Share

Bab 68. Berbeda

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2024-12-23 22:18:38
Naura merasa seperti berada di dalam mimpi. Perlahan, ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. Awalnya ragu, tetapi kemudian terasa semakin pasti.

Wanita itu membuka matanya dengan perlahan, hanya untuk mendapati kepala Reval berada begitu dekat, nyaris menyentuh wajahnya.

“Pak Reval …,” bisik Naura kaget, suaranya hampir tidak terdengar.

Naura langsung memalingkan wajah, mencoba menciptakan jarak di antara mereka.

Seolah waktu enggan berpihak padanya, dering ponsel memecah keheningan di ruangan itu. Naura langsung melirik ke arah meja kecil di dekat tempat tidur, tempat ponselnya bergetar dengan nyaring.

Ia berusaha melepaskan diri dari pelukan Reval, tetapi pria itu hanya sedikit mengendurkan cengkeramannya, memberinya ruang untuk bergerak, meski masih terasa ada aura kepemilikan di sana.

“Telepon dari Mas Dion,” gumam Naura, lebih kepada dirinya sendiri.

Ia menelan ludah, rasa gelisah mulai merayap di hatinya. Dengan tangan gemetar, ia meraih ponsel itu dan m
Rich Mama

Nite ;-)

| Like
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 69. Keras dan Tegak

    Reval mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah kunci dengan gantungan sederhana berbentuk angka. Ia memutar kunci itu dengan jari telunjuknya sambil menatap Naura dengan tatapan yang sulit diartikan, campuran antara keseriusan dan sesuatu yang lain. “Naura, ini kunci kamar sebelah. Kemarin ada insiden kecil, tapi sudah diperbaiki. Kamu bisa pindah ke sana sekarang.” Suaranya terdengar tenang, hampir terlalu santai. Mata Naura langsung berbinar. Seulas senyum lega tergambar di wajahnya. “Bapak serius?” tanya Naura antusias, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Reval hanya mengangguk pelan, mengangkat kunci itu sedikit lebih tinggi. Melihatnya, Naura tanpa ragu langsung mengulurkan tangan, berusaha meraih kunci itu. Namun tepat ketika ujung jarinya hampir menyentuh, Reval dengan santai menjauhkan tangannya, membuat kunci itu melambai-lambai di udara. Kening Naura berkerut. Senyum di wajahnya memudar, berganti dengan ekspresi kesal. Ia mencoba merebut

    Last Updated : 2024-12-23
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 70. Tidak Ingin Bertemu

    Naura menelan ludah, rasa gugupnya meningkat. Callista melangkah mendekat dengan anggun, sepatu hak tingginya berderap pelan di sepanjang koridor. Wajah wanita itu memancarkan kepercayaan diri, senyumnya lebar namun dingin, seperti seseorang yang sedang menikmati kemenangan kecil. “Kamu Naura, kan?” Callista berhenti tepat di depan Naura, menatapnya dari atas ke bawah dengan ekspresi menilai. “Asisten Reval?” Naura berusaha mengendalikan dirinya. “Iya, saya asisten Pak Reval.” “Oh, aku tahu,” ucap Callista santai, tangannya terangkat untuk merapikan rambut panjangnya yang tergerai sempurna. “Aku hanya tidak menyangka Reval akan membawamu ke sini. Biasanya dia lebih suka melakukan urusan bisnis sendirian.” Naura menunduk sedikit, merasa tidak nyaman dengan sorot mata tajam Callista. Ada sesuatu dalam cara wanita itu berbicara yang terasa menusuk, meski kata-katanya terdengar biasa saja. “Permisi, saya harus masuk ke kamar saya,” kata Naura akhirnya, mencoba mengakhiri percakapan

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 71. Mual

    Jantung Naura berdetak lebih cepat. Ia merasa Reval bisa membaca pikirannya. “Tidak ada hubungannya dengan itu,” elaknya. “Saya hanya ingin istirahat di kamar.” Reval tersenyum tipis, tetapi senyum itu terlihat seperti sindiran. “Baiklah, kalau itu alasanmu. Tapi kalau ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan, kamu tahu di mana mencariku.” Reval mengedipkan sebelah matanya seraya berbalik dan berjalan pergi. Naura menutup pintu dengan cepat, lalu bersandar pada dinding. Perasaan lega dan kesal bercampur menjadi satu di dalam dirinya. “Kenapa dia harus bersikap seperti itu?” gumamnya. Ia merasa Reval sengaja menggoda dan memancing emosinya, tetapi ia tidak tahu apa tujuan pria itu. Waktu berlalu, dan Naura mencoba mengalihkan pikirannya dengan mempelajari dokumen yang ia bawa. Tetapi setiap kali ia mencoba berkonsentrasi, pikirannya selalu kembali kepada Reval dan Callista. Ia merasa seperti terjebak dalam pusaran emosi yang tak berujung. Tiba-tiba, suara dering ponselnya m

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 72. Tolong jangan tinggalkan saya

    Naura menghela napas panjang. Jalanan yang sempit dan bergelombang membuat tubuhnya mulai terasa pegal. Ia bergeser di kursinya, mencoba mencari posisi yang lebih nyaman. Namun, tak lama kemudian, mobil tiba-tiba mengeluarkan suara aneh, seperti sesuatu yang tergores di bawahnya. “Pak, suara apa itu?” Naura bertanya dengan nada cemas. Reval mengerutkan dahi, seolah mencoba mendengarkan lebih jelas. Ia perlahan memperlambat laju mobil. “Tunggu sebentar.” Mobil perlahan berhenti di pinggir jalan, di tengah area yang dikelilingi oleh hutan kecil. Tidak ada kendaraan lain yang lewat, hanya terdengar suara burung di kejauhan dan desiran angin yang membawa aroma daun basah. Reval melepas sabuk pengamannya, lalu keluar dari mobil, membuka kap mesin, dan memeriksa bagian dalamnya dengan cermat. Asap tipis keluar dari radiator, membuatnya menghela napas panjang. Sementara Naura tetap duduk di dalam, menunggu dengan gelisah. Setelah beberapa menit, Reval kembali masuk ke mobil dengan wa

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 73. Kamu Memang Aneh

    Reval mendesah panjang, mengusap wajahnya yang tampak kelelahan. Ia berjalan kembali mendekati Naura, suaranya lebih lembut kali ini. “Naura, aku hanya mencari sinyal. Kalau kita tetap di mobil, siapa tahu bantuan datang lebih cepat.” “Tapi kalau sesuatu terjadi?” Naura menelan ludah, suaranya meredup. Ia memandang Reval dengan sorot mata yang penuh ketakutan, bahkan sedikit memohon. “Bagaimana kalau ada binatang buas? Atau ... hal lain?” Reval terdiam sejenak. Ia mengamati Naura yang berdiri di depannya, tubuhnya sedikit gemetar, namun matanya tetap mencoba memberanikan diri. Ada sesuatu di dalam dirinya yang bergetar, perasaan yang sulit ia jelaskan. Akhirnya, Reval mengulurkan tangan. “Baiklah, ikut aku. Tapi jangan jauh-jauh dariku,” kata Reval pelan, nadanya lebih hangat dari sebelumnya. Naura mengangguk cepat, meraih tangan Reval tanpa ragu. Sentuhan itu mengejutkan Reval, tetapi ia tidak menarik diri. Sebaliknya, ia menggenggam tangan Naura lebih erat, seolah memastikan

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 74. Bapak Bisa?

    Reval tersenyum, tatapannya melembut saat ia melihat Naura yang masih gemetar, tetapi berusaha tegar. Ia menghela napas panjang, menepuk pundak Naura sekali lagi, kali ini dengan gerakan yang lebih menenangkan. “Aku bercanda Naura,” kata Reval, suaranya lebih pelan. “Tapi serius, kamu nggak perlu takut lagi. Aku di sini.” Naura menatap Reval. Matanya masih sedikit berkaca-kaca. Hatinya mulai tenang, meskipun ketakutan tadi masih meninggalkan sisa di dadanya. Namun, ada sesuatu dalam nada bicara Reval. Rasa perlindungan yang tak biasa, yang membuatnya merasa lebih aman. “Kenapa kamu nekat banget ikut aku tadi?” tanya Reval, mengangkat alisnya. “Padahal jelas-jelas kamu takut setengah mati.” Naura mendesah, mencoba mengalihkan pandangan. “Saya nggak mau sendirian di mobil. Suasana gelap, dan …” Ia ragu sejenak sebelum melanjutkan, “saya juga nggak mau Bapak kenapa-napa.” Reval terdiam. Jawaban itu membuatnya sedikit terkejut, meskipun ia tidak menunjukkannya. “Kamu khawatir sama

    Last Updated : 2024-12-26
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 75. Panik

    Reval tersenyum tipis meskipun rasa sakit masih terasa. “Dulu, waktu aku remaja, aku sering menjelajah hutan. Salah satu pelajaran berharga yang aku dapat adalah bagaimana mengatasi kaki terkilir.” Naura memiringkan kepalanya, jelas penasaran. “Menjelajah hutan? Serius, Pak?” Reval mengangguk, pandangannya berubah sedikit jauh, seperti mengingat masa lalunya. “Iya, aku dulu sering ikut eksplorasi bersama teman-teman. Ada satu kejadian yang sampai sekarang nggak pernah aku lupa.” Ia mulai memijat pergelangan kakinya dengan gerakan hati-hati, sambil melanjutkan ceritanya. “Waktu itu, aku dan beberapa teman masuk ke dalam hutan besar di dekat desa kakekku. Kami terlalu asyik menjelajah sampai akhirnya tersesat. Malam mulai turun, dan kami mulai panik.” Naura mendekat sedikit, tertarik dengan ceritanya. “Terus, apa yang terjadi?” Reval tersenyum samar, matanya sedikit berkaca-kaca mengenang. “Aku terpeleset di tebing kecil dan pergelangan kakiku terkilir. Teman-temanku juga ketakutan

    Last Updated : 2024-12-26
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 76. Nyeri

    Cahaya matahari pagi mulai merembes melalui celah-celah dinding gubuk kecil itu. Naura perlahan membuka matanya, merasa ada sesuatu yang hangat dan nyaman di bawah kepalanya. Seketika wajahnya memerah ketika menyadari bahwa ia telah tidur di pangkuan Reval. Jemari lelaki itu masih bertengger lembut di rambutnya, seolah melindungi dari dinginnya malam sebelumnya. Ia melirik wajah Reval yang masih terpejam, napasnya teratur. Wajahnya yang biasanya dingin tampak lebih tenang dalam tidur. Naura mencoba bangkit perlahan agar tidak membangunkannya, tetapi gerakannya terhenti oleh suara keras dari luar. Brak! Pintu gubuk terbuka lebar, disertai suara langkah-langkah tergesa. “Pak Reval, Ibu Naura!” panggil seseorang dengan suara penuh kecemasan. Naura terlonjak, buru-buru menegakkan tubuhnya. Ia salah tingkah saat mendapati pandangan Reval yang baru terbangun, masih sedikit mengantuk, tetapi dengan cepat menyadari situasi. “Ervan!” seru Naura, suaranya bergetar. Lelaki tersebut ber

    Last Updated : 2024-12-27

Latest chapter

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 112. Menuju Hotel

    Nada suaranya datar, tetapi Naura menangkap sesuatu yang lain. Sesuatu yang disembunyikannya dengan hati-hati. Emosi yang terpendam, entah amarah, entah sesuatu yang lebih dalam lagi.Pernyataan itu menusuk Naura. Ia menggigit bibir bawahnya, rasa hangat mulai menyeruak di balik kelopak matanya. Mengapa Reval bertindak seperti itu? Ia tampak begitu peduli padanya. Sorot matanya saat melihat Naura dalam bahaya, nada khawatir di suaranya ketika menolongnya, bahkan kemarahan yang jelas ia rasakan saat menyebut nama Riko. Semua itu bukan sikap seseorang yang hanya peduli secara sepintas.Tetapi sekarang? Sekarang dia menyuruhnya kembali kepada Dion, seolah-olah yang mereka alami tidak berarti apa-apa. Naura memalingkan wajah, bahunya turun, hatinya terasa berdenyut nyeri. “Apakah aku hanya beban untuk semua orang? Apakah semua perhatian yang aku terima hanyalah sebuah kebohongan?”Namun, sebelum ia bisa memutuskan untuk berbicara atau tetap diam, Reval melangkah mendekat. Langkahnya ma

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 111. Menjagamu

    Sinar matahari yang hangat menembus celah-celah tirai kamar hotel, namun suasana di dalam ruangan tetap dingin. Naura duduk di tepi tempat tidur dengan kepala tertunduk. Ujung jarinya terus-menerus meremas sudut selimut, seolah ingin menenangkannya dari badai perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Tatapan matanya kosong, tetapi keningnya berkerut, menunjukkan gelombang pikiran yang tak beraturan.Reval berdiri di dekat meja, memandang ke luar jendela dengan rahangnya yang mengeras. Suara kota yang mulai bergeliat terdengar sayup-sayup, namun tidak cukup untuk memecah kesunyian di antara mereka. Ia memijit pelipisnya, menahan amarah yang mendidih dalam dada.“Pak Reval ....” suara Naura terdengar lirih, hampir seperti bisikan yang diterbangkan angin. “Maafkan saya.”Reval menoleh perlahan. Sorot matanya tajam, penuh dengan sesuatu yang tak terucapkan. “Untuk apa?”Naura mengangkat wajahnya, matanya berkabut. Ia menggigit bibir bawahnya hingga pucat sebelum akhirnya menjawab, “Untuk

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 110. Kehangatan

    Reval membeku sesaat, matanya menatap penuh pertanyaan, tetapi tangannya segera menggenggam lebih erat jemari Naura, menariknya dengan lembut namun penuh ketegasan. “Naura, fokus. Kita harus keluar dari sini.” Wanita itu mulai terhuyung, tetapi Reval meraih pinggangnya, menopang tubuhnya yang lemah namun penuh energi yang membingungkan. Ia menuntun Naura dengan cepat ke luar ruangan, bertekad membawanya ke rumah sakit sebelum keadaan menjadi semakin buruk. Saat Reval membuka pintu mobil dan membantunya masuk, Naura terengah-engah, tubuhnya gemetar hebat. Duduk di kursi depan dengan napas yang tersengal, ia menggigit bibir bawahnya, matanya yang kabur dari hasrat dan kepanikan tertuju lurus ke arah Reval yang baru saja duduk di sampingnya. “Naura, bertahanlah … kita akan sampai di rumah sakit sebentar lagi,” suara Reval penuh kepanikan, tetapi jemarinya tetap kuat saat menyentuh pundak Naura, berusaha menenangkan gejolak di tubuh wanita itu. Namun, Naura sudah tidak lagi mend

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 109. Terlalu Keras

    Napas Naura memburu, dadanya naik-turun dengan ritme yang menyakitkan. Pandangannya semakin kabur, tetapi ia menolak menyerah. Tetesan keringat mengalir di pelipisnya, bercampur dengan rasa takut yang menyelimuti setiap inci tubuhnya. Suara Riko semakin dekat, tetapi ia tidak peduli. Ia harus bertahan, harus terus berlari. Tangannya meraih dinding untuk menjaga keseimbangan, kuku-kukunya meninggalkan bekas goresan saat ia mencoba bertahan dari rasa pusing yang menyerang. “Naura!” Suara Riko terdengar marah dan semakin dekat. Naura menggigit bibirnya lebih keras lagi. Saat ia mencapai pintu lain di lantai bawah, ia membukanya dengan paksa, melompat ke luar dan terjatuh ke lantai yang dingin. Ia merasakan lututnya tergores, tetapi ia segera bangkit lagi, memaksa kakinya bergerak. Riko keluar dari pintu tangga, matanya liar mencari mangsanya. Naura melihat ke sekeliling, mencari tempat untuk bersembunyi atau jalan keluar yang lain. Langkah kaki Riko terdengar semakin keras, suara na

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 108. Takkan Bisa Lari

    “Aku… aku merasa… ada yang aneh.” Suara Naura bergetar, bibirnya terasa kering meskipun ia baru saja minum. Tubuhnya mulai menggigil meski udara di ruangan itu tidak berubah.Naura mencoba berdiri, tetapi lututnya terasa lemas. Jantungnya berdegup lebih cepat dari sebelumnya, keringat dingin mulai muncul di pelipisnya, tetapi yang paling membuatnya panik adalah rasa panas yang mulai menjalar di tubuhnya. Sensasi itu aneh dan asing, membakar dari dalam, menggerogoti kendali atas pikirannya.Suaranya tercekat di tenggorokan saat rasa aneh itu kian intens, membuat napasnya tersengal. Rasa sesak itu bukan dari ketakutan semata, tetapi dari sesuatu yang lebih … mendesak, seperti hasrat yang dipaksakan tumbuh di luar keinginannya sendiri.Ia menggenggam meja dengan erat, kuku-kukunya mencengkeram permukaan kayu. “Apa yang ... Paman berikan kepadaku?” tanya Naura dengan susah payah, matanya menatap Riko dengan kecurigaan yang kini berubah menjadi ketakutan nyata.Riko menatapnya dengan se

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 107. Gelombang Panas

    Reval tersenyum tipis, matanya menyiratkan rahasia yang belum terungkap. “Nanti kamu akan tahu,” jawabnya dengan nada yang mengandung arti lebih. Naura tidak dapat menanggapi lebih lanjut, hanya mengikutinya dengan langkah pelan. Mereka berjalan menuju sebuah bangunan besar yang tidak jauh dari tempat mereka berhenti. Begitu sampai, Naura melihat sebuah hotel mewah di depan mata, dengan lampu yang menyinari pintu utama. Keheranan mulai muncul di benaknya. Ini bukan tempat yang ia bayangkan akan mereka tuju. Reval membimbingnya melewati pintu masuk hotel, dan mereka langsung menuju ke bagian lift. “Masuk, kita akan ke lantai atas,” kata Reval dengan nada yang tenang. Naura mengikuti, meskipun hatinya semakin bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi. Begitu mereka sampai di lantai yang dimaksud, Reval menghampiri sebuah pintu hotel dan mengetuknya. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Seorang pria paruh baya muncul di balik pintu, mengenakan pakaian yang tampak mewah da

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 106. Terasa Asing

    Sejenak, keheningan menggantung di antara mereka. Waktu seolah berhenti, membiarkan hanya detak jantung dan napas yang terdengar di ruangan itu. Reval mengerutkan alis, ekspresinya berubah menjadi sesuatu yang lebih lembut namun penuh kebingungan. Ia menatap Naura seperti seseorang yang baru saja mendengar sebuah rahasia. Matanya menyapu wajah Naura, mencari arti di balik permintaan sederhana yang terasa berat itu. Ada kerentanan yang terpancar dari matanya, sorot yang mencoba menutupi ketakutan kecil yang merayap di sudut hatinya. Dan Reval tahu, meski Naura tidak berkata-kata lebih banyak, permintaan itu bukan tentang kehadirannya semata. Itu tentang rasa aman yang dia cari, perlindungan yang dia butuhkan, bahkan jika hanya untuk malam ini. “Kenapa?” tanya Reval pelan, suaranya lebih lembut dari sebelumnya. Naura masih menggenggam tangan Reval, tetapi ia tak segera menjawab. Reval terdiam, merasakan gravitasi yang menarik dirinya lebih dekat ke dunia yang Naura coba sembunyik

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 105. Memohon

    Detik-detik berlalu dalam keheningan yang hanya diisi dengan suara napasnya yang terputus-putus. Ia memejamkan mata, merasakan kelemahan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Napasnya berusaha ia atur perlahan, tetapi dadanya masih terasa sesak. Ia membilas wajahnya dengan air dingin, berharap bisa menyegarkan pikirannya yang kusut. Sore harinya, setelah kembali ke hotel, Naura merasa kepalanya mulai berdenyut. Ia mengabaikan rasa tidak nyaman itu dan memilih untuk memeriksa ulang presentasi untuk keesokan harinya. Namun, semakin lama, tubuhnya semakin terasa lemas. Saat ia berdiri untuk mengambil air minum, pandangannya tiba-tiba berkunang-kunang. Naura terhuyung, tetapi berhasil berpegangan pada meja. “Apa aku terlalu lelah?” gumamnya, mencoba mengumpulkan tenaga. Ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya. Suara Reval terdengar dari balik pintu. “Naura, aku ingin mendiskusikan sesuatu. Bisa buka pintunya?” Naura menghela napas pelan, berusaha menguatkan diri. Ia membuka pintu da

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 104. Gemetar Hebat

    Suasana di lokasi proyek sedikit lebih longgar di hari ketiga. Setelah beberapa hari penuh tekanan dengan berbagai rapat dan tinjauan lapangan, tim akhirnya memiliki waktu untuk bersantai sejenak. Naura merasa lega, meskipun masih sedikit lelah. Ia duduk di salah satu kursi kosong di dekat tenda kerja, mengamati para pekerja yang sibuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. “Bu Naura,” panggil seorang pria muda dari tim proyek. Naura menoleh dan mengenali Rifki, salah satu anggota tim teknik yang cukup ramah dan sering membantunya. Rifki membawa dua gelas kopi dalam tangannya. “Saya lihat Ibu dari tadi duduk sendiri. Kopi ini lumayan buat penambah energi,” kata Rifki, menyodorkan salah satu gelas kopi. Naura tersenyum dan menerima gelas itu. “Wah, terima kasih banyak, Rifki. Saya memang butuh sedikit kafein.” Rifki tertawa kecil dan duduk di kursi di sampingnya. “Hari ini lumayan santai, ya? Tapi besok sepertinya kita akan kembali dikejar deadline lagi.” Naura mengangguk. Mereka mul

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status