Share

Pria Pertamaku Adalah Musuhku

Sedangkan Belle dan Leo yang berhasil kabur, kini tengah bergegas kembali ke markas mereka untuk berkumpul dengan rekan lainnya.

"Shitt! Bagaimana bisa orang yang bersamaku malam itu adalah seorang agen khusus?" batin Belle yang ingat saat dia berkelahi dengan Bryan dan tanpa sengaja melihat lencana agen khusus milik Bryan. "Dan tadi dia melihat wajahku. Itu artinya identitasku akan segera terbongkar."

Belle yang mulai panik pun, meminta Leo untuk mengurus dan memindahkan perawatan kakaknya ke luar negeri secepatnya. Dan tentu saja Leo juga menyanggupi permintaan Belle itu.

Dan karena masalah ini, untuk sementara Belle harus menetap di markas. Jadi dia meminta Leo mengantarkannya ke rumah, untuk mengambil beberapa barang penting. Juga baju ganti untuk persiapan di markas.

*

Sesampainya di rumah, Belle buru-buru mengambil semua yang dia butuhkan dan segera kembali ke markas mereka. Sekembalinya Belle dan Leo ke markas, rekan lain tampak sudah menunggu kedatangan Belle dan Leo dengan sedikit cemas.

Anne menghampiri Belle dan memeriksa adakah luka disana, "Syukurlah kalian baik-baik saja."

"I'm okay. But, identitasku sudah terbongkar. Jadi aku harus tinggal disini dulu untuk sementara," ujarnya.

Melihat wajah kaget para rekannya, Belle pun akhirnya menceritakan kronologi saat Bryan berhasil membuka topeng dan melihat wajahnya.

Leo pun menyahut, "Aku akan segera membuatkanmu identitas palsu, yang bisa kau gunakan."

Belle pun mengangguk dan berterimakasih pada Leo. Karena memang itulah yang dia butuhkan, untuk saat ini. Sebuah identitas palsu.

"Kalian istirahatlah. Aku dan Leo akan pergi ke pasar gelap untuk mengantarkan barangnya." Setelah meletakkan barang bawaannya ke kamar, Belle dan Leo pun berangkat menuju pasar gelap.

Saat mobil Leo sudah melaju, Belle tampak mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang, "Aku membawa barangnya, siapakan uangnya karena aku tak bisa berlama-lama." Setelah mengatakan hal itu, Belle segera menutup sambungan teleponnya.

Dan beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di tempat yang mereka tuju. Tanpa basa basi, Belle menyerahkan barang dan menerima pembayaran serta bonus yang dijanjikan. Dan setelah semua urusan selesai, mereka pun pergi meninggalkan tempat itu dan kembali ke markas.

*

Di sisi lain, Bryan yang sudah kembali ke markas tampak sedang berbincang dengan atasannya.

"Apa ada informasi yang kau dapatkan?" tanya sang atasan yang bernama Rayyan itu, pada Bryan.

Bryan tak segera menjawab pertanyaan sang kapten, dan justru terdiam sejenak. Dia tengah berpikir, apakah dia harus mengatakan tentang identitas Belle atau tidak.

"Apa aku harus membongkar identitas Belle? Tapi bagaimana jika di dalam perutnya ada calon anakku?" pikiran itulah yang membuat Bryan memilih menyembunyikan informasi tentang Belle, "Belum ada informasi tentang kelompok itu. Yang saya tahu mereka berhubungan dengan pasar gelap?"

Bryan mengetahui tentang hubungan Belle dan pasar gelap, karena dia melihat lambang pasar gelap pada mobil yang dipakai oleh Belle. Dan itulah alasan kenapa mereka sulit sekali untuk di tangkap.

Rayyan tampak menghela napas kasar. Pasalnya, orang-orang dari organisasi pasar gelap, tersebar di berbagai kalangan berpengaruh di negara itu.

"Saya ijin undur diri dulu pak," pamit Bryan.

Rayyan menganggukkan kepalanya, "Baiklah kau boleh pergi."

Bryan mengendarai mobilnya untuk kembali kerumah. Dan sepanjang perjalanan, pikirannya tak pernah lepas dari sosok Belle yang ternyata adalah target misinya. Itu saja sudah sangat membuatnya kaget, lalu bagaimana jadinya jika dia tau kalau Belle bukan hanya anggota melainkan ketuanya?

*

Saat ini, Leo sedang mencari informasi DPO. Tapi anehnya, tidak tertera nama Belle disana.

"Apa kau yakin kalau orang itu melihat wajahmu?" tanya Leo penasaran.

Belle mengangguk dan justru ikut kebingungan, melihat raut keheranan di wajah Leo saat ini.

"Harusnya, dengan kinerja tim khusus, namamu sudah ada di DPO. Tapi aku tidak menemukannya sama sekali," terang Leo.

Belle tampak teringat sesuatu, "Apa karena dia mengingat hubungan kami malam itu dan membuatnya tidak membongkar identitasku?" pikir Belle.

Meskipun masih merasa penasaran, Belle memilih untuk menghiraukannya dan masuk ke kamar untuk beristirahat. Dia merebahkan tubuhnya dan mencoba memejamkan mata, tapi bayangan wajah Bryan selalu menghantuinya.

"Apa yang coba dia lakukan? Apa dia mencoba melindungiku? Atau dia punya rencana lain untuk menjebakku?" pikirnya, "Sebaiknya aku berhati, hati dengan pria bernama Bryan itu."

Yang terpenting, Leo sudah mengurus kepindahan perawatan kakaknya. Dan tinggal menunggu diberangkatkan, ke rumah sakit lain di luar negeri.

*

"Aku harus menemukan wanita itu. Tapi dimana aku harus mencarinya? Sekarang dia pasti sudah meninggalkan rumahnya karena berpikir aku akan membongkar identitasnya." Bryan bermonolog sambil merebahkan tubunya di ranjang.

Sampai saat ini, adegan ranjang panas yang dia lewati bersama Belle masih terus menghantuinya. Wajah cantik itu, lekuk tubuh yang sempurna dan suara yang begitu menggoda, kembali membuat darah Bryan berdesir hanya dengan memikirkannya.

Dalam hati Bryan bersumpah, "Kalau kita ditakdirkan untuk bertemu lagi, aku tak akan pernah melepaskanmu."

Disaat yang bersamaan, Belle merasa tubuhnya merinding. Seperti ada orang yang ingin menerkamnya.

Mereka sama-sama membayangkan sosok yang memberikan mereka kehangatan, di malam itu sambil memandangi langit-langit kamar mereka.

Hingga akhirnya, rasa lelah membawa mereka terlelap dalam tidur dan tenggelam di alam mimpi, di temani cerahnya langit malam bertabur bintang yang seolah mencerminkan perasaan dua insan berbeda gender itu.

Pagi pun datang, Belle berencana untuk pergi liburan bersama teman temanya. Ya, anggap saja untuk sejenak merilekskan diri mereka, setelah sekian lama berkutat dengan misi berbahaya yang tentunya mengancam nyawa itu.

"Aku berencana pergi berlibur. Apa kalian semua mau ikut denganku?" Belle bertanya pada teman temannya yang tengah berkumpul di ruang tengah.

Semalam, mereka semua memang memutuskan untuk menginap di markas untuk menemani Belle. Mendengar ajakan Belle itu, tentu saja semua orang tampak senang dan langsung menyetujui usulan itu tanpa perlu berpikir lagi.

Bagaimanapun, mereka juga butuh rehat sejenak, dan melupakan segala beban pikiran yang mereka miliki.

Sky lah yang terlihat paling antusias, "Kapan kita akan berangkat?"

"Lusa," ujar Belle.

Melihat Leo yang hanya diam, Belle pun bertanya padanya, "Bagaimana denganmu Leo? Biasanya kau tidak suka bepergian. Jadi, apa kau mau ikut?"

Namun belum sempat Leo menjawab pertanyaan Belle, Sky sudah lebih dulu menyela, "Tidak usah ditanya. Kalau kau ikut, Leo pasti juga akan ikut."

"Diam!" Leo melemparkan bantal, ke muka Sky.

Sky tampak melempar kembali bantal itu pada Leo dan berkata, "Apakah sekarang mengatakan kebenaran itu sebuah kesalahan? Benar-benar aneh."

Mereka pun tertawa melihat kelakuan Leo dan Sky, yang selalu saja seperti tom & jerry yang tidak pernah akur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status