Share

Bab 8 - Tersulut

Author: Pena Ilusi
last update Last Updated: 2023-11-25 15:49:58

Cinta menyeringai saat wanita bernama Farahdina itu berjalan mendekat. Keduanya saling beradu tatap membuat udara di ruangan seketika memanas.

"Ya, kau benar! Aku ini wanita berkualitas dan mana mungkin berselera pada barang bekas apalagi suami dari orang rendahan," cibirnya.

Jika di pertemuan awal mereka Farah memamerkan keanggunan dan kelembutan hatinya, maka pada detik ini semua kelembutan itu berbalik seratus delapan puluh derajat.

Cinta ikut menarik sudut bibirnya.

"Maka dari itu, biarkan orang rendahan ini membawa pulang suaminya tanpa harus bertungkus lumus  menjemputnya kemari," balasnya tak mau kalah.

Farah terbahak elegan di sela pancaran wajah angkuh.

"Ah, baiklah. Kurasa sebaiknya kita bicara," ujarnya sambil bertepuk tangan ala pebisnis handal dan itu mencerminkan jati dirinya sebagai pemilik Farah Beauty Salon yang sudah melanglang buana.

"Apa yang ingin kau bicarakan, Nona Farah. Katakan saja, aku tidak punya banyak waktu," tukas Cinta tidak sabar.

"Kudengar kau menikah dengan Zaki hanya karena uang. Itu artinya sampai kapan pun dia tidak akan pernah menganggapmu sebagai istri."

Farah masuk ke inti permasalahan. Sepertinya dia begitu paham akan situasi.

"Jadi kurasa sebaiknya kau bercerai saja dengannya," pungkasnya lagi dan dia merasa menang.

Cinta mengerling tajam.

"Sepertinya kau salah mengira, Nona. Kami memang menikah karena perjanjian hutang, tetapi pernikahan tersebut terjadi tidak main-main dan itu legal di mata hukum maupun agama," terangnya tanpa perlu ditutupi.

"Sejauh ini hubungan kami harmonis. Terlepas dari masa lalu, kami punya hak untuk memperbaiki hubungan ini menjadi lebih berarti," sambungnya lagi.

Ucapannya kedengaran acuh tak acuh membuat wanita itu marah besar.

"Baiklah, rupanya tak hanya usiamu saja yang kecil, tetapi otakmu juga picik."

"Apa maksudmu meremehkanku, Nona Farah? Anda hanya masa lalu yang tidak berhak mencampuri urusan masa depan Zaki."

Farah langsung tersulut.

"Aku lebih tahu siapa Zaki sesungguhnya. Sekali dia tidak menganggapmu sebagai istri, maka selamanya dia akan membuatmu menderita."

Farah menyindir sambil terus menghantam kata-kata penuh ironi.

"Lalu kapan kau akan punya anak darinya kalau organ reproduksimu saja sama sekali tidak difungsikan olehnya?"

Cinta tertegun. Ucapan Farah ada benarnya.

'Sejauh itukah dia mengenal Zaki hingga hubungan suami-istri yang tidak pernah terjadi di antara kami saja bisa diketahui olehnya?'

'Sebesar itukah rasa percaya Zaki kepada wanita ini sampai dia berani membeberkan semua rahasia tentang hidupnya?'

Farah menyeringai jahat.

"Kenapa? Kaget kalau aku bisa melihat kekuranganmu dengan sangat baik?" desisnya sinis.

Tatapan tajam menggambarkan keangkuhan mendominasi. Sedangkan sifat elegan dan anggun pada dirinya hanyalah sisi kecil dari kedok yang digunakan untuk memikat Zaki.

"Sungguh, kau akan sangat menyesal jika tidak mendengar perkataanku," tutupnya sambil berlalu.

"Eh! Dengar, ya! Walau penuh kekurangan begini, aku tidak pernah menangis meminta untuk dikasihani oleh suamiku sendiri. Berbeda dengan kau yang pulang-pulang sudah bilang cemburu sama Zaki soal pernikahan kami!" pekik Cinta lantang. Dia sangat yakin kalau Farah mendengar teriakannya tersebut.

Cinta tak ingin menunda waktu dan langsung pergi setelah sosok wanita itu menghilang di balik dinding pemisah. Hatinya bergesek menimbulkan percikan api, memicu kobaran besar di dada.

Dia bahkan nyaris tidak bisa menjernihkan pikiran sendiri. Pun kepalanya tak tahan untuk tidak menggeleng.

"Jadi begini tipe wanita yang dicintai Zaki?" Hatinya cukup tergores mengingat kembali momen di mana Zaki kerap mengasarinya sambil menyebut nama keramat milik Farahdina.

Seketika pandangannya berkaca-kaca. Lidahnya ikut berdecak kesal, "Pantas saja, wanita itu benar-benar cerminan dirinya."

Cinta keluar dari sana dengan perasaan kacau. Akan tetapi, dia juga harus kembali menerobos keramaian pesta dansa demi mencari keberadaan Zaki yang pergi tanpa diketahui arahnya.

"Ke mana dia?"

Bayangan Zaki memeluk Farahdina dan juga ungkapan sinis dari wanita itu membuat dadanya penuh sesak.

"Awas saja kau, Zaki!" ancamnya dengan gigi gemelutuk.

Di sela kebingungan dan rasa dongkol yang mendera, seseorang bersuara khas menyapa dari belakang.

"Mau berdansa denganku?"

Tidak salah lagi itu suara seorang pria. Kedengaran cukup mengesankan dan memaksa Cinta untuk menoleh.

"Anda siapa?" tanyanya spontan.  Cinta tidak punya waktu meladeni orang asing.

Orang tersebut tersenyum. Senyumannya tampak terlalu menawan bagi ukuran pria berjakun hingga sedikit memengaruhi motorik Cinta. Wanita itu melongo.

'Memangnya ada pria secantik ini?' pikirnya tak percaya. Untuk sejenak, dia melupakan tujuan mencari keberadaan sang suami.

Pria jangkung berpenampilan rapi, wangi dan cukup narsis di pengamatan Cinta ini tiada sungkan menampilkan gaya santun. Senyum teduhnya serentak memberi keindahan di hati Cinta seperti riak warna-warni pelangi yang terbit setelah hujan.

"Santai. Mari berkenalan. Aku Abimanyu," ucap ramah suara itu.

Sebelah tangannya sudah menggenggam jus orange dan yang lainnya menguasai segelas minuman berbintang. Lalu jus-nya disodorkan kepada Cinta. Namun, dia menolak.

"Panggil saja Abi. Mari merayakan bersama, pesta ini milik kita." Abi kembali menyodorkan minuman tersebut dan sekali lagi dia menolak.

"Aku Cinta."

Matanya menatap lekat minuman mahal di tangan Abi. Bayangan suram kembali membuat otak keruhnya berjalan.

'Perlu dicoba. Ini tidak buruk.' Bibir dan tangannya menolak jus, tetapi hati kecilnya berkata lain.

Perlu diingat, Cinta bukan tipe gadis yang menanggapi masalah dengan kepala dingin. Dia bahkan pernah nyaris bunuh diri karena masalah, bukan? 

"Baiklah, mari merayakan."

Pikiran yang gagal menjernih tiba-tiba saja memaksa tangannya melesak tanpa ragu. Merebut gelas lain yang berisi minuman termahal di dunia, lalu menegaknya hingga tandas.

"Ya, ini sangat membantu." Cinta memutuskan untuk mencari pelampiasnya sendiri.

Seperti saat ini, dia pun tentu tidak tinggal diam dengan apa yang sudah dialaminya sejak seminggu belakangan.

"Gadis pintar."

Alis Abi terangkat simetris. Perlahan jus orange yang ditawarnya tadi dia kembalikan ke meja semula. Lalu perlahan mendekati wanita asing di depannya.

"Apa kau terbiasa melakukan ini?"

Entah berapa kali pria itu membiarkan Cinta merampas gelas dan mereguk kembali minuman panas yang sedia membakar tenggorokan. Abi menyeringai.

"Masih mampu?"

Cinta terkekeh.

"Sangat mampu. Berikan saja padaku. Ini hanya sedikit dan tidak akan membuat mabuk!" racaunya lagi di sela rasa oleng yang kian bergejolak.

“Baiklah, apapun untukmu!”

Pria itu seperti mendapat hiburan tersendiri lewat tingkah konyol Cinta.

“Ya! Dengan berpesta, semuanya menjadi mudah!” seru Cinta lantang.

Pada detik ini, dia benar-benar melupakan tujuannya mencari keberadaan Zaki. Lantas berbalik menyambut tangan pria bernama Abi yang mengajaknya berdansa.

“Keren.”

Pria itu menyeringai puas.

Cinta sudah berada di batas kesadaran. Hangover membuat penampilannya berubah tak karuan. Beberapa kali dia memuntahkan isi perut yang mengeluarkan bau menyengat. Tungkainya tak lagi sanggup berjalan. Mau tak mau dibantu oleh Abi yang memapahnya menuju sebuah kamar asing.

“Zaki! Di mana kau?” racau Cinta dalam serak. Serentak menimbulkan seringai licik di bibir pria yang tengah memapahnya.

Pena Ilusi

Jangan lupa like and sub jika berkenan 💕

| 1

Related chapters

  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 9 - Rival

    "Zaki! Kau di mana?" racaunya serak memicu seringai licik di bibir pria yang memapahnya pergi dari sana. Area basement, Zaki sudah tak sabar menunggu kedatangan istri kecilnya. Dia memilih pergi ke mobil setelah Cinta memergokinya sedang berpelukan dengan Farah. "Bukankah tadi dia yang meminta pulang?" protesnya tidak sabar sambil memosisikan duduk di moncong mobil dengan kedua kaki saling bertaut. Jemarinya tidak lepas dari mengutak-atik benda sejuta umat di tangan demi menghubungi istrinya. Namun, yang dihubungi tak kunjung mengangkat ponsel. "Ke mana lagi dia?" desisnya di sela rasa kesal yang mulai membumbung. Tak lama, muncul suara-suara mencurigakan dari belakang dan Zaki langsung menoleh ke sumbernya. "P-ponsel. Ang-kat! Hhh ...." Suara celetukan gagap dibarengi tawa sumbang itu bermunculan membuat Zaki mulai menajamkan pendengaran. "Kau minum terlalu banyak. Bagaimana bisa menyambut panggilan dalam kondisi begini?" ujar seorang pria saat tengah memapah wanitanya yang did

    Last Updated : 2023-11-26
  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 10 - Apa Maumu?

    "Huh! Rencana busuk apa lagi ini?"Alhasil, Cinta tidak bisa terlelap di sisa malam. Rasa kantuk menjalar. Akan tetapi, dia memilih untuk terus mengganjal mata hingga tak menyadari kapan dirinya terlelap, lalu kembali terjaga saat merasa ada beban besar menimpanya."Segitu nyamankah ragaku ini hingga jam segini pun kau masih betah memeluknya?"Cinta membeliak. Benda yang dipeluk berkali-kali, dikira bantal guling. Ternyata bodi menantang milik suami matangnya."Akh!" Cinta mendorong keras tubuh itu, tetapi kungkungan Zaki lebih kuat hingga dia tak mampu melepaskan diri.Cinta tertegun sejenak sebelum tangannya kembali bergerak menolak."Zaki, tolong. Jangan bercanda," pintanya memelas.Dengan gaya serupa, Zaki membalas, "Cinta, please! Ini, kan, yang kamu mau?" Dan bagi Cinta itu sindiran yang membuatnya jengah."Kau salah paham, Zaki. Aku tidak menginginkan apa-apa darimu selain membayar hutang keluargaku." Kali ini giliran Zaki yang mendorongnya kasar. Cinta langsung menghindar leg

    Last Updated : 2023-11-27
  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 11 - Hari Yang Tenang

    Bab 11Sementara Zaki sudah siap memasang kacamata hitam untuk menutupi kelopak matanya yang tampak tanpa ekspresi. Tidak ada senyum di bibir, juga tak ada seringai di wajah. Semuanya beku."Cinta!" Suara Zaki kembali menggelegar memaksa Cinta menghentikan langkah dan menoleh. Zaki duduk di kursi penumpang, menatapnya dari balik kaca mobil yang terbuka."Jangan berani kelayapan selama aku di luar kota! Juga jangan coba-coba berbohong karena aku bisa melihatmu dari sisi mana pun!" Zaki memberi peringatan sebelum benar-benar menutup kembali kaca mobilnya. Cinta mengangguk meski tahu bahwa Zaki tidak membutuhkan jawabannya."Baiklah!" balasnya bersamaan dengan menghilangnya wajah Zaki di balik kaca yang sengaja ditutup. Pun seiring hadirnya Helena dengan kostum casual dan sneakers sambil mencolek pinggangnya."Hai, Cantik."Pada detik itu, matanya menangkap pergerakan mobil Zaki mulai bertolak dari parkiran membuat dadanya kembali berdesir."Cie! Cie! Yang nyium pipi suami," goda Hele

    Last Updated : 2023-11-28
  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 12 - Dilema

    "Bisa kita bicara sebentar?"Cinta masih tertegun dan Abi tak menunggu jawaban darinya, langsung mengambil posisi duduk berseberangan dengannya.*Balada Hotel, Zaki sudah melakukan pertemuan dengan klien sejak pagi. Membahas agenda proyek properti yang merupakan cikal bakal bisnis keluarga Arsyandi Buana."Dengan membangun gedung-gedung indah dan fungsional di lahan kosong ini, diharap dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta memberi kontribusi positif bagi lingkungan.""Untuk itu, mari tetap fokus pada tujuan dalam mengembangkan proyek ini. Kita perlu terus mempelajari pasar, beradaptasi dengan perubahan, dan bekerja sama sebagai tim yang solid demi menghasilkan kesuksesan yang luar biasa."Beberapa agenda dilewati dengan sangat mulus hingga kesepakatan jadwal seminggu terpangkas menjadi tiga hari dan ini merupakan pagi penutupan. Masih ada waktu yang cukup lama untuk menikmati matahari meninggi."Mau bertahan dulu atau pulang saja, Pak?" Alfian sudah siaga di depan meja b

    Last Updated : 2023-11-29
  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 13 - Dihukum

    Cinta mau tak mau harus meninggalkan obrolan langkanya bersama Abi dan lebih menyedihkan, dia harus pergi tanpa berpamitan pada sang ibu yang sedang tertidur pulas. Hanya sebuah kecupan manis mendarat di keningnya."Kamu pulang cepat, Zaki?" Cinta yang masih penasaran mengulangi pertanyaan dan ini membuat Zaki berkeruh hati dan langsung berpandangan miring.Zaki tidak menggubris dan tak ada obrolan selama perjalanan pulang. Bahkan bungkamnya benar-benar mencipta suasana mencekam seisi kediaman elit mereka saat baru menginjakkan kaki di pintu utama."Ya, karena kau suka membuatku kerepotan." Zaki mendorong keras tubuh Cinta hingga membentur dinding. "Jadi begini kelakuanmu saat aku tidak ada?" tuduhnya dengan tangan yang sudah mencekal kasar lengan mungil itu.Cinta menggeleng menahan sakit."Kau salah paham, Zaki. Aku kebetulan bertemu dengannya karena sama-sama membesuk keluarga," terangnya meronta."Dan kami hanya berbincang soal peluang pekerjaan buat aku," dalihnya lagi sambil te

    Last Updated : 2023-12-01
  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 14 - Hukuman dan Perintah

    Pergerakan tangan berotot itu cukup gesit. Tak terasa mulai bergerilya seenak jidat, lalu dengan tubuh jantannya menekan raga indah tersebut di kasur, membuatnya seketika tak berkutik."Hentikan, Zaki!" Meski raga sudah tidak sejalan dengan akal, tetapi mulut masih mengajak konfrontasi.Cinta menggeram kecewa dengan sikap Zaki yang seenaknya. Pulang-pulang langsung menyerangnya membabi buta.Zaki tidak seperti biasanya. Entah setan dari mana, kali ini dia seperti menutup pendengaran."Menurutlah gadis kecil," desahnya lirih di sela napas memburu dan keinginan mengungkung tanpa ampun. Memaksa Cinta tunduk pada perintah dan pasrah menerima setiap gerakan maut membobol dinding. Memberi sedikit jeda kala dia meringis kesakitan. Terus membawanya terbang ke gerbang puncak kenikmatan, lalu dengan brengsek melolongkan nama orang lain dalam pergulatan rasa."Farahdinaa!"Sesakit itu perasaan Cinta, bagai tersiram lahar panas mematikan. Harapan bisa memenangi hati lelaki yang selalu membuat ja

    Last Updated : 2023-12-03
  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 15 - Kejutan Tak Terduga

    Debar penantian mendesir ramah menyapa dada saat Cinta menyalakan lilin terakhir di ujung meja dinner."Semoga ini bukan jebakan," gumam lirih hatinya.Tak berselang lama, Zaki datang dari arah pintu utama. Seluruh ruangan mendadak senyap. Hanya terdengar bunyi sepatu pantofel membentur lantai marmer, menimbulkan irama khas langkah lebar."Dekorasi yang bagus!" ucap Zaki sambil memandang setangkai mawar hidup yang menancap dalam vas di tengah meja. "Wow! Mawarnya sangat cantik," komentarnya lagi.Tangan jantan Zaki bergerak meraih mawar tersebut untuk dihidu.Cinta hanya mengangguk kecil. Dipastikan saat ini dandanan dan kecantikannya sudah melebihi kelopak mawar yang dimaksud Zaki. Namun, pujian terlontar dari mulut Zaki hanya seputar dekorasi juga mawar indah yang tertancap di dalam vas dan bukan dirinya."Ya, semua sudah tersedia di rumah ini dan aku tinggal menatanya saja." Cinta berterus terang.Dia lalu menyadari kalau di ruangan itu tidak hanya dirinya berdua dengan Zaki melain

    Last Updated : 2023-12-04
  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 16 - Pesta Kecil

    Bab 16Cinta menoleh dan menelan saliva berat."K-kau?"Ya, Abimanyu. Pria rupawan yang mengajaknya berpesta minuman waktu itu. Dia juga pria ramah yang menjadi alasan Zaki menghukumnya."Hai! Wah, kau di sini juga?" tanya Abi dengan suara khas memikat.Pemilik mata bulat ini mengangguk pelan, memicu reaksi terkejut dari Helena."Cinta, Abi. Jadi kalian berdua sudah saling kenal?"Baik Cinta maupun Abi sama-sama mengangguk sungkan dengan alasan berbeda. Cinta canggung. Bukan tidak mungkin Abi akan membeberkan awal perkenalan mereka yang memalukan di depan Helena. "Ehm, ya. Kami memang belum lama berkenalan." Cinta menjawab hati-hati.Sedang Abi, merasa yakin kalau wanita itu pasti telah disakiti sang suami karena dirinya. 'Awal yang bagus,' pikirnya."Ya, itu benar. Kami memang baru berteman," lanjutnya mengungkap.Helena menghela napas lega."Oh, baguslah kalau begitu. Aku tidak perlu repot-repot mengenalkan teman masa kecilku padamu, bukan?" selorohnya sambil menepuk pundak Abi ya

    Last Updated : 2023-12-05

Latest chapter

  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 52 - Penjahat Sesungguhnya

    "Lepaskan dia! Cinta tidak bersalah!"Zaki berteriak lantang. Hatinya tercabik mendapati bagian tubuh Cinta yang terbuka mulai disakiti oleh beberapa lelaki yang jelalatan memandangnya. Wanita itu terlihat masih meronta walau dalam keadaan tidak berdaya."Dia harus membayar lunas semua kesalahanmu, Zaki! Farahdina istriku, tetapi kau menidurinya seenak napsu bejatmu. Maka istrimu yang polos ini juga harus menerima akibat dari perbuatan burukmu!"Antonio bergerak mendekati Cinta. Zaki tahu betul karakter bajingan nekad itu. Tak dapat dibayangkan jika lelaki itu sampai menyakiti istrinya, sedang dia sendiri tidak mampu menyelamatkan wanita yang sering dia sakiti itu. Mengingatnya, hati Zaki tiba-tiba mencelos."Tidak! Jangan sakiti dia! Aku tidak akan memaafkan kalian, Biadap!"Dadanya bergemuruh, kini amarahnya mulai meledak seperti gunung aktif yang memuntahkan material batu dan lahar panas. Zaki sigap memainkan dua kaki dan berhasil mengelabui dua bodyguard yang mencekal tubuhnya. Hi

  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 50 - Diserang Seseorang dari Masa Lalu

    "Kalau bukan Dion, lalu bangsat mana yang mencoba bermain-main denganku?!" Tiba-tiba Zaki teringat sesuatu dan lekas berbalik ke kamar untuk berganti seragam kerja dengan jeans dan long sleeve. Dengan cepat dia meraih kunci mobil dan beberapa perlengkapan jalan lainnya, lalu berlari keluar menuju garasi. Buru-buru mencapai mobil, menghidupkan mesin, lalu sigap melaju ke rumah sakit tempat Ari dirawat."Semoga ada petunjuk di sana."Sesuai petunjuk dari Alfian, Zaki tiba di rumah sakit lewat jalan tikus dan gegas mendatangi Ari di ruang rawat inap. Namun, yang dicari justru tidak terlihat batang hidungnya."Ke mana dia?" Zaki bercelinguk kanan dan kiri saat tidak menemukan siapa-siapa, baik di ruang utama maupun toilet."Apa Ari hanya pura-pura terluka, lalu sengaja mengelabui Cinta? Atau dia memang telah dibawa kabur oleh seseorang dari sini?"Zaki meneliti brankar yang kosong, mencoba mencari petunjuk dari sana. Dan benar, ada secarik kertas yang terselip di bawah bantal. Zaki mera

  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 49 - Merasa Kecolongan

    "Tolong!" teriak Cinta sebelum mulutnya benar-benar tersekap dan semua pandangan seketika menjadi gelap."Putri Agus Dikara."Terdengar suara sangar seseorang bertopeng yang tampak sudah menyekap jalur pernapasan Cinta hingga tak sadarkan diri. "Akhirnya kita bertemu lagi," desisnya kemudian dalam suasana sekitar yang gelap dan sepi, lalu diam-diam menyeret tubuh lemah itu pergi dari sana. Pergerakan cepat tersebut tidak membuahkan curiga bagi siapapun yang melewati tempat itu. *Tengah malamnya, Zaki tampak masih berkutat dengan laptop di kursi teras lantai dua sebab suhu ruangan di dalam rumahnya mendadak panas membakar. Barangkali pemicunya dari perasaan yang tiba-tiba tidak tenang, tetapi dia memaksakan diri untuk tetap memantau perkembangan bisnis properti yang dia geluti. "Huh!" Zaki mendengkus sambil menutup kasar layar laptop lalu memilih bangkit bersandar di dinding teras demi menatap langit malam tanpa bintang. Satu jam yang lalu, dia pulang dan mendapati Cinta tidak b

  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 48 - Sergapan

    Cinta segera beranjak kembali ke kamar. Dia masih terpuruk dengan keterangan yang baru saja didapatkan dari Ari. Lelaki tua berfisik sehat dan kuat itu seolah membuka sisi lain dari ayah dan ibunya yang selama ini tidak dia ketahui. "Padahal ibu tidak pernah bercerita hal buruk mengenai hubungannya dengan ayah."Hal paling mendasar yang dipegangnya saat itu, sang ibu cukup bahagia di ujung kepergiannya. Wanita renta tersebut pergi dengan menitipkan pesan terakhirnya agar dia dan Zaki saling melindungi."Keluarga Arsyandi Buana yang lain telah mengorbankan nyawa kakakmu Gita demi membayar kematian saudara kandung Zaki. Ibu juga tak punya pilihan untuk tidak menyerahkanmu kepada keluarga itu, Nak. Sebab cuma Zaki yang bisa melindungimu dari orang-orang jahat itu."Cinta masih mencerna maksud dari perkataan mendiang sang ibu."Orang-orang itu? Siapa mereka? Apa ibu diancam oleh banyak pihak?"Di sela memikirkan cara untuk mencari kebenaran, tiba-tiba dia dikejutkan oleh suara berisik di

  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 47 - Sulit Dipercaya

    "Ah, barangkali cuma terbawa cerita Helena saja," pikirnya.Tidak ingin berpikiran buruk tentang hal ini, Cinta terus saja memasuki rumah mendiang sang ayah sambil bersenandung kecil. Senandung yang biasa didengungkan oleh mendiang ayah, ibu dan juga sang kakak."Nona Cinta, apa kamu ingin menikmati sesuatu untuk minum petang ini?" tanya Ari saat dirinya hendak memasuki kamar di lantai atas. Lagi, panggilan Ari berhasil membuatnya nyaris terperanjat. Diam-diam Cinta istighfar dalam hati. Ada apa dengan dirinya saat ini? Kenapa berhadapan dengan Ari saja rasanya seperti menghadapi seorang penjahat yang sedang mengancam?"Apa saja, boleh. Asal Paman yang bikin." Cinta membalas sambil melempar senyum manis seperti biasa. Meski hatinya cukup berkecamuk, namun dia tetap menunjukkan sikap biasa saja di depan pria tua yang masih awet itu."Oh, ya. Sediakan seperlunya saja, biar nanti aku yang buatkan kopi petang untuk kita berdua. Paman pasti penasaran dengan air tanganku juga, kan?"Cinta

  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 46 - Sebuah Pra Duga

    Zaki diam-diam pulang lebih dulu karena tidak ingin berdebat panjang dengan Cinta sebab pikirannya sedang kacau. Kini, dia sedang berada di ruang kerjanya dan tidak ingin diganggu oleh siapapun. Dalam setiap detiknya, dia masih saja mengeluh sambil terus memantau kamera."Bahkan dia merusak agenda pekerjaanku."Zaki menyesalkan pertemuan tiba-tiba dengan Cinta saat sedikit lagi dia akan mengetahui dalang di balik gagalnya proyek Edelweis. Diyakininya bahwa Nyonya Leny Tang selaku mitra kala menyimpan bukti mengenai hal tersebut."Tapi kenapa?"Sayangnya, pertemuan itu harus terhenti di longue. Sementara agenda selanjutnya ke Taman Moana harus gagal sebab belum apa-apa, acaranya sudah dikacau oleh Cinta."Ada apa dengan dia? Dia pergi ke longue itu untuk bertemu dengan karib ayahnya?"Zaki menghela napas berat. "Siapa lagi karib ayahnya selain aku? Mana mungkin dia sengaja mengikutiku."Rencana Zaki untuk menuntaskan masalah proyek Edelweis, malah berbuntut kepada penudingan terhadap

  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 45 - Ditinggal

    Cinta melirik pria yang kini terlelap di samping. Air mata perlahan mulai deras dan semakin tidak terbendung seiring kelopak mata yang memberat. Dalam hatinya meneriaki kata, "Tolong jangan sakiti aku dengan cara begini ...."Hingga akhirnya dia terlelap, pun kalimat itu masih terucap dalam bentuk racauan.Pagi harinya, Cinta menggeliat meraih ponsel di nakas yang berbunyi nyaring. Kelopak matanya terasa sangat berat, tetapi jemarinya terpaksa menekan tombol hijau saat menyadari itu panggilan dari Sekretaris Alfian."Hallo." [Hallo. Selamat pagi, Bu Cinta. Pak Zaki meminta saya menjemput Anda dan sekarang sedang menunggu di luar hotel Kelana.]"Em, Pagi ...."[Hallo, Bu Cinta. Apa Anda baik-baik saja?]"Em, Ya ... apa?! Memangnya Zaki kemana?"[Pak Zaki ada urusan mendadak hingga dia terpaksa berangkat sebelum fajar.]Cinta segera menutup ponsel. Kelopak mata yang berat, kalimat racau antara tidur dan jaga, semuanya lenyap begitu saja. Dengan cepat dia melompat turun dari ranjang dan

  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 44 - Perlahan Membunuh

    "Beraninya kau datang ke tempat ini? Siapa yang mengizinkanmu, hm?" Dua orang itu sama-sama terjebak amarah hingga tak ada yang mau mengalah. Bahkan Zaki yang terkenal paling profesional dalam urusan apa pun, kini terlihat seperti sedang labil."Katakan, siapa yang ingin kau temui di tempat seperti ini?" desaknya pula."Sahabat karib ayahku!""Ayahmu tidak memiliki teman dekat selain aku, Cinta!" bentak Zaki kasar. Hal ini memicu tanggapan dari Nyonya Leny, wanita berambut pirang."Sorry, Tuan Zaki. Sungguh, kami tidak bermaksud menyinggung siapapun," ucapnya menengahi. "Kami hanya berbicara sesuai bukti di tangan," tambahnya lagi. Namun, Zaki yang masih dalam amarah besar memaksa keluar dari agenda pertemuan."Maaf, Nyonya Leny. Aku akan kembali setelah semuanya kondusif.""Baik, Tuan Zaki. Kami sangat berharap Anda kembali hadir ke tempat ini, agar proyek Edelweis segera bebas."Zaki memutuskan untuk menyerah mandat kepada Alfian untuk melanjutkan agenda pertemuan. Sambil mencekal

  • Gadis Tawanan Pelunas Hutang   Bab 43 - Kejutan Menuai Curiga

    "Paman?!"Cinta tertegun melihat kelihaian Ari. Lelaki tua itu seperti memiliki sisi lain yang tidak pernah diketahui oleh siapapun termasuk dirinya."Ya, Nona. Ada apa?" Ari menjawab sambil berbalik menatap lekat wajah Cinta yang tampak kebingungan tanpa memperlihatkan ekspresi apa pun selain bingung dengan panggilan mendadak yang baru saja dilakukan oleh Cinta."Kenapa Paman lewat di sini?" tanyanya dengan kening mengerut tajam. "Ini jalur khusus presdir, bukan?" ulang pertanyaan Cinta yang masih bingung melihat Ari dengan lihai memasuki area khusus owner."Oh, itu. Bukan apa-apa, Nona. Dulu tempat ini kerap kami lalui bersama Tuan Dikara untuk pertemuan khusus bersama Nyonya Tang dan setelah itu, dia memberiku hak untuk melewatinya hanya untuk informasi darurat."Cinta semakin dibuat bingung."Oh, ya? Nyonya Tang? Paman punya kenalan sekelas Nyonya Tang?" Pria tua di depannya yang selama puluhan tahun tinggal bersama keluarganya itu mengangguk. Hari ini, dia seperti membuktikan s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status