"Astaga bocah ini! Apa dia mau menguji kesabaranku dengan memperlihatkan harta karunnya?" batin Leo merutuki Stella yang selalu saja menguji ketahanan adik kecilnya.Stella perlahan membuka matanya dan dia tampak memgerutkan dahinya saat melihat Leo, yang memalingkan wajahnya dengan pipi yang memerah."Aku ingin ke kamar mandi, tapi kakiku pegal sekali."Dia menatap Leo yang kini sudah berdiri di samping ranjang, lalu beralih mengurut-urut kakinya yang terasa pegal dan kebas plus kesemutan.Leo yang melihat hal itu pun merasa bersalah, karena kaki Stella kebas karena ulahnya yang malah tertidur di pangkuan Stella.Dengan sigap, dia menggendong Stella ala bridal style dan membawanya ke kamar mandi."Eh eh eh, apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" Stella spontan saja mengalungkan kedua tangan mungilnya ke leher Leo, karena takut terjatuh.Namun tentu saja Leo tak perduli, paa Stella yang meminta untuk diturunkan dari gendongannya.Dia bahkan mengatakan satu kalimat yang tak busa dibantah
Mendengar ucapan Leo, Stella pun segera bangkit dan mengambil pakaiannya lalu membawanya mausuk ke kamar mandi.Di depan cermin, Stella tampak menyentuh bibirnya, "Tadi dia menciumku? Dia benar-benat menciumku? Tapi kenapa rasanya manis?"Pikiran Stella melayang, membayangkan adegan ciumannya tadi bersama Leo, yang entah kenapa membuat jantungnya berdetak lebih cepat.Setelah beberapa menit bersiap, mereka berdua pun keluar dan menghampiri teman-teman lain yang sudah berkumpul di parkiran bawah.Leo menggandeng tangan Stella menuju lift untuk turun ke lantai bawah. Sedangjan Stella hanya menundukkan wajahnya malu, karena kejadian tadi.Deg!Deg!Deg!Jantung Stella terus saja berpacu dengan tidak beraturan, dan begitu juga yang Leo rasakan. Namun dia berusaha menetralkan ekspresinya, agar tidak terlihat gugup.Hingga tanpa terasa, mereka sampai di parkiran bawah hotel, dimana mereka memarkirkan mobilnya. Dan teman-teman yang lain tampak sudah standby disana.Sky menatap Leo sambil men
Melihat kecanggungan diantara mereka, Bryan segera berdiri dan menghampiri pedagang untuk mengambil makanan yang tadi sudah dia pesan.Dia memberikan makanan itu pada Belle, "Wah kelihatanya sangat enak dan pedas," ucap Belle saat melihat makanan yang nampaknya super duper pedas di hadapannya itu."Bukankah kau suka makanan pedas?" tanya Bryan yang mengingat saat Belle memesan nasi goreng gila, yang sangat pedas itu.Belle menganggukkan kepalanya, "Iya, aku menyukai makanan pedas."Dan mereka berdua pun memakan makanan super duper pedas itu sampai habis, setelahnya bibir mereka terasa terbakar dan sedikit tebal. Mereka saling manatap satu sama lain dan saling menertawakan.Setelah puas makan jajanan dan es krim, mereka lanjut menuju toko souvenir untuk membeli beberapa barang yang mungkin menarik perhatian mereka.Merekap masuk ke sebuah toko yang nampak paling lengkap, di sana. Saat sudah berada di dalam toko itu, mata Bryan tertuju pada sebuah gelang dan kalung couple.Dia segera me
"Dia bukan pacarku," jawab Stella dengan sangat jujur.Dan tentu saja, hal itu membuat Leo terkejut dan terlihat sangat kesal. Wajahnya tampak merah padam, menahan amarah.Sedangkan Lucas tampak terkejut. Namun, dia tampak melirik kearah Leo dengan wajah mengejek. Seolah mengolok Leo yang bersikap berlebihan, pada wanita yang bahkan bukan kekasihnya.Tapi sayangnya, apa yang Stella katakan setelah itu justru lebih mengejutkan lagi, "Dia memang bukan pacarku. Tapi aku yang ingin menjadi istrinya,"Muka Leo yang tadinya merah padam karena marah pun, auto berubah menjadi ekspresi malu-malu kucing yang sangat menggemaskan.Dia melirik pada Lucas dan tersenyum penuh kemenangan, seolah dia baru saja menembak Lucas sambil mengatakan, "Savage!"Berbeda lagi dengan Jack, yang tampak menatap kagum pada keberanian Stella. Dia saja yang notabene sudah cukup umur untuk menjalin kasih, masih kesulitan untuk mendekati wanita, apalagi menyatakan cinta.Tapi gadis kecil di hadapannya itu, justru denga
"Kuharap kau benar-benar melakukannya atau akan memborgol tangan kita berdua."Bryan menatap Belle dengan senyuman nakal, dan kerlingan mata yang membuat bulu kuduknya merinding.Bagaimana bisa, pria itu mengatakan hal gila semacam itu padanya dengan wajah yang begitu santai. Benar-benar di luar nalar.Dengan nada menyelidik sekaligus menyindir Belle berkata, "Kurasa kau punya selera yang unik tuan Bryan. Atau jangan-jangan kau suka BDSM?""Waw, BDSM? Jujur saja kau adalah wanita pertamaku, dan itu artinya aku belum pernah melakukanya. Tapi lain kali kita bisa mencobanya, kalau kau mau."Sontak saja jawaban Bryan itu, membuat wajah Belle merona dan terasa panas. Entahlah. Mungkin itu karena dia mengetahui kenyataan jika dirinya adalah wanita pertama bagi Bryan, atau karena dia tengah membayangkan adegan iya-iya yang berkaitan dengan kata BDSM itu."Terimakasih tawarannya. Tapi aku harus bilang tidak," balas Belle dengan senyum yang di paksakan. "Apa laki-laki ini gila? Dia menawariku
Di saat yang sama, Belle sudah sangat mabuk saat ini. Namun dia masih saja tak mau berhenti menenggak minuman dihadapannya. Dia malah merajuk dan meracau tak jelas pada Bryan."Bukankah sudah kukatakan jangan minum terlalu banyak!"Bryan yang melihat kelakuan Belle, hanya bisa jidat dan menghela napas dalam-dalam. Terlebih saat Belle mulai menyanyi dan menari sperti orang gila.Hingga akhirnya Bryan sudah tidak tak tahan lagi. Dia segera menghampiri Belle yang sedang menari dan menyanyi.Tanpa berkata apapun, dia langsung mengangkat tubuh dan menggendong tubuh Belle layaknya memangkul sekarung beras dan membawanya keluar dari ruangan itu.Bugh!Bugh!Bugh!"Hey! Lepaskan aku! Kau mau membawaku kemana!?" tanta Belle sembari terus memukul-mukul punggung Bryan.Dengan suara berat Bryan berkata, "Diamlah atau aku akan memakanmu sekarang juga!" Ancamnya pada Belle, yang tentu saja tak di hiraukan oleh Belle yang sudah dalam keadaan mabuk berat.Bryan membawa Belle menuju parkiran. Dia mend
Di sisi lain...Darah Leo terasa berdesir. Napasnya menjadi berat, dan dia bahkan sudah tidak sanggup lagi menahan juniornya dari kebangkitan.Dia membawa Stella ke kamar yang baru di pesannya. Tapi saat dia baru saja selesai membaringkan Stella di ranjang dan hendak melangkah pergi, tiba-tiba saja sebuah tangan menahan langkahnya lantas menariknya dengan kuat.Alhasil, Leo yang tidak siap dengan serangan mendadak pun terjatuh diatas tubuh Stella.Mereka saling memandang dengan tatapan dalam dan penuh arti, Stella bahkan memberikan seulas manis pada Leo."Stella, apa kau tau apa yang kau lakukan?" tanya Leo dengan napasnya yang mulai tak beraturan.Posisi Leo saat ini masih berada di atas tubuh Stella. Dia menopang tubuhnya dengan kedua tangan, yang berperan sebagai pengatur jarak antara keduanya.Dengan suara yang terdengar mendayu Stella berkata, "Aku ingin mejadi istrimu. Kamu penyelamatku, kamu adalah cahaya yang menerangi dunia gelapku."Stella merasakan ada sesuatu yang berdiri
Benda tak bertulang dengan permukaan kasar itu, mulai menjelajah di area pangkal paha Stella yang putih mulus dan lembut seperti tahu jepang itu.Leo semakin tidak terkendali, saat matanya menangkap pemandangan di hadapannya. Sebuah lembah basah yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang menghiasinya, kini terpampang nyata di depan matanya tanpa ada seutas benang pun sebagai penghalang.Glek!Leo menelan salivanya dengan susah payah dan dengan segera dia menanggalkan seluruh pakaian yang di pakainya saat ini, hingga dia sama dengan Stella pada akhirnya, polos tanpa sehelai benang pun bagai bayi baru lahir.Dia duduk di sebelah Stella, menuntun tangan gadis kecil itu untuk menyentuh juniornya sambil berkata, "Tadi kau ingin tahu apa ini, kan? Sekarang buka matamu dan lihatlah."Mendengar ucapan Leo dan juga didorong oleh rasa ingin tau yang cukup besar, membuat Stella membuka perlahan matanya.Namun kedua manik mata itu langsung membulat seketika. Dia terbelalak, melihat benda panjang tak ber