KENAPA LELAKI ITU HARUS KAU?
"KAU DATANG PADAKU TAK TEPAT WAKTU, MULKI," batin Gendhis. Mulki segera pergi ke mushola setelah memberikan kabar kepada Rio dan Abah nya. Dia menghabiskan waktu salat Maghrib sekalian salat isya terus bermunajat kepada Allah. Jujur saja kali ini Mulki lebih menyampaikan segala keluh kesah yang dirasakannya. Perasaan yang tak pernah dimiliki untuk wanita lain termasuk Maulida Maesaroh. Wanita yang lebih di sukai oleh Uminya. Wanita yang di gadang- gadang menjadi sosok pendamping yang cocok bagi Mulki. Sekarang entah mengapa dia merasa Gendis adalah wanita yang istimewa di mata Mulki. Bagaimana tidak, dia seorang wanita namun melakukan semua demi anak. Meskipun dia pernah melakukan kesalahan dengan kakak iparnya sendiri, namun Mulki menaruh hati padanya, dia merasa ingin melindungi Gendhis. Sakit hatinya melihat Gendhis seperti ini. Namun di satu sisi dia juga bingung, bagaimana cara mengatakan semua perasaan ini kepada AbahnKEPERGIAN KAI "Lancang sekali dirimu," ujar Gendhis. "Pilihannya hanya dua, makan sendiri atau aku menyuapi mu? Hanya Itu pilihannya," perintah Mulki. Gendhis terdiam, ada rasa panas yang menjalar entah apa. Perasaannya kali ini dia benar-benar menemukan sosok Rio di diri Mulki, Rio yang selalu memaksanya melakukan sesuatu demi kebaikannya sendiri. Hal itu membuat Gendis tambah sakit, mengingat Kai pun ada karena Rio. Tak terasa air matanya menetes mengingat semua kenangannya dengan Rio. "Sudah jangan menangis lagi. Memang enak makan sambil menangis itu? Akan tambah menyesakkan. Ayo sini makan," ajak Mulki. Mulki membuka Styrofoam yang berisi nasi goreng itu dan menyerahkan pada Gendhis. "Kamu harus makan separuhnya ya? Kau mau?" tanya Gendis. "Aku tak akan habis," ucap Mulki. "Boleh! Taruh sana saja tapi, sisihkan di bagian lain. Mana enak makan di campur- campur," ucap Mulki. "Oh ya aku membelikanmu ju
IBU YANG KEHILANGAN ANAKNYA Mulki langsung menyimpan Hp nya. Dia memegang erat tangan Gendhis dan mencoba menyadarkan wanita itu. "Gendhis bangunlah. Kasihan Kai! Ayok kita urus sama- sama Kai. Kau dan aku, aku tak akan meninggalkanmu," bisik Mulki. "Mulki," panggil Gendhis dengan tatapan kosong. "Apakah ini mimpi? Atau kenyataan? Anakku mati dan sekarang aku ada di pelukanmu. Jika memang ini mimpi bangunkan aku, Mulki. Tolong bangunkan aku, rasanya baru setahun lalu ketika Tuhan menghadirkan Kai di dalam rahim ku selama sembilan bulan lamanya. Kau tahu Mulki? Aku saat itu hanya memiliki Kai saja, kami menghabiskan banyak waktu bersama dan hanya berdua. Semua kami lewati dengan Kai lah harapanku satu- satunya, rasa bahagia dan deraian air mata. Jantung ku dan Kai yang bersahutan seiring dengan semua tendangan Kai dalam perutku membuatku yakin bahwa dunia harus baik- baik saja demi cinta ku pada Kai. Sentuhan halus di tangan Kai membuatku sadar
KABAR UNTUK ABAH DAN KECURIGAAN RIO "Nah ibumu sudah aku telepon tadi, dia sekarang sudah ada di rumah mungkin. Ibumu sekarang sedang mempersiapkan semuanya yang di perlukan untuk memakamkan Kai, jadi aku mohon padamu dan aku minta satu hal, jangan menangis lagi ya! Jangan ada air mata lagi," pinta Mulki. "Baiklah. Tapi Mulki bolehkan aku meminta satu hal padamu saat pemakaman anakku nanti?" tanya Gendhis. Mulki menganggukkan kepalanya. "Jangan sampaikan ini semua kepada Mas Rio ya atau keluargamu, Mulki. Wa Allah i, aku tak rela. Aku mohon, aku tak ingin dia tahu. Aku tak ingin dia membuatku merasa bersalah dan menyalahkan aku, aku juga tak ingin keluargamu mengolok ku dan tertawa senang atas penderitaanku ini, ya meskipun aku tahu keluargamu tidak begitu. Kau tahu sendiri kan lebih banyak orang yang senang dari pada berduka di balik musibah yang menimpa seseorang," ucap Gendhis. "Bukankah Rio orang yang menyayangimu, Gendhis? Akankah dia juga bersikap sama?" tanya Mulki. Gendhi
SIAPA YANG TAK BETAH JIKA DI LAYANI? "Bah, jika di izinkan Mulki akan menginap di sini. Jenazah akan di makamkan besok pagi. Bolehkan, Bah?" izin Mulki. "Sebenarnya siapa dia, Le?" tanya Abah Furqon. "Teman, Bah. Bah, Mulki pamit dulu ya. Nanti akan Mulki jelaskan ketika pulang ke rumah, Bah," ujar Mulki. "Kau hutang penjelasan pada Abah dan Umi, Le," sahut Abah Furqon. 'Tut' telpon di matikan. Mulki menghela nafas panjang, dia melihat ke arah Gendhis. Entah apa yang akan di sampaikan ya kepada Abah dan Uminya nanti. Mulki mengurut keningnya yang tiba- tiba berkedut. Dia melihat beberapa orang masuk ke dalam rumah melakukan upacara kematian selanjutnya yaitu kutug-kutug dengan membakar kemenyan atau garam menggunakan tangkai batang padi, sembari membaca mantra yang dinilai mampu menghubungkan arwah leluhur dengan seseorang yang telah meninggal dunia. "Tidurlah di kamarku," perintah Gendhis menghampiri Mulki. Mulki pun menganggukkan kepalanya, dia memilih untuk membaringkan tub
APA KAU MELAKUKAN INI PADA SEMUA WANITA? "Kau mau kerupuk?" tanya Gendhis. "Boleh," jawab Mulki. Gendhis kemudian mengambil kerupuk dan menyodorkannya di hadapan Mulki setelah membukanya. Mulki tersenyum, dia paham sekarang apa yang membuat Rio tergila- gila dengan wanita ini. Gendhis memiliki love language yang unik, karena melayani dan bentuk sentuhan. Membuat lelaki selalu merasa di butuhkan olehnya, di raja kan olehnya. Love language itu adalah dari lima bahasa cinta yang dapat kita terapkan dalam sebuah hubungan. Bahasa cinta sebagai ungkapan dan cara menunjukkan rasa sayang pada pasangan dengan tepat sesuai dengan apa yang mereka ekspektasi kan tanpa perlu menerka-nerka. Apakah mereka akan suka dan nyaman dengan perlakuan kita. Manfaat dari penggunaan bahasa cinta untuk mengekspresikan rasa cinta dan kasih sayang adalah membantu memahami bagaimana cara kita dan juga pasangan dalam mengekspresikan kasih sayang. Kemudian juga memahami bagaimana ekspresi cinta kita dan pasangan
PINGSAN Sentuhan fisik merupakan cara yang paling nyata dan langsung bisa dirasakan oleh pasangan. Selama hal tersebut dilakukan atas dasar cinta dan sayang, sebuah sentuhan fisik dapat menjadi cara yang paling efektif dari love language. Bahasa cinta yang satu ini sangat menenangkan dan meyakinkan. "Apakah kau melakukan ini pada semua wanita?" tanya Gendhis penuh selidik. "Apakah aku semurah itu?" sahut Mulki dengan tengilnya. Dia mencoba menetralisir semua rasa yang bergejolak di dada nya. Mereka langsung terdiam, Mulki menghabiskan makanan yang ada di piring. Gendhis hanya menemaninya saja, sambil mengaduk makanannya. Mulki melirik dan tersenyum, dia baru menyadari Gendhis hanya mengisi sedikit piring itu. Dia memang sengaja hanya menemani Mulki makan tanpa berniat untuk makan. Setelah selesai makan, Mulki meneguk air dalam gelasnya sampai tandas. "Alhamdulillah!" Tanpa banyak bicara Gendhis langsung membereskan semua bekas makan Mulki. Setelah itu dia kembali duduk di sampi
KELUARGA ABAH FURQON "Bah, mengapa sejak semalam firasat Umi merasa ada yang tidak beres dengan Mulki yo, Bah," ujar Umi Laila. Umi Laila duduk di samping sang suami yang nampak menikmati buku bacaannya. Ketika melihat sang istri duduk di dekatnya, Abah Furqon pun menutup bukunya. Dia memandang ke arah istrinya dengan senyum. "Kenapa? Kau mulai cemburu kah, Umi? Cemburu anak Lanang mu bersama keluarga wanita yang di cintainya?" ledek Abah Furqon. "Bukan begitu, Bah. Namun hati ini rasanya tak tenang sekali. Sungguh lo, Bah. Ini baru pertama kali ini, selama Mulki pulang ke Indonesia dia bertingkah seperti ini. Kok ya tiba-tiba mengatakan tak bisa pulang malam- malam. Tiba-tiba di rumah sakit demi temannya, kan aneh, Bah. Sebenarnya apa yang sedang terjadi," keluh Umi Laila. "Sudahlah kita itu berbaik sangka saja kepada Mulki, Mi. Kita berbaik sangka kepada anak, mungkin memang dia ingin mengenalkan seseorang kepada kita namun waktunya belum tepat. Kemarin masih ada masalah dengan
CINTA DARI ALLAH! "Menurut Umi bagaimana, Mi? Bagaimanapun juga rasanya Sifa lebih nyaman jika bercerita langsung dengan Umi, meminta pertimbangan Umi, mendengarkan pendapat Umi. Sifa lebih senang jika bisa berdiskusi terbuka dengan Umi dan Abah. Karena bagaimanapun juga selama ini Umi dan Abah yang lebih tahu tentang agama. Barangkali sebelum Sifa memutuskan Umi memiliki pandangan dan pemikiran lain," pinta Sifa. Umi Laila terdiam sejenak, dia mengambil cangkir kopi dan menghirupnya. Kemudian mataya beralih kepada Abah Furqon meminta persetujuan bolehkan dia mengatakannya pada putrinya atau tidak. Abah Furqon pun menganggukkan kepalanya tanda mempersilahkan sang istri untuk memberikan pendapatnya. "Terkadang Allah mengalihkan cinta suamimu untuk mencintai perempuan lain itu seringkali adalah merupakan surat cinta yang Allah kirimkan padamu, Nduk. Seolah Allah berkata padamu, lihatlah cinta manusia mudah berpaling bukan? Sebab apa? Sebab hanya cinta All
ANAK PEREMPUANKU DAN SEJUTA MASA LALUNYA!"Kenapa? Kenapa aku yang harus bertanggung jawab atas kebahagiaan Kakak kandungku? Bukankah selama ini kau yang mengecewakan Kakak kandungku, Mas?" ledek Mulki."Mas Rio, Mas Rio. Kau ini aneh dan lucu sekali, kau itu jangan mencari kambing hitam atas rasa cemburumu. Kenapa? Kau masih tak terima kalah dariku? Dari tadi semua ucapan dan pembicaraanmu itu selalu berputar-putar arah! Pembicara kamu sungguh tak jelas seperti itu, kau di sini yang salah tapi kau tak mau mengakui kesalahan," ujar Mulki lirih. Dia tak enak juga jika mama Gendhis mendengarnya.Rio terdiam, dia hanya mengusap wajahnya dengan kasar. Tak lama kemudian Bu Ririn datang dari belakang, sudah tak mengenakan mukena lagi. Hanya mengenakan gamis panjang dan jilbabnya. Tak lama Gendhis menyusul di belakang sang Ibu sambil membawa nampan minuman dan meletakkannya di hadapan Rio."Maaf ya lama," kata Mama Gendis."Oh tidak apa apa, Tante. Kebetulan saya juga baru datang," sahut Mu
KENAPA HARUS AKU YANG BERTANGGUNG JAWAB?Mendengar ucapan Rio itu Gendis terdiam, dia tak mengira Rio akan menilainya seperti itu. Dia cukup kaget meskipun apa yang dikatakan Rio adalah kebenaran. Dia tak mengira serendah itu harga dirinya di hadapan Rio."Apakah sebegitu hina aku di hadapanmu, Mas?" Tanya Gendis dengan mata berkaca-kaca.Rio terdiam diam memandang ke arah wanita yang begitu dia cintai itu, kemudian dia menyadari kesalahannya. Mata cantik itu dulu pasti akan nyalang ketika dia melakukan kesalhan, langsung mendebat tanpa ampun namun sekarang semua sudah berbeda."Dia berubah," batin Rio dalam hati, justru berubahnya Gendhis membuat lelaki itu sedikit ketakutan.Rio meneguk ludahnya dengan kasar dan merutuki kebodohannya sendiri. Ya, karena emosinya tadi dan tak bisa menahannya, sampai dia mengucapkan sesuatu yang mungkin menyakiti hati Gendis. Rio pun melirik Gendhis lagi, wanita itu masih diam. Alih-alih marah justru Gendhis terlihat menyeka air matanya yang mulai
SEHINA ITUKAH AKU DI HADAPANMU, MAS?"Lalu kenapa kau menikah dengan Mulki?" cerca Rio."Aku tidak menikah dengan Mulki!" tegas Gendhis."Gendhis," panggil Mulki lirih, semua menoleh ke arah Mulki. Dengan cepat Gendhis memberikan kode pada lelaki itu, Mulki paham dan diam. Memang kalau di pikir lagi ucapan Gendhis benar, mereka belum menikah tak ada yang salah. "Halah omong kosong!" bentak Mulki."Demi Allah aku tidak menikah dengannya sekarang," sahut Gendhis dengan cepat"Tapi Mulki kan melamarmu," sanggah Rio. Gendhis menghela nafas panjang, sepersekian detik otaknya harus di paksa berpikir secepat mungkin agar dia bisa berkilah namun tak berbohong hanya dengan penyusunan kosakata."Tadinya memang begitu, tetapi aku telah membatalkannya," jawab Gendhis."Membatalkannya? Benarkah? Kau tak berbohong kan? Mengapa kau membatalkannya?" tanya Rio menatap ke arah Mulki dan Gendhis bergantian."Benar Mulki?" selidik Rio. Mulki diam tak menjawab namun dia menganggukkan kepalanya perl
AKU TIDAK MENIKAH DENGAN MULKI!"Allah itu maha pengampun, mungkin doa istrimu, doa mertuamu, atau doa orang tuamu yang dikabulkan Gusti Allah. Bersyukurlah atas itu, jangan sampai kau memiliki pemikiran POLIGAMI lagi!" bentaknya."Lantas kenapa kau berulah lagi? Kenapa kau datang ke sini marah-marah tak jelas seperti ini?" tanya Gendhis."Tak jelas katamu? Hah? Tak jelas? Hahaha!" teriak Rio dengan menatap nyala ke arah Gendis.Entah setan mana yang sedang menyambetnya, dia tiba-tiba maju dan mencengkram dagu Gendis dengan keras, sampai kuku itu sedikit menusuk ke pipi Gendhis. Wanita itu pun meringis kesakitan."Lepaskan!" perintah Mulki. "Tak usah ikut campur!" bentak Rio tanpa menoleh Gendis.Gendhis memberikan kode kedipan mata, membuat Mulki diam. Meski sangat ketakutan, Gendhis berusaha kuat. Jujur saja sekarang dadanya berdetak sangat kencang sekali, dia tak mengira Rio berani sekasar ini. Rio yang pendiam tiba-tiba berubah menjadi arogant bahkan kasar dan cenderung frontal
KETIKA KAU GAGAL JADI MADU KAU MEMBALAS INGIN MENJADI IPARKU!"Bagaimanapun juga dia anakku, Gendis! Tapi konyolnya aku tidak tahu! Aku berhak tahu!" sanggah Rio."Kata siapa? HAH?" bentak Gendhis."Apa maksudmu berkata seperti itu, Gendhis. Bagaimana pun juga aku adalah ayah Kai! Kau tahu itu kan? Sekarang kenapa kau berbicara seolah-olah aku orang asing bagimu dan Kai?" sahut Rio.Tangan Gendhis langsung mengepal, sungguh sakit hatinya sekarang. Marah dan tak terima bergolak menjadi satu dalam hatinya. Dia tak terima kepada sikap Rio, datang tak di undang melukai Mulki, dan sekarang mengatakan bahwa dia memiliki hak atas anaknya. Sedangkan dulu lelaki di hadapannya ini tak bisa memutuskan memberikan kejelasan akta pada putranya. Bahkan dia kembali pada Sifa, istrinya."Sepertinya kau lupa, Mas. Baiklah, aku akan jelaskan," kata Gendhis sambil tersenyum kecut, nada suaranya sudah bergetar menahan tangis dan amarah yang berkumpul menjadi satu."A...apa maksudmu?" tanya Rio dengan nad
DIA ANAKKU! DAN MENINGGAL AKU TAK TAHU!"Semi ustadz?" tanya Rio mengerutkan keningnya."BADJINGAN KAU!" Pekik Rio dalam hatinya.Semakin ke sini dia makin curiga bahwa lelaki itu adalah Mulki. Namun sekali lagi Rio tak ingin tergesa-gesa dulu menyimpulkan. Dia harus mengatur strategi dan taktik agar tak salah jalan. Meskipun dia tak bisa bersama Gendis tetapi jika gadis itu bersama Mulki pun hatinya juga tak rela, menurutnya lebih baik Gendis bersama orang yang tak dia kenal. Dia harus mengumpulkan bukti kuat sebelum mengatakan semua kebenaran ini pada sifa."Mohon maaf Bu Apakah lelaki itu sedikit tinggi mungkin lebih tinggi dari aku dia hobi sekali memakai baju semi Koko begitu kaos tapi bentuknya Koko sedikit putih tetapi tidak terlalu putih juga dan memiliki suara yang sangat kalem sekali benarkah seperti itu tanya Rio mulai menggambarkan ciri-ciri Mulki"Iyo, Mas.""Sik sebentar, Bu. Saya boleh memastikan tidak? Sepertinya yang lelaki itu temanku juga," kata Rio."Ah saya lamat
BADJINGAN KAU!"Apa kau bilang?" tanya Gendis pun mendengus kesal."Entah mengapa tiba-tiba perasaan tak suka mencuat begitu saja, dia tak menyangka jika orang-orang alim yang identik paham dengan agama justru akan melakukan poligami ya meskipun itu tidak disalahkan tapi naluriahnya sebagai seorang wanita tak ingin diduakan."Aku sudah memberikan kesempatan kepada Umi bahwa aku rela dijodohkan dengan siapapun selama wanita itu tahu latar belakangku dan tak ada kebohongan. Dia tahu penyakitku dan dia bisa menerimaku," jelas Mulki."Gendis, kau juga wanita kan? Kau mengerti maksudku. Kau pikir siapa yang mau menikah denganku saat kondisiku seperti ini?" sambungnya."Kau memanfaatkan itu?" tanya Gendhis."Hahaha, bahasamu terlalu jahat. Apalagi aku tidak memanfaatkannya, kau salah, Gendhis. Sebagai orang yang paham tentang agama, aku hanya ingin tak gagal dalam melakukan dan menjalani rumah tangga. Dalam membina sebuah hubungan keluarga aku menginginkan menikah itu langgeng, satu selaman
BERI AKU WAKTU TIGA BULAN!"Jangan pernah memaksa orang tuamu merestuinya. Kalau memang mereka tak ingin anaknya menikah denganku maka aku ikhlas, ini semua bukan salah mereka tapi salahku. Kebodohanku di masa lalu dan sisi egoku," jelas Gendhis."Aku tak masalah jika kau membatalkan. Membatalkan pinangan ini," ujarnya.Mulki terdiam, dia menatap Gendhis dengan tatapan tak percaya. Ya, wanita memanglah begitu, selalu mengedepankan egonya dari pada logikanya. Namun dia tak menduga Gendhis akan langsung menyerah seperti ini. Padahal saat bersama Rio sosok wanita di hadapannya bisa memperjuangkan cinta yang salah."Apa kau berpikir begitu?" tanya Mulki."Ya," jawab Gendhis dengan tegas."Jujur saja ini agak mengecewakan aku," kata Mulki. Gendhis menatap Mulki dengan tatapan bingung dan penuh tanya."Kenapa?" "Ya, bagaimana mungkin dengan mudah kau mengatakan membatalkan lamaran ini? Padahal ini bukan permainan. P
ASSALAMUALAIKUM MANISKU!"Assalamualaikum," sapa Mulki sambil menenteng dua kresek berisi martabak manis dan asin."Waalaikumsalam," sahut Gendhis,"Masuklah, Mulki," perintah Gendhis."Masya Allah manis," kata Mulki."Hah?" sahutnya."Kau manis sekali, manisku," puji Mulki yang otomatis langsung membuat wahag Gendhis merona."Halah aku bisa saja," cebiknya.Gendhis memakai gamis hitam, semenjak ke Tarim dan kondisi berduka Gendhis lebih senang memakai semua pakaian hitam. Termasuk cincin, permata hitam. Antara tanda duka atau tanda yang mencerminkan dirinya sekarang. Meski begitu itu tak mengurangi kecantikan dan aura elegan yang dia tampilkan."Kau sekarang menyukai warna hitam? Itu nampak sangat elegan sekali. Dari pada Gendhis yang biasanya," sambungnya."Kenapa memangnya? Bukankah artinya duka?" jawab Gendhis."Warna hitam memiliki makna simbol yang berbeda bagi setiap orang. Ket