Home / Romansa / Gadis Pemuas Tuan Mahen / Mendapatkan pekerjaan baru.

Share

Mendapatkan pekerjaan baru.

Author: Kina nak kuningan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Ja-jaminan.” ucap Arleta tergagap.

Bagaimana bisa, ayahnya  menjadikan Arleta jaminan? 

Arleta bukan barang! Yang bisa seenaknya diberikan pada orang, sebagai jaminan hutang.

Lalu Arleta  menggeleng,” Tidak! Pasti ini bohong!” Arleta  masih menyangkal kenyataan yang baru saja dia ketahui.

“Ini asli Arleta. Disana terdapat tanda tangan ayahmu.” tunjuk pria tua itu.

Mata Arleta  mengikuti arah tangan bos rentenir ini. Memang benar disana ada tanda tangan ayahnya.

Bahkan dalam surat itu tertulis jika ayah Arleta mendatangi ini surat ini dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.

“Begini saja, tuan. Saya janji akan melunasi hutang ayah, tapi..”

“Tapi apa!” potong Pria tua itu.

“Tapi saya minta waktu, setelah saya mendapatkan pekerjaan, saya akan mencicilnya.” jawab Arleta. Dia terus menundukan kepala.

“Tidak bisa! Kau akan menjadi istri ke 5 ku! Dan kau tidak bisa menolak, ayahmu sendiri yang sudah memberikanmu padaku!” bentaknya, dengan suara tinggi. 

Arleta semakin menundukan wajah, takut dengan orang di hadapannya ini.

Bagaimana mungkin Arleta menikah dengannya? Bahkan umur Arleta sama dengan anak bungsu pria tua itu!

Arleta menggeleng kuat.”Tidak! Aku tidak mau!” tolak nya  dengan tegas.

Tiba-tiba Arleta berlutut di kaki pria tua.” Tuan. Saya mohon. Berikan saya waktu. Saya janji! Akan membayar, semua hutang ayah! Saya janji!” Arleta terus memohon.

Berharap pria itu, mau menerima permohonannya.

“Satu bulan! Saya beri waktu satu bulan! Untuk kamu membayarnya. Jika tidak? Kamu harus menikah dengan saya!” ucapnya..

Arleta  mengangguk mengerti.” Baik tuan. Saya janji akan melunasinya segera.” jawab Arletadengan penuh keyakinan.

Arleta  sampai tertidur dengan ingat masa lalu yang terus terngiang dan menjadi beban pikirannya saat ini.

________

Hari ini.

Arleta  kembali akan mencari pekerjaan. Pagi-pagi Alana sudah rapi. Tidak lupa Arleta menyiapkan berkas untuknya melamar pekerjaan.

“Arleta! Kamu mau kemana?” tanya seorang wanita muda, yang ternyata adalah teman Arleta.

Arleta menoleh.” Eh. Riri. Aku mau cari kerja.” jawab Arleta.

Wanita bernama Riri itu, mengangguk.” Leta, kebetulan di tempatku, sedang membuka lowongan pekerjaan. Kalau kamu mau, kamu bisa mencoba melamar kesana, tapi..”

Mendengar ucapan Riri wajah Arleta langsung berubah, penuh semangat.

“Tapi, kenapa Ri?” tanya Arleta menatap Riri dalam.

“Tapi, cuma jadi OG. Apa kamu mau?” tanya Riri memastikan. Sebenarnya tidak enak Riri mengatakan itu. Takut membuat Arleta  tersinggung.

Arleta bernafas lega.” Ya ampun Ri, aku kira apa. Tidak apa, yang penting aku bisa bekerja.” jawab Arleta.

Riri tersenyum, kemudian mengangguk.” Kalau memang kamu mau. Bisa mencoba melamarnya kesana Leta. Semoga berhasil!” ucap Riri, menepuk pundak sahabatnya.

Arleta mengangguk.” Terimakasih, Ri. Sudah mau membantuku.” 

“Tidak masalah Leta. Lagipula hanya kebetulan di tempat aku bekerja sedang ada lowongan. Oh. Iya. Aku pergi ya, takut kesiangan nanti.” ucap Riri, sambil melihat jam yang melingkar di tangan.

“Iya, silahkan.” jawab Arleta singkat.

“Atau mau bareng sekalian?” tawar Riri.

Arleta  menggeleng cepat. “Tidak usah. Aku harus pergi ke suatu tempat dulu.” tolak Arleta.

“Baiklah, kalau begitu. Aku jalan sekarang.” 

Arleta  hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Setelah kepergian Riri, Arleta  kembali melanjutkan langkahnya menyusuri jalanan ibu kota. Arleta melangkah dengan penuh semangat, semoga saja di perusahaan tempat Riri bekerja, menerimanya nanti.

Saat pagi seperti ini, jalanan ramai dengan kendaraan orang-orang yang hendak pergi bekerja. Namun tidak jarang banyak juga pejalan kaki sama dengan Arleta.

Kenapa Arleta  jalan kaki?

Padahalkan, biasa saja Arleta  ikut dengan Riri, karena tujuan mereka sama!

Tidak! 

Arleta  tidak ingin, menyusahkan orang lain. Gadis  memilih berjalan kaki, kan bisa sekalian olahraga.

Jam  baru saja menunjukan pukul delapan pagi, tapi matahari sudah sangat terik. Arleta  terlihat mengusap keringat yang merembes di dahinya  beberapa kali. 

Namun semangat Arleta tidak pudar, setelah beristirahat sebentar Arleta kembali melanjutkan  perjalanan.

Pukul Sembilan barulah Arleta sampai di perusahaan ECO COMPANY. Tempat dimana Riri bekerja.

Arleta berjalan ke  meja resepsionis.

‘’Selamat pagi, maaf saya dengar disini sedang membuka lowongan pekerjaan, saya ingin melamar.’’ ucap Arleta.

Wanita itu sempat memperhatikan penampilan Arleta, lalu mengangguk.

‘’Benar. Tapi sebagai OG, apa nona yakin?’’tanyanya.

Arleta mengangguk yakin.’’ Iya, saya yakin.’’ 

‘’Baik, jika begitu. Nona bisa langsung pergi ke ruangan HRD sebelah sana ruangannya.’’ ucap  wanita yang menjaga resepsionis itu menunjuk lorong sebelah kiri.

Arleta mengangguk mengerti.’’ Terimakasih.’’  Sahutnya.

Setelah itu Arleta langsung pergi melangkahkan kaki, menuju lorong  yang di sudah di beritahu. Arleta melangkahkan kaki pelan, matanya memperhatikan setiap ruangan yang dilewatinya.

Arleta  baru berhenti di ruangan paling ujung dimana ruang HDR berada.

Tok!

Tok!

 

Tok!

“Permisi.’’Panggil Arleta.

‘’Masuk!’’  

Arleta   menekan handle pintu setelah terdengar sahutan dari dalam.

Ceklek.

Pintu terbuka, Arleta   melangkahkan kaki masuk kedalam ruangan, terlihat di sana ada pria muda yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

“Permisi tuan, saya ingin melamar pekerjaan sebagai OG di kantor ini.’’ ucap  Arleta,dengan menundukan kepala tidak berani menatap pria di hadapannya ini.

Pria itu  tampak  menganggukan kepala.’’ Silahkan duduk.’’ Titahnya.

Arleta  hanya menjawab dengan anggukan kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan pria itu. 

Arleta mengeluarkan berkas yang dibawa, lalu menyerahkannya pada pria bernama Danu itu.

Arleta  tahu karena lihat dari name teks yang di pakai pria itu.

‘’Ini berkas-berkas saya tuan.’’   ucap Arleta, sambil mendorong map kehadapan Danu.

Danu menerimanya tanpa bicara apapun. Lalu membuka berkas milik Arleta, membacanya sebentar setelah itu melihat wajah Arleta  lalu berpindah kembali melihat berkas yang ada di tangannya.

Arleta hanya mampu diam sambil menundukan kepala, jantungnya saat ini sedang tidak baik, berdetak lebih dari biasanya.

Arleta  cemas, takut dirinya tidak di terima di perusahaan ini. 

‘’Kau yakin.akan melamar sebagai OG?’’ tanyanya menatap wajah Arleta dengan serius.

Arleta  mengangkat  wajah memberanikan menatap pria bernama Danu itu.

‘’Benar tuan. Saya mau asal saya bisa bekerja dan mendapatkan uang akan saya lakukan.’’ Jawab Arleta dengan sangat yakin.  

Danu mengangguk paham.’’ Baiklah. Kamu saya terima, dan bisa langsung bekerja mulai hari ini.’’ ucap Danu.

Wajah Arleta  langsung berbinar.’’ Benarkah tuan. Saya tidak sedang memimpikan!’’celoteh Arleta.

Danu mengangguk pasti.’’ Iya. Kamu bisa pergi ke ruang ganti nanti disana kamu akan mendapatkan pakaian seragam.’’

Saking senangnya Arleta  reflek memegang tangan danu, sambil terus mengucapkan terima kasih berkali-kali.‘’terimakasih tuan. Terimakasih!’’

‘’ya tuhan. Akhirnya. Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan.’’ teriak Arleta  girang.

Danu hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Arleta  yang menurutnya cukup absurd, baru kali ini Danu melihat orang yang sebagai itu mendapatkan pekerjaan. Padahal hanya menjadi OG tapi Arleta terlihat sangat bahagia.

Padahal wajah Arleta cukup cantik, jika hanya untuk jadi OG.

‘’Sudah sana, mau sampai kamu memegangi tangan saya seperti ini.’’ tanya Danu sambil terkekeh kecil.

‘’Eh.’’ Arleta  tersadar lalu melepaskan tangannya.

‘’Em. Maaf tuan. Maaf! tadi saya reflek saking bahagianya.’’ jawab Arleta  dengan   tersipu.

Related chapters

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Anda!

    Sesuai arahan Arleta langsung pergi ke ruang ganti bersama seorang kepala OB di sini.“Ini seragammu. Semoga betah.” ucapnya. Sambil menyodorkan baju pada Arleta.Arleta menerima baju itu.” Terimakasih, nama ku Arleta.” Kini giliran Arleta yang mengulurkan tangan.“Ami.” sahutnya, sambil menerima uluran tangan Arleta.“Cepatlah ganti. Nanti langsung saja pergi ke dapur. Disana kamu akan tahu pekerjaanmu nanti.” titahnya, setelah itu Ami langsung pergi meninggalkan Arleta.Setelah Ami keluar, Arleta langsung mengganti pakaiannya dengan seragam baru. Arleta tersenyum menatap dirinya di cermin.“Semoga kali ini, tidak ada halangan dalam pekerjaanku. Dengan begitu aku akan segera mendapatkan uang untuk membayar hutang.” “Semangat Arleta! Ingat! Jangan buat kesalahan lagi!” ucap Arleta menyemangati dirinya sendiri. Setelah itu Arleta langsung keluar dari ruang ganti dan berjalan menuju dapur dengan semangat empat lima.Tiba di pintu dapur Arleta menghentikan langkahnya sebentar. Dia mena

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Pria aneh.

    Laki-laki yang Arleta ketahui bernama tuan Mahendra itu melotot menatap Alana, yang juga sedang menatapnya. Namun dengan tatapan penuh kekhawatiran.‘Astaga! Kenapa bisa ada orang ini disini? Kalau sampai dia bilang sama yang punya perusahaan aku bisa kehilangan pekerjaan lagi.’ batin Arleta.“Hey! Kenapa kau ada disini!” bentak Mahen.Arleta terlonjak, kemudian menundukan pandangan.“Ma_maaf tuan. Sa_saya sedang beekerja disini.” jawab Arleta dengan tergagap. Lalu Arleta memberanikan diri mengangkat wajah, menatap laki-laki yang sedang memelototinya dari tadi.Arleta menjatuhkan alat kebersihannya begitu saja, lalu berlutut di hadapan Mehendra.“Tuan saya mohon maaf, atas kejadian tempo lalu. Saya mohon tuan, jangan bilang sama orang yang punya perusahaan ini, saya tidak ingin di pecat lagi tuan. Saya benar-benar sangat membutuhkan pekerjaan ini.” Arleta memohon dengan kedua tangan di tanggupka di depan dada.Pria itu tetap diam.‘Oh. Rupanya dia belum tahu kalau aku pemilik

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Gadis bar bar.

    Sangat mudah untuk Bas mencari tahu tentang Arleta, pagi ini Bas sudah mengantongi semua dan siap diberikan pada MahenKetika hari masih sangat pagi, Bas sudah keluar dari apartemennya, menuju rumah utama tempat dimana Mahen tinggal.Bas sengaja berangkat sepagi ini, karena akan membicarakan tentang informasi yang di dapatnya..Tidak butuh waktu lama untuk Bas sampai di rumah utama. Setelah mobilnya terparkir dengan baik, Bas segera turun dan melangkah masuk.Di rumah besar ini hanya ada Gio tinggal seorang diri, hanya ada beberapa pelayan dan juga penjaga rumah saja. Sesekali Bas juga menginap disana.“Tuan!” panggil Bas. Ketika susah tiba di depan pintu kamar Mahen.Bas mencoba membuka pintu namun tidak bisa.’’ Sepertinya tuan Mahen masih tidur.’’ Bas mengambil ponsel dalam saku celana, lalu menghubungi nomor Mahen. ‘’Astaga. Mengganggu saja!’’ keluh Mahen. Perlahan pria itu membuka mata, tangannya meraih ponsel yang ada di atas nakas.‘’Bas. Ini masih sangat pagi, kenapa dia su

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Obat perangsang.

    “Tuan, saya turun disini saja.’’ ucap Arleta saat mobil Bas tiba di pintu gerbang kantor.Tanpa menunggu jawaban dari Mahen, Bas menghentikan mobilnya tepat di samping pintu masuk. Setelah mobil berhenti Arleta segara membuka pintu.‘’Tuan terima kasih atas tumpangannya.’’ ucap Arleta, sebelum dia benar-benar turun.‘’Hem.’’ sahut Ma singkat. Setelah Arleta benar-benar turun Bas langsung melajukan mobilnya kembali masuk kedalam pekarangan gedung. Sedangkan Arleta berjalan di belakang.Arleta bersyukur, tadi dia mendapatkan tumpangan kalau tidak, Dia pasti akan kesiangan . Arleta buru-buru masuk ke dalam ruang ganti, setelah berganti pakaian Arleta langsung menuju dapur. Bersiap untuk menjalankan tugas. Seperti biasa di dapur sudah ada pembagian tugas masing-masing, hari ini Arleta kebagian tugas membersihkan ruangan di lantai tiga.Di lantai lain, tepatnya di ruangan presdir Mahendra sedang sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas meja. Pria itu terlalu fokus sehingga

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Kesucian yang di renggut..

    Mehen mendorong tubuh Arleta hingga gadis itu jatuh terlentang diatas sofa empuk yang ada di ruangan presdir. Mehen langsung menindih Arleta dan melanjutkan mencumbu gadis itu dengan brutal.“Tuan! Berhenti! Tolong jangan lakukan ini!” Arleta memohon dengan mengiba. Tapi pria di atasnya ini seakan tuli tidak mendengar jerit tangisnya.Tangis dan rengekan Arleta seperti musik yang membuat Mahenra semakin bernafsu. Puas bermain di area leher kini Mahendra mencium bibir Arleta kembali dengan brutal menyusuri setiap rongga mulut gadis di bawahnya. Tangan Mahen bergerak meremas payudara Arleta yang berukuran sedang namun sangat pas ditangan Mehendra, tangan satunya pria itu digunakan untuk memegang tangan Arleta agar tidak bisa berontak.“Empt..”“Empt..” Arleta berteriak tertahan, nafasnya hampir habis akibat ulah Mahen.Pria itu melepaskan ciumannya, membiarkan Arleta mengambil oksigen. Matanya menatap dua buah gunung yang sangat indah di balik kaos yang Arleta kenakan.Dan…Srek!“Tid

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Tidak akan kembali seperti semula.

    Arleta langsung menyambar jubah mandi dari tangan Mahen, lalu dengan cepat memakainya. Dari pada dia harus telanjang di hadapan laki-kali brengsek yang telah merenggut masa depannya.“Aw!” Arleta terpekik, saat akan berdiri, area di bawah sana terasa sangat sakit dan ngilu ketika dibawa untuk bergerak.“Biar saya bantu!” Mahen hendak memegang tangan Arleta. Tapi cepat ditepis oleh gadis itu.“Tidak perlu!” tolak Arleta dengan kasar.Mahen menghela nafas kasar.Sedangkan Arleta, dia berjalan dengan tertatih menahan rasa sakit. Dengan pelan Arleta masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Mahen segera menghubungi Bas, ketika Arleta sudah benar-benar masuk kedalam kamar mandi.“Bas. Carikan aku pakaian wanita. Cepat! Bawa keruanganku sekarang!” titah Mahen, begitu panggilan bari terhubung.“Pakaian wanita?” tanya Bas dengan nada heran.“Iya! Cepat!”“Tapi tuan…”“Kalau kau terus bertanya! Kapan kau akan berangkat mencarinya. Nanti aku akan jelaskan setelah kau bawa pakaian itu kemar

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Cepat dobrak!

    “Arleta kamu sakit?” tanya Ami ketika melihat Alana yang pucat.“Sepertinya begitu. Apa boleh hari ini aku izin?” Arleta terpaksa berbohong, demi kebaikannya sendiri. “Pulanglah! Dan segera pergi ke dokter.” Arleta mengangguk.” Terimakasih.”Ami mengangguk.” Sama-sama. Semoga lekas sembuh.” ucap Ami.Setelah mendapatkan izin Arleta langsung mengambil tasnya yang ada di ruang ganti. Setelah itu langsung melangkah keluar dari perusahaan ini. Di ruang presdir.“Bagaimana kalau gadis itu. Membocorkan masalah ini di luaran? Bisa hancur nama baik yang selama ini aku jaga.” ucap Mahen. Terlihat sangat khawatir. Dari tadi pria itu terus mondar mandir tidak jelas di ruangannya. Bas yang melihatnya pun menjadi pusing.“Tenanglah tuan! Duduklah! Jika anda terus mondar mandir seperti ini, saya malah ikutan pusing.” tegur Bas.Mahen menurut, langsung duduk kembali di kursinya.“Begini saja tuan. Bukankah, tuan tadi mengatakan punya penawaran untuk Arleta? Bagaimana sore nanti kita datengin

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Ikut atau tidak.

    Cepat angkat bodoh! kenapa malah diam di situ.” bentakan Mahen cukup menyadarkan Bas.“Eh. Iya tuan.” Dengan cepat Bas, mengangkat tubuh Alana yang terkulai lemas. Setelah itu Bas berjalan dengan sedikit berlari menuju mobil sambil membopong tubuh Arleta.Sedangkan Mahen, berjalan di belakang Bas. Tidak lupa Mahen juga menutup pintu rumah Arleta. Pria itu berlari menyusul Bas, lalu membukakan pintu mobil.Bas segera menidurkan Arleta di kursi belakang, setelah itu baru Bas ikut masuk kedalam mobil, sebelumnya tadi Mahen sudah masuk, dan duduk di kursi depan.“Cepat Bas! Kau lambat sekali.” protes Mahen.Mahen menoleh ke belakang, untuk melihat kondisi Arleta. Dengan perasaan khawatir.“Ini sudah ngebut tuan!” jawab Bas. Lalu menambah kecepatan laju mobilnya.Baru kali ini, Bas melihat Mahen begitu peduli dengan wanita, apalagi hanya seorang Office Girl. Atau mungkin karena kejadian siang tadi? ‘Ah! Tapi, ya sudahlah!’Setelah empat puluh menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di rum

Latest chapter

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Kebahagian sebagai orang tua baru

    Bab Selanjutnya: Kebahagiaan Sebagai Orang Tua BaruHari-hari awal bersama Mahesa dipenuhi dengan keajaiban dan kekacauan. Mahen dan Arleta, sebagai orang tua baru, merasakan cinta dan kebahagiaan yang tak terlukiskan saat mereka menyaksikan tumbuh kembang bayi mereka.Setiap pagi, suara tangisan Mahesa menjadi alarm alami yang menyentak mereka dari tidur. Meskipun terkadang membuat mereka kelelahan, suara itu selalu diiringi dengan senyuman dan rasa syukur. Mahen sering bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan bagi Arleta, sementara Arleta bersiap untuk menyusui Mahesa."Selamat pagi, bintang kecil kita," Mahen sering menyapa Mahesa dengan lembut saat mengganti popoknya. Mahesa, dengan matanya yang besar dan ceria, seolah memahami setiap kata yang diucapkan ayahnya.Arleta tidak pernah lelah mengagumi betapa cepatnya Mahesa tumbuh. "Lihat, Mahen! Dia sudah mulai tersenyum!" serunya suatu pagi saat Mahesa mengeluarkan senyum pertamanya."Mungkin dia merasakan cinta kita," jawab Mahe

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Lahirnya Mahen junior.

    Matahari terbenam dengan indah di cakrawala, memberikan cahaya keemasan yang menyejukkan. Di tengah kota yang sebelumnya dilanda ketegangan, kini terhampar suasana harapan dan kebahagiaan. Mahen berdiri di balkon rumahnya, mengamati langit yang berubah warna, merasakan damai yang telah lama ditunggu. Setelah berbulan-bulan berjuang melawan Ganesha Corporation dan para anteknya, kini semua itu telah berakhir.Kabar penangkapan Alexander dan seluruh jaringan kejahatan Ganesha Corporation menyebar cepat. Media melaporkan detail demi detail tentang bagaimana bukti yang mereka kumpulkan akhirnya membawa keadilan bagi semua korban. Mahen dan Bas, bersama dengan Inspektur Raka, telah bekerja tanpa lelah untuk memastikan bahwa semua yang terlibat dibawa ke pengadilan.Kini, dengan kasus yang hampir sepenuhnya terpecahkan, Mahen merasakan beban yang selama ini menggelayuti pundaknya perlahan-lahan sirna. Dia tidak hanya merasa lega, tetapi juga bersyukur. Dalam kekacauan yang telah mengha

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Akhir dari peperangan.

    Pagi itu, matahari bersinar terang, seakan memberi pertanda baik setelah malam penuh ketegangan yang Mahen dan Bas lalui. Di dalam kantor polisi, Mahen duduk bersama Inspektur Raka dan Bas, di depan mereka terbentang dokumen-dokumen penting.Bukti yang selama ini mereka kejar untuk menghancurkan Ganesha Corporation dan Alexander.Mahen menghela napas dalam, mengingat peristiwa di apartemen Sandi. Meskipun mereka lolos dari cengkeraman anak buah Alexander, rasa gentar tidak sepenuhnya hilang. Waktu semakin sempit, dan mereka harus bergerak cepat sebelum Ganesha melakukan langkah besar untuk menutup mulut mereka.“Kita punya semuanya di sini,” ujar Inspektur Raka, membuka pembicaraan dengan nada penuh keyakinan. “Bukti bahwa Ganesha Corporation tidak hanya terlibat dalam kebakaran bisnis kamu, Mahen, tapi juga dalam jaringan kejahatan terorganisir yang lebih luas. Uang gelap, penyuapan pejabat, dan perdagangan ilegal. Semuanya terhubung melalui berbagai perusahaan cangkang, dan Alexa

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Bayangan di tengah bahaya.

    Ketika malam mulai menyelimuti kota, Mahen duduk di ruang kerjanya, memandangi berkas-berkas yang berserakan di atas meja. Di balik dokumen itu, ada kenyataan yang semakin terang, seiring dengan ancaman yang semakin membayang. Alexander, Ganesha Corporation, Aditya. Semuanya terhubung dalam jaringan yang rumit, dan Mahen tahu, langkah berikutnya akan menentukan segalanya. Di satu sisi, ada keluarganya, terutama Arleta, yang kini sedang mengandung. Di sisi lain, perang ini menuntut lebih banyak pengorbanan.Namun, di tengah ketegangan itu, kabar baik tetap datang. Arleta masuk ke ruang kerja, senyumnya yang menenangkan langsung membuat suasana berubah. Perutnya semakin membesar, tanda bahwa bayi mereka tumbuh sehat. Ada keajaiban dalam kehadirannya, meski bayang-bayang ketakutan terus mengepung mereka."Apa kamu baik-baik saja?" tanya Arleta sambil mendekat, merasakan kelelahan yang tak bisa disembunyikan dari wajah suaminya.Mahen tersenyum, meskipun lelah. "Ada banyak yang harus

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Perang di balik bayang-bayang.

    Ketika Mahen keluar dari ruang pertemuan, udara terasa menyesakkan. Pembicaraan dengan Alexander tidak berjalan seperti yang dia harapkan. Pria itu bukan sekadar musuh, melainkan cerminan dari segala kekuasaan gelap yang siap menelan siapa pun yang berani menentangnya. Mahen tahu, semakin dia menggali lebih dalam, semakin berbahaya posisinya. Alexander bukan sekadar lawan yang bisa dia kalahkan dengan cara biasa, pria itu adalah monster yang siap melahap seluruh hidup Mahen dan keluarganya.Bas menunggu di dekat mobil, wajahnya menampakkan kekhawatiran. "Bagaimana, Tuan?" tanyanya pelan ketika Mahen mendekat.Mahen menarik napas panjang, membiarkan udara mengisi paru-parunya sebelum berbicara. "Alexander tidak akan menyerah begitu saja. Dia tahu apa yang kita lakukan. Tapi kita berhasil mengguncangnya. Dia tahu kita punya bukti."Bas mengangguk, meskipun matanya tetap waspada. "Itu kabar baik, tapi saya rasa kita harus lebih hati-hati sekarang. Alexander punya sumber daya yang sa

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Terjepit, antara dendam dan harapan.

    Malam itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Mahen duduk di depan komputer, jari-jarinya mengetik dengan cepat, mencoba menggali informasi lebih dalam tentang Alexander dan koneksinya dengan Ganesha Corporation. Di layar, nama Alexander terus muncul, melibatkan pria itu dalam berbagai transaksi gelap yang melibatkan pengiriman barang ilegal, suap politikus, hingga proyek yang tampak bersih di permukaan namun penuh dengan korupsi di dalamnya.Bas berdiri di belakang Mahen, menatap layar dengan sorot mata tajam. "Ini lebih besar dari yang kita kira," katanya sambil melipat tangannya di dada. "Ganesha dan Alexander tidak hanya menyerang bisnis kita. Mereka menguasai segalanya, politik, hukum, bahkan aparat keamanan. Kalau kita salah langkah, kita bisa lenyap tanpa jejak."Mahen tidak menjawab, matanya masih tertuju pada layar, mencoba menemukan pola di balik semua transaksi ini. Satu hal yang jelas baginya adalah Alexander bukan sekadar musuh bisnis. Ini adalah serangan pribadi

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Langkah di tengah ancaman.

    Matahari pagi menyembul di antara kabut tipis, menyinari rumah kecil yang kini menjadi tempat perlindungan Mahen dan keluarganya.Cahaya itu membawa sedikit kehangatan, namun ketegangan yang menggantung di udara masih belum hilang. Mahen duduk di meja kayu kecil di ruang tamu, matanya terfokus pada peta yang terbentang di depannya. Pria itu sedang mempelajari setiap sudut jalan, setiap celah yang mungkin bisa mereka manfaatkan untuk melarikan diri atau bersembunyi lebih baik. Namun di kepalanya, Mahen tahu bahwa lari bukanlah solusi selamanya.Bas muncul dari dapur, membawa dua cangkir kopi. "Saya sudah berbicara dengan kontak kita tadi malam," katanya sambil meletakkan cangkir di depan Mahen. "Mereka setuju untuk membantu kita, tapi kita harus bergerak cepat. Ganesha semakin kuat."Mahen mendengarkan dengan seksama, namun pikirannya terus berputar. Di satu sisi, Mahen tahu bahwa musuh mereka semakin mendekat. Di sisi lain, pikirannya kembali pada Arleta dan kabar kehamilan yang ba

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Diantara Kehidupan dn Ancaman.

    Mobil Mahen melaju kencang di bawah langit malam yang kelam, meninggalkan jejak di jalanan sepi. Di belakangnya, bahaya yang tak terlihat terus membayangi. Bas, yang duduk di kursi pengemudi, sesekali melirik spion, memantau jalan di belakang mereka dengan kecemasan yang tak tersuarakan. Arleta, yang duduk di kursi belakang, menggenggam erat tangannya di atas perutnya. Ada ketegangan di setiap sudut mobil itu. Namun dibalik ketakutan yang menyelimuti mereka, ada sesuatu yang lain yang mulai tumbuh dalam hati Arleta, sebuah kehidupan yang baru.Mahen tahu bahwa ini lebih dari sekadar melarikan diri. Di balik setiap rencana jahat Ganesha, ada sesuatu yang lebih besar yang harus Mahen lindungi sekarang, keluarganya. Ancaman yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya kini tidak hanya menyasar dirinya atau bisnisnya, tapi orang-orang yang dia cintai.Bas menoleh ke arah Mahen, memecah keheningan yang menyesakkan. "Tuan, kita harus mencari tempat yang aman untuk sementara waktu. Ganesha m

  • Gadis Pemuas Tuan Mahen   Bayang-bayang penghancuran.

    Malam di pelabuhan telah berlalu, tapi suasana tegang itu belum memudar dari benak Mahen. Perburuan mereka terhadap Alexander hanya memberikan sepotong kecil dari teka-teki besar yang belum terselesaikan. Meski pria itu telah ditangkap, perasaan bahwa ada kekuatan yang lebih besar masih bersembunyi di balik kegelapan terus menghantui Mahen. Ganesha Corporation masih di luar sana, merancang sesuatu yang lebih berbahaya.Pagi itu, Mahen duduk di ruang kerjanya, memandangi catatan yang berserakan di mejanya. Tumpukan dokumen, laporan, dan catatan dari polisi seolah menatapnya dengan ancaman yang tak tersuarakan. Di tengah lautan informasi itu, ada satu nama yang kini menghantui setiap langkah penyelidikannya, Indra Jaya Trading. Perusahaan cangkang itu mungkin tampak kecil, tapi dibalik dindingnya tersembunyi kekuatan yang lebih besar dari yang bisa dibayangkan.Mahen meraih secangkir kopi yang sudah mendingin di meja, menghela nafas panjang. Malam yang tidak tenang dan pikiran yang t

DMCA.com Protection Status