BRAKKKK!
Pria itu menggebrak meja kerjanya dengan keras dan membuat seisi ruangan berjengit karena kaget bercampur takut.
Pasalnya, ketika bos mereka itu mengamuk konsekuensinya berat, kemungkinan besar mereka akan kehilangan pekerjaan.
"Vino, laporan keuangan macam apa ini?! Kamu pikir saya nggak baca ulang laporan keuangan perusahaan?! Mulai hari ini kamu DIPECAT!"
"Maaf, Pak Leon. To-tolong beri saya kesempatan sekali lagi ... firma akuntan kami mungkin melakukan kesalahan yang tidak disengaja, Pak," mohon pria muda itu berlutut di hadapan Leon, CEO Indrajaya Realty.
"Tidak. Keluar dari ruangan saya sekarang, saya muak melihatmu." Leon memberi kode pengawalnya untuk menyeret keluar Vino, kepala firma akuntan publik yang bekerja untuk perusahaannya.
Dia paling benci orang yang tidak kompeten. Bagi Leon, ketika sudah mengeluarkan uang untuk membayar jasa artinya dia harus dilayani dengan sempurna, tak boleh ada cacat atau celah.
Indrajaya Realty adalah sebuah perusahaan multinational. Leon mengepalai cabang di Jakarta, Indonesia. Sementara kakak sulungnya berbeda ibu yang bernama Leeray, mengepalai cabang di Perth, Australia.
Leon menghempaskan tubuhnya di kursi CEO dengan ekspresi lelah. Pria bodoh tadi merusak mood paginya. Dia bisa uring-uringan sepanjang hari karena hal ini.
"Gio, Adri, kalian cari akuntan publik yang baru untuk perusahaan kita. Cari yang jujur dan teliti membuat laporan keuangan. Aku benci orang bodoh! Mana bisa membohongiku ... aku sekolah untuk gelar master bisnisku bukan membeli gelar kosong!" ujar Leon pada kedua sekretaris pribadinya yang sudah bekerja di perusahaan itu sejak dia belum dilahirkan.
Giorgio dan Adrian adalah dua sekretaris pribadi yang sejak muda dipekerjakan oleh papinya Leon yaitu Leonard Indrajaya.
Bagi mereka berdua, ayah dan anak itu berbeda bagai langit dan bumi. Leonard Indrajaya adalah seorang pebisnis yang kawakan dengan segudang pengalaman yang bertemperamen halus dan tenang. Sementara putera bungsunya ini, Vladimir Leon Indrajaya adalah seorang pebisnis muda yang bertemperamen panas dan mudah tersinggung sekalipun secara skill bisnis setara dengan ayahnya.
"Tentu, Pak Leon. Kami akan segera carikan gantinya," sahut Adrian dengan patuh.
Giorgio pun berbicara, "Pak Leon, sekadar mengingatkan ... Anda ada janji konsultasi dengan psikolog di rumah sakit Siloam Internasional hari ini pukul 10.00. Papi Anda yang membuatkan janji temu ini."
Mendengar perkataan Giorgio barusan, Leon mendengkus geli bercampur kesal. Papinya merasa temperamen Leon terlalu kasar dan cenderung meledak-ledak, jadi papinya ingin dia melakukan sesi terapi psikologis dengan ahli kejiwaan.
"Aku masih waras ... apa kalian menganggap aku orang gila yang butuh terapi kejiwaan?!" ucap Leon menanggapi janji temu dengan psikolog itu.
Gio dan Adri saling bertukar pandang dengan senyum terkulum karena geli dengan pertanyaan Leon. Mereka merasa senior boss mereka benar, puteranya agak sedikit agresif dan mudah mengamuk. Jelas sekali Leon butuh sesi terapi kejiwaan.
"Pak Leon, maaf saya tidak berani menjawabnya. Itu sepenuhnya hanya berdasarkan perintah Tuan Leonard. Saya hanya menjalankan perintahnya saja. Tolong jangan membuat saya berada dalam posisi dilematis," jawab Giorgio dengan halus.
Leon memang hanya mau mendengarkan masukan dari kedua sekretaris pribadinya itu. Maka, dia pun menuruti keinginan papinya.
"Oke, Gio. Aku berangkat sekarang, jadwal terapinya satu jam lagi. Kalau ada masalah kantor yang penting segera hubungi ponselku. Hal remeh ini membuang-buang waktuku yang berharga," pamit Leon sambil mengomel. Dia pun meraih kunci mobilnya di meja kerjanya lalu bergegas keluar ruangan CEO diikuti oleh pengawal-pengawalnya yang berbadan kekar.
Leon bertubuh tegap dan kekar dengan tinggi 190cm, wajahnya tampan mirip artis Korea Ji Chang Wok. Dia baru berusia 27 saat ini. Namun, dia sudah memimpin perusahaan sejak usia 21 tahun menggantikan papinya yang sudah berusia senja.
Papinya menikah dengan maminya Leon yang adalah istri keduanya di usia 59 tahun sementara istrinya berusia 28 tahun saat itu. Jadi saat ini papinya itu berusia 86 tahun lebih mirip seperti kakeknya dibanding ayahnya. Namun, papinya itu memang awet muda dan sangat sehat.
Hal itu sebenarnya menjadi penyebab trauma masa kecil Leon. Pernikahan papinya dengan maminya menjadi bahan gosip dan bully-an nyonya-nyonya sosialita konglomerat. Dan dalam prosesnya itu sungguh menyakiti hati Leon serta maminya.
Sejak kecil Leon gemar berkelahi karena teman-teman sekolahnya ikut membully dirinya karena omongan ibu mereka yang menjelek-jelekkan Leon dan maminya, Elena.
Tak jarang Leon mendengar perkataan bahwa maminya pelacur murahan, maminya matre, maminya menikahi kakek-kakek karena mata duitan, maminya wanita simpanan, dan sejenis itu. Semuanya selalu menyulut emosinya dengan membabi buta.
Leon sebenarnya anak yang jenius, hanya saja dia bermasalah di lingkungan sekolahnya. Jadi dia berpindah-pindah sekolah karena dropped-out akibat kegemarannya berkelahi. Pada akhirnya, papinya mengirim Leon bersekolah di luar negeri ketika SD kelas 5 di Perth, menumpang di rumah kakak sulung tirinya, Leeray.
Bagi Leon, Leeray justru seperti ayah baginya karena usia mereka berbeda 36 tahun. Kakak sulungnya itu sangat menyayanginya seperti anak kandung karena Leeray memiliki sepasang anak kembar seusianya yang bernama Poseidon dan Midori. Keduanya bertampang blasteran menuruni genetik mami mereka yang memiliki darah Australia. Berambut cokelat kemerahan dan bermata biru dengan kulit seputih porselen.
Semenjak bersekolah di Australia, Leon mulai menunjukkan prestasi di sekolahnya. Dia mengalami akselerasi pendidikan hingga dapat masuk bangku kuliah lebih muda dari usia seharusnya.
Papinya memanggilnya pulang ke Indonesia seusai studi S2-nya di bidang bisnis internasional. Mulailah Leon memimpin perusahaan warisan papinya di Jakarta di usia 21 tahun. Papinya masih membimbingnya di tahun-tahun awal hingga mulai melepaskan Leon untuk memimpin sendiri perusahaan multinational itu.
Secara skill memang Leon mumpuni, tapi secara hubungan dengan orang-orang memang Leon agak kurang sabar. Hal itu sedikit banyak membuat nyawa Leon terancam. Dia mengalami banyak teror dari pihak-pihak yang tersinggung dan tidak menyukainya. Maka dari itu kemanapun dia pergi sepasukan pengawal berbadan tegap selalu mengikuti untuk menjaganya.
Image sebagai CEO yang kasar dan dingin itu melekat erat pada diri Leon. Hanya saja reputasi perusahaan kontraktor swasta terbaik se-Indonesia itu yang membuat banyak klien tetap menggunakan jasa perusahaannya.
Sementara dengan pihak luar negeri yang menjadi klien mayoritas mereka, justru Leon dinilai sangat profesional dan kompeten. Dia menguasai 5 bahasa asing seperti maminya karena memang sejak kecil maminya mengajarinya serta memanggilkan guru privat bahasa asing untuknya.
Leon pun merasa kemampuan 5 bahasanya itu membantu banyak untuk kemajuan perusahaannya. Kontrak klien asing mengalir deras karena kemampuan negosiasinya yang bagus.
Bakat kedua orang tuanya menurun tepat pada Leon. Leonard Indrajaya dikenal sebagai negosiator hebat di masa mudanya hingga disebut sebagai maestro bisnis pendiri konglomerasi grup Indrajaya.
Jalanan kota Jakarta selalu macet, Leon melirik jam tangan berlapis emas di pergelangan tangannya yang menunjukkan bahwa dia sangat terlambat dengan janji konsultasi kejiwaan dengan psikolog di RS. Siloam International.Dia tidak suka bila ada orang yang membuat janji dengannya terlambat datang. Sekarang sebaliknya keadaannya, dia yang terlambat datang. Leon berharap dokter ahli jiwa yang akan memeriksanya tidak marah padanya.Akhirnya, Leon pun sampai di rumah sakit itu. Dia berjalan ke front desk rumah sakit dan bertanya dimana ruang praktik psikolog. Petugas resepsionis itu memberitahukan petunjuk arah dimana ruangan itu berada.Leon pun segera berlari ke sana. Dia telah terlambat 1 jam. Sial!Perawat jaga di depan ruang periksa psikolog itu menanyainya, "Selamat siang, Pak. Apa sudah membuat janji sebelumnya? Atas nama siapa?"Leon menata napasnya yang terengah-engah akibat berlari. "Ehmm ... atas nama Vladimir Leon Indrajaya, saya sudah
Setelah sesi konseling bersama Leon usai, Dokter Evita bergegas ke bagian administrasi RS. Siloam International. Dia ingin mengetahui rincian biaya kemoterapi untuk mamanya, Dokter Evelyn Meyers, yang sedang dirawat di rumah sakit itu karena kanker cervix (leher rahim).Sudah hampir setahun sejak diagnosa dokter spesialis onkologi diberitahukan kepada keluarga Dokter Evelyn Meyers. Itu sebuah berita yang menghancurkan hati Evita dan papanya, Dokter Philip Meyers. Mereka berusaha mencari jalan agar mama sekaligus istri tercintanya itu bertahan.Serangkaian kemoterapi sudah dijalani oleh Dokter Evelyn Meyers selama hampir 1 tahun dan memakan biaya yang sangat besar untuk tiap sesi kemoterapinya. Harta kekayaan yang sudah dikumpulkan oleh Dokter Philip sepertinya pun sudah tiris untuk membayar biaya rumah sakit."Suster Mina, total biaya kemoterapi tahap ketiga berapa jumlahnya ya?" tanya Dokter Evita dengan cemas, tabungannya benar-benar nyaris kosong.
Seperti biasa Leon bertemu dengan partner ranjangnya sekaligus berkencan makan malam romantis dengannya. Dia akan memutuskan apa wanita itu layak atau tidak dibawa pulang ke penthouse miliknya untuk menemaninya menghabiskan malam bersamanya.Selera Leon sangat tinggi, dia tidak suka wanita yang terkesan murahan. Memang uang bisa membeli banyak hal, tapi dia tidak suka wanita yang cantik tapi sudah terlalu sering melayani banyak lelaki. Bagi Leon kesannya seperti kain pel yang sudah dipakai berkali-kali dan kotor, mau secantik apapun wanita itu.Tidak jarang Leon membayar mahal hanya untuk mendapatkan perawan yang dijual di lapak prostitusi online. Dia suka barang yang masih baru dan belum tersentuh oleh lelaki manapun. Sejak masih berumur 16 tahun, Leon sudah melepas keperjakaannya.Annabella Berliana, nama teman kencannya malam ini. Mata Leon menilai penampilan wanita itu. Itu memang tipe wanita favoritnya, berdada besar dengan tubuh langsing. Payud
Sesampainya di depan pintu unitnya, Leon membuka pintu itu dengan sensor retina matanya. Pintu itu pun terbuka."Silakan masuk di rumahku, Bell. Jangan sungkan ya!" ujar Leon mempersilakan Annabella untuk masuk ke unit penthouse itu.Wanita itu terperangah ketika melihat betapa luas dan mewah ruangan itu. "Wahh ... gila, mewah banget tempat tinggalmu, Leon!" katanya.Leon pun duduk di kursi dekat rak sepatu dan sandal untuk melepas sepatu fantofel dan kaos kakinya. Dia mengamati respon Annabella melihat penthouse miliknya ini."Sepertinya kau seorang sultan, Leon. Tempat tinggalmu keren sekali. Well ... ini sebuah penthouse kurasa, bukan unit apartment biasa," ujar Annabella sambil berjalan berkeliling ruangan itu.Leon melepas jasnya lalu dia menarik dasinya hingga simpul dasi itu lepas.Melihat Leon melepas sebagian pakaiannya sendirian, dia pun sadar diri lalu bergegas mendekati Leon sambil berkata, "Biarkan aku yang melayanimu, Leo
Semalam Leon memuaskan hasratnya dengan tak tanggung-tanggung, Annabella adalah partner ranjang yang aktif dan tidak membosankan. Entah karena faktor fisik Leon yang sangat menarik atau partner ranjangnya yang sangat puas sehingga menginginkan lagi dan lagi, mereka melakukan percintaan itu berulang-ulang hingga kelelahan.Alarm ponsel Leon berbunyi tanpa henti berusaha menarik kesadarannya dari alam mimpi. Akhirnya, Leon tersadar bahwa pagi ini dia memiliki janji dengan Dokter Evita di RS. Siloam Internasional."Damn!" rutuknya karena bangun kesiangan.Leon segera berlari ke kamar mandi lalu menyalakan shower air dingin untuk memaksa sel-sel tubuhnya untuk bangun. Dia menyabuni tubuhnya lalu membilasnya dengan cepat. Kemudian memakai handuk untuk mengeringkan tubuhnya sambil mencari pakaian di walk-in-closet miliknya.Dia pun menyambar gantungan setelan jas warna hitam dan kemeja biru langit dengan dasi ungu tua bergaris diagonal. Leon memakainya se
Seusai sesi terapi kejiwaan pertamanya, Leon menyetir ke kantornya sendiri. Pengawal-pengawalnya berada di belakang mobilnya, mengikutinya dengan 2 mobil lain.Kalau dibilang pengawalannya berlebihan, tidak juga. Pasalnya, Leon sudah beberapa kali mendapat ancaman pembunuhan. Dua kali penembakan misterius, sekali di depan lobi gedung Indrajaya Realty dan sekali sesudahnya di depan lobi Nirwana Amanjiwo Tower, tempat tinggalnya. Mungkin dia yang memiliki 9 nyawa seperti kucing sehingga bisa lolos dari penembak jitu yang mengintainya dari atap gedung di seberang jalan.Semenjak saat itu, Leon memperketat pengaman dirinya sendiri dengan menempatkan 10 orang pengawal ketika dia pergi keluar ruangan. Masa bodoh pengawal-pengawal itu seperti makan gaji buta, yang penting adalah musuhnya yang tak terlihat itu akan berpikir berulangkali untuk mencoba membunuhnya.Jadwal pekerjaan Leon pagi ini cukup padat. Giorgio, sekretaris pribadinya yang mengurusi jadwal meeti
Semenjak menginjakkan kakinya di unit apartment Evita, dia seolah tak sanggup untuk memalingkan matanya ke arah lain. Seolah-olah gadis itu telah memikatnya.Leon ditemani oleh Evita berjalan melihat-lihat isi unit apartment milik gadis itu. Sementara Adri dan Gio duduk menunggu di sofa seperti yang diperintahkan bos muda mereka.Kondisi unit itu tampak terawat dengan baik, bersih dan rapi. Tak ada barang tercecer. Hingga mereka sampai di kamar tidur Evita. Semua barang Evita memang masih berada di tempatnya karena dia belum sempat packing untuk meninggalkan unit apartment yang telah dibeli oleh Leon.Mata Leon menangkap bentukan segitiga berenda warna hijau tosca itu di atas tepi ranjang. 'Oohh sial! Benar-benar spoiler ...,' umpat Leon dalam hatinya ketika melihat celana dalam sutera berenda milik Evita.Evita pun mengikuti arah pandangan mata Leon. 'Ohh Damn! Bagaimana aku bisa ketinggalan satu lembar ketika melipat celana dalamku tadi?!' sesal E
Sekembalinya Leon dari unit apartment Evita ke kantornya, dia menyuruh Gio dan Adri ikut masuk ke ruangannya. Dia punya tugas untuk kedua sekretarisnya itu."Adri, Gio, aku ingin kalian menyelidiki Belvin Alexander Young, dia CEO Young Entertainment. Aku butuh laporan mengenai kehidupan pribadinya terutama hubungannya dengan para wanita. Dokumentasikan dengan foto kalau bisa," ujar Leon sambil menautkan jarinya sambil menggoyangkan kursinya ke kanan ke kiri."Siap, Pak," jawab Adri dan Gio serempak."Kalian boleh pergi sekarang. Apa masih ada janji temu dengan klien sore ini?" tanya Leon sebelum kedua sekretarisnya pergi dari ruangannya."Tidak ada, Pak. Mungkin Bapak ingin membaca penawaran terbaru granit dan marmer dari PT. Pesona Batu Alam. Mereka menawarkan harga promosi untuk kontrak khusus bulan ini," saran Adrian."Oke, akan kubaca, Adri. Terima kasih," jawab Leon lalu memberi kode dengan tangannya agar mereka berdua keluar dari ruangannya.
Kini Leon sudah ahli mengganti popok bayi, serta merawat bayi dengan minyak telon, bedak bayi, serta losion bayi. "Diego ... jagoan Papi! Ututu cayaaangg ...," ucap Leon menimang-nimang puteranya sambil menggoda bayi yang terkekeh-kekeh itu sehabis memandikannya pagi ini.Sementara Evita sedang membuat makanan pendamping ASI karena putera pertamanya semakin bertambah usianya. Dia membuat bubur kentang dan daging salmon yang lembut dicampur wortel dan brokoli. Setelah selesai Evita mendekati ayah dan anak itu di balkon sambil membawa semangkuk bubur bayi."Eve, kurasa kali ini genetikku yang kuat mendominasi tampilan fisik Diego. Rambutnya semakin hitam dan iris matanya juga hitam. Aku bisa berbangga di depan abang-abangku, Leeray dan James yang selalu kalah genetiknya dari istri mereka," ujar Leon tertawa girang saat Evita menyuapi Diego di baby stroller.Sepertinya bayi laki-laki itu menyukai makanan pendamping ASI buatan maminya. Diego seolah menikmati buburnya dan menelannya begitu
"Hai, Matt. Tumben kau mencariku?" sapa Michael Benedict Indrajaya berjabat tangan dan merangkul menantunya.Mereka berdua pun duduk di sofa kantor CEO Tanurie Grup. Matthew pun mulai berbicara, "Mike, aku ingin melebarkan sayap ke bisnis di Indonesia. Kurasa di Jakarta belum ada kasino yang besar seperti di Singapore atau Macau atau sejenis di Las Vegas atau Atlantic City. Aku berpikir itu sebuah ide bisnis yang menarik untuk digarap. Bagaimana menurutmu?" Michael terpekur sejenak memikirkan ide itu lalu dia pun menjawab, "Bisnis yang menarik, tapi kau butuh uang banyak untuk setoran keamanan ke banyak pihak, Matt. Ini Indonesia, hanya yang memiliki sumber daya kuat yang mampu bertahan. Selama ini grup Tanurie dan grup Indrajaya berfokus di sarana prasarana bidang jasa niaga. Entertainment belum kami sentuh.""Papa Mertua, aku butuh bantuanmu untuk lebih mengenal negara ini dengan baik. Belum ada, tapi bisa dicoba. Oya, cucumu laki-laki dan aku ingin nanti dia yang meneruskan legacy
Leon memeluk Evita yang merasa cemas pasca kedatangan Joe Allen Leigh yang ingin membawa Diego. "Tenanglah, Eve! Pria itu sudah pergi dari rumah sakit," hibur Leon seraya membelai punggung Evita dengan lembut."Bagaimana bila hasil test DNA Diego mengatakan bahwa Joe adalah ayahnya, Hubby?" ucap Evita dengan jantung berdebar-debar.Helaan napas meluncur dari mulut Leon. Dia sendiri pun agak bingung dengan penampilan bayinya setelah lahir. Rambut Diego tidak merah seperti maminya, tidak hitam seperti Leon, melainkan kecoklatan gelap. Kemudian warna iris matanya juga biru begitu, tidak hijau, tidak pula hitam seperti dirinya.Genetik itu permainan kode DNA yang dominan dan resesif bisa teracak sempurna. Itu yang Leon tahu dari ilmu IPA yang pernah ia pelajari saat sekolah dulu. Sebetulnya kalau puteranya seperti maminya, Leon juga tidak keberatan. Ini malah bikin bingung karena tidak ada ciri khas papi maminya. Pusing!"Eve, kalau ternyata ayah kandung Diego adalah Joe. Apa yang harus k
"Hello, Eve!"Suara bass husky pria itu mengirimkan teror ke sekujur tubuh Evita. Dia mendadak gemetaran dan menatap nanar ke arah pria itu berjalan mendekatinya di bed pasien ruang ibu dan anak.Joe Allen menyeringai melihat Evita yang tampak ketakutan melihatnya. "Ckckckck ... kenapa harus takut kepadaku? Aku ingin melihat puteraku juga. Coba biarkan aku menggendongnya, Eve!" ujar Joe Allen mendekat ke samping ranjang."Jangan mendekat!" teriak Evita lalu menekan tombol panggilan untuk perawat.Diego ada di dekapannya dan sedang menyusu dengan tenang tanpa tahu bahwa maminya sedang tegang berhadapan dengan monster predator wanita."Bayi yang tampan dan sehat. Aku ingin menggendongnya!" Joe Allen mengangkat Diego dari dekapan Evita lalu menimang-nimang bayi berusia beberapa hari itu sambil berdiri.Perawat jaga bergegas masuk ke ruangan itu dan bertanya, "Apa Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?""Suster, pria ini berbahaya, dia mengambil puteraku!" teriak Evita histeris.Namun, Joe All
"Eve, kurasa HPL kelahiranmu sudah lewat. Kenapa anak ini tak kunjung lahir?" tanya Leon penasaran.Evita pun terpekur sejenak lalu dia berbisik di telinga suaminya, "Mungkin kau bisa membantuku kontraksi kali ini?"Dengan wajah berseri-seri Leon menjawab, "Itu keahlianku, Hot Mommy! Siap melayani dengan sepenuh hati."Perasaan bergetar saat menatap tubuh molek istrinya yang polos masih sama bagi Leon, little mermaid itu memiliki sejuta pesona yang membuatnya tak mampu berpaling. Perlahan telapak tangannya menekan perlahan bulatan indah di dada Evita. Bibirnya mencecap puncaknya yang mengalirkan susu dengan deras.Bagi Leon bercinta dengan wanita hamil memiliki sensasi istimewa tersendiri, dia sangat menyukainya. ASI dari Evita membuatnya bernostalgia dengan masa batitanya dulu yang hanya teringat samar-samar. Namun, satu yang pasti rasanya manis dan membuatnya ketagihan."Leon ... aku seperti merasa punya bayi besar," goda Evita yang membelai-belai bagian belakang kepala suaminya yan
Lisbon, Portugal.Kali ini Matthew mengajak Alice mengunjungi Lisbon Oceanarium yang terletak di perairan biru Estuary Tagus. Bangunan itu dari kejauhan tampak seperti kapal yang tinggi menjulang di atas laut yang terbuat dari kaca.Konsep tempat wisata ini mirip dengan sea world yang menampilkan kehidupan laut, ada banyak jenis ikan laut yang bisa dilihat seperti ikan hiu, ikan Puffer warna-warni, anemon laut, dan pinguin lucu yang senang berinteraksi dengan pengunjung."Matt, pinguinnya melambai kepadaku," ujar Alice terkikik geli melambai-lambaikan tangannya dengan beberapa ekor pingiun di balik kaca oceanarium.Pria itu pun tertawa geli melihat Alice dan pinguin-pinguin itu. "Wah, sepertinya kalian cocok bersahabat satu sama lain."Mereka bergandengan tangan berkeliling melihat-lihat isi oceanarium yang menarik. Ikan pari lebar melewati kaca di atas kepala mereka. Tiba-tiba ponsel Matthew berdering tanda panggilan telepon masuk. Dia segera menerimanya. "Halo?" "Halo, Boss. Saya
Sudah tiga bulan terakhir ini pria itu tak bisa menikmati hobinya berhubungan seks dengan wanita. Penyebabnya adalah alat kelaminnya mengalami radang dan bernanah bercampur darah. Ingin melakukannya, tetapi saat bergesekan atau hanya bersentuhan saja bagian yang dulu sempat jadi kebanggaannya untuk menaklukkan wanita itu tak bisa lagi digunakan karena sangat sakit.Akhirnya Belvin hanya bisa mengalihkan hasrat seksualnya dengan berhalusinasi menggunakan obat-obatan terlarang. Angel dust telah menjadi sahabatnya berfantasi. Angannya dapat terbuai melayang jauh sekalipun jiwanya sakit.Dari hari ke hari tubuhnya semakin kurus karena dia kehilangan napsu makannya dan hanya ingin berbaring dan berfantasi dalam dunia maya. Dosis obat-obatan yang dia konsumsi dari hari ke hari semakin meningkat. Awalnya hanya jenis serbuk yang dihirup melalui lubang hidung. Lama kelamaan dia menggantinya dengan jenis obat injeksi yang efeknya lebih kuat.Pergaulan yang buruk merusak tubuh, pepatah itu sung
Petang itu sebelum makan malam bersama awak kapal yacht Lady Marine, Matthew sengaja mengajak Alice ke Pastel de Belem. Bakery itu menjual Patel de Nata yang terkenal di Lisbon. Mereka memesan dua lusin makanan ringan bercita rasa manis itu untuk menjamu awak kapal.Bentuk pastel berisi krim putih bertabur bubuk kayu manis itu lebih mirip pie yang buah sebenarnya, hanya tidak menggunakan buah sebagai isiannya dan bentuknya memang seperti pastel tutup yang dipanggang.Alice menggigit sebuah Patel de Nata lalu menyuapi suaminya juga. "Aaa ... apa manis?""Manis seperti istriku!" sahut Matthew terkekeh sambil melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Alice yang sedang duduk di high chair menunggu pesanannya.Bibir Alice mendekati bibir suaminya dan langsung disambar dengan ganas. "Aahh ... I got a strike, Boy!" seru Alice terengah menata napasnya.Matthew tertawa dan bertanya, "Why?!" "I got a monster bit my lips like a Giant Traveley fish!" ("Aku mendapat monster yang menggigit bibirk
Perlahan kapal yacht Lady Marine merapat ke dermaga Lisbon. Kapten Eugene Dunn mengarahkan kapal pesiar mewah berukuran sedang itu dengan roda kemudi kapal. "Mister Leigh, tujuan Anda dan Nyonya telah tercapai. Welcome to Lisbon!" ujarnya di depan alat pengeras suara yang terhubung ke semua ruangan di kapal yacht itu.Alice bersorak gembira dan melompat ke pelukan Matthew. "Ahh ... tak sabar rasanya untuk turun ke daratan, Hubby!" seru Alice penuh semangat.Pria tampan itu tersenyum miring menatap istrinya yang imut dan membalas, "Mungkin Lisbon tak seterkenal Paris, Rome, London, atau Amsterdam, tapi aku yakin kau pasti tidak akan melupakan petualangan romantis kita di Lisbon!"Akhirnya sauh dibuang ke dalam laut dan tali tambang kapal diikat ke tonggak dermaga. Matthew membantu Alice turun dari kapal, sedangkan Calvin membawakan koper kedua majikannya."Capt. Eugene, aku akan berjalan-jalan seminggu di Lisbon. Bersenang-senanglah juga, turun dari yacht!" seru Matthew yang mendapat