Bapak akan menikah dengan Callista.” Reval tersenyum pahit, matanya menyimpan luka yang tak terucapkan. “Pernikahan itu tidak pernah kuinginkan. Hanya kamu... sejak awal, hanya kamu yang mengisi ruang kosong dalam hatiku, Naura.” Reval terdiam sejenak. Lalu, tanpa p

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 181. Semakin Mendekat

    Hari yang dinanti telah tiba. Hari ini adalah hari terakhir Naura menjejakkan kakinya di perusahaan besar milik Reval. Ia akan segera meninggalkan kota yang penuh kenangan itu. Untuk terakhir kalinya, Naura ingin meminta maaf dan berterima kasih kepada Reval. Langkah kaki Naura menggema pelan di lantai marmer kantor. Setiap langkahnya terasa berat, seolah setiap jejak yang ia tinggalkan adalah perpisahan dengan semua kenangan yang pernah terukir di tempat ini. Jantungnya berdetak tak menentu saat ia berdiri di depan pintu ruangan yang sudah begitu familiar. Ruangan di mana banyak kisahnya dengan Reval tercipta. Tangannya terangkat, mengetuk pintu kayu itu dengan ragu. Tok. Tok. Tok. Tak ada jawaban. Naura menunggu sejenak, berharap mendengar suara yang selama ini mampu menggetarkan hatinya. Namun, keheningan tetap menyelimuti ruangan di balik pintu itu. Perlahan, ia memutar kenop pintu. Tidak terkunci. Naura mendorong pintu dan melangkah masuk. Udara di dalam terasa sedikit

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 180. Di Bawah Langit Kelabu

    Rintik hujan turun pelan, mengetuk dedaunan dan memercik tanah merah yang masih basah. Udara di pemakaman terasa lembap, bercampur aroma tanah yang khas setelah hujan pertama. Angin semilir membawa desah dedaunan, seolah menjadi bisikan dari mereka yang beristirahat abadi di bawahnya. Di antara barisan nisan berwarna abu-abu, seorang pria berdiri diam. Jas hitam membungkus tubuhnya, tetapi dingin tetap merasuk hingga ke tulang. Rambutnya yang basah menempel di dahi, sementara tetesan air mengalir pelan di sepanjang rahangnya yang tegas. Sepasang mata kelamnya menatap nisan di depannya. Tatapan yang menyimpan luka tak terucap. Nama yang terukir di sana terasa seperti belati yang menusuk jantungnya setiap kali ia membacanya. Kirana A. Wijaya Reval berjongkok perlahan, membiarkan lututnya menyentuh tanah yang basah. Jemarinya terulur, menyentuh ukiran nama itu seolah berharap kehangatan masa lalu dapat merembes melalui batu yang dingin. Bibirnya bergerak, tetapi tak ada suara

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status