Daffin kembali ke Indonesia setelah ia berhasil membangun bisnis di Amerika, ia menjadi CEO sekaligus dokter psikiater, Ilmu psikoligisnya itu digunakan untuk membaca orang-orang yang ingin bekerja sama dengan perusahaannya. Kembali ke Indonesia, tujuannya ingin mengambil perusahaan mendiang ibunya yang dirampas oleh ayah tirinya. Tapi ia tersandung dengan kisah asmaranya dengan gadis tak waras ketika ia berlibur di desa sahabatnya. Bagaimana bisa seorang CEO, berprofesi dokter menjadi suami gadis tak waras?
View More"Kamu mau kemana hah, jangan harap kamu lari dariku."
Tangan Daffin ditarik oleh seorang gadis ketika ia sedang berjalan menghirup udara segar di sebuah desa yang ia kunjungi. Gadis itu sangat marah kepadanya, matanya menatap tajam kepada Daffin."Siapa kamu?" tanya Daffin. Ia tak terima atas sikap kasar gadis yang tidak ia kenal.Tanpa diduga gadis itu langsung mencium Daffin, sontak detak jantung berdebar kencang. Ia tak menyangka mendapatkan ciuman dari seorang gadis yang ia tidak kenal sama sekali.Tubuh Daffin membeku, siapa sangka niat berlibur malah mendapatkan ciuman. Dengan kasar gadis itu melepaskan ciumannya lalu menampar pipi Daffin dengan keras, sampai suara tamparannya memekik di telinga Daffin.Setelah menampar, gadis itu pergi begitu saja. Tangan Daffin mengepal dengan kuat, hatinya langsung sangat murka dengan tindakan gadis itu. Ia mengejar gadis yang menamparnya, di dalam hatinya gadis itu harus meminta maaf, kalau perlu berlutut."Jika dia tidak mau minta maaf, akan aku laporkan ke kantor polisi," gumam Daffin. Hatinya penuh dengan emosi.Ia terus menatap, mengejar gadis itu. Tidak perduli paras gadis itu cantik, buat apa kecantikan tapi tidak punya akhlak. Menampar seseorang yang ia tidak kenal. Daffin berlari untuk meraih bahu gadis itu.Gadis itu menoleh, tatapan bak singa betina menatap Daffin. Ia tidak ada rasa bersalah sama sekali telah menampar Daffin."Don't touch me!" tangan Daffin ditangkis lalu tangan gadis itu melayang dengan keras, menampar pipi Daffin sekali lagi.Jangan ditanya bagaimana rasanya, hawa panas pipi Daffin sampai menembus ke hati. Wajah Daffin sudah merah, emosi memuncak. Ia mengangkat tangannya dan menampar keras dengan telapak tangan besarnya itu, sampai kepala gadis itu memutar sembilan puluh derajat, bibirnya mengeluarkan darah.Tangan Daffin bergetar, ia tidak menyangka akan menampar pipi gadis itu dengan keras. Terlihat mata gadis itu mengeluarkan kristal mencair membasahi pipinya yang putih. Ia berlari setelah mendapatkan belaian emosi dari Daffin."Gila kenapa gue lost control banget sih." Daffin memaki dirinya sendiri, ia merasa menyesal telah membalas tamparan gadis itu. Ia mencari gadis yang telah hilang dari penglihatannya. Meminta maaf karena telah menamparnya. Tidak sepantasnya seorang pria menampar seorang gadis dengan sangat keras sampai bibirnya berdarah.Daffin berlari, menatap kiri dan kanan mencari keberadaan gadis itu. Langkahnya melambat ketika ia melihat gadis itu sedang duduk di bawah pohon. Memegang rambutnya yang panjang. Ia berjalan mendekati gadis itu, duduk bersama dengannya. Gadis itu tidak menoleh kepadanya walaupun ia sudah duduk di sampingnya. Ia terus memegangi rambut, sorotan mata yang kosong."Hai, maafkan aku telah menamparmu." Daffin memegang pundak gadis itu, ia menoleh dan tersenyum kepada Daffin kemudian menangis tanpa suara."Aku mohon jangan tinggalkan aku." Gadis itu langsung memeluk Daffin sangat erat.Daffin merasa aneh dengan gadis ini, emosinya berubah dengan cepat. Awal bertemu Daffin dicium lalu ditampar dua kali, tapi kali ini memeluk dia.Detak jantungnya berdebar keras saat gadis itu memeluknya dengan erat. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, tetapi dia tidak tega untuk melepaskan gadis itu dalam keadaan sedih seperti ini."Dengar, aku sungguh-sungguh minta maaf," ucap Daffin dengan nada yang tulus.Ia tidak mempunyai kata-kata lagi selain minta maaf. Bibirnya membeku ketika gadis itu menangis dalam pelukannya, bahkan gadis itu meletakkan kepalanya di dada Daffin. Sebagai lelaki normal, pasti akan keringat dingin dipeluk oleh gadis cantik.Gadis itu langsung mendorong tubuh Daffin. Ia tertawa dan menatap Daffin sangat tajam."Maaf katamu, sudah mempermainkanku kemudian meminta maaf!" Gadis itu menatap nyalang ke arah Daffin.Ya Tuhan, sudah aku duga. Gadis ini jiwanya sakit, emosinya tidak terkontrol, batin Daffin.Sungguh ini liburan yang jengah bagi Daffin, berniat bersantai-santai dari kerjaan yang tiada habis-habisnya tapi malah bertemu dengan gadis tak waras. Sesuatu kebetulan yang sengaja direncanakan oleh Tuhan.Daffin menatap gadis itu, yang menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil memilin rambutnya yang panjang tapi tak terawat. Ia menelisik wajah gadis itu yang sepertinya sangat familiar di ingatannya. Berupaya mengingatnya tapi ia tak ingat.Gadis tak waras itu sedang tenang, bibirnya sedang bersenandung. Tak ada takut di hati Daffin berdekatan dengan gadis itu. Ia kembali duduk sejajar dengannya mendengarkan senandung gadis tak waras itu.Suara senandungan berhenti, kemudian gadis tak waras itu memegang kedua pipi Daffin, di belainya dengan lembut. Waktu seakan-akan berhenti dengan sentuhan gadis itu."Tolong jangan tinggalkan aku." Gadis itu mengeluarkan air mata.Daffin merasakan kesedihan yang mendalam dari air mata yang dikeluarkan oleh gadis itu. Entah kenapa tubuh Daffin membeku tidak bergerak, seakan terhipnotis dengan suara tangisan gadis tak waras itu."Jangan pergi, aku akan melakukan apapun yang kamu mau." Gadis itu memeluk tubuh erat Daffin, isakan tangis mewakili sebuah hati yang terluka.Apa yang gadis ini alami? Sampai dia bisa kehilangan akal sehatnya, batin Daffin.Perlahan pelukan erat itu melonggar dan tubuh gadis itu terasa lemas. Daffin merasakan tangan gadis itu menggantung, ia menangkap tubuh yang lunglai, lemas tak ada tenaga."Ya Tuhan, dia pingsan," gumam Daffin.Ia tidak kenal dengan gadis ini, melihat sekeliling tidak ada manusia yang melintas. Panik? Tentu saja Daffin sangat panik ketika gadis itu pingsan tiba-tiba dan ia sedang memeluknya.Bersambung..."Kak Silvia bangun Kak." Lili berteriak memanggil kakak sepupunya tapi dia sudah tidak sadarkan diri.Diki langsung diringkus oleh pihak kepolisian, tangannya langsung diborgol. Ia melihat ke arah Daffin dengan tatapan yang tajam, tapi Daffin tidak perduli. Ia langsung menghampiri Lili yang masih memeluk kakak sepupunya."Tomi, telepon ambulans sekarang," perintah Daffin.Tubuh Silvia langsung dibawa ke rumah sakit, pisau masih menancap di punggungnya. Lili sangat syok melihat Silvia yang mengorbankan nyawanya demi dia. Ia terus menangis di dalam mobil ambulans, berharap kakak sepupunya bisa terselamatkan dan janinnya tidak mengalami hal apapun."Tenang Sayang Silvia pasti akan selamatkan." Lili yang sangat terguncang, tangisannya tidak berhenti sejak Silvia tertusuk.Dalam keadaan tengkurap Silvia berada di atas brankar. Sesampainya di rumah sakit, ia langsung dilarikan ke ruangan IGD dan diperiksa. Di sana dokter langsung memutuskan untuk segera operasi. Lili juga menjelaskan bahwa
Ketika aku membuka mata, tampak asing di penglihatanku. Di mana aku berada? Kepalaku agak pusing, aku berharap semoga kandunganku baik-baik saja, karena aku mengingat betul ketika aku dibius dan diculik, tapi entahlah siapa orang yang menculikku.Berharap agar Mas Daffin langsung menemukanku. Ya Allah tolong aku dan janinku ini agar kami tetap sehat. Tanganku diikat dan kakiku juga diikat, aku tidak bisa bergerak sedikit pun hanya mata ini yang bisa menatap ke kiri dan ke kanan. Melihat sekitar tempat yang aku tidak kenal. Tubuhku di atas ranjang big size.Terdengar suara langkah kaki mendekat ke ruangan ini. Aku menatap pintu dari ruangan itu, berharap Mas Daffin lah yang membuka pintu itu, tapi setelah pintu terbuka, pupus harapanku. Ternyata bajing*n itu yang menculik aku, Diki."Lepaskan aku, mau apa kamu menculikku?" tanyaku dengan setengah berteriak."Kamu bertanya mau apa aku? Jawaban itu seharusnya kamu tahu, aku ingin kamu." Diki mendekatiku, ia duduk di samping ranjang dan m
Daffin dan Lili bergandeng tangan keluar dari gedung acara tersebut. Mereka tidak luput dari kamera para wartawan, menanyai dan juga mengambil foto mereka. Daffin sudah merasa cukup diwawancarai dan berfoto. Ia langsung menarik tangan Lili untuk masuk ke dalam mobil. Jika menuruti kemauan wartawan, wawancara tak akan habis-habisnya."Kak Silvia pasti sudah tahu Mas, mengenai Diki. Bagaimana perasaannya? Suaminya sudah tidak mempunyai apa-apa lagi. Apakah Diki benar-benar tidak mendapatkan warisan Mas?" tanya Lili."Mereka hanya mendapatkan sebuah apartemen, karena harta Mamah itu dimiliki sebelum menikah dengan Anton, ayah tiriku," jawab Daffin."Masalahku sudah selesai dan juga hakmu juga sudah kamu dapatkan. Ada satu hal yang mengganjal di hatiku Mas," ucap Lili.Sejak kemarin Lili masih terpikir seseorang yang menghadang mobil Daffin. Bukan Diki ataupun Anton pelakunya, tetapi ini masih misterius. Lili juga menyuruh Tomi untuk menyelidiki hal itu.Setelah acara pengangkatan CEO Ru
Daffin tidak hanya dengan Lili ke acara Diki, ia juga bersama dengan kedua orang tua Gilang, karena rupanya Anton mengundang mereka.Kedua orang tua Gilang merupakan pengusaha, tapi usahanya masih di bawah Daffin maupun Diki, walaupun bisnis Daffin dibantu oleh Gilang. Ketika kedua orang tua Gilang mengalami kebangkrutan, mereka ditolong oleh mamah Daffin yang menyuntikkan dana, sehingga perusahaannya masih bisa berdiri sampai sekarang.Sabia, mamah Daffin merupakan sahabat dari ibunya Gilang. Mereka sangat dekat dan sabia tidak akan diam saja ketika perusahaan suami dari sahabatnya gulung tikar."Tante, Om, mari kita berangkat," ajak Daffin."Wow kalian tampak serasi sekali, oh iya, selamat yah karena istrimu sudah hamil. Gilang yang memberitahu kepada Tante. Andaikan mamahmu masih hidup, dia pasti akan senang sekali dengar berita gembira ini," ucap Indah ibu dari Gilang."Terima kasih Tante, doakan semoga istri dan calon buah hati aku sehat sampai melahirkan ya. Mamah pasti tahu, ia
"Sayang, aku minta maaf. Itu kan karena obat laknat itu, jika aku sadar seratus persen nggak bakalan aku sentuh Silvia. Istri aku lebih cantik kok."Lili merajuk, ia marah besar setelah melihat video itu. Bahkan di sentuh tangannya oleh Daffin, ia langsung melepaskannya. Daffin yang sudah sangat mencintai Lili ketar ketir dibuatnya. Ketika ia menjadi CEO sikapnya sangat dingin kepada karyawan, apalagi dengan karyawan wanita. Menjadi dokter psikiater sangat karismatik di depan para pasiennya. Tapi di depan Lili, jika istrinya itu marah. Ia berubah seperti ayam kehilangan induknya."Waktu obat itu mulai bekerja, Mas masih setengah sadar kan? Kenapa nggak pakai setengah kesadaran Mas untuk menolaknya dan ini malah menikmatinya. Sudah ah, Mas jangan sentuh aku dulu. Lagi pula aku masih sakit, nggak nikmat disentuh seperti Mas dicumbui oleh Kak Silvia, menyebalkan."Lili langsung ke kamar dan menutup pintu dengan sangat kasar. Ia mengunci kamar tersebut, Daffin mengacak-acak rambutnya kar
Lili membuka mata, ia terkejut berada di atas brankar rumah sakit. Daffin duduk di samping ranjang, ia mengerutkan dahinya. Kenapa posisinya jadi terbalik? Ia yang di atas brankar rumah sakit sedangkan suaminya sedang menggenggam tangannya dan duduk di pinggir ranjang."Mas, kok aku ada di sini?" tanya Lili. Ia bingung dengan Daffin yang membelai rambutnya."Kamu pingsan Sayang, ketika aku bangun kamu berada di sofa. Aku dekati kamu dan membangunkan, tapi kamu tidak bangun. Aku baru tahu bahwa kamu sedang pingsan. Panik banget, lalu aku panggil dokter," jawab Daffin.Lili memang terasa sangat pusing karena benturan mobil cukup keras, sehingga kepalanya terasa sakit. Dia baru merasakan ketika berada di rumah sakit, saat melakukan hal gila itu, mengendarai mobil dengan menabrakkan mobilnya ke mobil penjahat, ia tidak merasakan apapun karena hatinya sedang diselimuti kegelisan dan hanya berpikir bagaimana menyelamatkan suaminya yang sedang dipukuli oleh orang yang tidak dikenal."Lalu k
Daffin keluar dari dalam mobil, ia berhadapan dengan lima pria yang bertubuh besar. Ia tidak takut dengan para pria itu. Daffin menggulung lengan panjangnya, ia mulai memasang kuda-kuda di kakinya. Ia bersiap dengan penyerangan kelima pria itu.Matanya melihat sangat tajam, ia harus fokus karena ini perkelahian satu lawan lima. Ia harus bertahan sampai Tomi datang yang membawa pengawal lainnya. Daffin juga tidak mau jika Lili terjadi apa-apa.Dua pria itu lari ke arah Daffin, ia mulai menendang dada Daffin, tapi berhasil ia tangkap dan dipelintir kaki pria itu. Satu pria yang lainya ingin meninju wajah Daffin, namun berhasil dibaca. Ditangkap kepalan tangan pria itu, ditarik lalu Daffin menendang bagian bawah ketiak pria itu. Dua pria terjatuh, Daffin melihat dengan menelisik sangat tajam. Satu pria maju, ia berlari lalu meloncat ingin memukul kepala Daffin, tapi ia berhasil menghindar sayang dari arah samping ada satu pria yang menendang Daffin.BUKTubuh Daffin terpental, tidak dis
Daffin terlihat bingung, ketika baru sampai rumah. Ia melihat Lili yang memakai kemejanya yang berukuran besar, bagian bawahnya ia ikat terlihat masih modis.Baju yang Daffin berikan sangat banyak. Tapi Lili malah memakai kemejanya. Ia ingin mendekati Lili tapi istrinya langsung menghindar. Daffin kecewa dengan sikap istrinya, karena masih marah akibat video yang Silvia sebar. Tapi ia melihat di meja makan sudah banyak menu, Lili juga terlihat sudah mandi. Tampaknya ia memasak sebelum membersihkan diri."Makan Mas," ucap Lili.Daffin duduk, ia pikir Lili akan duduk juga. Tapi ternyata ia salah, istrinya malah masuk ke kamar, dengan agak berlari Daffin mengejar Lili dan mengganjal pintu dengan kakinya agar tidak bisa tertutup. Ia langsung menarik tangan Lili dan memeluknya. Tapi Lili langsung menutup hidungnya dengan tangan."Kenapa kamu menutup hidung?" tanya Daffin agak kesal."Bau Mas, mandi dulu sana. Habis kemana sih, badanmu jadi bau seperti ini," ucap Lili dengan hidung yang ma
"Sayang, aku minta maaf. Itu kan karena obat laknat itu, jika aku sadar seratus persen nggak bakalan aku sentuh Silvia. Istri aku lebih cantik kok."Lili merajuk, ia marah besar setelah melihat video itu. Bahkan di sentuh tangannya oleh Daffin, ia langsung melepaskannya. Daffin yang sudah sangat mencintai Lili ketar ketir dibuatnya. Ketika ia menjadi CEO sikapnya sangat dingin kepada karyawan, apalagi dengan karyawan wanita. Menjadi dokter psikiater sangat karismatik di depan para pasiennya. Tapi di depan Lili, jika istrinya itu marah. Ia berubah seperti ayam kehilangan induknya."Waktu obat itu mulai bekerja, Mas masih setengah sadar kan? Kenapa nggak pakai setengah kesadaran Mas untuk menolaknya dan ini malah menikmatinya. Sudah ah, Mas jangan sentuh aku dulu. Lagi pula aku masih sakit, nggak nikmat disentuh seperti Mas dicumbui oleh Kak Silvia, menyebalkan."Lili langsung ke kamar dan menutup pintu dengan sangat kasar. Ia mengunci kamar tersebut, Daffin mengacak-acak rambutnya kar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments