Singkat cerira, hari keberangkatan mereka pun tiba.
Mereka yang sudah menyiapkan segala kebutuhan pun, berangkat dengan menaiki mobil sport yang saat ini sudah resmi menjadi milik mereka.Yang tentunya sudah tak lagi, memiliki lambang pasar gelap yang bisa saja membuat identitas mereka terbongkar."Lets go!" seru Sky sembari melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, karena dia ingin menikmati perjalanan itu.Hingga akhirnya, setelah berjam jam perjalanan, mereka pun sampai di hotel yang sudah di pesan oleh Belle sebelumnya.Karena rasa lelah, mereka memilih untuk masuk ke kamar masing masing dan mengistirahatkan tubuh mereka sejenak, untuk mengusir penat.*Disisi lain, saat ini Bryan sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan teman temannya, yang mengajak untuk berkumpul bersama di bar.Dan sesampainya disana, Bryan berjalan menuju sebuah ruangan VVIP. Namun saat dia baru saja melangkah masuk, tiba tiba ada orang yang membiusnya dari belakang.*"Belle, ayo kita ke pantai," ajak Jessy yang tiba tiba saja masuk ke kamar Belle.Karena mereka datang memang untuk bersenang-senang, Belle tentu saja menyetujui ajakan Jessy. Tapi perut yang kosong, membuat Belle dan Jessy memutuskan untuk makan lebih dulu.Tak lupa, Belle dan Jessy juga mengajak anggota lain ke restoran untuk makan, dan setelah itu mereka baru akan menuju ke pantai.*Perlahan, Bryan mulai membuka matanya. Tapi dia masih merasakan kepalanya terasa sedikit pusing, akibat efek dari obat bius tadi."Dimana ini?" Bryan melihat sekeliling, tempat dimana dia berada sekarang dan memasang sikap siaga.Cklek!Pintu kamar itu pun terbuka, dan memperlihatkan beberapa pria muda kekar, yang berjalan masuk dan menghampiri Bryan."Selamat ulang tahun, Brother!" seru mereka semua dengan kompak."Astaga! Jadi ini semua ulah kalian?" Tentu saja Bryan merasa kesal, karena cara yang teman-temannya itu gunakan untuk memberinya kejutan.Melihat wajah kesal Bryan, Jack pun berkata, "Mau bagaimana lagi? Kau itu penggila kerja. Kau selalu saja menolak, saat kami ajak liburan."Lucas pun mengangguk setuju dengan ucapan Jack."Tapi bukan berarti kalian harus membiusku!" balas Bryan dengan nada tinggi.Rey sang duda ganteng yang kalem pun segera melerai para rekannya itu, "Sudahlah kita rayakan ulang tahunmu saja dulu. Kita semua sudah disini, jadi nikmatilah liburan kita dan jangan berdebat.""Baiklah, terimakasih atas usaha kalian untuk memberiku kejutan. Aku akui, beruntung punya teman seperti kalian yang perduli padaku." Bryan memotong kue yang ada dihadapannya dan mengajak semua orang untuk menikmati kue itu bersama.Setelah selesai makan kue, Lucas pun bertanya, "Setelah ini, kita mau kemana?""Aku ingin ke pantai. Disana pasti banyak gadis cantik," jawab Jack sambil membayangkan gadis cantik yang mungkin ia temui nanti.Semua orang pun mengangguk setuju dengan ide Jack. Kecuali Bryan, yang memang ikut hanya agar dia tak mengecewakan usaha teman-temannya untuk merayakan ulang tahunnya.Setelah mereka semua selesai berganti kostum, mereka pun turun dan berjalan beriringan menuju parkiran mobil, kemudian mulai memacu mobil mereka menuju pantai.Sesampainya di pantai, mereka duduk di tepi pantai sambil menikmati kelapa muda siap minum, yang mereka pesan.Bryan tersenyum sembari menyeruput kelapa muda miliknya lalu berkata, "Sudah lama aku tidak se santai ini.""Akhirnya kau sadar, kalau itu si Gila Kerja?" sahut Lucas sambil tertawa kecil.Mendengar celetukan Lucas, Bryan pun membalas, "Mau bagaimana lagi? Aku ini yang terbaik, di agen khusus.""Baiklah, tuan agen terbaik nomer 1."Namun, semua orang langsung terdiam dan hanya menatap Bryan dengan muka bingung, saat Bryan berkata, "Tapi sejujurnya, aku ingin berhenti jadi penggila kerja dan mencari wanita untuk hidup nyaman."Bryan menyadari tatapan bingung teman-temanya itu pada dirinya pun, tentu saja keheranan. Memangnya ada yang salah dari ucapannya?"Seorang Bryan, si Muka Dingin yang anti cewek, tiba tiba bilang ingin hidup nyaman bersama seorang wanita?" tanya Rey dengan wajah tak percaya.Jack menatap tajam pada Bryan dan bertanya menyelidik, "Jangan bilang kalau kau sedang jatuh cinta Bryan?""Maybe," jawab Bryan singkat."Siapa wanita itu?" sahut Rey yang mulai ikut kepo, tentang wanita mana yang bisa menaklukkan manusia dingin bagai kulkas dua pintu itu.Namun jawaban Bryan membuat mereka semua kecewa, "Tidak akan kuberitahu pada kalian""Aku juga tidak akan merebutnya darimu. Memangnya apa yang kau takutkan? Aku hanya ingin tau, se spesial apa gadis yang mampu menaklukkan manusia Es Batu sepertimu," celetukan Lucas yang langsung mendapat hadiah jitakan dari Bryan di kepalanya."Bukan begitu, tapi aku sendiri saja tidak tau dimana dia berada sekarang. Aku hanya tau namanya."Semua orang tampak membulatkan mata mereka dan bertanya dengan kompak, "Kau hanya tau nama gadis itu dan kau sudah menyukainya!?""Astaga, seberapa hebat calon kakak ipar kita itu?" candaan Lucas, kembali mendapat jitakan dari BryanTanpa diduga, Bryan menganggukkan kepala dan mengiyakannya. Yang tentu saja, membuat ketiga temannya itu menatapnya dengan tidak percaya.Bryan memandang jauh ke depan dan berucap dalam hati, "Aku berharap bisa bertemu dengannya lagi."Baru saja Bryan mengatakan hal itu, matanya langsung tertuju pada sosok gadis yang sangat familiar baginya.Tanpa menunggu lama, Bryan segera beranjak pergi dan menghampiri gadis itu. Membuat ketiga temannya, hanya bisa terheran melihat sikap Bryan itu."Belle!"Belle yang memang sudah sampai di pantai itu sejak tadi, tepatnya setelah mereka selesai makan di restoran pun, langsung menoleh ke belakang dan mencari sumber suara.Matanya membulat seketika, saat dia melihat orang yang sedang berjalan kearahnya dan memanggil namanya adalah orang yang beberapa hari ini terus menghantui pikiranya."Siapa dia? Kau mengenalnya?" tanya Leo.Belle pun mengangguk dan langsung berlari kecil menghampiri Bryan, lalu menarik tangan pria itu agar mengikutinya."Aku ada urusan sebentar dengannya," kata Belle pada teman-temannya.Tanpa menunggy jawaban, Belle membawa Bryan pergi dengan mobilnya untuk mencari tempat berbincang bagi mereka.Sesampainya didepan sebuah cafe, Belle menghentikan mobilnya dan mengajak Bryan untuk turun dab mencari tempat duduk.Setelah memesan minuman, Belle mulai membuka suara, "Apa yang kau lakukan disini, Bryan?" tanya Belle."Aku? Aku sedang liburan.""Kau yakin kau tidak sedang menguntitku, agen khusus terbaik?" tanya Belle menyelidik dan sengaja menekankankan kata 'agen khusus terbaik'.Bryan menggelengkan kepalanya dengan tegas, "Tidak. Aku saja dikerjai teman temanku. Mereka membiusku dan membawaku kemari. Kalau tidak, aku tidak akan ada disini.""Baiklah. Anggap saja begitu. Tapi aku ingin bertanya satu hal padamu," lanjut Belle, "Kenapa kau tidak—" Ucapan Belle tak sempat terselesaikan karena tiba-tiba saja Bryan memotong ucapannya."Kenapa aku tidak membongkar identitasmu?"Belle menganggukkan kepalanya, "Bisa kau jelaskan padaku?""Alasannya sangat sederhana. Kurasa aku menyukaimu," jawab Bryan dengan entengnya.Sontak saja, ucapan Bryan itu membuat Belle terkekeh dan tersenyum miring pada Bryan, "Kurasa tidur anda terlalu miring, tuan Bryan.""Kurasa tidak. Aku baik-baik saja, bahkan sangat baik. Ada pasar gelap di belakangmu yang pasti akan melindungimu, jadi percuma saja aku berusaha menangkapmu. Bukankah lebih baik aku menangkap hatimu?" terang Bryan sambil tersenyum manis pada Belle..Belle hanya bisa memutar jengah bola matanya saat menghadapi pria di hadapannya itu, "Jadi anggap saja itu semua benar. Tapi kenapa tadi kau malah menghampiriku?""Sudah ku bilang aku menyukaimu. Jadi aku ingin lebih mengenalmu. Dengan kata lain, aku sedang mengejarmu," bisik Bryan tepat di samping telinga Belle.Bulu roma Belle pun berdiri seketika, tubuhnya meremang saat merasakan seperti ada sengatan listrik yang menjalar di tubuhnya, akibat hembusan napas Bryan ya
"Jadi benar, kau sudah menyilidiki semua hal tentangku?" Bukannya menjawab pertanyaan Bryan, Belle justru balik melontarkan pertanyaan pada Bryan.Bryan menganggukkan kepalanya, "iya. Setelah aku tau itu kau, aku mencari semua informasi tentangmu."Belle mengangkat sebelah alisnya, "Untuk apa? Kau tak berniat menangkapku, tapi kau mengumpulkan informasi tentangku. Apa ini siasat licikmu untuk menjebakku?" tanya Belle dengan nada dingin sembari melirik ke sekililingnya.Jujur saja, Belle mulai panik. Dia mengira Bryan sengaja mengundang dia ke sana dan menjebaknya, untuk menjebloskannya ke penjara. Bisa saja kan, Bryan sudah menaruh anak buahnya untuk mengepung tempat itu dan menangkapnya? Itulah yang Belle pikirkan."Menjebakmu?" beo Bryan yang tidak habis pikir dengan betapa jauhnya pikiran negatif Belle padanya.Belle memutar jengah bola matanya, "Tidak usah berkelit lagi, tuan Bryan. Cinta yang kau katakan itu, hanya omong kosong bukan?"Bryan menghela napas panjang, "Aku benar-be
Bryan Berpura-pura tak memperhatikan Belle, yang tengah menatapnya dengan tajam.Dia berpura-pura fokus menonton film yang tengah mereka putar. Hingga membuat Belle pun pada akhirnya mengalah, dan membiarkan saja apa yang di lakukan oleh Bryan.Toh hanya memeluk bahunya. Yang lebih dari itupun mereka sudah pernah lakukan bukan?Lalu Belle pun melanjutkan fokus menonton film. Meskipun dia takut hantu, tapi dia tetap penasaran dengan film yang tengah di putar itu, sehingga dia tetap terus menontonya.Terkadang, Belle mencekram tangan Bryan saking takutnya, dan terkadang dia memeluk Bryan, bahkan membenamkan wajahnya di dada Bryan.Meskipun dia melakukan itu karena efek takut, sehingga dia tak benar-benar menyadari bahwa sedari tadi, justru dia yang memeluk laki-laki super tampan di sampingnya itu.Bryan, tentu saja merasa senang. Dia tersenyum bahagia melihat Belle yang memeluknya seperti itu.Hingga film itu selesai, Belle bahkan masih memeluk Bryan. Hingga dia sadar, dan ingin segera
Di saat yang sama..."Ayahku adalah seorang penjudi dan pemabuk, jadi dia terlilit hutang pada rentenir. Dia sering memukuli ibu bahkan sampai ibuku meninggal. Dan sekarang dia menjualku untuk membayar hutangnya." Penjelasan Stella terdengar sangat menyayat hati.Mendengar kisah Stella membuat Leo bertanya, "Kenapa kau tak melaporkan ayahmu pada polisi?""Aku takut. Aku takut ayah akan memukuliku hingga aku mati seperti ibuku." Tangis Stella pun pecah seketika.Leo yang melihat betapa terpuruknya gadis itu, berinisiatif memeluk dan memberikan bahunya sebagai tempat gadis itu bersandar."Sudah, berhentilah menangis dan ikutlah bersamaku."Stella langsung mendongakkan kepalanya menatap Leo dengan tatapan yang sedikit takut, dan ragu-ragu.Leo yang seolah mengerti pun langsung meluruskan, dan mengatakan kalau tidak tak berniat jahat pada Stella. Dia hanya sekedar menolong saja.Mendengar Stella yang terus memanggilnya dengan sebutan om, tentu saja membuat Leo sedikit kesal dan meminta St
"Namanya Stella.""Stella?" Sky tampak memperhatikan Stella yang masih saja menyembunyikan dirinya di belakang Leo, dengan wajah takutnya.Melihat Stella yang tampak ketakutan, Leo pun mengatakan jika mereka semua adalah temannya. Dan hal itu tampaknya sukses membuat Stella menurunkan kewaspadaannya."Hey, bocah. Aku ini masih sayang nyawaku, pacarku ini sangat galak. Kalau aku berani macam-macam masa depanku akan di potongnya hingga habis!" ujar Leo seraya melirik ke arah Anne, lalu menatap ke arah pusakanya dan menutupinya dengan tangan."That's right. Aku akan memotong benda itu, jika kau berani macam-macam." Anne mengatakan kalimat mengerikan itu, dengan senyuman senyum yang terukir di wajahnya. Senyum yang mampu membuat bulu kuduk Sky menegang sempurna.Leo mulai memperkenalkan satu persatu orang yang ada disana, pada Stella."Lalu kenapa kau membawanya kesini, Leo? Jangan bilang kalau sekarang kau jadi pedofil, karena tak bisa mendapatkan Belle?" goda Sky sembari menatap Leo den
"Kau, berbaliklah!" Stella menunjuk ke arah Leo dan menyuruhnya membalikkan badan, alias memunggunginya.Leo membalikkan badannya memunggungi Stella, namun dia baru menyadari jika tepat di depannya ternyata ada sebuah cermin besar dan tinggi."Astaga, jangan berdiri! Jangan berdiri!" seru Leo dalam hati, namun matanya justru menatap kaca di depannya tanpa berkedip.Stella yang tak menyadari keberadaan si cermin jahanam pun segera saja bangkit, dan tampaklah sebuah pemandangan yang membuat jantung Leo berdetak tak karuan."Ya ampun, besar juga." Pikiran Leo tiba-tiba saja oleng, karena melihat hamparan bukit kembar yang indah berkat kaca di hadapannya.Stella menunjuk ke arah gantungan handuk di dekat Leo dan berkata, "Berikan handuk itu padaku!"Dan seketika matanya membola, sampai hendak mencuat keluar saat dia menyadati keberadaan cermin besar di hadapan Leo."Aaaaa! Tutup matamu, jangan mengintip! Jangan lihat cermin di depanmu!" Stella menutupi ke 2 bagian intinya, atas bawah deng
Stella masuk ke kamar mandi dan kali ini dia tak lupa untuk mengunci pintu, agar tak ada lagi kejadian spot jantung seperti kemarin. Setelah itu, Stella pun membangunkan Leo."Leo." Stella mengguncang-guncangkan pelan tubuh Leo.Leo menggeliat sambkl menggosok-gosok matanya lalu menatap pada stella,."Ada apa?" tanya Leo yang terlihat jelas masih sangat mengantuk."Aku lapar, tapi tak ada makanan." Stella mengusap-usap perutnya dan mukanya terlihat malu untuk mengatakan, bahwa dia lapar.Mesi masih mengantuk, Leo akhirnya beranjak malas dari ranjangnya, dan dengan langkah gontai berjalan menuju kamar mandi.Sebelum menutup pintu Leo sempat berkata, "Aku mandi dulu, setelah itu kita cari makan sekalian beli baju ganti untukmu."Stella menatap kagum kearah Leo yang sudah masuk ke dalam kamar mandi, "Astaga muka bangun tidur yang masuh bau jigong pun setampan itu?"Sembari menunggu Leo selesai dengan aktifitas paginya, Stella menyibukkan diri dengan merapikan tempat tidur.Sampai akhirnya
Belle pun hendak segera memalingkan wajahnya dan memisahkan bibir mereka yang sudah bersentuhan itu, namun Bryan justru menahan tengkuk Belle dan memperdalam ciumannya."Emmphh!" Belle mecoba melepaskan pagutan Bryan yang mencoba menerobos masuk ke dalam rongga mulutnya.Namun Bryan menggigit pelan bibir bawah Belle, membuat Belle membuka mulut dan memudahkan Bryan mengeksplor seluruh rongga mulutnya.Hingga pada akhirnya, Belle terbawa suasana dan perlahan mulai membalas pagutan Bryan padanya. Tidak munafik, sejujurnya dia juga merindukan sentuhan-sentuhan Bryan yang pernah dirasakannya itu.Entah kenapa, Belle merasa nyaman bersama pria ini. Mungkinkah tanpa sadar benih-benih cinta mulai tumbuh di antara mereka? Who knows.Pagutan Bryan semakin lama semakin mendalam dan menuntut, mereka saling menghisap, melumat, dan bertukar saliva. Hingga mereka kehabisan nafas dan melepaskan ciuman panas itu.Belle segera berdiri dari posisi duduknya karena canggung, dan tanpa sengaja puncak kepa