Ayo kirimkan gem untuk cerita ini. Tinggalkan ulasan bintang 5 ya biar semangat nulisnya. Terima kasih, telah membaca☺
"Nyonya! Nona!" Sebuah seruan keras memanggil-manggil penumpang yang ada pada mobil pertama. Kondisi mobil itu rusak parah, dengan kaca-kaca dan body mobil yang berceceran di sepanjang jalan. Beruntung, para pengawal di mobil ketiga tidak terluka parah, mereka segera melompat keluar dari mobil yang rusak, tanpa peduli pada luka-luka mereka sendiri. Debu dan asap perlahan mereda, memberikan gambaran yang lebih jelas atas puing-puing kendaraan yang hancur. Para pengawal dari mobil ketiga segera melakukan aksi penyelamatan pada sang majikan. Misi utama mereka adalah memastikan keselamatan Nyonya besar dan Nona Arren, bahkan jika itu berarti mengorbankan diri mereka sendiri. Para pengawal yang berani itu bergegas mendekati mobil utama yang mengangkut majikan mereka. Dalam keadaan yang intens dan kritis, mereka dengan cepat membuka pintu mobil yang penuh pecahan kaca dan kerusakan yang cukup parah. Nyonya besar dan Nona Arren tampak terluka dan terguncang, beruntung, nyawa mereka selama
Penolakan dari sang pengawal yang terluka, tidak bisa diterima oleh Arren. “Apa maksudmu? Kau bisa meninggal jika kehilangan darah sebanyak ini!” Arren bersikeras dan mulai melakukan pertolongan pertama. “Aku bisa meminimalisir resiko sebelum tim medis datang. Bertahanlah,” ucapnya dengan yakin. "Te--terima kasih, Nona," Pengawal itu tidak tampak memberontak dan pasrah dirawat oleh sang majikan. Sementara itu, cuaca yang semakin buruk membuat situasi di sekitar lokasi menjadi semakin rumit. Meski begitu, semangat mereka tidak kendur. Mereka tetap menanti bantuan dengan sabar dan penuh kewaspadaan. Meski terlibat dalam kecelakaan maut yang dapat merenggut nyawa kapan saja, Arren dan timnya tetap selamat. Mereka tidak mengalami luka berat, dan hanya mengalami luka gores dan lebam yang tidak berbahaya. Tentu saja ini karena takdir dan juga kecanggihan kendaraan khusus milik keluarga Rossie yang senantiasa siaga terhadap ancaman yang ada. Kendaraan itu adalah mobil sedan dengan lapis
Dalam sorot cahaya petir yang membelah langit dengan gemuruh yang dahsyat, sosok Adam Hart tampak semakin misterius dan gelap. Kilat itu seolah mengungkap semua rahasia masa lalu Adam yang kelam dan penuh kesuraman. Namun, seperti dalam banyak kisah, selalu ada alasan yang mendorong seorang pria yang dulunya terhormat menjadi seseorang yang menjijikkan seperti sekarang.Masa lalu Adam Hart adalah bagian dari sejarah kelam dan tragis dari keluarga Rossie. Nyonya besar bahkan tak sudi menganggapnya sebagai bagian dari keluarga besarnya. Adam Hart adalah pria yang dikucilkan oleh mereka. "Aku ada urusan dengan putriku. Aku tidak ada urusan denganmu, Nenek tua!" teriaknya dengan ejekan. Adam telah melupakan Nyonya Rossie yang dulunya adalah mertuanya. "Dasar brengsek!" umpat Nyonya besar, yang kali ini berdiri di depan sang cucu. Ia tidak akan membiarkan cucu berharganya itu terluka barang sedikit pun. Selaras dengan Nyonya besar, tim pengawal juga tampak bersiaga. Mereka mengokang sen
Tiba-tiba, petir menyambar lagi, menerangi wajah-wajah tegang yang tengah terlibat dalam konfrontasi berbahaya ini. "Dengar baik-baik, Clark!" ucap Adam sambil menekan senjatanya, ia mengarahkan moncong logam itu ke dahi Clark dengan beringas. "Jangan menguji kesabaranku!"Namun, pandangan dingin Clark dan senyum misteriusnya, membuat Adam semakin naik pitam. Clark tampak bermain-main dengan Adam, sembari mengungkit kenangan masa lalu ketika Adam adalah seorang pria yang paling dihormati di wilayah Rossie ini. "Apakah Anda lupa masa-masa kejayaan Anda, singa Rossie?" Clark berkata dengan nada merendahkan. Pertanyaannya terasa seperti pukulan yang menusuk hati Adam.Suasana menjadi semakin tegang, dengan setiap detik terasa seperti sebuah waktu yang merambat. Para penembak runduk masih bersiaga, sambil menunggu perintah Adam untuk mengeksekusi para tawanan. Namun, hal itu masih belum diputuskan. "Anak kecil sepertimu tahu apa?" Adam, dengan mata yang menyala api, tidak terlihat ingin
'Hai, Adam. Kau masih mengenali suaraku, kan?' tanya seseorang dari rekaman yang dimainkan oleh Clark. Suara tersebut berhasil membuat bulu kuduk Adam meremang. Kedua matanya membeliak saat ia mendengar suara rekan lamanya, Kevin Costner."Ke--Kevin?" gumamnya terkejut. Adam tidak pernah membayangkan bahwa Clark memiliki akses ke suara Kevin. "I--ini tipuan, kan?" tanyanya dengan nada ragu, namun Clark hanya tersenyum sinis tanpa memberikan jawaban. Rekaman itu terus berputar, mengungkap fakta-fakta yang mencengangkan. Adam tidak pernah mengira akan mendengarkan pengakuan yang mengejutkan seperti ini. 'Jika kau tahu sebab-musabab nasib sialmu sejak awal, itu semua adalah rencana jahat Abigail yang ingin menguasai seluruh harta keluarga Rossie. Wanita itu cerdik dan licik. Keluargaku juga menjadi korban, tapi setidaknya aku tidak terlalu bodoh untuk memuja musuhku sendiri.'Adam terdiam, tak mampu berkata-kata. Ia mendengarkan setiap kata penjelasan dari Kevin dengan napas memburu, s
Keadaan di lokasi kecelakaan sudah cukup sunyi, hujan juga sudah berhenti, semuanya benar-benar berada dalam kendali. Petugas medis yang baru tiba segera bergerak cepat. Mereka membentangkan tenda darurat untuk menangani para korban yang terluka. Lampu sorot dinyalakan, memberikan cahaya terang di tengah kegelapan malam.Sementara itu, petugas polisi yang juga baru datang mulai melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang kecelakaan tersebut. Mereka mengatur lalu lintas di sekitar area kejadian untuk memastikan keselamatan semua orang yang ada di sana.Suasana di area kecelakaan terasa sangat kacau. Lampu-lampu darurat berkedip-kedip, menciptakan perasaan gelap dan misterius di tengah malam. Suara-suara sibuk petugas medis yang memberikan pertolongan pertama kepada korban tercampur dengan suara-suara saksi yang memberikan laporan kepada petugas polisi.Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang mengungkapkan identitas Adam Hart, atas perintah dari Clark. Adam disembunyikan, agar tidak
Matahari telah terbit di ufuk timur, kicau burung turut memberikan kesejukan yang menyegarkan. Arren terbangun dalam keadaan bugar. Rasanya, sudah lama sekali, ia tidak merasa sesegar ini, ketika bangun pagi."Astaga, sudah pagi," gumamnya sambil menggeliat perlahan. Hal terakhir yang ia ingat hanyalah memasuki mobil, kemudian tertidur pulas. Entah siapa yang menggendongnya hingga ke atas ranjang malam itu, Arren benar-benar tidak mengingat apapun."Selamat pagi, Nona. Mari, saya bantu mandi dan bersiap," ucap pelayan pribadinya sambil memandu Arren menuju ke kamar mandi."Baik," sahut Arren, kemudian beranjak dari ranjangnya. Cuaca pagi itu sangat cerah, Arren bisa merasakan kedamaian di dalam hatinya. Untuk beberapa saat, pandangannya menyapu ke arah jendela. Ia memandangi suasana di luar kamarnya yang tenang. Arren benar-benar merasa nyaman."Air mandinya sudah siap, Nona. Mari..."Arren bergegas menuju ke bak mandi dan memulai rutinitas paginya. "Anda cantik sekali, Nona," puji s
Sementara itu, di pusat kota, Leon dan beberapa anak buahnya baru saja tiba setelah perjalanan panjang dengan mobil. Mereka telah melewati perbukitan untuk mencapai pusat kota Rossis, setelah menghabiskan satu malam di penginapan dekat pelabuhan.Matahari baru terbit, dan cahayanya perlahan menembus kabut pagi yang menggantung rendah di atas kota. Mereka segera melanjutkan perjalanan, memacu kendaraan melalui jalan-jalan yang masih lengang.Suasana pagi yang tenang menciptakan rasa heran dalam benak Leon. Seharusnya, pusat kota tampak ramai meski masih awal hari. Namun, pusat kota itu tampak berbeda. "Apakah kota Rossie memang sepi seperti ini?" tanya Leon pada salah satu anak buahnya yang terbiasa pulang-pergi ke wilayah ini."Seharusnya tidak, Tuan. Saya juga heran," sahutnya.Suasana yang biasanya ramai dan penuh dengan aktivitas kini terasa lebih sunyi. Namun, rasa heran mereka terpecahkan ketika mobil melintasi jalanan yang masih berdebu dan penuh kekacauan pasca-kerusuhan.Ruas-