Semalam Leon memuaskan hasratnya dengan tak tanggung-tanggung, Annabella adalah partner ranjang yang aktif dan tidak membosankan. Entah karena faktor fisik Leon yang sangat menarik atau partner ranjangnya yang sangat puas sehingga menginginkan lagi dan lagi, mereka melakukan percintaan itu berulang-ulang hingga kelelahan.
Alarm ponsel Leon berbunyi tanpa henti berusaha menarik kesadarannya dari alam mimpi. Akhirnya, Leon tersadar bahwa pagi ini dia memiliki janji dengan Dokter Evita di RS. Siloam Internasional.
"Damn!" rutuknya karena bangun kesiangan.
Leon segera berlari ke kamar mandi lalu menyalakan shower air dingin untuk memaksa sel-sel tubuhnya untuk bangun. Dia menyabuni tubuhnya lalu membilasnya dengan cepat. Kemudian memakai handuk untuk mengeringkan tubuhnya sambil mencari pakaian di walk-in-closet miliknya.
Dia pun menyambar gantungan setelan jas warna hitam dan kemeja biru langit dengan dasi ungu tua bergaris diagonal. Leon memakainya secepat yang dia bisa karena dia hampir terlambat untuk berangkat ke rumah sakit.
Janji terapi kejiwaan bagi dirinya yang teramat sangat waras, menurut Leon sendiri. Dia bersemangat untuk memenuhi janji terapi itu karena Dokter Evita yang membuatnya penasaran itu. Obyek obsesi barunya yang sedikit jual mahal.
Leon menyambar kunci mobil Lamborghini gold-nya. Dia menatap tubuh Annabella yang polos di atas ranjangnya dan tersenyum puas. Dia akan menyuruh Adri, sekretarisnya untuk membereskan kekacauan semalam dan mengantar wanita itu pulang ke kost-nya.
Dia tidak ada urusan lagi dengan wanita itu karena pembayaran kencan satu malamnya sudah dibayar di muka. Nilainya 30 juta, dia yang mentransfer dana itu pada hari sebelumnya ke rekening Annabella Berliana.
Pengawal pribadinya sudah siap di lobi. Mobil Lamborghini miliknya juga sudah diantar oleh vallet parking di depan pintu lobi. Leon segera menaiki mobil itu lalu memacunya ke RS. Siloam Internasional.
Di perjalanan, Leon menghidupkan earphone bluetooth-nya untuk menelepon Adrian.
"Halo, Adri. Datanglah ke penthouse-ku untuk mengurusi Annabella. Antar dia pulang ke kostnya," ujar Leon dengan singkat, jelas.
"Baik, Pak Leon," sahut Adrian dengan jawaban yang singkat.
Leon mematikan panggilan itu lalu berkonsentrasi pada jalanan.
Setelah memacu mobilnya di jalanan kota Jakarta yang masih sedikit sepi di pagi hari. Beruntung dia tidak terjebak kemacetan pagi ini. Leon pun sampai di parkiran Rumah Sakit Siloam International. Dia segera memarkir mobilnya dengan benar lalu turun menuju ke tempat praktik psikolog.
"Selamat pagi, Suster. Saya sudah membuat janji terapi pagi dengan Dokter Evita atas nama Vladimir Leon Indrajaya," ujar Leon pada suster jaga di meja pendaftaran pasien kejiwaan.
Mata suster jaga itu lebih ke arah kagum ketika melihat wajah Leon yang memang sangat tampan. Dia pun terbata-bata menjawab, "Ehh ... ohh ... i-- iya ada janji terapi Anda di daftar pasien, Tuan Vladimir. Silakan langsung masuk ke ruang 1. Dokter Evita ada di dalam."
Tanpa membuang waktu lagi, Leon melangkahkan kakinya ke ruang 1. Dia mengetoknya 3 kali sebelum membuka pintu. Dan di sanalah wanita muda cantik itu, tampak begitu rapi dan profesional dengan sneli putihnya sedang duduk di meja menekuri sebuah buku. Novel? Atau buku kedokteran?
"Selamat pagi, Dokter Eve," sapa Leon sembari melemparkan senyum mautnya yang selalu berhasil membuat jantung kaum Hawa mendadak aritmia.
Dokter Evita mengangkat wajahnya dari buku yang sedang dia baca. Leon duduk di hadapan mejanya melihat cover buku yang tadi dibaca Dokter Evita.
'Aahh Twilight Saga! Seorang dokter yang romantis rupanya ...,' batin Leon.
"Selamat pagi, Tuan Leon. Anda tidak terlalu terlambat pagi ini. Saya pikir akan menunggu satu jam lagi seperti janji terapi yang pertama," goda Dokter Evita karena Leon sudah terlambat 15 menit dari janji terapi mereka.
"Bukan aku yang salah, Dok. Kemacetan kota Jakarta yang membuatku terlambat. Jadi apa yang Anda ingin lakukan padaku pagi ini?" balas Leon. Dia membatin sambil tersenyum, 'Sesuatu yang romantis mungkin ...'
Senyuman Leon memang membuat pria muda itu menjadi sangat tampan, Dokter Evita pun tidak menyangkalnya dalam hatinya.
"Tolong pindah ke kursi panjang di sana, Tuan Leon. Kita akan menjalani hipnoterapi untuk membuka satu per satu lapisan yang keras dari sumber trauma masa kecil Anda. Ayo ...," ujar Dokter Evita lalu berdiri dan berjalan di samping Leon.
Dari tempat dia berjalan, Leon dapat menghirup aroma parfum Dokter Evita, lavender, mawar, dan lemon yang terasa segar dan lembut. Rasanya dia ingin menyurukkan wajahnya ke ceruk leher dokter cantik itu.
"Ehh ... apa aku boleh tahu merk parfum Dokter Eve?" tanya Leon penasaran sembari duduk di atas kursi panjang setengah berbaring menatap mata hijau zamrud itu.
"Tom Ford Lavender Extreme. Apa Anda suka atau tidak suka aromanya?" balas Dokter Evita dengan tenang duduk di kursi di sebelah Leon.
Leon terkekeh lalu menjawab, "Sangat suka hingga ingin memelukmu, Dok. Tapi, aku takut Dokter Eve salah paham nanti."
Wajah Dokter Evita sontak merona mendengar perkataan Leon yang begitu frontal. Dia pun berkata, "Saya tidak memeluk pasien bila tidak diperlukan sebagai bagian terapi kejiwaan, Tuan Leon. Pelukan itu juga sebuah terapi relaksasi pada pasien yang mengalami serangan kepanikan atau anxiety. Saya rasa Anda tidak panik saat ini."
'Panik kehilanganmu, Dok ... panik karena kau terlalu sulit ditaklukkan seolah aku kehilangan pesonaku ketika berhadapan denganmu,' gerutu Leon dalam hatinya.
"Pejamkan mata Anda ... rileks ... tarik napas dalam-dalam ... hembuskan ... kosongkan pikiran ... gelap ... dalam hitungan ketiga Anda akan tertidur ... satu ... dua ... tiga ...," ucap Dokter Evita memberikan sugesti hipnotisnya.
Suara lembut Dokter Evita membuatnya mengantuk ditambah tubuhnya yang kelelahan pasca pertarungan bergairahnya dengan Annabella semalaman. Leon tak sadar dengan terapi yang dilakukan Dokter Evita.
"Vladimir Leon Indrajaya, kita berada di usia 3 tahun, apa kamu mengingat memori yang indah atau buruk?" tanya Dokter Evita dengan suara yang setenang air danau dan sejuk.
Leon menjawab dengan mata tertutup, "Aku sangat bahagia dimanjakan oleh papi dan mami. Mungkin aku anak paling bahagia sedunia, mereka orang tua yang terbaik. Namun, mami sering menangis diam-diam setelah bertemu teman-temannya. Itu membuatku ikut sedih."
Mendengar perkataan Leon, Dokter Evita bisa sedikit memiliki gambaran akan hal yang jadi akar permasalahan kepribadian Leon yang keras dan kasar. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya.
Kemudian Dokter Evita berkata lagi, "Vladimir Leon Indrajaya, kita sedang berada di usia 5 tahun, seperti apa kenangan yang paling membekas di ingatanmu, ceritakanlah?"
Leon bergerak-gerak di kursinya dengan gelisah lalu berteriak penuh amarah, "Lepaskan Mamiku! Kalian wanita brengsek, sok suci! Kalian tidak berhak menghakimi Mamiku! Menyingkir dari kami ... Mami jangan menangis, Leon di sini! Mami ... berhenti menangis." Leon terisak dalam tangis seperti anak kecil.
Dokter Evita pun berdiri membelai kepala Leon dan memeluknya, itu adalah serangan panik dari masa lalu. Perlahan emosi Leon kembali normal, sepertinya cukup sampai di usia 5 tahun dulu hipnoterapi hari ini, pikir Dokter Evita. Bila terlalu memaksa akan sangat berbahaya dan mempengaruhi mood pasien sepanjang hari.
Dia pun membaringkan kembali kepala Leon di sandaran kursi panjang, tempat pria itu setengah berbaring. Kemudian Dokter Evita mengirimkan sugesti mengakhiri hipnotis, "Vladimir Leon Indrajaya, kembali ke masa kini. Bangunlah ... berjalanlah menuju titik terang itu ... lalu buka matamu perlahan ... satu ... dua ... tiga ... buka matamu!"
Kemudian Leon pun membuka matanya dan tidak teringat apapun, pandangannya sedikit berkunang-kunang. Selain itu, dia sedikit merasa sedih dan matanya agak basah juga. Dia menoleh ke arah Dokter Evita dengan bingung lalu bertanya, "Apa yang terjadi, Dok? Kenapa aku menangis?"
Dokter Evita menggenggam tangan Leon lalu menjawab, "Tadi kita berjalan menyusuri masa kecilmu. Itu sepertinya membuat Anda tidak nyaman. Maafkan saya, tapi kita akan mencoba menyembuhkan luka-luka di jiwa Anda, Tuan Leon. Melepaskan akar yang pahit yang tertanam begitu dalam akan sangat melegakan. Percayalah pada saya!"
Mata Leon menatap ke dalam mata hijau zamrud itu dan terdiam ...
Seusai sesi terapi kejiwaan pertamanya, Leon menyetir ke kantornya sendiri. Pengawal-pengawalnya berada di belakang mobilnya, mengikutinya dengan 2 mobil lain.Kalau dibilang pengawalannya berlebihan, tidak juga. Pasalnya, Leon sudah beberapa kali mendapat ancaman pembunuhan. Dua kali penembakan misterius, sekali di depan lobi gedung Indrajaya Realty dan sekali sesudahnya di depan lobi Nirwana Amanjiwo Tower, tempat tinggalnya. Mungkin dia yang memiliki 9 nyawa seperti kucing sehingga bisa lolos dari penembak jitu yang mengintainya dari atap gedung di seberang jalan.Semenjak saat itu, Leon memperketat pengaman dirinya sendiri dengan menempatkan 10 orang pengawal ketika dia pergi keluar ruangan. Masa bodoh pengawal-pengawal itu seperti makan gaji buta, yang penting adalah musuhnya yang tak terlihat itu akan berpikir berulangkali untuk mencoba membunuhnya.Jadwal pekerjaan Leon pagi ini cukup padat. Giorgio, sekretaris pribadinya yang mengurusi jadwal meeti
Semenjak menginjakkan kakinya di unit apartment Evita, dia seolah tak sanggup untuk memalingkan matanya ke arah lain. Seolah-olah gadis itu telah memikatnya.Leon ditemani oleh Evita berjalan melihat-lihat isi unit apartment milik gadis itu. Sementara Adri dan Gio duduk menunggu di sofa seperti yang diperintahkan bos muda mereka.Kondisi unit itu tampak terawat dengan baik, bersih dan rapi. Tak ada barang tercecer. Hingga mereka sampai di kamar tidur Evita. Semua barang Evita memang masih berada di tempatnya karena dia belum sempat packing untuk meninggalkan unit apartment yang telah dibeli oleh Leon.Mata Leon menangkap bentukan segitiga berenda warna hijau tosca itu di atas tepi ranjang. 'Oohh sial! Benar-benar spoiler ...,' umpat Leon dalam hatinya ketika melihat celana dalam sutera berenda milik Evita.Evita pun mengikuti arah pandangan mata Leon. 'Ohh Damn! Bagaimana aku bisa ketinggalan satu lembar ketika melipat celana dalamku tadi?!' sesal E
Sekembalinya Leon dari unit apartment Evita ke kantornya, dia menyuruh Gio dan Adri ikut masuk ke ruangannya. Dia punya tugas untuk kedua sekretarisnya itu."Adri, Gio, aku ingin kalian menyelidiki Belvin Alexander Young, dia CEO Young Entertainment. Aku butuh laporan mengenai kehidupan pribadinya terutama hubungannya dengan para wanita. Dokumentasikan dengan foto kalau bisa," ujar Leon sambil menautkan jarinya sambil menggoyangkan kursinya ke kanan ke kiri."Siap, Pak," jawab Adri dan Gio serempak."Kalian boleh pergi sekarang. Apa masih ada janji temu dengan klien sore ini?" tanya Leon sebelum kedua sekretarisnya pergi dari ruangannya."Tidak ada, Pak. Mungkin Bapak ingin membaca penawaran terbaru granit dan marmer dari PT. Pesona Batu Alam. Mereka menawarkan harga promosi untuk kontrak khusus bulan ini," saran Adrian."Oke, akan kubaca, Adri. Terima kasih," jawab Leon lalu memberi kode dengan tangannya agar mereka berdua keluar dari ruangannya.
Sesudah mengakhiri teleponnya dengan Leon, gadis itu pun menghubungi nomor Belvin tunangannya. Dia harus mengakhiri pertunangan mereka yang sudah berjalan selama hampir 5 tahun. Alasannya menunda pernikahannya dengan Belvin disebabkan karena kesibukan mereka berdua. Evita ingin memberi kesempatan kekasihnya itu untuk fokus dengan pekerjaannya.Namun, kini justru dia harus mengakhiri pertunangan mereka karena pria lain yang baru kurang dari seminggu dia kenal. Rasanya begitu konyol di pikirannya. Leon menariknya begitu kuat dengan kekuatan finansialnya.Sebenarnya hubungan antara dokter ahli jiwa dan pasien secara romantis itu dilarang karena dapat menyebabkan bias opini. Evita pun sangat paham tentang hal itu. Tapi, dia tetap melanggar kode etik itu demi mamanya. Leon telah membayar lunas perawatan kesehatan mamanya, bahkan mentransfer pembayaran unit apartment miliknya 800 juta. Ini seperti sebuah transaksi saja baginya.Evita menegarkan hatinya demi apapun itu
Mendengar suara Leon memanggilnya, Evita pun menoleh ke belakang. Mereka saling bertatapan dengan jarak 3 meter. Menunggu siapa dulu yang akan bergerak, akhirnya Leon yang menghampiri Evita."Naiklah ke penthouse-ku, Eve. Aku ingin berbicara denganmu," ujar Leon lalu menggandeng tangan Evita dan berjalan ke lift.Evita menurut saja, dia masih merasa hampa karena baru saja mengakhiri hubungannya dengan Belvin yang telah berjalan sekitar 5 tahun. Bagaimanapun dia telah berbagi banyak kenangan pahit dan manisnya sebagai kekasih dengan Belvin. Itu bukan hal yang mudah dilupakan."Kenapa kau terdiam dari tadi, Eve Sayang? Apa kau merasa sedih telah mengakhiri hubunganmu dengan Belvin?" tanya Leon menyelidik sambil melirik ke wajah Evita yang berdiri di sebelahnya.Evita berdehem, dia tak bisa berbohong. "Ya, itu tidak mudah bagiku."Akhirnya, mereka sampai di lantai 50. Mereka pun keluar dari lift dan menuju ke salah satu dari tiga pintu yan
Ketika Evita menggeliat karena terbangun dalam posisi dipeluk erat oleh seseorang, dia pun tersadar bahwa semalam dia tidur di penthouse Leon bersama pria itu. Sementara itu kandung kemihnya penuh dan harus segera dikosongkan.Evita mencoba mengangkat lengan kekar Leon yang melingkari pinggangnya dengan posesif. Ternyata sangat kuat dan sulit dilepaskan. 'Apa Leon takut aku kabur?' batin Evita masih berusaha melepaskan dirinya dari dekapan Leon."Uumhh Eve, kenapa bergerak-gerak?" tanya Leon setengah sadar dan masih mengantuk."Leon, lepaskan aku kalau kau tidak ingin ranjangmu kuompoli, aku mau pipis sekarang!" ancam Evita karena sudah tak tahan lagi.Leon pun segera melepaskan lengannya dari tubuh Evita. Gadis itupun lari terbirit-birit ke kamar mandi.Akhirnya, kantuk Leon hilang karena Evita sudah beranjak dari sisinya. Dia pun melangkah ke kamar mandi untuk mengecek kondisi gadis itu."Kamu baik-baik saja 'kan, Eve?" serunya
"Hmmphh ... oohh my baby ...," erang Leon sembari menarik Evita menempel ke tubuhnya pagi itu.Dia tidak ingin berolahraga pagi seperti biasanya, dia masih ingin bermanja-manja dengan Evita. Gadis itu sudah bangun dari tadi, tetapi lengan kekar Leon menahannya hingga tak dapat bergeser sedikitpun. Evita membelai belakang kepala Leon dengan lembut, itu salah satu jenis terapi untuk menaikkan kadar hormon endorfin yang bagus untuk mood booster.Evita tahu bahwa Leon adalah seseorang yang mudah marah, kecuali bersamanya mungkin, dia memang belum pernah melihat Leon marah. Namun, di histori data pasien yang didapat ketika mengisi kuisioner awal. Memang sangat parah, nyaris mengerikan, batin Evita.Hasil kuisioner itu memberikan data padanya bahwa Leon pernah memukuli orang hingga orang tersebut nyaris mati. Ada lagi menembak orang beberapa kali karena bersengketa, tetapi pihak kepolisian membebaskannya karena jaminan pengacara dan orang yan
Demi menjaga kesehatan fisik dan mentalnya, Leon membiarkan Evita mandi sendiri. Rasanya dia tak sanggup menahan dirinya untuk tidak menyentuh Evita bila mereka sama-sama berada di bawah shower tanpa sehelai kain pun.Gadis itu benar-benar berbeda dengan gadis-gadis lain yang pernah dia kencani dan berakhir di ranjangnya. Biasanya segalanya begitu praktis tanpa melibatkan perasaan. Tapi, kali ini dia benar-benar seperti hilang akal.Seingatnya Evita sudah memintanya untuk bercinta dengannya sejak semalam. Namun, Leon masih ragu terus-menerus dan menolak permintaan Evita hingga gadis itu merajuk pagi ini.Leon berpikir mungkin sebaiknya dia meminta Adri memindahkan pakaian Evita ke penthouse miliknya. Dia ingin bersama Evita dan mengenalnya lebih dekat lagi. Mereka seperti orang asing satu sama lain. Dia pun teringat bahwa yang mengirim Leon ke praktik Dokter Evita adalah papinya.Ahh! Ini pasti rencana papinya untuk membuatnya mengejar Evita.
Kini Leon sudah ahli mengganti popok bayi, serta merawat bayi dengan minyak telon, bedak bayi, serta losion bayi. "Diego ... jagoan Papi! Ututu cayaaangg ...," ucap Leon menimang-nimang puteranya sambil menggoda bayi yang terkekeh-kekeh itu sehabis memandikannya pagi ini.Sementara Evita sedang membuat makanan pendamping ASI karena putera pertamanya semakin bertambah usianya. Dia membuat bubur kentang dan daging salmon yang lembut dicampur wortel dan brokoli. Setelah selesai Evita mendekati ayah dan anak itu di balkon sambil membawa semangkuk bubur bayi."Eve, kurasa kali ini genetikku yang kuat mendominasi tampilan fisik Diego. Rambutnya semakin hitam dan iris matanya juga hitam. Aku bisa berbangga di depan abang-abangku, Leeray dan James yang selalu kalah genetiknya dari istri mereka," ujar Leon tertawa girang saat Evita menyuapi Diego di baby stroller.Sepertinya bayi laki-laki itu menyukai makanan pendamping ASI buatan maminya. Diego seolah menikmati buburnya dan menelannya begitu
"Hai, Matt. Tumben kau mencariku?" sapa Michael Benedict Indrajaya berjabat tangan dan merangkul menantunya.Mereka berdua pun duduk di sofa kantor CEO Tanurie Grup. Matthew pun mulai berbicara, "Mike, aku ingin melebarkan sayap ke bisnis di Indonesia. Kurasa di Jakarta belum ada kasino yang besar seperti di Singapore atau Macau atau sejenis di Las Vegas atau Atlantic City. Aku berpikir itu sebuah ide bisnis yang menarik untuk digarap. Bagaimana menurutmu?" Michael terpekur sejenak memikirkan ide itu lalu dia pun menjawab, "Bisnis yang menarik, tapi kau butuh uang banyak untuk setoran keamanan ke banyak pihak, Matt. Ini Indonesia, hanya yang memiliki sumber daya kuat yang mampu bertahan. Selama ini grup Tanurie dan grup Indrajaya berfokus di sarana prasarana bidang jasa niaga. Entertainment belum kami sentuh.""Papa Mertua, aku butuh bantuanmu untuk lebih mengenal negara ini dengan baik. Belum ada, tapi bisa dicoba. Oya, cucumu laki-laki dan aku ingin nanti dia yang meneruskan legacy
Leon memeluk Evita yang merasa cemas pasca kedatangan Joe Allen Leigh yang ingin membawa Diego. "Tenanglah, Eve! Pria itu sudah pergi dari rumah sakit," hibur Leon seraya membelai punggung Evita dengan lembut."Bagaimana bila hasil test DNA Diego mengatakan bahwa Joe adalah ayahnya, Hubby?" ucap Evita dengan jantung berdebar-debar.Helaan napas meluncur dari mulut Leon. Dia sendiri pun agak bingung dengan penampilan bayinya setelah lahir. Rambut Diego tidak merah seperti maminya, tidak hitam seperti Leon, melainkan kecoklatan gelap. Kemudian warna iris matanya juga biru begitu, tidak hijau, tidak pula hitam seperti dirinya.Genetik itu permainan kode DNA yang dominan dan resesif bisa teracak sempurna. Itu yang Leon tahu dari ilmu IPA yang pernah ia pelajari saat sekolah dulu. Sebetulnya kalau puteranya seperti maminya, Leon juga tidak keberatan. Ini malah bikin bingung karena tidak ada ciri khas papi maminya. Pusing!"Eve, kalau ternyata ayah kandung Diego adalah Joe. Apa yang harus k
"Hello, Eve!"Suara bass husky pria itu mengirimkan teror ke sekujur tubuh Evita. Dia mendadak gemetaran dan menatap nanar ke arah pria itu berjalan mendekatinya di bed pasien ruang ibu dan anak.Joe Allen menyeringai melihat Evita yang tampak ketakutan melihatnya. "Ckckckck ... kenapa harus takut kepadaku? Aku ingin melihat puteraku juga. Coba biarkan aku menggendongnya, Eve!" ujar Joe Allen mendekat ke samping ranjang."Jangan mendekat!" teriak Evita lalu menekan tombol panggilan untuk perawat.Diego ada di dekapannya dan sedang menyusu dengan tenang tanpa tahu bahwa maminya sedang tegang berhadapan dengan monster predator wanita."Bayi yang tampan dan sehat. Aku ingin menggendongnya!" Joe Allen mengangkat Diego dari dekapan Evita lalu menimang-nimang bayi berusia beberapa hari itu sambil berdiri.Perawat jaga bergegas masuk ke ruangan itu dan bertanya, "Apa Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?""Suster, pria ini berbahaya, dia mengambil puteraku!" teriak Evita histeris.Namun, Joe All
"Eve, kurasa HPL kelahiranmu sudah lewat. Kenapa anak ini tak kunjung lahir?" tanya Leon penasaran.Evita pun terpekur sejenak lalu dia berbisik di telinga suaminya, "Mungkin kau bisa membantuku kontraksi kali ini?"Dengan wajah berseri-seri Leon menjawab, "Itu keahlianku, Hot Mommy! Siap melayani dengan sepenuh hati."Perasaan bergetar saat menatap tubuh molek istrinya yang polos masih sama bagi Leon, little mermaid itu memiliki sejuta pesona yang membuatnya tak mampu berpaling. Perlahan telapak tangannya menekan perlahan bulatan indah di dada Evita. Bibirnya mencecap puncaknya yang mengalirkan susu dengan deras.Bagi Leon bercinta dengan wanita hamil memiliki sensasi istimewa tersendiri, dia sangat menyukainya. ASI dari Evita membuatnya bernostalgia dengan masa batitanya dulu yang hanya teringat samar-samar. Namun, satu yang pasti rasanya manis dan membuatnya ketagihan."Leon ... aku seperti merasa punya bayi besar," goda Evita yang membelai-belai bagian belakang kepala suaminya yan
Lisbon, Portugal.Kali ini Matthew mengajak Alice mengunjungi Lisbon Oceanarium yang terletak di perairan biru Estuary Tagus. Bangunan itu dari kejauhan tampak seperti kapal yang tinggi menjulang di atas laut yang terbuat dari kaca.Konsep tempat wisata ini mirip dengan sea world yang menampilkan kehidupan laut, ada banyak jenis ikan laut yang bisa dilihat seperti ikan hiu, ikan Puffer warna-warni, anemon laut, dan pinguin lucu yang senang berinteraksi dengan pengunjung."Matt, pinguinnya melambai kepadaku," ujar Alice terkikik geli melambai-lambaikan tangannya dengan beberapa ekor pingiun di balik kaca oceanarium.Pria itu pun tertawa geli melihat Alice dan pinguin-pinguin itu. "Wah, sepertinya kalian cocok bersahabat satu sama lain."Mereka bergandengan tangan berkeliling melihat-lihat isi oceanarium yang menarik. Ikan pari lebar melewati kaca di atas kepala mereka. Tiba-tiba ponsel Matthew berdering tanda panggilan telepon masuk. Dia segera menerimanya. "Halo?" "Halo, Boss. Saya
Sudah tiga bulan terakhir ini pria itu tak bisa menikmati hobinya berhubungan seks dengan wanita. Penyebabnya adalah alat kelaminnya mengalami radang dan bernanah bercampur darah. Ingin melakukannya, tetapi saat bergesekan atau hanya bersentuhan saja bagian yang dulu sempat jadi kebanggaannya untuk menaklukkan wanita itu tak bisa lagi digunakan karena sangat sakit.Akhirnya Belvin hanya bisa mengalihkan hasrat seksualnya dengan berhalusinasi menggunakan obat-obatan terlarang. Angel dust telah menjadi sahabatnya berfantasi. Angannya dapat terbuai melayang jauh sekalipun jiwanya sakit.Dari hari ke hari tubuhnya semakin kurus karena dia kehilangan napsu makannya dan hanya ingin berbaring dan berfantasi dalam dunia maya. Dosis obat-obatan yang dia konsumsi dari hari ke hari semakin meningkat. Awalnya hanya jenis serbuk yang dihirup melalui lubang hidung. Lama kelamaan dia menggantinya dengan jenis obat injeksi yang efeknya lebih kuat.Pergaulan yang buruk merusak tubuh, pepatah itu sung
Petang itu sebelum makan malam bersama awak kapal yacht Lady Marine, Matthew sengaja mengajak Alice ke Pastel de Belem. Bakery itu menjual Patel de Nata yang terkenal di Lisbon. Mereka memesan dua lusin makanan ringan bercita rasa manis itu untuk menjamu awak kapal.Bentuk pastel berisi krim putih bertabur bubuk kayu manis itu lebih mirip pie yang buah sebenarnya, hanya tidak menggunakan buah sebagai isiannya dan bentuknya memang seperti pastel tutup yang dipanggang.Alice menggigit sebuah Patel de Nata lalu menyuapi suaminya juga. "Aaa ... apa manis?""Manis seperti istriku!" sahut Matthew terkekeh sambil melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Alice yang sedang duduk di high chair menunggu pesanannya.Bibir Alice mendekati bibir suaminya dan langsung disambar dengan ganas. "Aahh ... I got a strike, Boy!" seru Alice terengah menata napasnya.Matthew tertawa dan bertanya, "Why?!" "I got a monster bit my lips like a Giant Traveley fish!" ("Aku mendapat monster yang menggigit bibirk
Perlahan kapal yacht Lady Marine merapat ke dermaga Lisbon. Kapten Eugene Dunn mengarahkan kapal pesiar mewah berukuran sedang itu dengan roda kemudi kapal. "Mister Leigh, tujuan Anda dan Nyonya telah tercapai. Welcome to Lisbon!" ujarnya di depan alat pengeras suara yang terhubung ke semua ruangan di kapal yacht itu.Alice bersorak gembira dan melompat ke pelukan Matthew. "Ahh ... tak sabar rasanya untuk turun ke daratan, Hubby!" seru Alice penuh semangat.Pria tampan itu tersenyum miring menatap istrinya yang imut dan membalas, "Mungkin Lisbon tak seterkenal Paris, Rome, London, atau Amsterdam, tapi aku yakin kau pasti tidak akan melupakan petualangan romantis kita di Lisbon!"Akhirnya sauh dibuang ke dalam laut dan tali tambang kapal diikat ke tonggak dermaga. Matthew membantu Alice turun dari kapal, sedangkan Calvin membawakan koper kedua majikannya."Capt. Eugene, aku akan berjalan-jalan seminggu di Lisbon. Bersenang-senanglah juga, turun dari yacht!" seru Matthew yang mendapat