Home / Romansa / Gadis Pemuas Tuan Mahen / Hampir tertangkap!

Share

Hampir tertangkap!

last update Last Updated: 2024-02-29 08:40:38

Arleta berjalan gontai melangkah masuk kedalam rumah. Menjatuhkan bobotnya di kursi usang yang ada di ruang tamu.

Arleta menyandarkan punggung di sandaran kursi, berkali-kali Arleta menarik nafas panjang, kemudian menghembuskan dengan perlahan.

Hal itu Arleta lakukan untuk menetralisir rasa sesak di dalam dada.

" Huhf. Sial bener hari ini, padahal aku sudah berharap bisa dapat gaji yang lumayan,tapi itu hanya mimpi saja! Sekarang bagaimana aku mendapatkan uang!" keluh Arleta.

" Kenapa orang  tadi sombong banget, kesalahan aku yang tak seberapa tapi aku pria menyebalkan itu bisa membuat aku dipecat saja. Ck! Menyebalkan!" umpat Arleta kembali.

Di balik Arleta  itu merasa sangat sedih dengan apa dialaminya. Tapi walau bagaimana? Arleta meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak boleh menyerah dengan keadaan.

Brak!

Brak!

Arleta terlonjak kaget, saat pintu rumahnya diketuk dengan kasar.

Arleta segera bersembunyi di bawah kolong ranjang miliknya.

Tubuhnya bergetar hebat, saking takutnya. Arleta tau siapa yang ada di balik pintu.

“Bagaimana ini! Tidak! Aku tidak ingin menikah dengan pria tua bangka, itu! Tapi bagaimana caranya aku mendapatkan uang.” 

Brak!

Brak!

“Arleta buka pintunya! Saya tahu kamu ada di dalam!”  pria tua yang terkenal dengan bos rentenir itu teriak marah di deoan pintu rumah gubuk Arleta.

Arleta menggeleng, Arleta membekap mulutnya sendiri agar tidak bersuara.

“Arleta! Keluar!”

“Kalau tidak! Aku akan pastikan anak buahku yang akan menyeretmu kemari! Atau kau ingin aku sendiri yang menjemputmu sayang!” ucapnya.

Arleta bergidik ngeri mendengar teriakan-teriakan yang ditujukan untuknya.

Arleta tetap bertahan, memilih tetap  bersembunyi.

Brak!

Terdengar pintu di dobrak.

Arleta semakin ketakutan, dia memeluk tubuh kecilnya, membekap mulut agar tidak bersuara. Arleta mencoba diam dalam ketakutan, matanya tertutup rapat. Hanya telinga yang Arleta gunakan, untuk mendengar apa yang akan terjadi selanjutnya.

‘Tuhan! Tolong! Tolong selamatkan aku dari pria tua bangka, biadab itu!’

‘Ayah! Apa salah Leta yah? Tolong! Leta takut yah’ Leta hanya mampu menjerit dalam hati. Arleta menagis dalam diam.

Terdengar derap langkah mendekat. Sepertinya bukan hanya satu orang yang menggeledah rumah Arleta.

Karena terdengar dari suara langkah kaki mereka yang seprtinya, ada yang melangkah ke dapur dan ke dalam kamarnya.

Sedangkan Arleta bersembunyi di kamar kedua, yang biasa di gunakan ayahnya semasa hidup.

“Di dapur, tidak ada bos!” teriak seseorang.

“Di sini juga ada bos!” sahut yang lain.

“Bodoh! Cari yang benar! Menangkap perempuan saja tidak becus!”  terdengar bentakan dari si tua bangka.

“Cari yang benar! Cari dia sampai ke dalam lubang semut sekalipun!” titahnya.

“Baik bos!”.kedua preman itu menjawab secara bersamaan.

“Kamar ini belum kamu periksa bos.” ucap salah satu dari mereka.

“Bodoh! Terus kenapa masih berdiri di situ hah!”

‘Bagaimana ini?’ 

Jika mereka masuk, bisa di pastika mereka akan menemukan Alana.

kriet!

Pintu terbuka, Arleta memejamkan mata rapat-rapat.

“Cepat cari! Bos bisa marah nanti!” titah salah satu dari merek.

Langkah kaki terdengar, mendekati lemari.

Kriet!

Brak!

Pintu lemari terdengar di buka dengan kencang.

“Disini tidak ada!” teriaknya.

“Disini juga tidak ada!” terdengar sahutan dari rekannya. 

Arleta sempat mengintip, di balik jari-jari tangannya. Terlihat kaki kedua orang preman itu berhenti tepat di samping ranjang.

 

“Sial! Kemana sebenarnya gadis itu? Ah! Menyusahkan saja!

“Bos. Akan marah jika kita tidak mendapatkannya!”

Keduanya saling tatap, lalu tersenyum. Masing-masing dari mereka melirik ranjang yang ada di belakang mereka. 

Kedua preman itu berkomunikasi lewat bahasa tubuh.

Terdengar langkah kaki berjalan ke sebelah sana, dan yang satu masih di sebelah sini.

Jantung Arleta benar-benar ingin meledak saat ini juga. Rasa takut yang teramat membuatnya hanya mampu menahan isakan agar tidak terdengar oleh mereka.

“Arleta! Arleta! Ayolah, keluar . Atau mau abang saja yang keluarkan?”

“Ayolah sayang. Menurutlah pada abang. Abang tahu loh! Dimana Arleta. Ayolah, kita kerjasama, abang gak kan bilang sama si bos asal Arleta mau bersenang-senang dengan kita berdua. Bagaimana?” tanyanya dengan pelan, namun terasa sangat mengancam untuk Arleta.

Arleta menggeleng lemah.

Arletaa rasa hari ini adalah hari terakhirnya, jika dirinya saat ini tertangkap. Arleta sudah memutuskan, apapun caranya nanti.

Arleta tidak ingin melanjutkan hidupnya lagi.

‘Ayah! Leta akan menyusul ayah nanti! Tunggu! Tunggu yah, Leta akan temani ayah nanti.’

Brak!

“Sepertinya Arleta ini suka kali dengan, petak umpet. Bila macam itu, mari kita tangkap saja bang!”

“Kau benar! Mari kita tangkap bersama!”

“Satu!”

“Dua!”

“Ti..”

Baru sja keduanya akan menengok bawah ranjang, teriakan pria tua bangka itu kembali terdengar.

“Kalian berdua! Kemari!”  teriaknya, memanggil kedua anak buah peremannya.

Keduanya kembali berdiri, “Ayo. Si bos udah manggik itu! Bisa kena semprot nanti kita.” ajak salah satu dari mereka.

“Ayo!” jawabnya. Kemudian terdengar langkah kaki yang menjauh.

Huft!

Arleta bernafas lega saat kedua preman itu pergi menjauh dari kamar ini.

Terdengar dari depan kedua  preman itu, kena marah si tua bangka!, setelah itu terdengar suara langkah kaki menjauh. 

Walau saat ini Arleta bisa terbebas dari rentenir itu, namun Arleta harus tetap waspada.

Arleta sangat yakin, jika mereka akan  kembali kemari, jika Arleta tidak segera membayar hutangnya.

Perlahan Arleta bergerak mundur, lalu segera keluar dari persembunyiannya.

Setelah berhasil keluar, Arleta bangkit, lalu mendudukan tubuhnya di atas ranjang.

“Syukurlah! Aku tidak tertangkap oleh mereka.” ucap Arleta bernafas lega.

Arleta bergidik ngeri membayangkan, jika harus menikah dengan tua bangka. Yang umurnya saja hampir sama dengan ayah Arleta.

“Dasar pria tua bangka tidak inget umur! Sudah tua! Istri juga sudah empat, masih saja! Mencari mangsa gadis abg.”

“Hih!” bahu Arleta bergetar sanging ngerinya.

Lalu mata Arleta menyusur keadaan sekeliling, matanya, tertuju pada  pintu lemari yang sudah rusak, akibat dibanting keras tadi.

“Astaga! Pintunya lemarinya jadi rusak seperti itu!”

“Dasar manusia-manusia tidak punya hati! Masuk rumah orang maksa! Ngerusak pula!”

“Huh! Nasib si miskin, begini amat ya tuhan!”.keluh Arleta. 

Arleta bangkit, dengan mengendap Arleta berjalan, tiba di pintu kamar, dia mengeluarkan kepalanya sedikit, untuk mengintip. Setelah memastikan aman, Arleta segera berlari menuju pintu depan, lalu menarik pintu kemudian menutupnya.

Untung saja pintunya tidak ikut di rusak juga.  Kalau rusak, bagaimana pula Arleta akan membenarkannya.

Pintu berhasil ditutup, Arleta segera menguncinya kembali. Setelah itu Arleta langsung berlari menuju kamarnya.

Rasa lapar yang tadi sempat hinggap, kini hilang sudah! 

Arleta yang masih ketakutan, memilih meringkuk di atas kasur dengan selimut menutupi tubuhnya.

Tidak ada sanak saudara yang bisa Arleta mintai pertolongan atau pun melindungi dirinya dari pria tua bangka itu.

Arleta sendiri! 

Benar-benar sendiri!

Related chapters

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Hutang seratus juta.

    Tidak menyangka hari hari Arleta akan menjadi seperti ini, dia dibuat ketakutan dengan kedatangan pria tua Bangka itu.Andai waktu bisa diputar, Arleta akan memilih bekerja daripada sekolah. Mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Tapi sekarang, tinggalah penyesalan.Arleta meneteskan air mata, mengingat hal itu. Jika saja Arleta mempunyai ibu seperti anak-anak yang lain, mungkin saat ini Arleta tidak akan melewati hari-hari beratnya sendiri.Tapi takdir berkata lain. Arleta harus kuat demi masa depannya sendiri. Arleta tidak boleh menyerah! Tidak boleh!Dalam kesendiriannya, pikiran Arleta menerawang jauh sebelum kepergian ayahnya.‘’ Leta. Maafkan ayah, ayah tidak mampu menyekolahkanmu sampai perguruan. ‘’ ucap ayah dengan sendu.Arleta menoleh, lalu tersenyum.’’Arleta tidak apa-apa kok yah, terimakasih sudah berjuang selama ini.’’ Jawab Arleta dengan air mata yang sudah bercucuran.Arleta merengkuh tubuh kurus ayahnya.Ya. Pria yang sudah berjuang keras membesarkan Arlet

    Last Updated : 2024-02-29
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Mendapatkan pekerjaan baru.

    “Ja-jaminan.” ucap Arleta tergagap.Bagaimana bisa, ayahnya menjadikan Arleta jaminan? Arleta bukan barang! Yang bisa seenaknya diberikan pada orang, sebagai jaminan hutang.Lalu Arleta menggeleng,” Tidak! Pasti ini bohong!” Arleta masih menyangkal kenyataan yang baru saja dia ketahui.“Ini asli Arleta. Disana terdapat tanda tangan ayahmu.” tunjuk pria tua itu.Mata Arleta mengikuti arah tangan bos rentenir ini. Memang benar disana ada tanda tangan ayahnya.Bahkan dalam surat itu tertulis jika ayah Arleta mendatangi ini surat ini dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.“Begini saja, tuan. Saya janji akan melunasi hutang ayah, tapi..”“Tapi apa!” potong Pria tua itu.“Tapi saya minta waktu, setelah saya mendapatkan pekerjaan, saya akan mencicilnya.” jawab Arleta. Dia terus menundukan kepala.“Tidak bisa! Kau akan menjadi istri ke 5 ku! Dan kau tidak bisa menolak, ayahmu sendiri yang sudah memberikanmu padaku!” bentaknya, dengan suara tinggi. Arleta semakin menundukan wajah,

    Last Updated : 2024-04-05
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Anda!

    Sesuai arahan Arleta langsung pergi ke ruang ganti bersama seorang kepala OB di sini.“Ini seragammu. Semoga betah.” ucapnya. Sambil menyodorkan baju pada Arleta.Arleta menerima baju itu.” Terimakasih, nama ku Arleta.” Kini giliran Arleta yang mengulurkan tangan.“Ami.” sahutnya, sambil menerima uluran tangan Arleta.“Cepatlah ganti. Nanti langsung saja pergi ke dapur. Disana kamu akan tahu pekerjaanmu nanti.” titahnya, setelah itu Ami langsung pergi meninggalkan Arleta.Setelah Ami keluar, Arleta langsung mengganti pakaiannya dengan seragam baru. Arleta tersenyum menatap dirinya di cermin.“Semoga kali ini, tidak ada halangan dalam pekerjaanku. Dengan begitu aku akan segera mendapatkan uang untuk membayar hutang.” “Semangat Arleta! Ingat! Jangan buat kesalahan lagi!” ucap Arleta menyemangati dirinya sendiri. Setelah itu Arleta langsung keluar dari ruang ganti dan berjalan menuju dapur dengan semangat empat lima.Tiba di pintu dapur Arleta menghentikan langkahnya sebentar. Dia mena

    Last Updated : 2024-04-06
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pria aneh.

    Laki-laki yang Arleta ketahui bernama tuan Mahendra itu melotot menatap Alana, yang juga sedang menatapnya. Namun dengan tatapan penuh kekhawatiran.‘Astaga! Kenapa bisa ada orang ini disini? Kalau sampai dia bilang sama yang punya perusahaan aku bisa kehilangan pekerjaan lagi.’ batin Arleta.“Hey! Kenapa kau ada disini!” bentak Mahen.Arleta terlonjak, kemudian menundukan pandangan.“Ma_maaf tuan. Sa_saya sedang beekerja disini.” jawab Arleta dengan tergagap. Lalu Arleta memberanikan diri mengangkat wajah, menatap laki-laki yang sedang memelototinya dari tadi.Arleta menjatuhkan alat kebersihannya begitu saja, lalu berlutut di hadapan Mehendra.“Tuan saya mohon maaf, atas kejadian tempo lalu. Saya mohon tuan, jangan bilang sama orang yang punya perusahaan ini, saya tidak ingin di pecat lagi tuan. Saya benar-benar sangat membutuhkan pekerjaan ini.” Arleta memohon dengan kedua tangan di tanggupka di depan dada.Pria itu tetap diam.‘Oh. Rupanya dia belum tahu kalau aku pemilik

    Last Updated : 2024-05-07
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Gadis bar bar.

    Sangat mudah untuk Bas mencari tahu tentang Arleta, pagi ini Bas sudah mengantongi semua dan siap diberikan pada MahenKetika hari masih sangat pagi, Bas sudah keluar dari apartemennya, menuju rumah utama tempat dimana Mahen tinggal.Bas sengaja berangkat sepagi ini, karena akan membicarakan tentang informasi yang di dapatnya..Tidak butuh waktu lama untuk Bas sampai di rumah utama. Setelah mobilnya terparkir dengan baik, Bas segera turun dan melangkah masuk.Di rumah besar ini hanya ada Gio tinggal seorang diri, hanya ada beberapa pelayan dan juga penjaga rumah saja. Sesekali Bas juga menginap disana.“Tuan!” panggil Bas. Ketika susah tiba di depan pintu kamar Mahen.Bas mencoba membuka pintu namun tidak bisa.’’ Sepertinya tuan Mahen masih tidur.’’ Bas mengambil ponsel dalam saku celana, lalu menghubungi nomor Mahen. ‘’Astaga. Mengganggu saja!’’ keluh Mahen. Perlahan pria itu membuka mata, tangannya meraih ponsel yang ada di atas nakas.‘’Bas. Ini masih sangat pagi, kenapa dia su

    Last Updated : 2024-05-08
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Obat perangsang.

    “Tuan, saya turun disini saja.’’ ucap Arleta saat mobil Bas tiba di pintu gerbang kantor.Tanpa menunggu jawaban dari Mahen, Bas menghentikan mobilnya tepat di samping pintu masuk. Setelah mobil berhenti Arleta segara membuka pintu.‘’Tuan terima kasih atas tumpangannya.’’ ucap Arleta, sebelum dia benar-benar turun.‘’Hem.’’ sahut Ma singkat. Setelah Arleta benar-benar turun Bas langsung melajukan mobilnya kembali masuk kedalam pekarangan gedung. Sedangkan Arleta berjalan di belakang.Arleta bersyukur, tadi dia mendapatkan tumpangan kalau tidak, Dia pasti akan kesiangan . Arleta buru-buru masuk ke dalam ruang ganti, setelah berganti pakaian Arleta langsung menuju dapur. Bersiap untuk menjalankan tugas. Seperti biasa di dapur sudah ada pembagian tugas masing-masing, hari ini Arleta kebagian tugas membersihkan ruangan di lantai tiga.Di lantai lain, tepatnya di ruangan presdir Mahendra sedang sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas meja. Pria itu terlalu fokus sehingga

    Last Updated : 2024-05-09
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Kesucian yang di renggut..

    Mehen mendorong tubuh Arleta hingga gadis itu jatuh terlentang diatas sofa empuk yang ada di ruangan presdir. Mehen langsung menindih Arleta dan melanjutkan mencumbu gadis itu dengan brutal.“Tuan! Berhenti! Tolong jangan lakukan ini!” Arleta memohon dengan mengiba. Tapi pria di atasnya ini seakan tuli tidak mendengar jerit tangisnya.Tangis dan rengekan Arleta seperti musik yang membuat Mahenra semakin bernafsu. Puas bermain di area leher kini Mahendra mencium bibir Arleta kembali dengan brutal menyusuri setiap rongga mulut gadis di bawahnya. Tangan Mahen bergerak meremas payudara Arleta yang berukuran sedang namun sangat pas ditangan Mehendra, tangan satunya pria itu digunakan untuk memegang tangan Arleta agar tidak bisa berontak.“Empt..”“Empt..” Arleta berteriak tertahan, nafasnya hampir habis akibat ulah Mahen.Pria itu melepaskan ciumannya, membiarkan Arleta mengambil oksigen. Matanya menatap dua buah gunung yang sangat indah di balik kaos yang Arleta kenakan.Dan…Srek!“Tid

    Last Updated : 2024-05-09
  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Tidak akan kembali seperti semula.

    Arleta langsung menyambar jubah mandi dari tangan Mahen, lalu dengan cepat memakainya. Dari pada dia harus telanjang di hadapan laki-kali brengsek yang telah merenggut masa depannya.“Aw!” Arleta terpekik, saat akan berdiri, area di bawah sana terasa sangat sakit dan ngilu ketika dibawa untuk bergerak.“Biar saya bantu!” Mahen hendak memegang tangan Arleta. Tapi cepat ditepis oleh gadis itu.“Tidak perlu!” tolak Arleta dengan kasar.Mahen menghela nafas kasar.Sedangkan Arleta, dia berjalan dengan tertatih menahan rasa sakit. Dengan pelan Arleta masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Mahen segera menghubungi Bas, ketika Arleta sudah benar-benar masuk kedalam kamar mandi.“Bas. Carikan aku pakaian wanita. Cepat! Bawa keruanganku sekarang!” titah Mahen, begitu panggilan bari terhubung.“Pakaian wanita?” tanya Bas dengan nada heran.“Iya! Cepat!”“Tapi tuan…”“Kalau kau terus bertanya! Kapan kau akan berangkat mencarinya. Nanti aku akan jelaskan setelah kau bawa pakaian itu kemar

    Last Updated : 2024-05-10

Latest chapter

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Jejak Masa Depan

    Hari-hari berlalu setelah peristiwa di bawah pohon besar terasa lebih tenang. Meski rasa penasaran tetap ada, Mahen dan Arleta memutuskan untuk fokus pada keluarga mereka, terutama Mahesa. Namun, ada sesuatu yang berubah dalam kehidupan mereka, seolah-olah kehadiran Reza membawa pesan terselubung yang belum sepenuhnya mereka pahami.Mahesa kini tumbuh semakin besar. Semakin hari, kecerdasan dan rasa ingin tahunya semakin terlihat. Dia sering bertanya hal-hal yang sulit dijawab, seperti tentang bintang di langit atau kenapa hujan turun. Namun, pertanyaan yang paling sering Mahesa ajukan belakangan ini membuat Mahen dan Arleta terdiam.“Ayah, Bunda, nanti kalau aku besar, aku akan seperti apa?”Mahen tertawa kecil, mencoba menyembunyikan kebingungannya. “Kamu akan jadi anak yang hebat, Sayang, seperti sekarang.”“Tapi aku mau tahu,” desak Mahesa. “Reza bilang setiap anak punya jalannya sendiri.”Mahen dan Arleta terkejut. Sudah berbulan-bulan sejak mereka terakhir mendengar Mahesa

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pesan dari langit

    Hari-hari berlalu dengan tenang setelah Reza "mengucapkan selamat tinggal." Mahesa tampak kembali seperti anak kecil pada umumnya, yang ceria, penuh rasa ingin tahu, dan sibuk dengan aktivitasnya. Namun, Mahen dan Arleta belum bisa sepenuhnya melupakan apa yang terjadi. Gambar terakhir yang ditinggalkan Mahesa, dengan tulisan "Sampai jumpa lagi, Mahesa," tetap tersimpan rapi di ruang kerja mereka, seolah menjadi pengingat bahwa kisah ini belum benar-benar selesai.Entah, seperti masih ada yang mengganjal di hati Mahen maupun Arleta. Suatu malam, Mahen terbangun dengan nafas tersengal. Mimpi aneh menghantuinya. Mahen melihat dirinya berjalan di tengah sawah yang luas, dikelilingi oleh layangan-layangan yang berterbangan di langit jingga. Di kejauhan, Mahen melihat seorang anak laki-laki berdiri membelakanginya.“Reza?” panggil Mahen dalam mimpi.Anak itu menoleh, tersenyum, lalu berlari menjauh sambil membawa layangan. Mahen mencoba mengejarnya, tetapi langkahnya terasa berat,

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   JejakReza di langit jingga

    Setelah peristiwa di taman belakang, Mahen dan Arleta merasa ada sesuatu yang belum selesai.Perasaan aneh terus menghinggapi mereka setiap kali mengingat cerita Mahesa tentang Reza, terutama ketika mereka melihat gambar-gambar yang dibuat Mahesa. Gambar itu bukan sekadar ilustrasi seorang anak bermain, melainkan potongan cerita yang terasa hidup.Namun, mereka memutuskan untuk tidak membahasnya terlalu jauh di depan Mahesa. Anak itu tampak bahagia, dan bagi mereka, itu yang paling penting.Suatu pagi, saat membersihkan gudang, Arleta menemukan sebuah kotak kayu tua yang tertutup debu tebal.Arleta tidak ingat pernah menyimpan kotak itu sebelumnya. Dengan rasa penasaran, wanita itu membuka kotak tersebut dan menemukan beberapa barang usang di dalamnya. Sebuah foto hitam putih seorang anak laki-laki memegang layangan, sebuah catatan kecil, dan mainan kayu yang sudah lapuk.Di belakang foto itu, tertulis dengan tinta yang mulai memudar. "Reza, di hari pertama layangan barunya terbang

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Kejutan di balik tawa Mahesa.

    Mahesa yang baru berumur enam tahun mulai menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Dia sering kali berbicara dengan kalimat yang tampak terlalu dewasa untuk anak seusianya.“Ayah, kenapa langit bisa biru?” tanyanya suatu sore saat mereka duduk di halaman belakang.Mahen terkekeh, merasa bingung harus menjelaskan dengan bahasa sederhana. “Karena cahaya dari matahari itu terpecah oleh atmosfer bumi, Sayang.”“Oh, jadi itu seperti warna pelangi, ya? Tapi cuma yang biru yang terlihat?” tanyanya lagi.Mahen tertegun. Anak seusia Mahesa sudah bisa memahami konsep seperti itu? Mahen menatap Arleta, yang hanya mengangkat bahu sambil tersenyum bangga.Tidak hanya itu, Mahesa juga sering menghabiskan waktu dengan membaca buku cerita yang lebih sulit daripada teman-teman sebayanya. Saat Mahesa berhasil menyelesaikan salah satu buku yang diberikan Arleta, Mahesa berkata, “Bunda, aku suka buku ini. Tapi aku mau tahu, kenapa tokohnya harus meninggalkan keluarganya di akhir cerita?”Pertanyaan itu

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Mahesa mulai menunjukan bakatnya.

    Hari-hari di rumah Mahen dan Arleta selalu hidup dengan tawa Mahesa. Kini, di usia lima tahun, Mahesa telah menunjukkan banyak hal yang membuat kedua orang tuanya bangga. Di setiap langkah pertumbuhannya, Mahen dan Arleta berusaha memberikan pengalaman-pengalaman yang mendidik, namun tetap menyenangkan, demi membentuk pribadi Mahesa yang ceria dan penuh kasih. Pada ulang tahunnya yang kelima, Mahesa menerima hadiah istimewa dari Mahen dan Arleta, sebuah sepeda kecil berwarna biru, lengkap dengan roda tambahan di sampingnya. “Ini sepeda untuk anak yang sudah besar seperti kamu,” kata Mahen sambil tersenyum, menyerahkan sepeda tersebut. Mata Mahesa berbinar. “Aku bisa naik sepeda, Ayah?” tanyanya dengan polos serta antusias. “Tentu bisa, tapi Ayah akan ajari dulu,” jawab Mahen, penuh semangat. Keesokan harinya, Mahen membawa Mahesa ke halaman depan rumah. Dengan sabar, Mahen mengajarkan cara mengayuh dan keseimbangan. Awalnya, Mahesa terlihat ragu-ragu, tapi dengan du

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Masa kecil Mahesa.

    Masa kanak-kanak Mahesa adalah babak penuh warna dalam kehidupan Mahen dan Arleta. Dalam setiap senyum, tawa, dan tangis Mahesa, mereka menemukan arti baru dari cinta dan kebahagiaan, setiap momen yang mereka lewati, menjadikan kisah yang tidak dapat diulang dua kali.Ketika Mahesa baru belajar berjalan, hari itu menjadi momen yang tidak terlupakan bagi Arleta dan Mahen. Waktu itu, Mahen sedang menyusun laporan di ruang kerja, sementara Arleta sibuk menyiapkan makan malam di dapur. Tiba-tiba, terdengar suara tawa kecil Mahesa dari ruang tamu.Mahen yang penasaran melongok dan melihat Mahesa berdiri dengan susah payah di dekat meja kopi. “Arleta! Cepat kesini!” panggil Mahen penuh antusias.Arleta segera berlari ke ruang tamu, mendengar panggilan dari suaminya, tidak lupa wanita itu menyeka tangannya yang basah. Saat itu, Mahesa mulai melangkahkan kaki kecilnya, perlahan namun pasti, menuju Mahen.“Lihat dia, Arleta!” Mahen berseru, matanya berbinar.Arleta menahan napas, melihat Ma

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Akhir ancaman, awal kebahagian.

    Mahen menghubungi tim hukumnya keesokan paginya, membicarakan soal rencana untuk menghadapi Reza.Pria itu tahu bahwa menghadapi Reza tidak bisa dilakukan dengan emosi semata. Semua harus dilakukan secara cerdas dan penuh perhitungan.Sementara itu, Arleta berusaha menjaga rutinitas di rumah agar Mahesa tidak terpengaruh oleh situasi yang sedang mereka hadapi. Wanita itu, selalu bersikap normal seperti biasa, melakukan aktifitas ibu rumah tangga dan bermain dengan Mahesa.Disisi lain, Arleta menyaksikan bagaimana Mahen kembali menunjukkan sisi tegasnya sebagai seorang pemimpin, dalam menyikapi setiap masalah yang mereka hadapi.Malam itu, setelah Mahesa tertidur, Mahen duduk di ruang kerjanya dengan segelas kopi. Arleta mendekat dan meletakkan tangannya di bahu suaminya.“Bagaimana rencanamu?” tanyanya lembut.Mahen menatapnya sejenak sebelum menjawab. “Aku sudah berbicara dengan tim keamanan dan legal. Kami akan mengumpulkan bukti atas tindakan Reza, dan jika dia melanggar hukum, k

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Janji hati mahen

    Setelah pertemuan dengan Ana, suasana rumah kembali tenang. Namun, di balik ketenangan itu, baik Mahen maupun Arleta tahu bahwa hubungan mereka masih membutuhkan waktu untuk benar-benar pulih. Mahesa, dengan tingkah lucu dan polosnya, menjadi pengikat hati mereka berdua.Malam itu, ketika Mahesa sudah tertidur pulas di kamarnya, Arleta duduk di balkon rumah mereka. Angin malam berhembus lembut, mengiringi pikirannya yang melayang-layang. Arleta teringat tatapan Ana saat pertemuan itu. Ada rasa sakit di mata wanita itu, tetapi juga ada tekad untuk melepaskan.Mahen keluar dari kamar, membawa dua cangkir teh hangat. Pria itu tahu istrinya sedang berpikir keras.“Tehnya untuk kamu,” kata Mahen, menyerahkan secangkir teh kepada Arleta.“Terima kasih,” jawab Arleta pelan, menerima cangkir itu dengan senyuman kecil.Mereka duduk berdampingan di bawah langit malam yang bertabur bintang. Untuk sesaat, tidak ada kata-kata yang terucap. Hanya suara angin yang menemani mereka.“Aku tahu sem

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Jejak masa lalu yang terungkap.

    Hari-hari berlalu setelah pertemuan Arleta dan Ana di kafe. Meski percakapan itu memberikan kejelasan, Arleta tetap tidak bisa sepenuhnya melupakan sosok Ana. Wanita itu bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang belum terungkap, sesuatu yang mungkin Mahen sembunyikan darinya.Sementara itu, Mahen tampak berusaha lebih keras untuk membangun kembali kepercayaan istrinya.Dia semakin sering membantu mengurus Mahesa, meluangkan waktu lebih banyak bersama keluarga, dan selalu memastikan bahwa Arleta merasa diperhatikan. Namun, di tengah upayanya itu, ada rasa khawatir yang diam-diam mengusiknya.Suatu sore, ketika Mahen sedang di kantor, Arleta menerima sebuah amplop tanpa nama yang diselipkan di bawah pintu rumah mereka. Dengan rasa penasaran bercampur was-was, Arleta membukanya. Di dalamnya terdapat foto-foto lama Mahen dan Ana, tampak mesra di sebuah acara yang jelas bukan sekadar pertemuan teman biasa.Hati Arleta mencelos. Dia merasa dikhianati lagi, meski Mahen tidak pernah mengaku

DMCA.com Protection Status