KELUARGA ABAH FURQON "Bah, mengapa sejak semalam firasat Umi merasa ada yang tidak beres dengan Mulki yo, Bah," ujar Umi Laila. Umi Laila duduk di samping sang suami yang nampak menikmati buku bacaannya. Ketika melihat sang istri duduk di dekatnya, Abah Furqon pun menutup bukunya. Dia memandang ke arah istrinya dengan senyum. "Kenapa? Kau mulai cemburu kah, Umi? Cemburu anak Lanang mu bersama keluarga wanita yang di cintainya?" ledek Abah Furqon. "Bukan begitu, Bah. Namun hati ini rasanya tak tenang sekali. Sungguh lo, Bah. Ini baru pertama kali ini, selama Mulki pulang ke Indonesia dia bertingkah seperti ini. Kok ya tiba-tiba mengatakan tak bisa pulang malam- malam. Tiba-tiba di rumah sakit demi temannya, kan aneh, Bah. Sebenarnya apa yang sedang terjadi," keluh Umi Laila. "Sudahlah kita itu berbaik sangka saja kepada Mulki, Mi. Kita berbaik sangka kepada anak, mungkin memang dia ingin mengenalkan seseorang kepada kita namun waktunya belum tepat. Kemarin masih ada masalah dengan
CINTA DARI ALLAH! "Menurut Umi bagaimana, Mi? Bagaimanapun juga rasanya Sifa lebih nyaman jika bercerita langsung dengan Umi, meminta pertimbangan Umi, mendengarkan pendapat Umi. Sifa lebih senang jika bisa berdiskusi terbuka dengan Umi dan Abah. Karena bagaimanapun juga selama ini Umi dan Abah yang lebih tahu tentang agama. Barangkali sebelum Sifa memutuskan Umi memiliki pandangan dan pemikiran lain," pinta Sifa. Umi Laila terdiam sejenak, dia mengambil cangkir kopi dan menghirupnya. Kemudian mataya beralih kepada Abah Furqon meminta persetujuan bolehkan dia mengatakannya pada putrinya atau tidak. Abah Furqon pun menganggukkan kepalanya tanda mempersilahkan sang istri untuk memberikan pendapatnya. "Terkadang Allah mengalihkan cinta suamimu untuk mencintai perempuan lain itu seringkali adalah merupakan surat cinta yang Allah kirimkan padamu, Nduk. Seolah Allah berkata padamu, lihatlah cinta manusia mudah berpaling bukan? Sebab apa? Sebab hanya cinta All
PILIHAN TERLUKA ATAU KEHILANGAN?"Coba sekarang Abah akan tanya padamu. Diantara kita ini hidup dalam pilihan, kalau disuruh memilih maka mana yang akan kau pilih, terluka atau memilih kehilangan?" tanya Abah Furqon."Aku memilih terluka, Bah," jawab Sifa."Jika kau memilih terluka, maka Abah akan memilih kehilangan," sahut Abah Furqon."Mengapa Abah memilih demikian?" tanya Sifa heran. Sungguh dia tak mengira jika Abah nya akan memilih kehilangan. Dia pikir Abah nya juga akan sama memilih untuk terluka dari paa kehilangan. Mengingat selama ini watak Abah nya sangat lembut."Pikirkan lagi dengan logika, Nduk. Untuk apa hidup jika untuk terluka?" tanya Abah Furqon."Catat kalimat ini di resapi. sejahiliyahnya orang jahiliyah, paham kan? Abah akan ulang ya. Sejahiliyah nya jahiliyahnya orang jahiliyah dengan dua huruf dari Alquran saja mereka bisa tobat. Artinya kalau ada orang sekarang yang mengklaim tidak seperti jahiliyah namun di dengarkan huruf-huruf
CT SCAN? "Assalamualaikum!" teriak Mulki berusaha kuat berdiri. "Wa'aalaikumsalam," jawab mereka semua. "Le, kau kenapa?" tanya Umi Laila mendekat. Belum sempat Mulki menjawabnya tetapi dia sudah ambruk 'Bruk' "Astaghfirullahaladzim!" pekik umi Laila dan Abah Furqon bersamaan. "Mulki!" teriak Sifa. Mereka pun langsung menghampiri Mulki yang terjatuh di pelataran rumahnya sendiri. Umi Laila langsung duduk berjongkok di hadapan putra nya dia menepuk pipi Mulki perlahan. Namun, Mulki tak bergeming. Tetap saja diam tanpa peduli dengannya. "Astaghfirullahaladzim, ada apa ini! Mulki, Le! Bangun Le," perintah Abah Furqon. "Bah! Ayo kita angkat ke dalam, kasihan jangan di sini," ajak Umi Laila yang di balas anggukan oleh Abah Furqon. "Sifa tolong panggilkan beberapa santri di depan. Abah tidak kuat jika menggotongnya sendiri," perintah Abah Furqon. Sifa yang memang baru melakukan operasi tak bisa berlari, karena takut jahitannya ambrol. Tanpa membuang waktu dan banyak bicara Umi La
MENINGITIS? "Jika memang ada penggumpalan darah sejak dini bisa tahu. Semua kan 'NJAGANI' karena ditakutkan kita tidak tahu betapa kerasnya benturan itu dan seberapa cideranya parah atau tidak. Jadi menurut saya untuk lebih amannya kita melakukan CT scan saja. Apakah keluarga bersedia?" tanya dokter itu. Abah Furqon dan Umi Laila menganggukkan kepalanya. Pemeriksaan Computerized Tomography Scan atau CT Scan adalah suatu cara untuk melihat bagian dalam tubuh manusia secara detail dengan alat khusus. Prosedur CT Scan menggunakan teknologi sinar-X dan komputer untuk menghasilkan sejumlah gambar irisan dari organ dalam tubuh. Dengan menyajikan banyak irisan, hasil CT Scan dapat memberikan informasi lebih jelas kepada dokter mengenai kondisi tubuh pasien guna membantu menegakkan diagnosis. CT Scan tergolong pemeriksaan yang sederhana dan tanpa alat-alat bedah. Pasien cukup berbaring di meja periksa yang kemudian masuk ke alat pemindai yang bentuknya seperti terowongan. CT Scan yang aka
RENCANA HIDUP GENDHIS! Gendis masih berduka setelah kepergian Kai. Dia lebih banyak mengurung diri di kamar, bahkan dua hari dia memang sengaja tak melihat HP nya. Wanita itu pun juga baru sempat membuka HPnya setelah acara Kai. Terlihat panggilan tak terjawab banyak dari Pohan, dia menanyakan keberadaannya Gendis, dia menghela nafas panjang. Rasanya dia sudah lelah dengan semua ini, dengan hubungannya tak pernah mendapatkan kepastian dari Pohan. Apalagi kehilangan anaknya ini membuatnya tersadar bahwa yang diucapkan Mulki adalah kebenaran. Apalagi yang dia cari dalam hidup, rasanya benar-benar kosong dan hampa. Dia seperti tak menemukan tujuan yang ia cari selama ini, hanya ada rasa hampa, bingung, kosong. Dia menghela napas panjang dan menelepon Pohan. "Halo..." "Kau dari mana saja kau, Gendhis. Aku sejak semalam khawatir kepadamu! Aku menelepon mu berkali-kali tapi kau tak angkat juga. Kau sedang di mana sekarang? Mengapa GPS mu tidak bisa dilacak dan kau terlihat di rumah saki
LAMPU HIJAU? "Gendis, apakah Mulki sehat?" tanya Ririn, mama Gendhis. "Kenapa tiba-tiba Mama bertanya seperti itu? Tumben Maa tertarik dengan teman lelaki Gendhis?" tanya Gendis heran. Jujur saja bahkan dia tak terpikirkan Mulki. Tapi entah mengapa sang Ibu tiba-tiba bisa terpikirkan keadaan Mulki. Dia baru sadar bahwa Mulki belum menghubunginya sama sekali, terbesit dalam benaknya mengapa Mulki menghilang namun dia tersenyum kecut tak mau berharap. "Ya tidak apa-apa sih. Cuma kemarin Mama terkesan saja dengan sikapnya. Apakah kau tahu dan masih ingat kan dia adalah orang yang paling sibuk dan paling lelah menjaga mu dan Kai. Jadi Mama cukup khawatir dengan kondisinya, apakah dia sakit, apakah dia lelah. Kau tidak lupa mengajaknya makan kan?" tanya Ririn. "Tidak kok, Mah. Malah seingat Gendis dia makan dengan baik, dia yang membelikannya, dia juga orang yang menurut Gendhis sangat sadar kesehatan. Bahkan nasi goreng ku saja dia yang
KEDATANGAN DAN KEPERGIAN! "Ya barangkali kau mau membuka hatimu, Gendis. Lihat saja ada lelaki waras yang mau mendekatimu, terkadang kau itu harus banyak berkenalan dengan lelaki semacam itu. Ubahlah standarmu tentang lelaki, karena selama ini Mama kira standarmu tentang lelaki itu salah. Kau selalu menyukai tipikal lelaki yang seperti Pohan atau Samuel yang jelas-jelas kau tak bisa bersama tetapi masih saja memiliki kriteria seperti itu," keluh Ririn. "Sadarlah, Gendhis! Ubahlah kriteriamu," perintah Mama Gendis. Gendhis hanya bisa menghela nafas panjang. "Sudah lah Ma, tak usah membahas masalah ini lagi. Mama tahu sendiri kan aku baru saja kehilangan Kai, anakku. Jadi aku harap mama tak membahas masalah ini lagi," pinta Gendhis. "Baiklah kalau begitu, lalu rencanamu kau mau tetap di Surabaya? Pulanglah saja Gendis. Apa yang kau cari sampai di Surabaya? Sebenarnya Mama juga khawatir kadang kepadamu jika kau kenapa-kenapa dan ada jauh dari p