Cklek!Bryan membuka pintu kamar hotelnya dan segera masuk ke dalam kamar, dimana dia melihat teman-temannya ternyata sedang asyik bermain."Kukira kalian akan terus menguntit dan mengintipku," ucap Bryan sambil berjalan masuk dan menghampiri teman-temannya.Mendengar ucapan Bryan tentu saja membuat Lucas langsung berkilah, "Hei, jangan asal menuduh. Siapa juga yang mengintipmu?""Jangan kira aku tidak tahu, kalian mengintipku di balik pintu ini tadi." Jawab Bryan seraya duduk di samping Rey.Lucas mencebikkan bibirnya dan berkata, "Oh ayolah... Kami hanya melihat sedikit. Dan kau bilang kami menguntit?"Tak ingin terus berdebat, Bryan bertanya apakah teman-temannya itu sudah makan. Dan ketiganya pun, langsung menggelengkan kepala mereka secara serempak.Bryan pun menghela napas dan menyodorkan kantong plastik yang tadi di bawanya pada teman-temannya itu."Wah... kukira kau lupa pada teman-temanmu karena kau sudah memiliki teman ranjang," goda Rey dengan melirik Bryan yang duduk di sa
Di kamar Leo, pria yang saat ini tengah patah hati itu tampak sedang melamun sambil menyenderkan kepalanya di sandaran ranjang.Bahkan suara langkah kaki Stella yang masuk ke dalam kamarnya pun, tak Leo dengar sama sekali. Itu semua karena dia sedang tenggelam dalam alam khayalnya.Hingga saat Stella menghampirinya dan duduk di atas ranjang tepat di sebelahnya, "Hei!" Stella melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Leo, yang sedang melamun."Stella, menapa kau ada disini?" tanya Leo yang terkejut saat melihat Stella sudah duduk manis di sampingnya.Stella memandang Leo dengan serius, "Sky menyuruhku menyusulmu, sepertinya kau sedang sedih. Ceritakan saja padaku, mungkin itu bisa meringankan kesedihanmu walaupun mungkin juga aku tak bisa membantu.""Aku hanya merasa kecewa karena tak bisa memilikinya." Leo pun akhirnya mau sedikit membagi beban pikirannya pada Stella.Entah kenapa, Leo merasa dia bisa terbuka di hadapan Stella. Meskipun gadis itu sedikit istimewa dalam hal tulalit d
"Astaga bocah ini! Apa dia mau menguji kesabaranku dengan memperlihatkan harta karunnya?" batin Leo merutuki Stella yang selalu saja menguji ketahanan adik kecilnya.Stella perlahan membuka matanya dan dia tampak memgerutkan dahinya saat melihat Leo, yang memalingkan wajahnya dengan pipi yang memerah."Aku ingin ke kamar mandi, tapi kakiku pegal sekali."Dia menatap Leo yang kini sudah berdiri di samping ranjang, lalu beralih mengurut-urut kakinya yang terasa pegal dan kebas plus kesemutan.Leo yang melihat hal itu pun merasa bersalah, karena kaki Stella kebas karena ulahnya yang malah tertidur di pangkuan Stella.Dengan sigap, dia menggendong Stella ala bridal style dan membawanya ke kamar mandi."Eh eh eh, apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" Stella spontan saja mengalungkan kedua tangan mungilnya ke leher Leo, karena takut terjatuh.Namun tentu saja Leo tak perduli, paa Stella yang meminta untuk diturunkan dari gendongannya.Dia bahkan mengatakan satu kalimat yang tak busa dibantah
Mendengar ucapan Leo, Stella pun segera bangkit dan mengambil pakaiannya lalu membawanya mausuk ke kamar mandi.Di depan cermin, Stella tampak menyentuh bibirnya, "Tadi dia menciumku? Dia benar-benat menciumku? Tapi kenapa rasanya manis?"Pikiran Stella melayang, membayangkan adegan ciumannya tadi bersama Leo, yang entah kenapa membuat jantungnya berdetak lebih cepat.Setelah beberapa menit bersiap, mereka berdua pun keluar dan menghampiri teman-teman lain yang sudah berkumpul di parkiran bawah.Leo menggandeng tangan Stella menuju lift untuk turun ke lantai bawah. Sedangjan Stella hanya menundukkan wajahnya malu, karena kejadian tadi.Deg!Deg!Deg!Jantung Stella terus saja berpacu dengan tidak beraturan, dan begitu juga yang Leo rasakan. Namun dia berusaha menetralkan ekspresinya, agar tidak terlihat gugup.Hingga tanpa terasa, mereka sampai di parkiran bawah hotel, dimana mereka memarkirkan mobilnya. Dan teman-teman yang lain tampak sudah standby disana.Sky menatap Leo sambil men
Melihat kecanggungan diantara mereka, Bryan segera berdiri dan menghampiri pedagang untuk mengambil makanan yang tadi sudah dia pesan.Dia memberikan makanan itu pada Belle, "Wah kelihatanya sangat enak dan pedas," ucap Belle saat melihat makanan yang nampaknya super duper pedas di hadapannya itu."Bukankah kau suka makanan pedas?" tanya Bryan yang mengingat saat Belle memesan nasi goreng gila, yang sangat pedas itu.Belle menganggukkan kepalanya, "Iya, aku menyukai makanan pedas."Dan mereka berdua pun memakan makanan super duper pedas itu sampai habis, setelahnya bibir mereka terasa terbakar dan sedikit tebal. Mereka saling manatap satu sama lain dan saling menertawakan.Setelah puas makan jajanan dan es krim, mereka lanjut menuju toko souvenir untuk membeli beberapa barang yang mungkin menarik perhatian mereka.Merekap masuk ke sebuah toko yang nampak paling lengkap, di sana. Saat sudah berada di dalam toko itu, mata Bryan tertuju pada sebuah gelang dan kalung couple.Dia segera me
"Dia bukan pacarku," jawab Stella dengan sangat jujur.Dan tentu saja, hal itu membuat Leo terkejut dan terlihat sangat kesal. Wajahnya tampak merah padam, menahan amarah.Sedangkan Lucas tampak terkejut. Namun, dia tampak melirik kearah Leo dengan wajah mengejek. Seolah mengolok Leo yang bersikap berlebihan, pada wanita yang bahkan bukan kekasihnya.Tapi sayangnya, apa yang Stella katakan setelah itu justru lebih mengejutkan lagi, "Dia memang bukan pacarku. Tapi aku yang ingin menjadi istrinya,"Muka Leo yang tadinya merah padam karena marah pun, auto berubah menjadi ekspresi malu-malu kucing yang sangat menggemaskan.Dia melirik pada Lucas dan tersenyum penuh kemenangan, seolah dia baru saja menembak Lucas sambil mengatakan, "Savage!"Berbeda lagi dengan Jack, yang tampak menatap kagum pada keberanian Stella. Dia saja yang notabene sudah cukup umur untuk menjalin kasih, masih kesulitan untuk mendekati wanita, apalagi menyatakan cinta.Tapi gadis kecil di hadapannya itu, justru denga
"Kuharap kau benar-benar melakukannya atau akan memborgol tangan kita berdua."Bryan menatap Belle dengan senyuman nakal, dan kerlingan mata yang membuat bulu kuduknya merinding.Bagaimana bisa, pria itu mengatakan hal gila semacam itu padanya dengan wajah yang begitu santai. Benar-benar di luar nalar.Dengan nada menyelidik sekaligus menyindir Belle berkata, "Kurasa kau punya selera yang unik tuan Bryan. Atau jangan-jangan kau suka BDSM?""Waw, BDSM? Jujur saja kau adalah wanita pertamaku, dan itu artinya aku belum pernah melakukanya. Tapi lain kali kita bisa mencobanya, kalau kau mau."Sontak saja jawaban Bryan itu, membuat wajah Belle merona dan terasa panas. Entahlah. Mungkin itu karena dia mengetahui kenyataan jika dirinya adalah wanita pertama bagi Bryan, atau karena dia tengah membayangkan adegan iya-iya yang berkaitan dengan kata BDSM itu."Terimakasih tawarannya. Tapi aku harus bilang tidak," balas Belle dengan senyum yang di paksakan. "Apa laki-laki ini gila? Dia menawariku
Di saat yang sama, Belle sudah sangat mabuk saat ini. Namun dia masih saja tak mau berhenti menenggak minuman dihadapannya. Dia malah merajuk dan meracau tak jelas pada Bryan."Bukankah sudah kukatakan jangan minum terlalu banyak!"Bryan yang melihat kelakuan Belle, hanya bisa jidat dan menghela napas dalam-dalam. Terlebih saat Belle mulai menyanyi dan menari sperti orang gila.Hingga akhirnya Bryan sudah tidak tak tahan lagi. Dia segera menghampiri Belle yang sedang menari dan menyanyi.Tanpa berkata apapun, dia langsung mengangkat tubuh dan menggendong tubuh Belle layaknya memangkul sekarung beras dan membawanya keluar dari ruangan itu.Bugh!Bugh!Bugh!"Hey! Lepaskan aku! Kau mau membawaku kemana!?" tanta Belle sembari terus memukul-mukul punggung Bryan.Dengan suara berat Bryan berkata, "Diamlah atau aku akan memakanmu sekarang juga!" Ancamnya pada Belle, yang tentu saja tak di hiraukan oleh Belle yang sudah dalam keadaan mabuk berat.Bryan membawa Belle menuju parkiran. Dia mend