Share

Bab 9

Penulis: Nadira Dewy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 21:00:09

“Apa kau berniat membunuh Tuan William, Nyonya Emely?!”

Pertanyaan itu membuat Emily membeku.

Namun, belum sempat Emely bertanya tentang apa maksudnya, Robert sudah berlari menuju ke ruang kerja William.

“Kenapa? Apa yang salah dengan ikan ini?” gumam Emily, kebingungan sendiri.

Tidak, ini bukan waktunya bingung!

Emily segera bangkit dari duduknya, meninggalkan tempat tersebut. Ia pun ikut berlari menuju ke ruang kerja William.

“Tuan William, apa yang anda lakukan?!” tanya Robert. Pria itu terdengar membentak dengan penuh emosi, membuat Emely yang baru diambang pintu membeku.

‘Kenapa Robert kesal begitu,’ pikirnya.

Emily segera masuk ke dalam ruangan itu.

Dugg!

Jantung Emily seperti akan copot. Ia masih berdiri di ambang pintu ruang kerja William, tubuhnya semakin gemetar hebat.

Di depan matanya, Will
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Basaoktoberia Panjaitan
Kok sedikit waktunya langsung terkunci
goodnovel comment avatar
Riyani Sandi
baru nyimak...
goodnovel comment avatar
Ibu Sigit
bos alergi ikan . kog ada ikan dirumahnya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 10

    Emily masih bersimpuh di depan pintu ruang kerja William, air matanya mengalir tanpa henti. Di dalam ruangan, dokter yang juga sahabat William sedang menangani, ditemani oleh beberapa pelayan yang mondar-mandir membawa peralatan dan obat-obatan. Robert berdiri di samping pintu, wajahnya penuh amarah dan ketegasan. “Tetap di sini, Nyonya Emily yang terhormat,” katanya mencemooh.” Jangan coba-coba masuk. Biarkan orang paham apa yang harus mereka lakukan yang menangani ini,” peringatnya dengan nada dingin. Emily hanya bisa mengangguk kecil, tidak mampu melawan kata-kata Robert. Tangannya meremas rok yang ia kenakan, mencoba menahan isak tangis yang keluar semakin keras. Namun, ia tahu bahwa penyesalannya sekarang tidak akan mengubah apa pun. Beberapa waktu kemudian, handle pintu berputar. Emily segera bangkit ketika dokter keluar dari ruangan itu. Dokter itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 11

    Emily duduk di samping William yang masih terbaring lemah. Wajahnya memerah karena pembicaraan yang baru saja mereka lakukan. “Melahirkan keturunan untuk William... artinya, aku dan William harus melakukan itu?” batinnya. William masih menunggu tanggapan dari Emily, jelas tidak bisa membaca situasi kalau Emily tidak bersuara. “Jadi, kau setuju?” tanya William lagi, suaranya tenang namun penuh dengan makna. Emily menelan ludahnya, wajahnya semakin panas. Ia tidak menyangka William akan membicarakan hal ini begitu langsung, apalagi dalam kondisi seperti sekarang. Namun, ia tahu bahwa ini adalah bagian dari kesepakatan mereka, bagian dari masa depan mereka bersama. “Aku harus menebus kesalahan besar yang aku lakukan sebelumnya,” batin Emily. “Kau pasti ragu, ya?” ujar William. “Tidak, kok. Aku...” Emily menggigit bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 12

    “Ah, tidak ada, cuma—” Emily melotot kaget dengan dahinya yang mengernyit. “William, kau tahu dari mana kalau aku sedang membaca pesan?” William terdiam sejenak, tersenyum lalu berkata, “Aku mendengar getar ponsel mu. Orang buta memiliki pendengaran yang lebih baik, jangan meremehkannya.” Mendengar itu, Emily pun terdiam. Meski memang kebanyakan seperti itu, anehnya hatinya seperti menolak untuk percaya. Menggelengkan kepalanya, Emily tidak ingin berpikir buruk tentang William dari segi apapun. “Iya, baguslah...” ujar Emily. Kembali ponsel Emily bergetar, pesan dari Hendrick kembali masuk. “Emily Sayangku, kau tidak lupa membawa ku untuk bertemu dengan Paman Xavier tanggal 29 nanti, kan? Aku akan menjemputmu, sudah beli juga pakaian baru untukmu.” “Set perhiasan yang kau mau sudah aku belikan. Anggap ini sebagai permintaan maaf dariku yang tidak memahami mu be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 13

    “Kau...” Emily menatap wanita paruh baya itu dengan ekspresi yang sulit digambarkan, terkejut, marah, dan sedikit bingung. Dia adalah sang kepala pelayan! Wanita itu berdiri dengan percaya diri, mengenakan seragam rapi yang mencerminkan kedisiplinannya sebagai kepala pelayan. “Kenapa kau di sini?” tanya Emily, suaranya bergetar, mencerminkan perasaan tidak nyaman yang memenuhi hatinya. Kepala pelayan itu tersenyum tipis, senyum yang tidak sepenuhnya ramah. “Tentu saja, Nyonya Emily. Saya bekerja di sini atas perintah langsung dari Nyonya Besar,” jawabnya dengan nada tegas. Emily terdiam sejenak. Nyonya Besar, nenek William, adalah wanita yang memiliki pengaruh besar dalam keluarga ini. Emily tahu betul bahwa melawan keputusan wanita itu hampir mustahil. ‘Kenapa Neneknya William jadi mulai ikut campur?’ batin Emily. Kepala pelayan melanjutkan, “Lagipula, Nyo

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 14

    Cup!Glek...William terdiam, hanya bisa menelan ludah karena terkejut. Kecupan di bibir itu terlalu tiba-tiba, William tidak berekspektasi akan hal itu. “Aku mohon, suamiku...” bisik Emily, menggoda. ****Emily datang ke rumah orang tuanya setelah berhasil membujuk dan menenangkan William. Sesampainya di sana, Emily langsung disambut oleh Ibunya, dan kakak laki-lakinya Emily yang bernama Sean. Sore kemarin mereka sudah kembali, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mau menemui Emily lebih dulu. Namun, Emily tidak memiliki pilihan lain, dia harus bicara dengan keluarganya. “Datang juga akhirnya anak kesayangan Ibu,” ucap Julia, Ibunya Emily. Emily membiarkan Ibunya memeluk, tapi dia sama sekali tidak ingin membalas pelukan itu karena perasaan kesal yang besar dirasakan terhadap orang tersebut. “Eh, Kenapa Putri kesayangan ibu ini tidak bicara?” tanya Julia, suaran

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 15

    Robert mengetuk pintu ruang kerja William dengan pelan, tapi sebelum mendengar jawaban, ia langsung membuka pintu dan masuk. William, yang sedang duduk membelakangi pintu, memutar kursi kulitnya dan menatap Robert dengan tatapan tenang. “Kau sudah datang,” ucap William singkat, dengan nada yang khas dingin namun tegas. Robert mengangguk hormat, lalu menyerahkan dokumen di tangannya. “Tuan, ini laporan terbaru terkait proposal kerja sama dengan Tuan Xavier.” William mengambil dokumen itu dengan satu tangan dan membukanya. Sementara matanya menatap dengan seksama setiap barisan kalimat yang tertera pada dokumen tersebut. “Ngomong-ngomong, apa kabar Anda hari ini, Tuan?” tanya Robert, penuh perhatian. William tersenyum tipis. “Sudah jauh lebih baik. Terima kasih sudah bertanya, Robert. Apa kau tidak menanyakan kabar mataku?” Robert mendesah sebal, “Tidak perlu, Saya sedang malas.” William tersenyum

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 16

    Emily tersentak kaget, “Ah, benar!” ia pun terkekeh. “Ternyata, ada bagusnya juga kau buta ya, William?” Mendengar itu, William pun hanya tersenyum tipis. Namun, saat Emily tak memperhatikan ia pun sempat melirik ke arah lain, tempat di mana Elizabeth sedang berbincang. Sejenak tatapannya aneh, William kembali fokus dengan Emily. “Ya sudah. Ayo kita masuk ke kamar, William!” Emily menggandeng William dengan hati-hati, membantunya masuk ke kamar. Ia menuntunnya untuk duduk di tepi tempat tidur, memastikan pria itu nyaman sebelum berkata, “Aku akan mandi sebentar. Jangan ke mana-mana, ya.” William mengangguk pelan, bibirnya melengkung dalam senyum kecil. “Jika begitu, aku jadi ingin membuktikan kalau aku pria dewasa.” Emily tertawa kecil sebelum berbalik menuju kamar mandi. Begitu pintu tertutup dan suara air mulai terdengar, senyum di wajah William memudar. Dia menghembus

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 17

    “Seumur hidup, aku benar-benar tidak menyangka akan mengalami ini,” gumam Emily. Emily menunduk, wajahnya semakin merah padam, sementara tangannya gemetar saat memegang spons mandi. Ia dengan hati-hati menggosok dada William di bawah guyuran air shower. Kehangatan kulit William bercampur dengan percikan air, membuat Emily semakin gugup. William berdiri diam, membiarkan air menyapu tubuhnya, tetapi matanya yang tajam yang seharusnya ‘kosong’ tidak lepas dari wajah Emily. Diam-diam, ia mengamati setiap ekspresi yang muncul di wajah istrinya. Wajah merah itu, gigitan kecil di bibir bawahnya, dan tatapan canggungnya, semua itu membuat Emily terlihat begitu imut di mata William. Tanpa peringatan, William meraih tangan Emily, menariknya hingga tubuh wanita itu terhuyung masuk ke dalam pelukannya. “Astaga, William!” teriak Emily kaget. Ia mencoba melepaskan diri, tetapi pelukan William terlalu erat. "

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 260

    Ronald berbaring gelisah di tempat tidurnya. Matanya menatap langit-langit kamar, namun pikirannya berkelana entah ke mana-mana. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Elle, tapi hasilnya selalu saja sama, panggilan ditolak. Bahkan sekarang, nomor itu seolah sudah tidak aktif lagi. Ia duduk dan menatap layar ponselnya dengan bingung. “Apa dia ganti nomor telepon? Tapi kenapa dia ganti nomor telepon? Dia itu kan terlihat tidak bisa hidup tanpaku?” gumamnya pelan. Kegelisahan mulai menjalari pikirannya. Elle memang sempat marah, tapi dia tidak menyangka akan diputus kontak sepenuhnya. Ronald menggigit bibir bawahnya, kemudian mencoba mengirim pesan lewat aplikasi pesan instan, hasilnya tetap sama, hanya centang satu. Pesan itu tidak akan sampai kepada Elle. Dia berdiri dan berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Perasaan bersalah yang samar mulai muncul, tapi ia buru-buru menekannya kuat. “Sudahlah... besok aku coba cari tahu dengan

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 259

    “... Lavine Jesephire? Kenapa pria itu ikut campur? gumam Elle. Rose hanya bisa tersenyum. Dia sendiri juga bingung apa alasan pria bernama Lavine Jesephire ikut campur urusan pribadi Elle. Elle menghela napas panjangnya. “Rose, aku ingin bertemu dengan pria itu. Atur jadwalnya untuk ku, ya.” Rose menganggukkan kepalanya. “Baik, Nona.” Malam harinya, di restaurant Letteriach HF. “Kenapa kau ikut campur dan membuat masalah tanpa izin dariku?” tanya Elle. Tatapannya tegas, dingin, dan menekan. Namun, itu sama sekali tidak memberikan rasa takut kepada Lavine. Ah, imut sekali wajahnya! Itulah yang dipikirkan Lavine saat melihatnya. Lavine menghela napasnya. Menyandarkan punggungnya dengan nyaman. Ekspresinya terlalu santai. “Saat ini aku sangat senggang. Karena tidak ada masalah yang sedang aku

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 258

    Di dalam kafe yang biasanya ramai oleh percakapan pelanggan dan denting peralatan makan, suasana hari ini begitu sunyi. Merin duduk di sudut dapur dengan wajah kusut, air matanya terus mengalir. Ronald berdiri tak jauh dari ibunya, mencoba menenangkan dengan suara pelan meskipun kegelisahan juga tampak jelas di wajahnya. “Ibu, sudahlah... jangan terlalu dipikirkan. Mungkin besok akan lebih baik dari hari ini,” ucap Ronald dengan suara pelan, berusaha menyuntikkan harapan meski dalam hatinya pun ragu. Merin menggeleng lemah. “Kita sudah mengeluarkan modal besar-besaran dan sekarang semuanya jadi sia-sia. Pesanan itu batal, bahan-bahan tidak bisa dikembalikan, dan restoran hari ini sepi seperti tidak berpenghuni,” keluhnya lirih, lalu kembali menangis tertahan. Ronald menarik napas dalam-dalam. Ia menatap layar ponselnya yang kosong dari notifikasi para pelanggan.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 257

    Di dapur restoran, Merin mondar-mandir dengan wajah yang tegang. Para pegawai hanya saling berpandangan, enggan bersuara karena mereka memahami bahwa Merin sedang dalam keadaan yang emosi. Sudah sejak satu jam yang lalu, Merin gelisah. Telepon genggamnya terus menempel di telinga, namun yang terdengar hanya nada sambung panjang, hingga akhirnya sambungan terputus dengan sendirinya tanpa penjelasan apapun. “Masih belum bisa dihubungi, Bu Merin?” tanya salah satu koki dengan hati-hati. “Sudah dua hari! Dua hari penuh! Dan mereka hanya memberikan uang muka sebesar 5 persennya saja!” jawab Merin dengan nada tinggi, lalu mendesah keras. “Pesanan sebesar ini membutuhkan modal yang. Menurutmu uangnya dari mana? Aku bahkan sudah memesan bahan-bahan mahal dan membayar penginapan untuk timnya!” Pegawai yang bertanya itu pun seketika menutup mulutnya, tidak enak mendengar jawaban dari Merin

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 256

    Lavine menyandarkan tubuhnya di kursi balkon apartemennya yang menghadap langsung ke kota yang mulai redup diselimuti malam. Di tangan kanannya, sebatang rokok menyala perlahan, mengeluarkan asap tipis yang melayang di udara. Tatapan mata Lavine kosong, menembus langit malam yang berganti suasana sunyi, tapi pikirannya semakin penuh. Ia kembali teringat pada momen siang tadi, ketika ia melihat sendiri Elle dibawa pergi meninggalkan rumah sakit oleh William dan Emily. Ekspresi William begitu masih menahan marah, dan Emily terlihat khawatir sambil terus menggenggam tangan putrinya. Tapi di balik semua peristiwa itu, Lavine justru merasa sangat lega. Bukan karena ia senang Elle dibawa menjauh, tapi karena akhirnya Elle terbebas dari tempat yang perlahan-lahan menghancurkan dirinya. Elle telah menunjukkan hatinya yang amat lembut dan baik, tapi diremehkan seperti itu sangat tidak pantas rasan

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 255

    William tidak bisa lagi bersabar. Sungguh, kepalanya seperti ingin meledak karena menahan marah di sepanjang perjalanan. Elle mengeratkan pelukannya kepada ayahnya itu, tidak ingin melepaskan. “Ayah, aku sudah tahu bahwa aku salah. Aku tahu aku bodoh karena tidak mengutamakan akal sehatku. Maaf... Aku benar-benar meminta maaf untuk kesalahan besar yang aku lakukan ini.” Emily hanya bisa terdiam. Air matanya jatuh. Dia tahu benar bagaimana William sangat mencintai Elle. Apapun yang menyangkut dengan putrinya itu, William pasti maka sangat mudah kehilangan kendali. Namun, Emily juga tahu bahwa William juga sudah berusaha dengan sangat keras untuk menahan diri. Pria itu jelas tersiksa dengan perasaan gelisah selama ini. “Ayah…” suara Elle gemetar, namun ia tetap menatap ayahnya. “Berikan aku satu kesempatan lagi. Aku akan menyelesaikan semua ini dengan hasi

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 254

    Andreas melangkah keluar dari ruang observasi dengan ekspresi serius. Ia menarik napas panjang sebelum menghampiri Erika, Merin, dan Ronald yang menunggu di bangku rumah sakit sejak tadi. Mereka jelas terlihat sangat gelisah. Sudah 1 jam lebih, bahakan hampir 2 jam mereka menunggu di sana. Merin langsung berdiri. “Bagaimana hasilnya, Dokter?” Erika dan juga Ronald ikut bangkit untuk mendengarkan penjelasan dari Andreas. Andreas menatap mereka satu per satu. “Saya sudah mendapatkan hasil awal pemeriksaannya,” ucapnya pelan, nada suaranya dingin dan penuh tekanan. “Sama seperti yang anda inginkan tadi, pemeriksaan darahnya.” Ronald meneguk ludah. Erika mencengkram ujung jaketnya. “Dan… hasilnya cocok, bukan?” Andreas menggeleng perlahan. “Tidak. Golongan darah Nona Elle dan Nona Erika berbeda. Tidak kompatibel sama sekali. Bahkan, Nona Elle memiliki golongan darah yang sangat langka, dan tubuhnya tergolong sensitif ter

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 253

    Di ruang pemeriksaan rumah sakit swasta itu, suasana terasa begitu tegang. Elle masih terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien, wajahnya agak pucat dan tubuhnya dingin. Seorang dokter muda, mengenakan jas putih dan mengenakan name tag bertuliskan “Dr. Andreas”, berdiri di dekat monitor sambil menatap hasil pemeriksaan awal dengan alis berkerut. “Pasien ini... dalam kondisi tidak sadar dan tidak ada surat persetujuan. Saya tidak bisa melakukan pemeriksaan lanjut, apalagi untuk kecocokan donor organ, tanpa persetujuan atau izin tertulis dari yang bersangkutan,” ucap Dr. Andreas, suaranya tegas tapi tenang. Bagaimanapun, dia tidak boleh terkena masalah karena hal ini. Erika melangkah cepat ke depan, wajahnya dingin. “Kau tahu siapa pamanku, kan? Beliau adalah manajer rumah sakit ini. Kalau kau tidak ingin karirmu berakhir malam ini juga, sebaiknya lakukan saja. Kami hanya meminta pemeriksaa

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 252

    Elle membuka mata perlahan. Cahaya lampu yang ada dari ruang kerjanya menyambut pandangan yang masih sedikit buram. Tubuhnya terasa pegal, terutama bagian punggung dan leher, efek dari tidur dua jam lebih di sofa yang agak sempit. Namun tak ada keluhan keluar dari bibirnya, hanya helaan napas kecil dan gerakan ringan untuk meregangkan tubuh. Pandangan Elle tertuju pada meja kecil di samping sofa. Di sana telah tersedia segelas air mineral dan sebotol minuman pereda mabuk, lengkap dengan catatan kecil bertuliskan, “Saya tidak ingin mengganggu istirahat Anda, tapi tubuh Anda perlu perhatian juga. Ada bau alkohol yang terendus pagi tadi, semoga segera membaik. Rose” Elle tersenyum tipis. Rose, asisten sekretarisnya, memang selalu memahami waktunya, tidak hanya sebagai bawahan yang andal, tapi juga sebagai seseorang yang tahu kapan harus diam dan kapan harus segeralah bertindak. “Dia benar-benar bisa membaca situasi bahkan saat aku tid

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status