Waktu terus berlalu, hingga tak terasa telah memasuki usia tiga tahun Maria bekerja di firma hukum Yama. Di sana ia mendapat penghormatan serta penghargaan atas kerja kerasnya.Dan berkat jeri payahnya pula Maria memenangkan penghargaan sebagai kategori pengacara wanita terpopuler sekaligus berkopeten.Maria sangat bahagia atas pencapaiannya itu. Pun Leo serta keluargnya yang tak jauh beda dari wanita tersebut.Akhirnya, setelah sekian lama berjuang memperdalam ilmu, Maria menemukan jati diri yang sesungguhnya."Selamat ya atas pencapaianmu selama ini. Aku bangga padamu," ucap Leo setulus hati saat menghadiri acara penghargaan Maria."Terimakasih. Ini semua tak lain berkat dukungan darimu," balas Maria terharu."Selamat ya, Nak. Akhirnya kau memenangkan penghargaan itu. Ibu dan Ayah bangga padamu," Lisa yang merupakan Ibu Leo, menjadi saksi hidup betapa kerasnya Maria berjuang dalam menggapai cita-citanya.Maria telah melalui banyak hal untuk itu. Sampai akhirnya ia menjadi seorang pe
"Mengapa kau lakukan ini padaku, Mark? Aku adalah istrimu," tukas Casandra makin emosi.Setiap hari Mark terus mengabaikan dirinya. Meski tinggal dalam satu atap yang sama. Mereka lebih tepat disebut sebagai sepasang manusia asing yang tidak saling mengenal satu sama lain.Betapa tidak, Mark tak pernah menyapa Casandra di dalam rumah itu, walau ia nyaris menginjak kakinya sekalipun.Kebencian serta kemarahan Mark terhadap wanita itu telah mendarah daging. Terutama saat ia sadar, bahwa dirinya telah dinikahi oleh Casandra.Saat itu Mark masih dirundung kekalutan, karena ditinggal Maria. Setiap hari ia mabuk berat, karena insomnia yang dialaminya kembali kambuh.Dan untuk mengobati penyakit tersebut Mark harus mengkonsumsi beberapa botol alkohol setiap malam. Alhasil Casandra pun memanfaatkan hal tersebut untuk mengganti status sebagai istri Mark."Istri? Sejak kapan kau menjadi istriku? Bukankah aku telah mengajukan pembatalan pernikahan ke catatan sipil?" balas Mark, mempermalukan Cas
Casandra mengacak-acak seluruh kamarnya. Sebab, mengetahui fakta, bahwa Maria telah kembali.Wanita itu ibarat ancaman besar baginya. Seolah posisi yang susah payah ia dapat segera tergantikan.Belum lagi beberapa waktu lalu ia menemukan fakta terbaru terkait Maria, yaknia Ibu satu anak itu telah menjadi seorang pengacara sukses yang belum lama ini memenangkan penghargaan bergengsi.Mengetahui fakta itu pun tingkat kecemburuan Casandra semakin bertambah kadarnya. Ia tidak pernah menduga bila gadis yang dahulu ia remehkan, justru menjelma menjadi sosok yang kuat dibalik pengamanan hukum."Maria lagi, Maria lagi! Aakk..." teriak Casandra seraya membanting vas bunga dari atas nakas.Wanita itu berteriak frustasi. Mengacak-acak seluruh ruang itu seperti orang kesurupan. Rambut yang tertata rapi, kini grasak-grusuk bagai gelandangan.Seorang model papan atas, menangisi seorang pria yang tak pernah berpihak padanya. Sungguh nasib yang malang.Di depan media ia menunjukkan sisi lain tentang
Sekujur tubuh Maria terasa kaku. Kaki jenjangnya tak dapat melangkah. Tenggorokan pun bagai terasa menelan duri.Luka lama yang mulai mengering, kini menganga kembali.Maria terjebak dalam kasus yang dihadapi Tuan Anderson. Hingga mempertemukan ia bersama seseorang yang tak ingin dilihatnya seumur hidup."Mark." Sialnya, kali ini Mark justru bersandiwara. Seolah ia baru pertama kali bertemu Maria.Maria enggan menerima uluran tangan Mark. Ia hanya menatap nanar jemari yang dulu membelainya dengan penuh kasih itu."Maria." Hingga akhirnya ia memberanikan diri menjabat tangan Sang mantan suami. Berupaya untuk tetap profesional. "Karena kalian sudah saling mengenal satu sama lain. Bagaimana kalau kita memesan makanan sambil membahas kasus?" seloroh Anderson."Tidak masalah," sahut Mark santai."Bagaimana denganmu, Nona? Apa kau juga bersedia?" Anderson memang antusias. Namun, ia masih menjaga privasi Maria. Tidak ingin melanggar kredibilitas wanita itu.Sejenak Maria melirik Mark yang s
Kini pria yang tak ingin ku sebut namanya itu berjalan kearahku dengan gagah perkasa. Postur tubuh semampai, masih belum berubah.Mark tidak berubah sama sekali. Wajahnya masih tetap awet tanpa keriput yang menghiasi. Pun rambutnya tidak memutih. Padahal usia pria itu telah memasuki empat puluh lima tahun. Apakah ia mewarnainya? Ah sudahlah, itu bukan urusanku. Ada wanita lain di luar sana yang lebih berhak atas dirinya.Mark melayangkan tatapan yang sulit untuk ku artikan. Namun, sukses membuatku ketakutan.Aku sangat mengenal pria itu. Dia diam, tetapi pelan-pelan menghanyutkan. Sikapnya yang saat ini seolah tak mengenalku, hanyalah sebuah tipuan.Dan terbukti benar, kini ia menerobos masuk ke dalam kamar hotel yang ku pesan sembari menciumku secara brutal. Hingga aku terkejut luar biasa.Aku berusaha untuk mendorong tubuh kekar Mark. Namun, tenagaku kalah telak. Mark mengunciku, hingga tak dapat bergerak sama sekali.Akhirnya aku memalingkan wajah, merasa jijik disentuh olehnya. Su
Maria Pov.Sehari setelah insiden pemerkosasan itu, kami dipertemukan kembali dalam sebuah kasus penggelapan dana yang melibatkan Tuan Anderson sebagai penggugat. Dan Mark selaku saksi.Takdir Tuhan sungguh aneh dan tak masuk akal. Orang yang selamanya ingin ku hindari, justru berjalan kearahku kembali. Benar-benar sial.Aku yang nyaris tak profesional ketika berada di dekat Mark. Sementara pria brengsek itu tampak biasa saja. Seolah tak terjadi apa-apa diantara kami.Padahal nyeri pada area selangkanganku masih jelas terasa. Betapa tidak, delapan tahun lamanya tak bercumbu, tiba-tiba dipaksa untuk melakukannya."Nona Maria, apakah semua bukti yang mengarah ke tergugat sudah rampung? Jika iya, aku rasa ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pelaporan ke pihak berwajib. Dengan begitu mereka akan menidak lanjuti terkait kasus kita." Perkataan Tuan Anderson memecah lamunanku."Ah iya, aku rasa juga begitu. Berhubung semua bukti sudah lengkap," balasku tak bersemangat.Dapat ku rasak
Maria Pov.Alasan yang tidak masuk akal. Mark mengumpanku dengan sebuah kasus semu. Hebatnya lagi, pria itu menyusun segala sesuatunya secara rapi dan epik, hingga tak ada cela untuk membuatku curiga.Dan berhasil, aku pun terjebak dalam ruang lingkup Mark. Lelaki yang selamanya ku benci sepenuh hati."Mengapa kau memperlakukanku seperti ini, Mark? Bukankah sudah delapan tahun berlalu? Kau pun telah membangun kelurga baru bersama Casandra. Lalu apa lagi yang kau inginkan dariku?" Aku tak habis pikir pada cara Mark.Mengapa dia harus repot-repot menghukumku selayaknya penjahat. Padahal dia sendiri telah menikah.Jika ini masih mengenai kepercayaan dan perselingkuhan. Bukankah Mark sendiri telah merusak kepercayaanku dengan menikahi Casandra?Sedangkan dulu ia dengan tegas dan lantang menyatakan, bahwasanya tak akan menjilat ludah sendiri. Nyatanya pria itu telah kembali pada wanita sebelum aku. Bukankah itu sama saja dengan selingkuh? Lalu mengapa dia harus mengumpanku sedemikian rupa?
Author Pov."Apa ini, Mark?" Casandra membanting nokta merah ke atas ranjang Mark. Nokta yang baru saja dilayangkan untuknya."Bukankah kau tidak buta huruf?" jawab Mark seraya merapikan dasinya dengan santai."Aku tahu, tapi apa maksudmu memberiku surat ini?!" tanya Casandra sekali lagi. Meminta penjelasan Mark."Mengapa? Apa kau takut kehilangan status sebagai Nyonya Mark?" Lagi, Mark menanggapi dengan santainya pertanyaan Casandra sembari mengenakan jas."Jawab aku, Mark!" hardik Casandra tujuh oktaf lebih tinggi.Lantas Mark berdiri menghadap Casandra seraya memasukan tangan ke dalam saku celananya sembari berkata, "Bukankah kau menolak pembatalan nikah? Jadi, aku memberimu surat cerai itu.""Apa?" Casandra nyaris kehilangan kata-kata begitu Mark membungkamnya dengan satu kali telak.Dulu ia sangat lantang menolak pembatalan pernikahan yang dilayangkan Mark. Casandra tetap bersi kukuh mempertahankan pernikahan itu.Sekarang wanita itu pun harus gigit jari, karena Mark telah menand