APAKAH SURGA HARUS SESAKIT ITU, BAH?
"Tapi Sifa bukankah kau terlalu..." "Kenapa? Kau keberatan dengan permintaanku, Mas? Kau tak lupakan tentang perjanjian khulu' itu atau perlu aku bacakan perjanjian itu di depanmu?" tantang Sifa. Rio hanya terdiam sekarang, percuma saja dia berkata apapun rasanya tak akan memperbaiki keadaan. Dia sadar sang istri begitu karena posisi Sifa saat ini sudah marah dan murka padanya, amarah, benci, sudah menguasai hati nya. Rasanya semua penjelasan yang logis pun terasa tak masuk akal di Sifa sehingga dia memutuskan untuk diam terlebih dahulu. "Baiklah terserahmu jika begitu," kata Rio. Rio pun asik menulis di kertas itu. Dia memandang Sifa lagi, lalu bergantian dengan Abah dan Mulki, dia menghela nafasnya panjang. Mau tak mau dia ingin jujur saat ini dari pada harus sembunyi- sembunyi. "Sifa, kau adalah istriku kan. Daripada aku bersembunyi-sembunyi di belakangmu atau kau tahu dari orang lain, mending aku mengatakan ini padamu langsung. Aku akan jujur sekarang, aku ingin memberikan Gendis sebuah rumah lagi, salah aku ralat bukan sebuah rumah tetapi aku ingin memberikannya sebuah rumah agar aku tak berkewajiban untuk memberinya nafkah setiap bulan," jelas Rio. "Ini aku lakukan untuk kebaikan kita, sehingga tak ada lagi yang akan menyebabkan atau aku tak memiliki alasan untuk menghubunginya lagi. Aku berharap dengan niatan baikku ini kau bisa terima dan menalarnya sehingga tak akan ada pertengkaran di antara kita lagi. Apalagi hanya gara-gara masalah nafkah untuk Kai, nama anakku dan Gendhis. Aku memang berniat mengatas namakan Kai dalam bentuk ghibah sebagai perwujudan maafku untuknya, dan rumah untuk akan ku atas namakan dia, jadi bukan Gendhis. Bagaimana menurutmu? Apakah itu adil?" tanya Rio mencoba memberikan usul pada istrinya. "Kenapa kau berpikir memberikan rumah? Hah? Sedangkan aku pun sebagai istrimu saja tak pernah memiliki rumah atas namaku. Begitu cintanya kah kau dengan dirinya?" sindir Sifa. "Sifa, dengarkan aku. Aku memilih membelikan rumah karena aku berpikir ini yang terbaik dan membatasi aku sendiri untuk berhubungan dengannya. Kau tidak bisa mengontrol emosimu dan akan selalu berpikir buruk tentangku, aku tidak menyalahkanmu karena itu juga salahku. Tapi daripada kau terus berpikiran seperti itu kau, terus berburuk sangka, jadi aku memutuskan untuk memberikan suatu aset saja. Dimana jika aset itu dia kontrakkan per tahun rasanya aku sudah tak berkewajiban tapi memberinya nafkah untuk anak kami juga. Aku akan memberikannya sekali dan itu untuk selamanya. Bagaimana menurutmu?" tanya Rio. 'Tes' air mata Sifa menetes, rasanya sakit sekali hati Sifa mendengar ucapan sang suami. Dia tak rela, tak terima, tapi di satu sisi dia sangat tahu betapa kerasnya hati dan kemauan Rio. Rasanya jika dia melarangnya dan justru membiarkan dia memberikan jatah bulanan untuk Gendis tentu saja itu semakin membuka peluang lebar kesempatan Rio mengulangi kesalahan yang dulu. Pernyataan beliau ini seperti menjebak ibaratnya, maju salah mundur salah ke sampingmu akan kena. "Bagaimana menurut Abah?" tanya Sifa meminta pertimbangan Abah nya panjang. Kini ganti Abah Furqon menghela nafas panjang. Jujur saja dia takut salah dalam memberi pendapat, tapi dia juga tak bisa membiarkan Sifa bingung karena sang putri takut lalu stress dan terkena baby blues. "Abah akan membahas dari segi agama tanpa mau menyangkut pautnya dengan masalahmu dan Sifa dulu. Nafkah anak zina itu menjadi tanggungjawab ibu nya, bukan lelaki yang menghamili ibunya. Maraknya kasus perzinahan telah menimbulkan dampak negatif yang luar biasa. Lahirnya anak-anak tanpa seorang ayah, tentunya menjadi beban berat tersendiri kelak bagi si anak tersebut. Sebelum masuk ke inti persoalan yang ditanyakan, maka hal yang harus dipahami adalah mengenai kedudukan status hukum anak zina dalam fiqh. Mayoritas ulama berpendapat bahwa anak zina tidak dinasabkan kepada ayah biologisnya tetapi dinasabkan kepada ibunya. Di samping itu ayah biologisnya tidak berkewajiban memberi nafkah dan warisan," jelas Abah Furqon meskipun ini kenyataan yang baik tapi apa Furqon sudah berjanji dia akan selalu mengatakan yang benar sebagai kebenaran dan yang salah sebagai suatu kesalahan. Lagi apa Furqon agama itu harus jelas putih harus dikatakan putih hitam harus dikatakan sebagai hitam tak boleh ada abu-abu diantara mereka. "Namun menurut mayoritas fuqaha, meskipun dianggap tidak memiliki pertalian darah, sang ayah biologis tetap diharamkan untuk menikahinya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Qudamah dalam al-Mughni.Menurut mayoritas fuqaha, haram bagi lelaki menikahi anak perempuannya yang dihasilkan dari perzinahan, saudara perempuannya, anak perempuan dari anak laki-lakinya, anak perempuan dari anak perempuannya, anak perempuan saudara laki-lakinya, dan saudara perempuannya. Sedang menurut Imam Malik dan Imam Syafii dalam pendapat yang masyhur di kalangan mazhabnya, boleh bagi laki-laki tersebut menikahi anak perempuannya karena ia adalah ajnabiyyah (tidak memiliki hubungan darah), tidak dinasabkan kepadanya secara syar’i, tidak berlaku di antara keduanya hukum kewarisan, dan ia tidak bebas dari laki-laki yang menjadi ayah biologisnya ketika sang yang memilikinya sebagai budak, dan tidak ada keharusan bagi sang ayah untuk member nafkah kepadanya. Karenanya, ia tidak haram bagi ayah biologisnya (untuk menikahinya) sebagaimana perempuan-perempuan lain. Namun menurut sebagian ulama dari kalangan madzhab maliki seorang laki-laki yang berzina dengan seorang perempuan kemudian perempuan hamil dan melahirkan seorang anak perempuan, maka si lelaki tersebut tidak boleh menikahi anak perempuan tersebut. Ketidak bolehan menikahinya adalah karena di antara keduanya dianggap ada pertalian darah (nasab)." sambungnya. Menurut mayoritas ulama anak zina tidak di nasabkan kepada lelaki pezina (Ibnu Qudamah, al-Mughni, Bairut-Dar al-Fikr, cet ke-1, 1405 H, juz, 7, h. 130) Konsekuensi dari pandangan ini adalah bahwa anak tersebut dianggap tidak memiliki pertalian darah dengan ayah biologisnya, sehingga tanggungjawab sepenuhnya berada dipundak sang ibu, termasuk di dalamnya adalah memberi nafkah. Bahkan menurut Imam Malik, dan Imam Syafii yang masyhur di kalangan mazhabnya, anak tersebut boleh dinikahi ayah biologisnya karena dianggap tidak memiliki pertalian darah dengannya. "Memang dalam pandangan sebagai orang awam keterangan yang Abah kemukakan tersebut sungguh tidak adil. Sama-sama melakukan zina tetapi yang harus menanggung semuanya adalah pihak perempuan. Makanya kadang kalau memang di rasa mampu bertanggung jawab ayah terhadap anak. Tapi yang jelas jika memang Rio ingin memberikan tanggung jawabnya sebagai seorang bapak melalui nafkah, Abah rasa jika kamu memang ikhlas maka itu akan menjadi ladang pahala buatmu. Bukankah begitu?" tanya Abah Furqon. Sifa menangis mendengar jawaban Abahnya yang memang terasa menyakitkan baginya. Sebagai istri, Sifa yang tersakiti, Sifa juga yang harus legowo. "APAKAH SURGA HARUS SESAKIT INI, BAH? MAS?BERSAMBUNG Season 1 Selir Kesayangan SuamikuKONSEP KELUARGA!Sifa menangis mendengar jawaban Abahnya yang memang terasa menyakitkan baginya. Sebagai istri, Sifa yang tersakiti, Sifa juga yang harus legowo."APAKAH SURGA HARUS SESAKIT INI, BAH? MAS?" tanya Sifa tegas dan penuh penekanan."Nah itu Mulki yang lebih tahu. Bagaimana Le?" tanya Abah Furqon pada Mulki. Mulki menganggukkan kepalanya."Hal ini sebetulnya sudah diatur. Mahkamah Konstitusi atau MK mengatakan bahwa anak di luar nikah mendapatkan perlindungan hukum sebagaimana putusan MK pada uji materi Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 43 ayat 1. Hal tersebut tentu perlu diketahui lebih lanjut. Mengingat pentingnya informasi tentang tanggung jawab ayah terhadap anak di luar nikah, maka dari itu Merdeka.com rangkum penjelasan tentang tanggung jawab ayah terhadap anak di luar nikah yang perlu untuk diketahui," jawab Mulki."Mbak sudahlah, jangan terlalu drama begitu. Pikirkanlah lagi, rasanya itu juga lebih adil, Mbak. Kita di sini tak bisa menyalahk
AKU HANYA INGIN NAMAMU TERCANTUM DI AKTA BUKAN HARTA!Sekarang mereka semua mengikuti semua strategi yang di perintahkan oleh RIo. Mereka semua bersembunyi di salah satu ruangan seperti gudangnya namun bukan berbatasan dengan tembok tapi terbuat dari triplek sehingga mereka bisa mendengar dengan jelas dan leluasa semua pembicaraan dari dalam sana. Kebetulan ruangan itu berada di belakang meja tempat Rio dan Gendhis nanti harusnya duduk. Mereka sudah izin kepada pemilik cafe untungnya pemilik cafe, dan pemilik cafe itu pun mengizinkan. "Gendhis sudah perjalanan hampir sampai sini," kata Rio."Mari sekarang saatnya," ajak Mulki yang di balas anggukan oleh semua orang.Untuk saja mereka gesit karena baru saja mereka masuk ke dalam ruangan tak beberapa lama kemudian Gendis pun datang. Terdengar dari suaranya yang langsung mengeluh kepada Mulki. Jujur saja sekarang Sifa seperti masih teringat masa lalu nya, masa di mana dia dan almarhum mertuanya datang mendatangi Gendhis. Dan hari semua
CINCIN BERLIAN TERSEMAT DI JARI MANIS GENDHIS"Hey! Dasar wanita tak tahu malu! Tak tahu diri!" bentak Sifa dari yang di susul oleh Abah Furqon dan Mulki.Mereka menyayangkan sikap Sifa yang ternyata tak bisa menahan emosinya. Bukannya apa-apa, mereka sebenarnya berharap bisa mendengar lebih info yang akan di sampaikan oleh Rio. Tapi baru saja beberapa menit Sifa sudah tak bisa menahan emosi yang membuncah di hatinya.Bentakan Sifa membuat Gendhis kaget dan segera menoleh. Dia melihat sudah ada lelaki setengah baya yang kemungkinan itu adalah Bapak Sifa alias Apa Furqon dan Sifa sendiri. Gendis cukup terkejut karena dia tak tahu bahwa mereka semua sudah ada di sini. Dia merasa seperti di keroyok dan di jebak oleh Rio. Dia segera mencengkram pinggiran meja dengan sangat kuat, mencoba menghela nafas panjang. Menghirup semua oksigen yang ada di sana untuk mengumpulkan urat malu, kekuatan, dan keberanian yang di campur menjadi satu."Oh kalian bertiga bersembunyi di balik sana? Kenapa ber
APALAGI YANG KAU INGINKAN?"Ambilah! Aku tak membutuhkannya," kata Gendis melenggang pergi. Dia berhenti di hadapan Mulki."Puas kau dengan ini semua, Mulki. Tapi ingat pion catur mulai baru mulai dimainkan, aku adalah ratu yang tak pernah di ratu kan dan aku akan menjadikan ratu diriku sendiri! Jadi berhenti menggangguku!" tegas Gendhis pada semua orang di sanaSifa langsung luruh ke lantai, dia menangis tergugu sesaat setelah Gendhis pergi meninggalkan mereka. Abah Furqon dengan sigap langsung memapahnya, Rio mengusap wajahnya dengan gusar. Dia tak menyangka situasi ini akan menjadi serumit ini. Alih- alih tetap di sana, Mulki justru keluar untuk mengejar Gendis. Hal yang tidak di sadari oleh mereka semua."Gendis!" perintah Mulki."Apalagi? Apa yang kau inginkan dariku? Harga diriku? Atau apa? Kau merendahkan ku kesekian kalinya?" tanya Gendhis sambil terus berjalan tanpa peduli dengan semua ucapan Mulki. Mulki langsung mensejajarkan."Gendhis, aku tahu kau kecewa denganku. Aku tah
HARAM HUKUMNYA BERTAHAN DEMI ANAK!"Puas kau dengan ini semua, Mulki. Tapi ingat pion catur mulai baru mulai dimainkan, aku adalah ratu yang tak pernah di ratu kan dan aku akan meratukan diriku sendiri! Jadi berhenti menggangguku!" tegas Gendhis pada semua orang di sanaSifa langsung luruh ke lantai, dia menangis tergugu sesaat setelah Gendhis pergi meninggalkan mereka. Abah Furqon dengan sigap langsung memapahnya, Rio mengusap wajahnya dengan gusar. Dia tak menyangka situasi ini akan menjadi serumit ini. Rio terduduk di kursi cafe."Bangunlah, Nduk!" perintah Abah Furqon mencoba mendirikan Sifa. Sifa pun mengikuti perintah Abahnya, dia berdiri dengan di papah sang Abah. Berjalan perlahan, dia sekarang duduk di samping Rio. Abah Furqon beristigfar sambil menghela nafasnya panjang."Sudah hentikan semua drama ini! Istighfar kalian, malu dilihat orang," tegur Abah Furqon kepada Sifa dan Rio."Nduk, Sifa ayo kita pulang saja. Kita selesaikan di rumah ya," ajak Abah Furqon."Ck! Saat sep
ITU NAMANYA MENDZOLIMI DIRINYA SENDIRI"Lalu apa yang harus Sifa perbuat, Bah?" gumam Sifa menatap nanar ke arah Abahnya."Nduk jodoh itu sudah ada yang mengatur dengarkan Abah, jika memang Rio mencintai wanita itu dan kembali padanya biarkan saja. Mungkin memang jodohmu dan Rio hanya sampai saat itu..." jelas Abah."Bah..." panggil Rio."Rio, sama sepertimu. Sifa juga berhak mendapatkan lelaki lain yang lebih bisa membuatnya bahagia dari pada seperti ini. Kau belum pernah menjadi tua seperti Abah, kau belum mengerti bagaimana menjadi orang tua seperti Abah, Rio. Bagaimana sakit hatinya melihat putri kita nelangsa dan sakit seperti ini. Aku yang menemani anakku, dia yang masih menjadi bayi merah sampai bisa melahirkan bayi. Kau tak berubah Rio, hidup anakku hanya kebahagiaan semu semata. Anakku tak bahagia atau anak kalian masih kecil-kecil, Kau masih pantas Sifa untuk mendapatkan lelaki yang lebih baik dan tak hanya Rio saja yang bisa melakukannya," jelas Abah Furqon."Maaf jika Abah
KARMA YANG MENYAKITKAN!"Mumpung-mumpung Abah dan Umi masih sehat, maka bisa menyarankan hal itu padamu. Untuk apa? Hanya satu yang Abah inginkan. Abah tak ingin kau menderita dan kau berhak bahagia, sayangi dirimu sendiri, perkara jodoh tak usah takut Allah pasti akan sudah menyiapkan yang terbaik untukmu. Sekali dua kali kau mengalah dalam rumah tanggamu itu memang benar dan baik dan akan menjadikanmu memperoleh ladang pahala yang begitu mudah. Tapi jika terus-terusan sabar itu menyakitimu maka kau juga masuk dalam kategori mendzolimi dirimu sendiri," sambungnya."Lalu Mbak Sifa harus bagaimana, Bah?" tanya Mulki."Mau tak mau maka Sifa harus mengikhlaskan dan lepaskan," jawab Abah Furqon. Mulki mengangguk setuju, sedangkan Sifa hanya terdiam masih meratapi nasib rumah tangganya. "Mbak sampeyan tadi diantar siapa? Bilanglah pada sopir yang mengantarmu tadi suruh pulang jangan- jangan dia masih menunggumu," ujar Mulki melirik kakaknya drai spion kaca tengah mobil.Sifa hanya mengang
UGD"Bukan begitu, Rio. Justru aku menghubungimu karena aku yakin dan aku hanya bisa percaya padamu. Aku sudah berjanji tak akan berhubungan lagi dengan Gendhis, maka tolong bantu aku menepati janjiku. Hanya kau lah sekarang yang bisa aku andalkan. Tolong Mulki, tolong kau hubungi Gendis tanyakan bagaimana keadaannya, apakah ada yang terjadi dengannya. Aku akan mengirimkan nomornya padamu, tolong pastikan dirinya baik-baik saja. Jika ada apa-apa hubungi aku, maka aku akan membantunya lewat tanganmu. Jika dia mengalami kecelakaan atau sebagainya tolong bantu dan pastikan. Percayalah padaku Mulki, hanya kau yang bisa ku andalkan saat ini, tolonglah aku! Kali ini saja," pinta Rio.Mulki terdiam sejenak, dia mempertimbangkan semua itu. Bagaimana baik buruknya permintaan Mulki itu, apakah dia mau melakukannya atau tidak. Mulki berpikir keras saat ini, satu posisi dia senang karena bisa dengan mudah mendapatkan nomor Gendhis sendiri tapi di sisi lain Gendhis itu adalah wanita yang menyakiti