Tidak menyangka hari hari Arleta akan menjadi seperti ini, dia dibuat ketakutan dengan kedatangan pria tua Bangka itu.
Andai waktu bisa diputar, Arleta akan memilih bekerja daripada sekolah. Mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Tapi sekarang, tinggalah penyesalan.Arleta meneteskan air mata, mengingat hal itu. Jika saja Arleta mempunyai ibu seperti anak-anak yang lain, mungkin saat ini Arleta tidak akan melewati hari-hari beratnya sendiri.Tapi takdir berkata lain. Arleta harus kuat demi masa depannya sendiri. Arleta tidak boleh menyerah! Tidak boleh!Dalam kesendiriannya, pikiran Arleta menerawang jauh sebelum kepergian ayahnya.‘’ Leta. Maafkan ayah, ayah tidak mampu menyekolahkanmu sampai perguruan. ‘’ ucap ayah dengan sendu.Arleta menoleh, lalu tersenyum.’’Arleta tidak apa-apa kok yah, terimakasih sudah berjuang selama ini.’’ Jawab Arleta dengan air mata yang sudah bercucuran.Arleta merengkuh tubuh kurus ayahnya.Ya. Pria yang sudah berjuang keras membesarkan Arleta sendiri ini kini sudah sakit-sakitan. Tubuhnya terlihat semakin kurus dari hari kehari.‘’Sudah. Jangan terlalu banyak pikiran, Leta ingin melihat ayah cepat sehat kembali.’’ ucpa Arleta sambil mengusap air matanya dengan kasar. Arleta mencoba tersenyum agar ayahnya tidak sedih.Kemiskinan membuat, ayah Arleta tidak bisa berobat, untuk makan sehari-hari saja, Arleta harus bekerja sebagai buruh cuci di salah satu tetangganya.Setelah lulus sekolah, Arleta sudah mencoba mencari pekerjaan, namun sampai saat ini Arleta belum mendapatkannya.Sedangkan kondisi ayahnya, semakin memburuk.Prang!Arleta terkejut mendengar suara benda jatuh di kamar sang ayah. Arleta segera bangun, lalu berlari ke kamar ayahnya.Kriet.Arleta membuka pintu kamar.‘’Ayah.’’ Teriak Arleta. Melihat tubuh ayahnya tergeletak di lantai.Arleta segera berlari, menghampiri tubuh yang tidak berdaya itu.‘’Ayah. Bangun yah.’’ Arleta mengguncang tubuh ayahnya yang sudah tidak bergerak.Rupanya ayah Arleta terjatuh saat akan mengambil air minum, namun takdir berkata lain. Ayah Arleta langsung meninggal seketika.Menyadari ada yang tidak beres, Arleta segera berlari keluar untuk mencari pertolongan .‘’Tolong!Tolong!Tolong!’’teriak Arleta.Namun karena hari sudah malam sehingga tidak orang yang mendengarnya. Kemudian Arleta berlari menghampiri rumah yang ada di sampingnya.‘’Ibu! panam tolong!’’panggil Arleta tangannya tidak berhenti mengetuk pintu rumah yang dia datangi.Tidak lama pintu terbuka, seorang ibu keluar dengan rambut yang acak-acakan, khas seperti orang bangun tidur.‘’Ada apa Leta, kenapa gedor-gedor pintu malam-malam!’’ tanyanya, tidak lama suami dari ibu juga keluar.‘’Ada apa bu.’’ tanya nya sambil mengucek mata.‘’ Bu.paman tolong! Tolong ayah saya paman!’’ Teriak Arleta. Sambil menunjuk rumahnya.‘’Ayahmu kenapa.’’ tanyanya ikut panik.‘’Ayah jatuh, tolong! Tolong paman!’’ ucap Arleta, dengan tangis yang tidak berhenti.Kedua orang itu begitu terkejut, mata mereka langsung membulat sempurna.‘’Astaga Arleta! Kenapa tidak bilang dari tadi. Ayo cepat kita lihat.’’ Ajaknya, kemudian berlari menuju rumah Arleta. Di ikut oleh Arleta dan istrinya.‘’Astaga. apa yang terjadi.’’ Tanyanya.Pria itu mengangkat tubuh kurus ayah Arleta. Mereka mencoba membangunkannya, karena tidak kunjung bangun, pria itu mengecek denyut nadi ayah Arleta. Kemudian dia terdiam sesaat. Lalu menatap Arleta dan istrinya bersamaan.‘’Paman, bagaimana? Kenapa ayah tidak bangun juga?” Tanya Arleta sambil terisak.Pria itu menghembuskan nafas dengan berat, lalu menatap Arleta dengan penuh iba.‘’Ayahmu, telah tiada Arleta.’’ ucapnya dengan sendu.‘’Tidak! Tidak mungkin! Ayah tidak mungkin meninggal paman! Tidak mungkin!’’ Arleta histeris, kemudian menubruk tubuh kaku ayahnya.‘’Ayah bangun! Jangan bercanda yah. Bangun!’’ Arleta kembali mengguncang tubuh yang sudah kaku itu.Tubuh Arleta merosot ke lantai, telinganya berdenging dan pandangannya berkunang-kunang, sebelum akhirnya tubuhnya benar-benar ambruk tidak sadarkan diri.Arleta di bantu di pindahkan ke kamarnya,setelah itu, pria bernama pak Basri itu memanggil para tetangga yang lain, untuk membantu proses mengurus jenazah.Ayah Arleta terkenal sebagai orang baik, mudah berbaur dengan para tetangga dan lingkungan sekitar. Jadi tidak heran banyak warga yang berdatangan ketika mendapatkan kabar meninggalnya pria tua itu, walau hari masih malam.‘’Ayah.’’ Teriak Arleta, dia langsung beranjak bangun lalu turun dari tempat tidur miliknya. Kemudian berlari menuju luar, Arleta berharap tadi dia hanya mimpi buruk.Tapi Arleta salah, ini nyata! Bukan mimpi belaka!Entah sudah berapa lama Arleta pingsan, namun ketika Arleta terbagun hari sudah berganti siang. Jenazah ayahnya sudah siap dimakamkan.Arleta duduk bersimpuh di samping jenazah, dengan tangis yang tidak berhenti. Banyak warga yang mengucapkan bela sungkawa, banyak juga yang merasa kasihan padanya.‘’ya ampun, kasihan sekali Arleta.’’ucap wanita bertubuh kurus yang berdiri tidak jauh di belakang Arleta. ‘’Iya, bagaimana caranya dia melanjutkan hidup.’’sahut temannya yang satu. Arleta kembali meneteskan air mata, mendengar celotehan tetangganya itu. Benar kata mereka! bagaimana Arleta dapat bertahan hidup?Proses demi proses sudah dilakukan, ayah Arleta sudah selesai dimakamkan.‘’Arleta pulang yah.’’ pamit Arleta pada segunduk tanah merah yang masih basah. Dengan langkah gontai Arleta pulang ke rumah.Arleta menyipitkan mata, saat melihat beberapa orang sedang berdiri di depan rumahnya. Semakin langkah Arleta dekat, semakin jelas terlihat siapa orang itu.‘’Mau apa dia.’ucap Arleta pelan.‘’ Permisi. Maaf ada apa ya.’ tanya Arleta begitu dia sampai di teras rumah.Pria yang Arleta kenal sebagai seorang rentenir itu tersenyum.‘’Saya ingin mengucapkan bela sungkawa dan ingin ada yang saya bicarakan dengan kamu cantik.’ ucapnya dengan genit.Arleta bergidik jijik, mendengar ucapan pria tua yang ada di hadapannya ini.‘’ Silahkan duduk.’’ ucap Arleta , mempersilahkan. Tanpa menjawab pria itu langsung duduk dengan menyilangkan kaki. Sangat terlihat angkuh di mata Arleta. ‘’Apa ingin anda bicarakan.’’ tanya Arleta langsung to the poin.‘’Ah. Baiklah, sepertinya kamu orang yang tidak suka basa basi, saya suka itu.’’ Jawabnya sambil mengedipkan sebelah mata.‘astaga. Ini orang cacingan atau apa ya. Ih,’ batin Arleta.‘’Baiklah, kalau begitu langsung saja. Berikan surat itu.’’ titahnya pada pria berkepala botak.Terlihat pria botak itu mengangguk,’’ Ini tuan.’’ ucapnya, sambil meletakan sebuah map di atas meja.Arleta mengerutkan kening melihat itu.‘’Begini Arleta, ayahmu mempunyai banyak hutang padaku, apa kamu sanggup untuk membayarnya.’’ tanya pria tua itu.Jujur Arleta terkejut dengan penuturan pria itu, pasalnya Arleta tidak pernah mengetahui tentang hutang piutang ini.‘’Berapa?’’tanya Arleta.‘’Tidak banyak, hanya seratus juta.’’‘’Hah..!!’’ Arleta menganga saking terkejutnya.‘’Se-seratus juta.’’ Jawab Arleta tergagap.‘’Iya, bagaimana. Kapan kamu membayarnya.’’Seratus juta!Itu sangat besar, bagi Arleta dari mana dia akan mendapatkan uang sebanyak itu. ‘’Kenapa. Tidak punya uang?’’ Tanyanya, reflek Arleta mengangguk.‘’ Haha..kamu tidak perlu khawatir Arleta, karena ayahmu sudah mengantisipasinya, dia sudah memberikan jaminan. Ini, silahkan kamu baca.’’ ucapnya.Mendengar itu Arleta bernafas lega, tidak mungkin ayahnya akan meninggalkan hutang sebanyak itu.Tangan Arleta bergerak, mengambil map di meja, lalu membuka dan membacanya.Mata Arleta melotot dengan mulut menganga, tangannya bergetar hebat sampai berkas di tangannya terjatuh.“Ja-jaminan.” ucap Arleta tergagap.Bagaimana bisa, ayahnya menjadikan Arleta jaminan? Arleta bukan barang! Yang bisa seenaknya diberikan pada orang, sebagai jaminan hutang.Lalu Arleta menggeleng,” Tidak! Pasti ini bohong!” Arleta masih menyangkal kenyataan yang baru saja dia ketahui.“Ini asli Arleta. Disana terdapat tanda tangan ayahmu.” tunjuk pria tua itu.Mata Arleta mengikuti arah tangan bos rentenir ini. Memang benar disana ada tanda tangan ayahnya.Bahkan dalam surat itu tertulis jika ayah Arleta mendatangi ini surat ini dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.“Begini saja, tuan. Saya janji akan melunasi hutang ayah, tapi..”“Tapi apa!” potong Pria tua itu.“Tapi saya minta waktu, setelah saya mendapatkan pekerjaan, saya akan mencicilnya.” jawab Arleta. Dia terus menundukan kepala.“Tidak bisa! Kau akan menjadi istri ke 5 ku! Dan kau tidak bisa menolak, ayahmu sendiri yang sudah memberikanmu padaku!” bentaknya, dengan suara tinggi. Arleta semakin menundukan wajah,
Sesuai arahan Arleta langsung pergi ke ruang ganti bersama seorang kepala OB di sini.“Ini seragammu. Semoga betah.” ucapnya. Sambil menyodorkan baju pada Arleta.Arleta menerima baju itu.” Terimakasih, nama ku Arleta.” Kini giliran Arleta yang mengulurkan tangan.“Ami.” sahutnya, sambil menerima uluran tangan Arleta.“Cepatlah ganti. Nanti langsung saja pergi ke dapur. Disana kamu akan tahu pekerjaanmu nanti.” titahnya, setelah itu Ami langsung pergi meninggalkan Arleta.Setelah Ami keluar, Arleta langsung mengganti pakaiannya dengan seragam baru. Arleta tersenyum menatap dirinya di cermin.“Semoga kali ini, tidak ada halangan dalam pekerjaanku. Dengan begitu aku akan segera mendapatkan uang untuk membayar hutang.” “Semangat Arleta! Ingat! Jangan buat kesalahan lagi!” ucap Arleta menyemangati dirinya sendiri. Setelah itu Arleta langsung keluar dari ruang ganti dan berjalan menuju dapur dengan semangat empat lima.Tiba di pintu dapur Arleta menghentikan langkahnya sebentar. Dia mena
Laki-laki yang Arleta ketahui bernama tuan Mahendra itu melotot menatap Alana, yang juga sedang menatapnya. Namun dengan tatapan penuh kekhawatiran.‘Astaga! Kenapa bisa ada orang ini disini? Kalau sampai dia bilang sama yang punya perusahaan aku bisa kehilangan pekerjaan lagi.’ batin Arleta.“Hey! Kenapa kau ada disini!” bentak Mahen.Arleta terlonjak, kemudian menundukan pandangan.“Ma_maaf tuan. Sa_saya sedang beekerja disini.” jawab Arleta dengan tergagap. Lalu Arleta memberanikan diri mengangkat wajah, menatap laki-laki yang sedang memelototinya dari tadi.Arleta menjatuhkan alat kebersihannya begitu saja, lalu berlutut di hadapan Mehendra.“Tuan saya mohon maaf, atas kejadian tempo lalu. Saya mohon tuan, jangan bilang sama orang yang punya perusahaan ini, saya tidak ingin di pecat lagi tuan. Saya benar-benar sangat membutuhkan pekerjaan ini.” Arleta memohon dengan kedua tangan di tanggupka di depan dada.Pria itu tetap diam.‘Oh. Rupanya dia belum tahu kalau aku pemilik
Sangat mudah untuk Bas mencari tahu tentang Arleta, pagi ini Bas sudah mengantongi semua dan siap diberikan pada MahenKetika hari masih sangat pagi, Bas sudah keluar dari apartemennya, menuju rumah utama tempat dimana Mahen tinggal.Bas sengaja berangkat sepagi ini, karena akan membicarakan tentang informasi yang di dapatnya..Tidak butuh waktu lama untuk Bas sampai di rumah utama. Setelah mobilnya terparkir dengan baik, Bas segera turun dan melangkah masuk.Di rumah besar ini hanya ada Gio tinggal seorang diri, hanya ada beberapa pelayan dan juga penjaga rumah saja. Sesekali Bas juga menginap disana.“Tuan!” panggil Bas. Ketika susah tiba di depan pintu kamar Mahen.Bas mencoba membuka pintu namun tidak bisa.’’ Sepertinya tuan Mahen masih tidur.’’ Bas mengambil ponsel dalam saku celana, lalu menghubungi nomor Mahen. ‘’Astaga. Mengganggu saja!’’ keluh Mahen. Perlahan pria itu membuka mata, tangannya meraih ponsel yang ada di atas nakas.‘’Bas. Ini masih sangat pagi, kenapa dia su
“Tuan, saya turun disini saja.’’ ucap Arleta saat mobil Bas tiba di pintu gerbang kantor.Tanpa menunggu jawaban dari Mahen, Bas menghentikan mobilnya tepat di samping pintu masuk. Setelah mobil berhenti Arleta segara membuka pintu.‘’Tuan terima kasih atas tumpangannya.’’ ucap Arleta, sebelum dia benar-benar turun.‘’Hem.’’ sahut Ma singkat. Setelah Arleta benar-benar turun Bas langsung melajukan mobilnya kembali masuk kedalam pekarangan gedung. Sedangkan Arleta berjalan di belakang.Arleta bersyukur, tadi dia mendapatkan tumpangan kalau tidak, Dia pasti akan kesiangan . Arleta buru-buru masuk ke dalam ruang ganti, setelah berganti pakaian Arleta langsung menuju dapur. Bersiap untuk menjalankan tugas. Seperti biasa di dapur sudah ada pembagian tugas masing-masing, hari ini Arleta kebagian tugas membersihkan ruangan di lantai tiga.Di lantai lain, tepatnya di ruangan presdir Mahendra sedang sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas meja. Pria itu terlalu fokus sehingga
Mehen mendorong tubuh Arleta hingga gadis itu jatuh terlentang diatas sofa empuk yang ada di ruangan presdir. Mehen langsung menindih Arleta dan melanjutkan mencumbu gadis itu dengan brutal.“Tuan! Berhenti! Tolong jangan lakukan ini!” Arleta memohon dengan mengiba. Tapi pria di atasnya ini seakan tuli tidak mendengar jerit tangisnya.Tangis dan rengekan Arleta seperti musik yang membuat Mahenra semakin bernafsu. Puas bermain di area leher kini Mahendra mencium bibir Arleta kembali dengan brutal menyusuri setiap rongga mulut gadis di bawahnya. Tangan Mahen bergerak meremas payudara Arleta yang berukuran sedang namun sangat pas ditangan Mehendra, tangan satunya pria itu digunakan untuk memegang tangan Arleta agar tidak bisa berontak.“Empt..”“Empt..” Arleta berteriak tertahan, nafasnya hampir habis akibat ulah Mahen.Pria itu melepaskan ciumannya, membiarkan Arleta mengambil oksigen. Matanya menatap dua buah gunung yang sangat indah di balik kaos yang Arleta kenakan.Dan…Srek!“Tid
Arleta langsung menyambar jubah mandi dari tangan Mahen, lalu dengan cepat memakainya. Dari pada dia harus telanjang di hadapan laki-kali brengsek yang telah merenggut masa depannya.“Aw!” Arleta terpekik, saat akan berdiri, area di bawah sana terasa sangat sakit dan ngilu ketika dibawa untuk bergerak.“Biar saya bantu!” Mahen hendak memegang tangan Arleta. Tapi cepat ditepis oleh gadis itu.“Tidak perlu!” tolak Arleta dengan kasar.Mahen menghela nafas kasar.Sedangkan Arleta, dia berjalan dengan tertatih menahan rasa sakit. Dengan pelan Arleta masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Mahen segera menghubungi Bas, ketika Arleta sudah benar-benar masuk kedalam kamar mandi.“Bas. Carikan aku pakaian wanita. Cepat! Bawa keruanganku sekarang!” titah Mahen, begitu panggilan bari terhubung.“Pakaian wanita?” tanya Bas dengan nada heran.“Iya! Cepat!”“Tapi tuan…”“Kalau kau terus bertanya! Kapan kau akan berangkat mencarinya. Nanti aku akan jelaskan setelah kau bawa pakaian itu kemar
“Arleta kamu sakit?” tanya Ami ketika melihat Alana yang pucat.“Sepertinya begitu. Apa boleh hari ini aku izin?” Arleta terpaksa berbohong, demi kebaikannya sendiri. “Pulanglah! Dan segera pergi ke dokter.” Arleta mengangguk.” Terimakasih.”Ami mengangguk.” Sama-sama. Semoga lekas sembuh.” ucap Ami.Setelah mendapatkan izin Arleta langsung mengambil tasnya yang ada di ruang ganti. Setelah itu langsung melangkah keluar dari perusahaan ini. Di ruang presdir.“Bagaimana kalau gadis itu. Membocorkan masalah ini di luaran? Bisa hancur nama baik yang selama ini aku jaga.” ucap Mahen. Terlihat sangat khawatir. Dari tadi pria itu terus mondar mandir tidak jelas di ruangannya. Bas yang melihatnya pun menjadi pusing.“Tenanglah tuan! Duduklah! Jika anda terus mondar mandir seperti ini, saya malah ikutan pusing.” tegur Bas.Mahen menurut, langsung duduk kembali di kursinya.“Begini saja tuan. Bukankah, tuan tadi mengatakan punya penawaran untuk Arleta? Bagaimana sore nanti kita datengin