Saat matahari mulai naik ke puncak takhta tertingginya, Belle pun terbangun karena silau matahari yang menembus jendela kamarnya.
"hoaaam..."Belle menguap sambil meregangkan tubuh dan menutupi matanya yang terkena silau matahari. Dia melirik jam yang tergantung di dinding kamarnya.Tubuhnya terasa sangat lelah, tapi dia tetap beranjak dari ranjang nyaman itu dan meraih handuk sebelum akhirnya masuk ke kamar mandi.Belle menanggalkan satu persatu pakaian yang menutupi tubuh indahnya. Dia memandangi tubuhnya di pantulan cermin, dan stempel yang Bryan berikan ternyata masih belum juga hilang.Dia menghela napas panjang, "Kapan bekas-bekas ini akan hilang? Aku selalu teringat dengannya saat melihat stempel ini," keluh Belle yang kembali mengingat adegan ranjang panasnya.Bagaimapun itu adalah pengalaman pertama bagi Belle. Namun karena tak ingin terlarut dalam khayalan, dia pun segera melanjutkan mandinya. Karena dia harus bergegas ke markas, untuk persiapan misinya hari ini.Setelah selesai mandi dan mengganti pakaian, Belle bergegas menuju markas. Sembari menyetir, Belle menelepon orang dari pasar gelap, yang bertugas mengurus mobil sport yang mereka janjikan untuk menunjang misi mereka hari ini."Antarkan mobil yang kalian janjikan untuk, ke jalan xx. Aku akan kesana bersama anak buahku, untuk mengambilnya."Setelah mengatakan hal itu, Belle pun menutup sambungan telepon itu dan mulai menginjak pedal gasnya semakin dalam. Hingga tak lama berselang, Belle akhirnya sampai di markasnya. Dia berjalan masuk ke dalam untuk mengecek apakah rekan-rekannya sudah berkumpul."Apa semua sudah disini" tanya Belle begitu dia melihat Jessy.Jessy mengangguk, "Sudah, kau yang datang paling akhir.""Baiklah, suruh semuanya segera bersiap. Bawa semua perlengkapan. Karena kita harus pergi ke jalan xx lebih dulu untuk mengambil mobil kita.Mendengar penuturan Belle, Jessy pun mengangguk dan segera memanggil yang lainnya, sesuai instruksi sang kapten. Sedangkan Belle, memilih untuk menunggu di dalam mobilnya.Tak lama, mereka berlima keluar dari dalam markas dengan membawa perlengkapan yang mereka butuhkan.Belle memberikan kode agar semuanya masuk ke dalam mobil, dan mereka segera bergegas menuju jalan xx.*Sesampainya di tempat tujuan, mereka sudah melihat mobil sport keren, tengah terparkir didepan sebuah rumah."Ayo masuk" Belle mengajak mereka masuk ke dalam rumah itu.Di depan pintu rumah itu, juga sudah ada 2 orang berbadan besar yang tengah berjaga. Dan sesampainya di ruang tamu, Belle bertemu dengan orang yang di telfonnya tadi.Pria itu menyerahkan kunci mobil pada Belle dan menyampaikan pesan dari atasanya,"Bos Besar bilang, jika misi ini sukses dia akan memberikan bonus tambahan di luar harga barang. Dan mobil itu juga akan jadi milik kalian.""Tunggu saja kabar baik dariku," Belle menerima kunci itu dan berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan, diikuti oleh kelima anggota timnya.Mereka segera mengenakan kostum dan juga topeng khas milik mereka masing-masing, sebelum mereka bergerak menuju tempat yang di infokan, menjadi jalur pengiriman.Mereka akan bersiap disana dan menunggu target mereka datang. Sesuai rencana, mereka berpencar di sepanjang rute pengiriman, untuk memantau dan saling memberi informasi pada rekan yang lain.*"Target terlihat di titik A," ujar Jessy dan Max yang ada di titik A.Belle pun menyahut, "Baik, jalankan rencana."Jessy dan Max memacu kencang mobilnya, mengikuti truk pengiriman yang berada di depan 2 mobil polisi yang tampak mengawalnya.Melihat hal mencurigakan itu, orang yang duduk di kursi penumpang mobil penjaga itu memberitahu temannya yang tengah fokus mengemudi."Sepertinya mobil di belakang mengikuti kita.""Cepat atasi," balasnya singkat.Dor!Dor!Dor!terdengar suara tembakan yang diarahkan ke mobil Max dan Jessy. Namun Max dapat menghindarinya dengan gesit.Dor!Dor!Dor!Sekali lagi terdengar tembakan, namun kali ini Jessy yang menembak mobil di depanya. Senapan yang digunakan oleh Jessy, juga sudah terpasang peredam suara, sama seperti pistol yang polisi itu gunakan.Dia mengarahkan tembakan itu, kearah ban mobil polisi di depannya, hingga mereka kehilangan kendali dan membuat kedua mobil polisi itu saling bertabrakan.Brak!Salah satu mobil terbalik dan yang satu lagi menabrak pembatas, lalu terjun bebas ke bawah jurang."Tugasku sudah beres. Target hampir sampai ke titik B."Sang supir truk mulai panik, karena dia melihat mobil polisi di belakangnya sudah di kalahkan.Namun ternyata, Max tiba-tiba saja menghentikan mobilnya dan membuat sopir truk itu, sejenak dapat menghela napas lega. Dia tidak menyadari jika di depan masih ada bahaya yang mengintainya. Bryan yang mendapat kabar penyerangan sudah berlangsung pun, segera bergegas menuju lokasi."Giliran kita," ucap Leo.Mereka segera menghadang mobil polisi yang berada di depan truk pengantar. Tanpa basa-basi, Belle melepaskan tembakan kearah pengemudi dan orang yang duduk di kursi penumpang.Dor!Dor!Dor!Dor!Semua tembakan itu tepat mengenai kepala, dari empat orang anggota polisi itu. Supir truk yang kaget pun, sontak menghentikan laju kendaraannya.Sky dan Anne pun bergegas menuju mobil pengantar untuk mengambil barangnya. Lalu mereka bergegas pergi dengan kecepatan penuh.Beberapa saat setelah mobil Sky melaju kencang, tiba-tiba saja ada mobil yang datang kearah Belle dan Leo dengan melepaskan tembakan. Tanpa pikir panjang, Belle mengambil alih kemudi dari Leo dan aksi kejar-kejaran pun tak terelakkan.Kedua kubu masih terus melepaskan tembakan, hingga Belle terpaksa menyalakan nos. Tapi dia tidak menyangka jika mobil di belakangnya juga mempunyai barang yang serupa.Karena terdesak, Belle membelokkan mobilnya memasuki area konstruksi terbengkalai, lalu bergegas turun dan bersembunyi sambil membawa senjatanya.Pengemudia mobil yang mengejar Belle itu tidak lain dan tidak bukan adalah Bryan. Dia mengikuti mobil Belle masuk ke area itu dan langsung di sambut peluru panas dari Belle.Dor!Bryan dan rekannya, Steve dengan sigap bersembunyi di belakang mobilnya. Mereka masuk ke area itu dan berpencar mencari target mereka. Belle bersembunyi di belakang tangga dan bersiap menyergap Bryan.Bryan yang merasakan ada orang di dekatnya pun segera menendang tangan Belle yang sedang memegang senjata, hingga senjat itu terlempar, dan membjat Belle segera maju menyerang Bryan.Dor!Dor!Bryan berusaha menembak Belle, tapi Belle dengan lincah menghindarinya dan menyerang Bryan dari jarak dekat.Dia menendang pistol Bryan, hingga terlempar dan mereka pun berkelahi tangan kosong.Namun pada akhirnya, salah satu tangan Belle sudah dikunci oleh Bryan dan dengan cepat dia menyingkap topeng yang Belle kenakan.Bryan kaget melihat wajah Belle, "Kau—"Belum sempat Bryan bereaksi, Belle yang melihat celah pun langsung melawan balik, hingga Leo datang tepat waktu dengan mengendarai mobilnya melaju kearah Belle. Mereka pun bergegas pergi, disaat Bryan masih terkejut dengan apa yang dilihatnya."Tidak salah lagi, dia wanita yang bersamaku malam itu."Suara rintihan Steve, membuat Bryan tersadar dan segera membawa rekannya itu ke rumah sakit, karena Steve terkena tembakan dari Leo.Sedangkan Belle dan Leo yang berhasil kabur, kini tengah bergegas kembali ke markas mereka untuk berkumpul dengan rekan lainnya."Shitt! Bagaimana bisa orang yang bersamaku malam itu adalah seorang agen khusus?" batin Belle yang ingat saat dia berkelahi dengan Bryan dan tanpa sengaja melihat lencana agen khusus milik Bryan. "Dan tadi dia melihat wajahku. Itu artinya identitasku akan segera terbongkar."Belle yang mulai panik pun, meminta Leo untuk mengurus dan memindahkan perawatan kakaknya ke luar negeri secepatnya. Dan tentu saja Leo juga menyanggupi permintaan Belle itu.Dan karena masalah ini, untuk sementara Belle harus menetap di markas. Jadi dia meminta Leo mengantarkannya ke rumah, untuk mengambil beberapa barang penting. Juga baju ganti untuk persiapan di markas.*Sesampainya di rumah, Belle buru-buru mengambil semua yang dia butuhkan dan segera kembali ke markas mereka. Sekembalinya Belle dan Leo ke markas, rekan lain tampak sudah menunggu kedatangan Belle dan Leo dengan se
Singkat cerira, hari keberangkatan mereka pun tiba.Mereka yang sudah menyiapkan segala kebutuhan pun, berangkat dengan menaiki mobil sport yang saat ini sudah resmi menjadi milik mereka.Yang tentunya sudah tak lagi, memiliki lambang pasar gelap yang bisa saja membuat identitas mereka terbongkar."Lets go!" seru Sky sembari melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, karena dia ingin menikmati perjalanan itu.Hingga akhirnya, setelah berjam jam perjalanan, mereka pun sampai di hotel yang sudah di pesan oleh Belle sebelumnya.Karena rasa lelah, mereka memilih untuk masuk ke kamar masing masing dan mengistirahatkan tubuh mereka sejenak, untuk mengusir penat.*Disisi lain, saat ini Bryan sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan teman temannya, yang mengajak untuk berkumpul bersama di bar.Dan sesampainya disana, Bryan berjalan menuju sebuah ruangan VVIP. Namun saat dia baru saja melangkah masuk, tiba tiba ada orang yang membiusnya dari belakang.*"Belle, ayo kita ke pantai," ajak
Belle menganggukkan kepalanya, "Bisa kau jelaskan padaku?""Alasannya sangat sederhana. Kurasa aku menyukaimu," jawab Bryan dengan entengnya.Sontak saja, ucapan Bryan itu membuat Belle terkekeh dan tersenyum miring pada Bryan, "Kurasa tidur anda terlalu miring, tuan Bryan.""Kurasa tidak. Aku baik-baik saja, bahkan sangat baik. Ada pasar gelap di belakangmu yang pasti akan melindungimu, jadi percuma saja aku berusaha menangkapmu. Bukankah lebih baik aku menangkap hatimu?" terang Bryan sambil tersenyum manis pada Belle..Belle hanya bisa memutar jengah bola matanya saat menghadapi pria di hadapannya itu, "Jadi anggap saja itu semua benar. Tapi kenapa tadi kau malah menghampiriku?""Sudah ku bilang aku menyukaimu. Jadi aku ingin lebih mengenalmu. Dengan kata lain, aku sedang mengejarmu," bisik Bryan tepat di samping telinga Belle.Bulu roma Belle pun berdiri seketika, tubuhnya meremang saat merasakan seperti ada sengatan listrik yang menjalar di tubuhnya, akibat hembusan napas Bryan ya
"Jadi benar, kau sudah menyilidiki semua hal tentangku?" Bukannya menjawab pertanyaan Bryan, Belle justru balik melontarkan pertanyaan pada Bryan.Bryan menganggukkan kepalanya, "iya. Setelah aku tau itu kau, aku mencari semua informasi tentangmu."Belle mengangkat sebelah alisnya, "Untuk apa? Kau tak berniat menangkapku, tapi kau mengumpulkan informasi tentangku. Apa ini siasat licikmu untuk menjebakku?" tanya Belle dengan nada dingin sembari melirik ke sekililingnya.Jujur saja, Belle mulai panik. Dia mengira Bryan sengaja mengundang dia ke sana dan menjebaknya, untuk menjebloskannya ke penjara. Bisa saja kan, Bryan sudah menaruh anak buahnya untuk mengepung tempat itu dan menangkapnya? Itulah yang Belle pikirkan."Menjebakmu?" beo Bryan yang tidak habis pikir dengan betapa jauhnya pikiran negatif Belle padanya.Belle memutar jengah bola matanya, "Tidak usah berkelit lagi, tuan Bryan. Cinta yang kau katakan itu, hanya omong kosong bukan?"Bryan menghela napas panjang, "Aku benar-be
Bryan Berpura-pura tak memperhatikan Belle, yang tengah menatapnya dengan tajam.Dia berpura-pura fokus menonton film yang tengah mereka putar. Hingga membuat Belle pun pada akhirnya mengalah, dan membiarkan saja apa yang di lakukan oleh Bryan.Toh hanya memeluk bahunya. Yang lebih dari itupun mereka sudah pernah lakukan bukan?Lalu Belle pun melanjutkan fokus menonton film. Meskipun dia takut hantu, tapi dia tetap penasaran dengan film yang tengah di putar itu, sehingga dia tetap terus menontonya.Terkadang, Belle mencekram tangan Bryan saking takutnya, dan terkadang dia memeluk Bryan, bahkan membenamkan wajahnya di dada Bryan.Meskipun dia melakukan itu karena efek takut, sehingga dia tak benar-benar menyadari bahwa sedari tadi, justru dia yang memeluk laki-laki super tampan di sampingnya itu.Bryan, tentu saja merasa senang. Dia tersenyum bahagia melihat Belle yang memeluknya seperti itu.Hingga film itu selesai, Belle bahkan masih memeluk Bryan. Hingga dia sadar, dan ingin segera
Di saat yang sama..."Ayahku adalah seorang penjudi dan pemabuk, jadi dia terlilit hutang pada rentenir. Dia sering memukuli ibu bahkan sampai ibuku meninggal. Dan sekarang dia menjualku untuk membayar hutangnya." Penjelasan Stella terdengar sangat menyayat hati.Mendengar kisah Stella membuat Leo bertanya, "Kenapa kau tak melaporkan ayahmu pada polisi?""Aku takut. Aku takut ayah akan memukuliku hingga aku mati seperti ibuku." Tangis Stella pun pecah seketika.Leo yang melihat betapa terpuruknya gadis itu, berinisiatif memeluk dan memberikan bahunya sebagai tempat gadis itu bersandar."Sudah, berhentilah menangis dan ikutlah bersamaku."Stella langsung mendongakkan kepalanya menatap Leo dengan tatapan yang sedikit takut, dan ragu-ragu.Leo yang seolah mengerti pun langsung meluruskan, dan mengatakan kalau tidak tak berniat jahat pada Stella. Dia hanya sekedar menolong saja.Mendengar Stella yang terus memanggilnya dengan sebutan om, tentu saja membuat Leo sedikit kesal dan meminta St
"Namanya Stella.""Stella?" Sky tampak memperhatikan Stella yang masih saja menyembunyikan dirinya di belakang Leo, dengan wajah takutnya.Melihat Stella yang tampak ketakutan, Leo pun mengatakan jika mereka semua adalah temannya. Dan hal itu tampaknya sukses membuat Stella menurunkan kewaspadaannya."Hey, bocah. Aku ini masih sayang nyawaku, pacarku ini sangat galak. Kalau aku berani macam-macam masa depanku akan di potongnya hingga habis!" ujar Leo seraya melirik ke arah Anne, lalu menatap ke arah pusakanya dan menutupinya dengan tangan."That's right. Aku akan memotong benda itu, jika kau berani macam-macam." Anne mengatakan kalimat mengerikan itu, dengan senyuman senyum yang terukir di wajahnya. Senyum yang mampu membuat bulu kuduk Sky menegang sempurna.Leo mulai memperkenalkan satu persatu orang yang ada disana, pada Stella."Lalu kenapa kau membawanya kesini, Leo? Jangan bilang kalau sekarang kau jadi pedofil, karena tak bisa mendapatkan Belle?" goda Sky sembari menatap Leo den
"Kau, berbaliklah!" Stella menunjuk ke arah Leo dan menyuruhnya membalikkan badan, alias memunggunginya.Leo membalikkan badannya memunggungi Stella, namun dia baru menyadari jika tepat di depannya ternyata ada sebuah cermin besar dan tinggi."Astaga, jangan berdiri! Jangan berdiri!" seru Leo dalam hati, namun matanya justru menatap kaca di depannya tanpa berkedip.Stella yang tak menyadari keberadaan si cermin jahanam pun segera saja bangkit, dan tampaklah sebuah pemandangan yang membuat jantung Leo berdetak tak karuan."Ya ampun, besar juga." Pikiran Leo tiba-tiba saja oleng, karena melihat hamparan bukit kembar yang indah berkat kaca di hadapannya.Stella menunjuk ke arah gantungan handuk di dekat Leo dan berkata, "Berikan handuk itu padaku!"Dan seketika matanya membola, sampai hendak mencuat keluar saat dia menyadati keberadaan cermin besar di hadapan Leo."Aaaaa! Tutup matamu, jangan mengintip! Jangan lihat cermin di depanmu!" Stella menutupi ke 2 bagian intinya, atas bawah deng