Debar penantian mendesir ramah menyapa dada saat Cinta menyalakan lilin terakhir di ujung meja dinner."Semoga ini bukan jebakan," gumam lirih hatinya.Tak berselang lama, Zaki datang dari arah pintu utama. Seluruh ruangan mendadak senyap. Hanya terdengar bunyi sepatu pantofel membentur lantai marmer, menimbulkan irama khas langkah lebar."Dekorasi yang bagus!" ucap Zaki sambil memandang setangkai mawar hidup yang menancap dalam vas di tengah meja. "Wow! Mawarnya sangat cantik," komentarnya lagi.Tangan jantan Zaki bergerak meraih mawar tersebut untuk dihidu.Cinta hanya mengangguk kecil. Dipastikan saat ini dandanan dan kecantikannya sudah melebihi kelopak mawar yang dimaksud Zaki. Namun, pujian terlontar dari mulut Zaki hanya seputar dekorasi juga mawar indah yang tertancap di dalam vas dan bukan dirinya."Ya, semua sudah tersedia di rumah ini dan aku tinggal menatanya saja." Cinta berterus terang.Dia lalu menyadari kalau di ruangan itu tidak hanya dirinya berdua dengan Zaki melain
Bab 16Cinta menoleh dan menelan saliva berat."K-kau?"Ya, Abimanyu. Pria rupawan yang mengajaknya berpesta minuman waktu itu. Dia juga pria ramah yang menjadi alasan Zaki menghukumnya."Hai! Wah, kau di sini juga?" tanya Abi dengan suara khas memikat.Pemilik mata bulat ini mengangguk pelan, memicu reaksi terkejut dari Helena."Cinta, Abi. Jadi kalian berdua sudah saling kenal?"Baik Cinta maupun Abi sama-sama mengangguk sungkan dengan alasan berbeda. Cinta canggung. Bukan tidak mungkin Abi akan membeberkan awal perkenalan mereka yang memalukan di depan Helena. "Ehm, ya. Kami memang belum lama berkenalan." Cinta menjawab hati-hati.Sedang Abi, merasa yakin kalau wanita itu pasti telah disakiti sang suami karena dirinya. 'Awal yang bagus,' pikirnya."Ya, itu benar. Kami memang baru berteman," lanjutnya mengungkap.Helena menghela napas lega."Oh, baguslah kalau begitu. Aku tidak perlu repot-repot mengenalkan teman masa kecilku padamu, bukan?" selorohnya sambil menepuk pundak Abi ya
Bayangan seperti truk putih meluncur dari arah depan. Cinta panik serentak menutup mata dan berteriak, "Z-zaki! Hentikan mobilnya!" Zaki menginjak rem dadakan menimbulkan bunyi decitan keras. Cinta mendadak melow. Sedikit lagi benturan keras akan terjadi dan harapan matinya selama ini akan segera terwujud."Inikah jalan maut bagiku?"Cinta tersenyum getir. 'Tapi, enggak asyik. Kenapa matinya harus bareng Zaki?'Dia rela mati, rela lenyap saat itu juga, tetapi dia tidak ingin pergi ke akhirat bergandengan dengan pria bajingan yang sudah mengkhianati pernikahannya.Cinta masih mengkhayal saat semua menjadi sepi, hening. Perlahan matanya mengerjap, Cinta mendongak pelan seiring menelan saliva getir. "Apa aku sudah mati?" tanyanya lirih. "Apa ini neraka?" Perlahan kepalanya menoleh dan Zaki sudah menatapnya sangar."Takut mati juga?"Seringai jahat dan sorot tajam itu berubah kejam seperti singa liar yang siap menerkam mangsa."J-jadi bayangan truk tadi cuma halusinasi?" gumamnya kecewa
Bab 18'Dia tidak mencintaiku, aku pun tidak boleh mencintainya.' Cinta merutuki diri. Rasa panas menjalar di wajahnya. Meski sudah dua kali Zaki melihat keindahan tubuhnya tanpa sekat, tetapi rasa sungkan itu tak kunjung mereda. 'Oh, hati. Tolong!' Bahkan Cinta gagal terlelap hingga pagi menjelang."Ini menyakitkan," keluhnya bingung saat mendapati pria tanpa perasaan itu tertidur pulas seolah tanpa beban.Perlahan dia bangkit ke kamar mandi, membersihkan diri. Berendam dengan air hangat yang membuatnya merasa sedikit nyaman. Otot kakunya meregang sebagai efek dari sensasi aroma terapi berasal dari sabun.Perlahan Cinta memejam rapat matanya.'Ah, bayangan itu lagi.' Walau sudah berupaya mengusir, tetap gagal."Zaki," desahnya pelan saat siluet pria itu berkelebat nakal menghiasi lamunan pagi ini. Semua tentang Zaki begitu unik. Umpatan, sentuhan, juga ekspresi jantan yang membuatnya merasa seperti ingin gila. Namun, itu tidak berlangsung lama sebab Cinta kembali mengumpat keras.
"Apa?""Ya, Mama akan ajak Cinta pergi dari sini.""Tapi, Ma —""Fix! No debat, ya. Mau Cinta ada atau tidak di samping kamu, tetap saja enggak berpengaruh apa-apa buat kamu.""Mama, tolong dipikirkan lagi. Kami ... i-ini hanya —" Zaki gelagapan."Hanya butuh penyesuaian, Ma. Pertengkaran kecil kami ini pun untuk menyesuaikan banyak hal agar bisa saling memahami dan menerima." Kali ini, Cinta yang bersuara membuat sepasang ibu dan anak itu serentak menoleh.Tiba-tiba dia sudah muncul di sana dengan membawa nampan berisi dua cangkir kopi hangat."Setelah peristiwa jembatan Kalitua itu, hubungan kami menjadi semakin baik. Bang Zaki menjadi semakin perhatian dan Cinta merasa aman bersamanya, Ma." Usai menyambung kalimat suaminya, Cinta meletakan nampan di atas meja lalu gegas mengambil posisi duduk di samping Zaki sambil merengkuh erat pinggangnya. Dibalas Zaki dengan kecupan manis mendarat di puncak kepala lalu turun ke pipi.'Pandai sekali berbohong. Pantas saja kau begitu terbiasa m
Cinta pangling dengan penampilan sendiri. Ibu mertua telah memberikan service terbaik untuk dirinya. "Asli, kamu cantik banget, Cinta. Bisa jadi model malah." Bu Diana berkomentar takjub."Wah! Terima kasih atas pujiannya, Ma. Ini benar kejutan."Penampilan dress floral mocca ala Korea membuat Cinta jadi merasa lebih percaya diri. Tiba-tiba pikirannya melayang ke tawaran Abimanyu. 'Abi pasti terkejut melihat penampilan baruku ini. Pemilik bibir seksi itu mengukir senyum penuh arti.Terbesit dalam hati untuk segera bertemu dengan orang itu demi mewujudkan mimpi besarnya. Membayangkan berjalan di cat walk saja sudah luar biasa apalagi sampai memamerkan koleksi pakaian hasil rancangan sendiri. Sungguh mimpi yang sempurna, bukan begitu?"Kita berangkat ke kantor Zaki sekarang." Suara Bu Diana perlahan membuyarkan lamunan, membuatnya kembali tertampar pada kenyataan. 'Hah! Zaki lagi,' batinnya nelangsa. "Oke. Siap, Ma!"Di perjalanan, Cinta dan Diana masih asyik bercengkerama soal keseh
"Tidak perlu. Makan siangnya di luar saja dan aku ingin kau ikut."Cinta menoleh ke arah Diana. Hatinya tidak enak meninggalkan mertuanya sendirian. Namun, wanita hebat itu langsung memberi isyarat persetujuan."Pergilah, temani Zaki. Mama akan membuat kunjungan singkat ke beberapa divisi."Zaki bangkit dan langsung meraih lengan istri kecilnya tanpa menunggu persetujuan. Keduanya berjalan bergandengan menuju mobil dengan tangan jantan itu turun mencekal posesif si pinggang ramping."Bersikaplah seharusnya." Seperti biasa dia berbisik lirih ke telinga Cinta dan langsung ditanggapi gesit oleh lawan mainnya. Sangat lihai membawa suasana didukung oleh penampilan masing-masing dengan pesona paripurna tiada duanya. Baik itu pahatan wajah, senyuman manis, juga lekuk tubuh sempurna bak dewa-dewi Yunani."Wow!"Permainan yang mereka cipta menuai decak kagum penuh damba dari seluruh karyawan dan karyawati Arsyandi Buana yang berharap mendapat secuil perhatian dari dua sejoli tersebut menggiri
"Aku ada rapat dadakan."Meski bingung, Cinta tetap harus menuruti permintaan suaminya yang sudah terlanjur keluar lewat pintu belakang bangunan restoran.Dia pun tidak ingin berpikiran buruk terhadap suaminya. Selama Zaki menepati janji untuk makan siang bersamanya di kantor, kenapa harus curiga? Tak berselang lama saat tiba di kantor, makan siang yang dipesan Zaki datang. Cinta duduk berselonjor di sofa dengan penuh semangat."Wah! Ada seafood enak. Aku suka." Cinta bersorak girang saat berhasil membuka kotak menu di depannya. Sementara Zaki hanya diam menikmati bagiannya. Cinta melirik bingung. Rupanya Zaki memesan menu yang sama untuk makan siang mereka."Sejak kapan selera kita sama? Aku penyuka seafood sedang kau pembenci menu itu. Kenapa sekarang kau malah menikmatinya dengan lahap?" batinnya berperang melawan kebingungan. Mencoba menanggapi secara positif, namun hatinya terlanjur berprasangka.Dia punya pengalaman buruk soal menu itu. Pernah di awal pernikahan, Cinta tidak s