Stella masuk ke kamar mandi dan kali ini dia tak lupa untuk mengunci pintu, agar tak ada lagi kejadian spot jantung seperti kemarin. Setelah itu, Stella pun membangunkan Leo."Leo." Stella mengguncang-guncangkan pelan tubuh Leo.Leo menggeliat sambkl menggosok-gosok matanya lalu menatap pada stella,."Ada apa?" tanya Leo yang terlihat jelas masih sangat mengantuk."Aku lapar, tapi tak ada makanan." Stella mengusap-usap perutnya dan mukanya terlihat malu untuk mengatakan, bahwa dia lapar.Mesi masih mengantuk, Leo akhirnya beranjak malas dari ranjangnya, dan dengan langkah gontai berjalan menuju kamar mandi.Sebelum menutup pintu Leo sempat berkata, "Aku mandi dulu, setelah itu kita cari makan sekalian beli baju ganti untukmu."Stella menatap kagum kearah Leo yang sudah masuk ke dalam kamar mandi, "Astaga muka bangun tidur yang masuh bau jigong pun setampan itu?"Sembari menunggu Leo selesai dengan aktifitas paginya, Stella menyibukkan diri dengan merapikan tempat tidur.Sampai akhirnya
Belle pun hendak segera memalingkan wajahnya dan memisahkan bibir mereka yang sudah bersentuhan itu, namun Bryan justru menahan tengkuk Belle dan memperdalam ciumannya."Emmphh!" Belle mecoba melepaskan pagutan Bryan yang mencoba menerobos masuk ke dalam rongga mulutnya.Namun Bryan menggigit pelan bibir bawah Belle, membuat Belle membuka mulut dan memudahkan Bryan mengeksplor seluruh rongga mulutnya.Hingga pada akhirnya, Belle terbawa suasana dan perlahan mulai membalas pagutan Bryan padanya. Tidak munafik, sejujurnya dia juga merindukan sentuhan-sentuhan Bryan yang pernah dirasakannya itu.Entah kenapa, Belle merasa nyaman bersama pria ini. Mungkinkah tanpa sadar benih-benih cinta mulai tumbuh di antara mereka? Who knows.Pagutan Bryan semakin lama semakin mendalam dan menuntut, mereka saling menghisap, melumat, dan bertukar saliva. Hingga mereka kehabisan nafas dan melepaskan ciuman panas itu.Belle segera berdiri dari posisi duduknya karena canggung, dan tanpa sengaja puncak kepa
"Stella, apa kau yakin akan ikut pulang denganku? Kau yakin tak akan menyesalinya?" Leo membuka percakapan untuk mencairkan suasana.Stella mengangguk yakin, "Lagi pula apa yang bisa membuatku menyesal disini? Nothing! Orang tuaku? Sejak ibuku meninggal, aku sudah mengganggap bahwa aku sebatang kara. Aku tak pernah menganggap orang itu ayahku. Dia hanyalah seorang pembunuh, yang menghancurkan hidupku."Curhatan Stella itu, membuat Leo yang mendengarnya merasa iba. Seolah hatimya tersayat-sayat, melihat seorang gadis kecil sepolos Stella mengalami penderitaan seberat itu."Kalau memang itu keputusanmu, aku akan menjadi walimu. Kau bisa meneruskan kuliahmu disana nanti."Jawaban Leo membuat sebuah senyum manis terbit di bibir Stella, meskipun matanya masih berkaca-kaca."Senyuman yang benar-benar manis," batin Leo. "Lain kali jangan tersenyum seperti itu di depan pria lain." Ucap Leo dengan spontan yang tentu saja mendapatkan protes keras dari Stella.Stella labgsung memanyunkan bibirny
Cklek!Bryan membuka pintu kamar hotelnya dan segera masuk ke dalam kamar, dimana dia melihat teman-temannya ternyata sedang asyik bermain."Kukira kalian akan terus menguntit dan mengintipku," ucap Bryan sambil berjalan masuk dan menghampiri teman-temannya.Mendengar ucapan Bryan tentu saja membuat Lucas langsung berkilah, "Hei, jangan asal menuduh. Siapa juga yang mengintipmu?""Jangan kira aku tidak tahu, kalian mengintipku di balik pintu ini tadi." Jawab Bryan seraya duduk di samping Rey.Lucas mencebikkan bibirnya dan berkata, "Oh ayolah... Kami hanya melihat sedikit. Dan kau bilang kami menguntit?"Tak ingin terus berdebat, Bryan bertanya apakah teman-temannya itu sudah makan. Dan ketiganya pun, langsung menggelengkan kepala mereka secara serempak.Bryan pun menghela napas dan menyodorkan kantong plastik yang tadi di bawanya pada teman-temannya itu."Wah... kukira kau lupa pada teman-temanmu karena kau sudah memiliki teman ranjang," goda Rey dengan melirik Bryan yang duduk di sa
Di kamar Leo, pria yang saat ini tengah patah hati itu tampak sedang melamun sambil menyenderkan kepalanya di sandaran ranjang.Bahkan suara langkah kaki Stella yang masuk ke dalam kamarnya pun, tak Leo dengar sama sekali. Itu semua karena dia sedang tenggelam dalam alam khayalnya.Hingga saat Stella menghampirinya dan duduk di atas ranjang tepat di sebelahnya, "Hei!" Stella melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Leo, yang sedang melamun."Stella, menapa kau ada disini?" tanya Leo yang terkejut saat melihat Stella sudah duduk manis di sampingnya.Stella memandang Leo dengan serius, "Sky menyuruhku menyusulmu, sepertinya kau sedang sedih. Ceritakan saja padaku, mungkin itu bisa meringankan kesedihanmu walaupun mungkin juga aku tak bisa membantu.""Aku hanya merasa kecewa karena tak bisa memilikinya." Leo pun akhirnya mau sedikit membagi beban pikirannya pada Stella.Entah kenapa, Leo merasa dia bisa terbuka di hadapan Stella. Meskipun gadis itu sedikit istimewa dalam hal tulalit d
"Astaga bocah ini! Apa dia mau menguji kesabaranku dengan memperlihatkan harta karunnya?" batin Leo merutuki Stella yang selalu saja menguji ketahanan adik kecilnya.Stella perlahan membuka matanya dan dia tampak memgerutkan dahinya saat melihat Leo, yang memalingkan wajahnya dengan pipi yang memerah."Aku ingin ke kamar mandi, tapi kakiku pegal sekali."Dia menatap Leo yang kini sudah berdiri di samping ranjang, lalu beralih mengurut-urut kakinya yang terasa pegal dan kebas plus kesemutan.Leo yang melihat hal itu pun merasa bersalah, karena kaki Stella kebas karena ulahnya yang malah tertidur di pangkuan Stella.Dengan sigap, dia menggendong Stella ala bridal style dan membawanya ke kamar mandi."Eh eh eh, apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" Stella spontan saja mengalungkan kedua tangan mungilnya ke leher Leo, karena takut terjatuh.Namun tentu saja Leo tak perduli, paa Stella yang meminta untuk diturunkan dari gendongannya.Dia bahkan mengatakan satu kalimat yang tak busa dibantah
Mendengar ucapan Leo, Stella pun segera bangkit dan mengambil pakaiannya lalu membawanya mausuk ke kamar mandi.Di depan cermin, Stella tampak menyentuh bibirnya, "Tadi dia menciumku? Dia benar-benat menciumku? Tapi kenapa rasanya manis?"Pikiran Stella melayang, membayangkan adegan ciumannya tadi bersama Leo, yang entah kenapa membuat jantungnya berdetak lebih cepat.Setelah beberapa menit bersiap, mereka berdua pun keluar dan menghampiri teman-teman lain yang sudah berkumpul di parkiran bawah.Leo menggandeng tangan Stella menuju lift untuk turun ke lantai bawah. Sedangjan Stella hanya menundukkan wajahnya malu, karena kejadian tadi.Deg!Deg!Deg!Jantung Stella terus saja berpacu dengan tidak beraturan, dan begitu juga yang Leo rasakan. Namun dia berusaha menetralkan ekspresinya, agar tidak terlihat gugup.Hingga tanpa terasa, mereka sampai di parkiran bawah hotel, dimana mereka memarkirkan mobilnya. Dan teman-teman yang lain tampak sudah standby disana.Sky menatap Leo sambil men
Melihat kecanggungan diantara mereka, Bryan segera berdiri dan menghampiri pedagang untuk mengambil makanan yang tadi sudah dia pesan.Dia memberikan makanan itu pada Belle, "Wah kelihatanya sangat enak dan pedas," ucap Belle saat melihat makanan yang nampaknya super duper pedas di hadapannya itu."Bukankah kau suka makanan pedas?" tanya Bryan yang mengingat saat Belle memesan nasi goreng gila, yang sangat pedas itu.Belle menganggukkan kepalanya, "Iya, aku menyukai makanan pedas."Dan mereka berdua pun memakan makanan super duper pedas itu sampai habis, setelahnya bibir mereka terasa terbakar dan sedikit tebal. Mereka saling manatap satu sama lain dan saling menertawakan.Setelah puas makan jajanan dan es krim, mereka lanjut menuju toko souvenir untuk membeli beberapa barang yang mungkin menarik perhatian mereka.Merekap masuk ke sebuah toko yang nampak paling lengkap, di sana. Saat sudah berada di dalam toko itu, mata Bryan tertuju pada sebuah gelang dan kalung couple.Dia segera me
"Sudahlah ma, sekarang ayo kita mulai makan malamnya saja. Aku sudah sangat lapar karena terlalu banyak bicara."Bryan pun mengajak semua orang untuk memulai makan malam mereka, BBQ yang di masak oleh koki yang Bryan panggil untuk datang ke rumah mereka pun sudah matang dan siap untuk di santap."Baiklah ma, ayo kita mulai makan saja. Kasihan teman-teman Bryan yang jadi menunda makan malam mereka karena obrolan kita ini." Sahut Adrian.Pria itu sedang dalam mood yang baik, hanya karena satu perkataan yang tadi sempat Bryan ucapkan. Yaitu permintaannya untuk bekerja di kantor milik Adrian, dan meninggalkan pekerjaanya di kepolisian demi keluarganya.Rasa bangga pun menyeruak di dalam hatinya, karena anak laki-lakinya itu lebih memikirkan keluarganya, memikirkan istri dan calon anak-anaknya dari pada memikirkan keinginan pribadinya.Bagiamanapun mengurus bisnis milik ayahnya itu tidak memiliki resiko yang bisa mengancam nyawa, lain halnya dengan tugas-tugas yang dia dapatkan di kepolisi
Setelah beberapa menit perjalanan, mereka pun sampai di mansion milik Bryan, dan benar saja di sana sudah ada beberapa mobil sport yang terparkir.Mereka pun masuk ke dalam mansion taoi tidak dapat menemukan siapapun di sana."Kemana anak nakal itu?" Gumam Riana smabil celingukan ke sana ke mari mancari keberadaan Belle maupun Bryan, namun Riana tidak juga kunjung menemukan mereka."Mungkin ada di halaman belakang mah?" Sahut Angel sembari berjalan lebih dulu mendahului mama, papa da suaminya.Angel berjalan menuju ke halaman belakang, dan benar saja semua orang tengah berkumpul di sana dan sedang membuat BBQ, Riana pun mendekat ke arah mereka dan menghampiri anak serta menantunya itu."Aww!!! Sakit ma!!" Seru Bryan yang tiba-tiba saja merasakan sakit akibat jeweran dari sang mama di telinga sebelah kananya."Kau masih tau sakit, hah? Kemana saja kau beberala hari ini? Seenaknya saja pergi membawa menantu mama tanpa pamit, dasar anak kurang ajar!" Riana kembali menjewer telinga Bryan.
"Tidak benar-benar sesuai dengan rencana, tapi hasil akhirnya benar-benar sama seperti yang kita semua inginkan. Jadi datanglah ke mansionku untuk berpesta malam ini, ok?" Jawab Belle yang langsung mendapatkan sorakan gembira dari teman-temanya."Kau tenang saja Belle, kami pasti akan datang." Sahut Sky yang langsung merebut hp Leo dari tangan si empunya."Astaga kau ini Sky, selalu saja seperti monyet melihat pisang saay mendengar kata party." Gurau Anne yang membuat Sky auto nyengir kuda dan semua orang pun tertawa geli melijay tingkah dua sejoli itu."Kau salah Anne, kasihan si monyetnya, kenapa dia kau samakan dengan Sky? Turun sudah derajat para monyet di dunia ini, ha.. ha.. ha.." Tawa semua orang kembali pecah akibat selorohan yang di lontarkan oleh Max itu."Aku benar-benar jai angat merindukan kalian teman-teman, cepatlah kesini sekarang juga oke? Aku tunggu!" Seru Belle yang sudah sangat rindu dengan kawan seperjuanganya itu.Dan Bryan juga tengah menelfon orang tuanya saat
"Tentu saja, aku akan memenuhi keinginanmu itu. Jadi sekarang pergilah dengan tenang..." Rian baru saja akan menarik pelatuk senjatanya, namun Belle menendang senjata kakaknya hingga terjatuh ke lantai.Prak!!"Hentikan kakak, jangan bunuh mereka. Mereka hanya ingin membalaskan dendam orang tua mereka, dan aku tidak ingin menjadi sama seperti mereka yang di butakan oleh dendam. Aku akan mengampuni kalian, tapi kalian harus berjanji untuk berubah. Aku akan menyuntikkan sebuah virus ke tubuh kalian, dan itu butuh penawar untuk setiap bulanya. Jadi bersikap baiklah, berubahlah menjadi orang yang lebih baik lagi." Ujar Belle."Kau yakin adik?" Tanya Rian memastikan keputusan adiknya itu."Aku yakin kakak." Jawabnya singkat dan terdengar tidak sedang main-main."Baiklah, terserah kau saja." Balas Rian mengalah."Kalau begitu, biar mereka berdua ikut denganku saja kembali ke kepolisian. Aku membawa mereka sebagai penebusan kesalahanku yang mangkir dari tugas, dan untuk membebaskanmu dari ke
"Aku juga tidak tahu apa yang terjadi, tapi apa mungkin jika ini adalah ulah dari nona Belle Gabriel?" Tanya Joseph yang baru saja ingat kalau Belle akan datang ke pulau kembar untuk menjatuhkan Gabriel."Belle? Sepertinya tidak mungkin, meskipun dia jenius dalam bidang penelitian, tapi dia tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu sampai sejauh ini." Jawab Gabriel yang tidak oercaya dalang di balik semua ini adalah orang yang dia sebut sebagai wanita miliknya."Kenapa tidak mungkin? Suami nona Belle adalah seorang anggota keplisiam khusus, bahkan dia lahnyang ada di oeringkat pertama. Apa itu masih belum cukup untuk membuatmu percaya kalau semua ini adalah ulah mona Belle?" Tanyanya lagi."Entahlah, tapi jika memang benar ini ulah dari Belle, ku rasa ini merupakan karma untukku karena telah membunuh kedua orang tuanya." Jawab Belle.Belle dan Rian pun akhirnya sampai di pulau yang satu lagi, dan semua anggota pasukan elite sudah bersiap di eoan gedung lab untuk menyerbu, tapi
"Yup. Aku pernah mengalami mimpi buruk yang amat sangat mengerikan itu, apa lagi saat dia memanggilku atau mendatangiku dengan jarum suntik di tangannya dan senyum manis atau senyum pepsodent yang dia perlihatkan padaku. Di saat itu pula lah mimpi burukku yang baru akan segera di mulai. Jadi sebelum kau mengingatkanku tentang senyum manis terkutuk adik kita itu, aku sudah lebih dulu faham betul apa arti ari senyuman itu."Kevin pun menceritakan bagaimana ekspresi Belle dulu saat akan mulai mencoba virus baru temuanya pada tubuh Kevin.Di saat hal itu terjadi, Belle pasti memanggil Kevin atau dia yang menghampiri Kevin dengan membawa jarum suntik di tangannya dan menebar senyuman manis atau terkadang juga senyum ala iklan pespsodent miliknya.Biasanya sebuah senyuman adalah pertanda untuk sesuatu yang baik. Namun berbeda dengan Belle, senyumannya justru acap kali membawa hal buruk bagi orang di sekitarnya.Namun saat dia benar-benar sedang tersenyum tanpa ada niatan di baliknya, senyum
"Kak Kevin bawa kendaraan pengangkut yang ada di dalam Zeus ke sini, aku akan mengirimkan koordinatku padamu untuk membawa para tahanan ke kapal selam Zeus." Ucap Belle setelah komunikasinya dengan Kevin yang berada di dalam kapal selam Zeus terhubung."Kendaraan pengangkut? Ada di mana benda itu? Ku rasa aku tidak pernah melihat kendaraan semacam itu sejak naik ke kapal selam ini." Tanya Kevin dengan bingung pada Belle, pasalnya dia memang belum pernah melihat sesuatu seperti itu ada di dalam kapal selam Zeus."Buka buku petunjuknya kak itu ada di halaman terakhir." Jawab Belle memberitahu Kevin cara untuk menemukan kendaraan pengangkut itu."Oke sebentar." Kevin pun mulai membuka e-boom yang berisi petunjuk cara kerja kapal selam Zeus itu.Dan benar saja di halaman terakhir ada petunjuk mengenain kendaraan pengangkit amfibi alias kendaraan pengangkut yang bisa bergerak di darat maupun di air."Pertama tekan tombol buka garasi, lalu tekan tombol kendaraan amfibi, lalu tekan mulai." G
"Iya kak sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju ke pulau sebelah, ada apa kak? Apa kau juga berencana untuk memulai aksimu dari sana?" Tanya Belle pada kakaknya itu, karena dia tau pasti kakaknya itu tak akan mau tinggal diam saja sedangkan dirinya sedang berjuang di medan perang."Baiklah kalau begitu kita hancurkan tempat itu bersama adikku tersayang, kau bisa memulai dari sisi barat dan aku akan memulai dari sisi timur bersama dengan Park. Kita akan bertemu tepat di tengah pulau itu, di rumah Gabriel." Jelas Rian pada Belle, dia mengaturnya menjadi seperti itu agar menghemat waktu, dan mereka masih bisa membantu anggota tim elite untuk meratakan pulau yang satunya lagi dan menagkap Gabriel."Oh iya kak, aku juga akan meminta kak Kevin untuk menyelamatkan para tahanan yang ada di ruang bawah tanah rumah Gabriel nantinya." Ucap Belle yang berniat membebaskan para tahanan Gabriel, karena sepengetahuanya para tahanan Gabriel adalah ilmuwan atau orang dengan profesi lain yang tidak
"Jadi benar-benar ada piring terbang tadi? Lalu kalian tidak mengejarnya?! Apa kalian semua bodoh!?" Seru Gabriel sambil membanting semua barang yang ada diatas meja di dekatnya dan juga membalikkan meja itu."Bagaimana kami bisa mengejarnya? Jika kecepatanya saja sangat tidak masuk akal sama sekali! Kecepatanya bahkan melampau jet, lalu kita mau mengejarmya dengan apa?" Bela Joseph yang tak mau di salahkan, karena memang mereka tidak akan sanggup jika harus mengejar benda itu."Shitt!! Aku semakin yakin ini adalah ulah dari sisa-sisa pasukan Leon, hanya dia yang mampu membuat kegaduhan semacam ini, dan benda gila seperti itu!" Gumam Gabriel yang akhirnya tak lagi menyalahkan Joseph.Di gua, di saat yang sama..."Itu adalah tanda yang di buat oleh kak Rian bukan?" Tanya Bryan pada Belle, saat mereka juga mendengar suara ledakan yang berasal dari piring terbang itu, yup piring terbang itu adalah mahakarya terbaru milik Park yang baru saja mereka selesaikan dan sempurnakan."Iya itu ala