Sesudah mengakhiri teleponnya dengan Leon, gadis itu pun menghubungi nomor Belvin tunangannya. Dia harus mengakhiri pertunangan mereka yang sudah berjalan selama hampir 5 tahun. Alasannya menunda pernikahannya dengan Belvin disebabkan karena kesibukan mereka berdua. Evita ingin memberi kesempatan kekasihnya itu untuk fokus dengan pekerjaannya.
Namun, kini justru dia harus mengakhiri pertunangan mereka karena pria lain yang baru kurang dari seminggu dia kenal. Rasanya begitu konyol di pikirannya. Leon menariknya begitu kuat dengan kekuatan finansialnya.
Sebenarnya hubungan antara dokter ahli jiwa dan pasien secara romantis itu dilarang karena dapat menyebabkan bias opini. Evita pun sangat paham tentang hal itu. Tapi, dia tetap melanggar kode etik itu demi mamanya. Leon telah membayar lunas perawatan kesehatan mamanya, bahkan mentransfer pembayaran unit apartment miliknya 800 juta. Ini seperti sebuah transaksi saja baginya.
Evita menegarkan hatinya demi apapun itu
Mendengar suara Leon memanggilnya, Evita pun menoleh ke belakang. Mereka saling bertatapan dengan jarak 3 meter. Menunggu siapa dulu yang akan bergerak, akhirnya Leon yang menghampiri Evita."Naiklah ke penthouse-ku, Eve. Aku ingin berbicara denganmu," ujar Leon lalu menggandeng tangan Evita dan berjalan ke lift.Evita menurut saja, dia masih merasa hampa karena baru saja mengakhiri hubungannya dengan Belvin yang telah berjalan sekitar 5 tahun. Bagaimanapun dia telah berbagi banyak kenangan pahit dan manisnya sebagai kekasih dengan Belvin. Itu bukan hal yang mudah dilupakan."Kenapa kau terdiam dari tadi, Eve Sayang? Apa kau merasa sedih telah mengakhiri hubunganmu dengan Belvin?" tanya Leon menyelidik sambil melirik ke wajah Evita yang berdiri di sebelahnya.Evita berdehem, dia tak bisa berbohong. "Ya, itu tidak mudah bagiku."Akhirnya, mereka sampai di lantai 50. Mereka pun keluar dari lift dan menuju ke salah satu dari tiga pintu yan
Ketika Evita menggeliat karena terbangun dalam posisi dipeluk erat oleh seseorang, dia pun tersadar bahwa semalam dia tidur di penthouse Leon bersama pria itu. Sementara itu kandung kemihnya penuh dan harus segera dikosongkan.Evita mencoba mengangkat lengan kekar Leon yang melingkari pinggangnya dengan posesif. Ternyata sangat kuat dan sulit dilepaskan. 'Apa Leon takut aku kabur?' batin Evita masih berusaha melepaskan dirinya dari dekapan Leon."Uumhh Eve, kenapa bergerak-gerak?" tanya Leon setengah sadar dan masih mengantuk."Leon, lepaskan aku kalau kau tidak ingin ranjangmu kuompoli, aku mau pipis sekarang!" ancam Evita karena sudah tak tahan lagi.Leon pun segera melepaskan lengannya dari tubuh Evita. Gadis itupun lari terbirit-birit ke kamar mandi.Akhirnya, kantuk Leon hilang karena Evita sudah beranjak dari sisinya. Dia pun melangkah ke kamar mandi untuk mengecek kondisi gadis itu."Kamu baik-baik saja 'kan, Eve?" serunya
"Hmmphh ... oohh my baby ...," erang Leon sembari menarik Evita menempel ke tubuhnya pagi itu.Dia tidak ingin berolahraga pagi seperti biasanya, dia masih ingin bermanja-manja dengan Evita. Gadis itu sudah bangun dari tadi, tetapi lengan kekar Leon menahannya hingga tak dapat bergeser sedikitpun. Evita membelai belakang kepala Leon dengan lembut, itu salah satu jenis terapi untuk menaikkan kadar hormon endorfin yang bagus untuk mood booster.Evita tahu bahwa Leon adalah seseorang yang mudah marah, kecuali bersamanya mungkin, dia memang belum pernah melihat Leon marah. Namun, di histori data pasien yang didapat ketika mengisi kuisioner awal. Memang sangat parah, nyaris mengerikan, batin Evita.Hasil kuisioner itu memberikan data padanya bahwa Leon pernah memukuli orang hingga orang tersebut nyaris mati. Ada lagi menembak orang beberapa kali karena bersengketa, tetapi pihak kepolisian membebaskannya karena jaminan pengacara dan orang yan
Demi menjaga kesehatan fisik dan mentalnya, Leon membiarkan Evita mandi sendiri. Rasanya dia tak sanggup menahan dirinya untuk tidak menyentuh Evita bila mereka sama-sama berada di bawah shower tanpa sehelai kain pun.Gadis itu benar-benar berbeda dengan gadis-gadis lain yang pernah dia kencani dan berakhir di ranjangnya. Biasanya segalanya begitu praktis tanpa melibatkan perasaan. Tapi, kali ini dia benar-benar seperti hilang akal.Seingatnya Evita sudah memintanya untuk bercinta dengannya sejak semalam. Namun, Leon masih ragu terus-menerus dan menolak permintaan Evita hingga gadis itu merajuk pagi ini.Leon berpikir mungkin sebaiknya dia meminta Adri memindahkan pakaian Evita ke penthouse miliknya. Dia ingin bersama Evita dan mengenalnya lebih dekat lagi. Mereka seperti orang asing satu sama lain. Dia pun teringat bahwa yang mengirim Leon ke praktik Dokter Evita adalah papinya.Ahh! Ini pasti rencana papinya untuk membuatnya mengejar Evita.
Akhirnya, setelah pengendalian diri yang begitu kuat, Leon berhasil melepaskan Evita dan berangkat ke kantornya. Sepertinya baru kali ini dia mengalami jatuh hati pada seorang wanita, biasanya hanya tersangkut di mata dan tidak turun ke hatinya.Ketika keluar dari lift lantai 30 gedung kantor Indrajaya Realty cabang Jakarta Pusat, Adrian dan Giorgio, kedua sekretaris pribadinya itu berdiri menyambutnya.Adrian berkata, "Selamat pagi, Pak. Ada Pak Leonard menunggu di dalam ruangan Anda."'Baguslah, Papi pasti sudah mengetahui segalanya. Aku juga ingin bicara pada Papi,' batin Leon sembari tersenyum devilish smirk khas dirinya."Oke, kalian tidak usah ikut masuk ke ruanganku. Aku ingin berbicara berdua bersama Papi," ucap Leon lalu segera memasuki ruangannya.Leonard Indrajaya sedang membaca koran bisnis di sofa di ruangan CEO yang tadinya dia tempati dan sekarang ditempati oleh Leon, putera keempatnya."Pagi, Pi. Sudah lama nunggu
"Adri, aku ingin kamu kemasi pakaian Evita di apartmentnya, tak perlu semua, sebagian saja. Aku masih belum paham seperti apa selera mode Evita jadi belum berani membelikannya baju. Huft!" ujar Leon lalu menghela napas pendek sembari menyangga kepalanya dengan tangan di meja."Baik, Pak. Berarti pakaian Nona Evita saya tata di walk-in-closet milik Pak Leon di penthouse?" tanya Adrian meyakinkan dirinya sendiri. Bos mudanya ini tidak pernah bertahan dengan satu wanita lebih dari semalam. Ini hal yang luar biasa bila ada wanita yang bisa menahannya lebih dari semalam.Adrian pun melirik ke Giorgio, rekannya sekilas yang sama herannya dengan dia."Iya, tata saja di sana. Aku ingin Evita tinggal bersamaku sejak sekarang. Oya, carikan pengawal wanita profesional untuk mengawal Evita, 2 orang saja yang jago beladiri dan terbiasa menggunakan senjata api. Aku tidak ingin ada yang menjadikan Evita sebagai kelemahanku. Dia calon istriku," ucap Leon sambil meng
"Eve ... tunggu!" seru Leon seraya berlari-lari mengejar Evita ke parkiran Rumah Sakit Siloam International.Evita pun berhenti lalu membalik badannya ke arah Leon, dia bersedekap lalu berkata, "Apa lagi? Aku mau pulang, Leon."Napas Leon terengah-engah seperti hampir putus karena mengejar Evita. Dia baru kali ini harus mengejar seorang wanita, biasanya wanita yang melemparkan dirinya pada Leon."Kau harus pulang denganku ke tempatku," ujar Leon praktis.Evita mengerang lalu menjawab, "NOOO! Aku tidak membawa baju ganti dan aku baru pulang dari rumah sakit. Ehmm ... banyak kuman, kau pasti tahu itu."Leon menyeringai penuh kemenangan. "Bajumu sudah kuangkut ke penthouse tadi siang," ujarnya."Apa kau kurang kerjaan, Leon?!" tukas Evita setengah heran dan juga kesal tentunya."Dokter Cintaku ... Lamborghiniku siap mengantarmu pulang," jawab Leon sambil mengulurkan tangannya pada Evita.Tingkah Leon yang konyol itu ka
Sesudah mandi sore, Leon mengajak Evita turun ke lantai 20 Nirwana Amanjiwo Tower untuk berbelanja pakaian. Dia mengajak pengawalnya seperti biasa karena mereka ada di tempat umum. Toko pakaian yang akan mereka masuki benar-benar dikosongkan dari pengunjung lainnya oleh para pengawal Leon.Evita sedikit merasa aneh dan tidak biasa dengan pengaturan seperti itu. Namun, dia membiarkannya karena memang sudah menjadi kebiasaan Leon yang seperti sultan, segalanya serba extraordinary."Eve, aku ingin kau memakai lingerie kalau tidur bersamaku," ujar Leon sembari memilih lingerie yang digantung di rak baju butik khusus wanita itu."Terserah," balas Evita sembari berjalan ke arah baju santai wanita. Dia melihat-lihat midi-dress dan maxi-dress yang bisa dipakai segala suasana formal dan non-formal. Dia pun memilih beberapa dress di situ."Saya bawakan, Nona Evita," ucap salah satu pengawal Leon sambil membawa tas belanja.Evita menatapnya lalu menaruh
Kini Leon sudah ahli mengganti popok bayi, serta merawat bayi dengan minyak telon, bedak bayi, serta losion bayi. "Diego ... jagoan Papi! Ututu cayaaangg ...," ucap Leon menimang-nimang puteranya sambil menggoda bayi yang terkekeh-kekeh itu sehabis memandikannya pagi ini.Sementara Evita sedang membuat makanan pendamping ASI karena putera pertamanya semakin bertambah usianya. Dia membuat bubur kentang dan daging salmon yang lembut dicampur wortel dan brokoli. Setelah selesai Evita mendekati ayah dan anak itu di balkon sambil membawa semangkuk bubur bayi."Eve, kurasa kali ini genetikku yang kuat mendominasi tampilan fisik Diego. Rambutnya semakin hitam dan iris matanya juga hitam. Aku bisa berbangga di depan abang-abangku, Leeray dan James yang selalu kalah genetiknya dari istri mereka," ujar Leon tertawa girang saat Evita menyuapi Diego di baby stroller.Sepertinya bayi laki-laki itu menyukai makanan pendamping ASI buatan maminya. Diego seolah menikmati buburnya dan menelannya begitu
"Hai, Matt. Tumben kau mencariku?" sapa Michael Benedict Indrajaya berjabat tangan dan merangkul menantunya.Mereka berdua pun duduk di sofa kantor CEO Tanurie Grup. Matthew pun mulai berbicara, "Mike, aku ingin melebarkan sayap ke bisnis di Indonesia. Kurasa di Jakarta belum ada kasino yang besar seperti di Singapore atau Macau atau sejenis di Las Vegas atau Atlantic City. Aku berpikir itu sebuah ide bisnis yang menarik untuk digarap. Bagaimana menurutmu?" Michael terpekur sejenak memikirkan ide itu lalu dia pun menjawab, "Bisnis yang menarik, tapi kau butuh uang banyak untuk setoran keamanan ke banyak pihak, Matt. Ini Indonesia, hanya yang memiliki sumber daya kuat yang mampu bertahan. Selama ini grup Tanurie dan grup Indrajaya berfokus di sarana prasarana bidang jasa niaga. Entertainment belum kami sentuh.""Papa Mertua, aku butuh bantuanmu untuk lebih mengenal negara ini dengan baik. Belum ada, tapi bisa dicoba. Oya, cucumu laki-laki dan aku ingin nanti dia yang meneruskan legacy
Leon memeluk Evita yang merasa cemas pasca kedatangan Joe Allen Leigh yang ingin membawa Diego. "Tenanglah, Eve! Pria itu sudah pergi dari rumah sakit," hibur Leon seraya membelai punggung Evita dengan lembut."Bagaimana bila hasil test DNA Diego mengatakan bahwa Joe adalah ayahnya, Hubby?" ucap Evita dengan jantung berdebar-debar.Helaan napas meluncur dari mulut Leon. Dia sendiri pun agak bingung dengan penampilan bayinya setelah lahir. Rambut Diego tidak merah seperti maminya, tidak hitam seperti Leon, melainkan kecoklatan gelap. Kemudian warna iris matanya juga biru begitu, tidak hijau, tidak pula hitam seperti dirinya.Genetik itu permainan kode DNA yang dominan dan resesif bisa teracak sempurna. Itu yang Leon tahu dari ilmu IPA yang pernah ia pelajari saat sekolah dulu. Sebetulnya kalau puteranya seperti maminya, Leon juga tidak keberatan. Ini malah bikin bingung karena tidak ada ciri khas papi maminya. Pusing!"Eve, kalau ternyata ayah kandung Diego adalah Joe. Apa yang harus k
"Hello, Eve!"Suara bass husky pria itu mengirimkan teror ke sekujur tubuh Evita. Dia mendadak gemetaran dan menatap nanar ke arah pria itu berjalan mendekatinya di bed pasien ruang ibu dan anak.Joe Allen menyeringai melihat Evita yang tampak ketakutan melihatnya. "Ckckckck ... kenapa harus takut kepadaku? Aku ingin melihat puteraku juga. Coba biarkan aku menggendongnya, Eve!" ujar Joe Allen mendekat ke samping ranjang."Jangan mendekat!" teriak Evita lalu menekan tombol panggilan untuk perawat.Diego ada di dekapannya dan sedang menyusu dengan tenang tanpa tahu bahwa maminya sedang tegang berhadapan dengan monster predator wanita."Bayi yang tampan dan sehat. Aku ingin menggendongnya!" Joe Allen mengangkat Diego dari dekapan Evita lalu menimang-nimang bayi berusia beberapa hari itu sambil berdiri.Perawat jaga bergegas masuk ke ruangan itu dan bertanya, "Apa Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?""Suster, pria ini berbahaya, dia mengambil puteraku!" teriak Evita histeris.Namun, Joe All
"Eve, kurasa HPL kelahiranmu sudah lewat. Kenapa anak ini tak kunjung lahir?" tanya Leon penasaran.Evita pun terpekur sejenak lalu dia berbisik di telinga suaminya, "Mungkin kau bisa membantuku kontraksi kali ini?"Dengan wajah berseri-seri Leon menjawab, "Itu keahlianku, Hot Mommy! Siap melayani dengan sepenuh hati."Perasaan bergetar saat menatap tubuh molek istrinya yang polos masih sama bagi Leon, little mermaid itu memiliki sejuta pesona yang membuatnya tak mampu berpaling. Perlahan telapak tangannya menekan perlahan bulatan indah di dada Evita. Bibirnya mencecap puncaknya yang mengalirkan susu dengan deras.Bagi Leon bercinta dengan wanita hamil memiliki sensasi istimewa tersendiri, dia sangat menyukainya. ASI dari Evita membuatnya bernostalgia dengan masa batitanya dulu yang hanya teringat samar-samar. Namun, satu yang pasti rasanya manis dan membuatnya ketagihan."Leon ... aku seperti merasa punya bayi besar," goda Evita yang membelai-belai bagian belakang kepala suaminya yan
Lisbon, Portugal.Kali ini Matthew mengajak Alice mengunjungi Lisbon Oceanarium yang terletak di perairan biru Estuary Tagus. Bangunan itu dari kejauhan tampak seperti kapal yang tinggi menjulang di atas laut yang terbuat dari kaca.Konsep tempat wisata ini mirip dengan sea world yang menampilkan kehidupan laut, ada banyak jenis ikan laut yang bisa dilihat seperti ikan hiu, ikan Puffer warna-warni, anemon laut, dan pinguin lucu yang senang berinteraksi dengan pengunjung."Matt, pinguinnya melambai kepadaku," ujar Alice terkikik geli melambai-lambaikan tangannya dengan beberapa ekor pingiun di balik kaca oceanarium.Pria itu pun tertawa geli melihat Alice dan pinguin-pinguin itu. "Wah, sepertinya kalian cocok bersahabat satu sama lain."Mereka bergandengan tangan berkeliling melihat-lihat isi oceanarium yang menarik. Ikan pari lebar melewati kaca di atas kepala mereka. Tiba-tiba ponsel Matthew berdering tanda panggilan telepon masuk. Dia segera menerimanya. "Halo?" "Halo, Boss. Saya
Sudah tiga bulan terakhir ini pria itu tak bisa menikmati hobinya berhubungan seks dengan wanita. Penyebabnya adalah alat kelaminnya mengalami radang dan bernanah bercampur darah. Ingin melakukannya, tetapi saat bergesekan atau hanya bersentuhan saja bagian yang dulu sempat jadi kebanggaannya untuk menaklukkan wanita itu tak bisa lagi digunakan karena sangat sakit.Akhirnya Belvin hanya bisa mengalihkan hasrat seksualnya dengan berhalusinasi menggunakan obat-obatan terlarang. Angel dust telah menjadi sahabatnya berfantasi. Angannya dapat terbuai melayang jauh sekalipun jiwanya sakit.Dari hari ke hari tubuhnya semakin kurus karena dia kehilangan napsu makannya dan hanya ingin berbaring dan berfantasi dalam dunia maya. Dosis obat-obatan yang dia konsumsi dari hari ke hari semakin meningkat. Awalnya hanya jenis serbuk yang dihirup melalui lubang hidung. Lama kelamaan dia menggantinya dengan jenis obat injeksi yang efeknya lebih kuat.Pergaulan yang buruk merusak tubuh, pepatah itu sung
Petang itu sebelum makan malam bersama awak kapal yacht Lady Marine, Matthew sengaja mengajak Alice ke Pastel de Belem. Bakery itu menjual Patel de Nata yang terkenal di Lisbon. Mereka memesan dua lusin makanan ringan bercita rasa manis itu untuk menjamu awak kapal.Bentuk pastel berisi krim putih bertabur bubuk kayu manis itu lebih mirip pie yang buah sebenarnya, hanya tidak menggunakan buah sebagai isiannya dan bentuknya memang seperti pastel tutup yang dipanggang.Alice menggigit sebuah Patel de Nata lalu menyuapi suaminya juga. "Aaa ... apa manis?""Manis seperti istriku!" sahut Matthew terkekeh sambil melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Alice yang sedang duduk di high chair menunggu pesanannya.Bibir Alice mendekati bibir suaminya dan langsung disambar dengan ganas. "Aahh ... I got a strike, Boy!" seru Alice terengah menata napasnya.Matthew tertawa dan bertanya, "Why?!" "I got a monster bit my lips like a Giant Traveley fish!" ("Aku mendapat monster yang menggigit bibirk
Perlahan kapal yacht Lady Marine merapat ke dermaga Lisbon. Kapten Eugene Dunn mengarahkan kapal pesiar mewah berukuran sedang itu dengan roda kemudi kapal. "Mister Leigh, tujuan Anda dan Nyonya telah tercapai. Welcome to Lisbon!" ujarnya di depan alat pengeras suara yang terhubung ke semua ruangan di kapal yacht itu.Alice bersorak gembira dan melompat ke pelukan Matthew. "Ahh ... tak sabar rasanya untuk turun ke daratan, Hubby!" seru Alice penuh semangat.Pria tampan itu tersenyum miring menatap istrinya yang imut dan membalas, "Mungkin Lisbon tak seterkenal Paris, Rome, London, atau Amsterdam, tapi aku yakin kau pasti tidak akan melupakan petualangan romantis kita di Lisbon!"Akhirnya sauh dibuang ke dalam laut dan tali tambang kapal diikat ke tonggak dermaga. Matthew membantu Alice turun dari kapal, sedangkan Calvin membawakan koper kedua majikannya."Capt. Eugene, aku akan berjalan-jalan seminggu di Lisbon. Bersenang-senanglah juga, turun dari yacht!" seru Matthew yang mendapat