Cukup lama terdiam, terduduk dengan wajah begitu bimbang, antara ia atau tidak Lian harus menjawab permintaan Ginda tersebut.
Terduduk bersandaran dengan terus memperhatikan wajah wanita berhijab dihadapannya, wajah ayunya seakan penuh harap, berharap agar Lian mau membantunya.Namun apakah permintaan Ginda ini tidak keterlaluan? Lian diminta menjadi pacar gelap sandiwaranya dihadapan suaminya sendiri.Sama halnya Lian harus masuk ke kandang singa yang sedang tertidur, yang sewaktu waktu akan menerkamnya setelah ia terbangun."Pak, bagaimana? saya mohon bantu saya ya."Kembali terdengar panggilan itu yang membuat Lian akhirnya menghela nafas berat."Yasudah, saya mau membantumu," jawab Lian yang membuat Ginda sedikit tersenyum.Entahlah apa alasan Lian menerima permintaan aneh itu, yang jelas ia tak tega melihat Ginda memohon terus menerus dengannya.Ditengah tengah perbincangannya, tiba tiba...Dreet dreet!"Apa yang terjadi sama Ginda, Vin. Kenapa dia aneh?" tanya Sukma pada Marvin yang pandangannya terus tertuju pada tubuh Ginda yang kini sudah menghilang."Aku tidak tau, Bu. Dari kemarin dia aneh begitu, apa dia marah karena aku mengajaknya pulang lebih cepat dari rencana kita?""Tapi kayanya ada hal lainl yang terjadi pada Ginda saat ini, Vin. Marvin, kamu harus berusaha memperbaiki hatinya, karena bagaimana pun kamu harus tetap melanjutkan misimu, membuat Ginda jatuh cinta agar posisimu tidak terancam," ucap Sukma yang membuat Marvin perlahan mengangguk.Tak menunggu lama kini Marvin pun melangkahkan kakinya masuk, dan mencari Ginda diruang kamarnya.Ia dapati Ginda yang masih terduduk dengan pandangan merenung disana, karena penasaran dengan apa yang terjadi pada istrinya, kini Marvin pun mendekat, terduduk sejajar dengan Ginda.Melihat Marvin mendekat, rasanya Ginda tak ingin memandang wajah itu, karena jika terlalu lama memperhatikan
Malam ini.Ginda dan Marvin berada dalam satu tempat tidur, namun Ginda yang sejak tadi membelakangi Marvin tak ingin menghadapnya, sementara Marvin yang kini sudah terpejam, namun Ginda masih tak dapat memejamkan matanya.Pikirannya masih gundah dengan perkara yang membuat hidupnya runyam, entahlah apa ia harus menderita terus seperti ini? Ditengah tengah lamunannya, tiba tiba...Duaaaarr!Suara Guntur dan petir disertai lampu yang padam membuat Ginda seketika tersentak."Astafirullah alazim," ucapnya terkejut dan seketika memeluk tubuh Marvin.Kini ruangan pun gelap gulita hanya ada suara dan cahaya petir yang berulang kali terdengar membuatnya meringkuk ketakutan. Petir dan kegelapan adalah hal yang paling menakutkan untuk Ginda, karena kebutaannya selama ini ternyata menjadi sebuah trauma baginya.Sementara petir dan guntur yang terus bersahutan disertai hujan lebat yang membuat cuaca seketika ekstrim. Mera
"Kenapa Ginda tega? apa terjadi sesuatu pada Ginda hingga ia melakukan semua ini?" gumam Sukma yang terus memperhatikan perseteruan pagi ini dihadapannya.Tak lama kemudian.Terlihat mobil Lian yang terhenti dihalaman rumahnya, membuat Marvin seketika memperhatikan mobil itu dan berjalan mendekat. Saat Lian kini keluar dari mobilnya langsung saja...Buuuugghhh!"Mass..."Sebuah tonjokan mendarat diwajahnya, membuat Lian seketika tersurung ketanah, kejadian itu berbarengan dengan teriakan Ginda yang terkejut melihat entengnya tangan Marvin melempar kepalannya ke wajah Lian, tatapan bengis dari wajah Marvin menatap begitu tajam."Laki laki tak tau diri, kau berani mendekati wanita yang sudah bersuami seperti dia," ucapnya menunjuk Ginda dengan begitu marah.Dengan cepat Ginda mendekati Lian hendak menolong, namun tiba tiba..."Sentuh laki laki itu kalau kamu mau menjadi istri durhaka."Terdengar ucapan it
Sementara Ginda dan Lian yang kini sedang dalam perjalanan menuju kampus, Lian yang berulang kali mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya, melihat itu Ginda merasa bersalah karena membantunya Lian jadi terluka."Pak, Maafin saya ya, karena menolong saya Bapak jadi luka begini," ucap Ginda yang terus memperhatikan wajah Lian dari samping."Tidak apa, Nda. Saya sudah tau jika hal ini pasti terjadi. Suami mana yang tak marah kalau lihat istrinya jalan sama laki laki lain?" jawab Lian yang membuat Ginda menunduk.Apakah ia keterlaluan? memperlakukan suaminya seperti ini. Tapi, bukankah Marvin lebih keterlaluan yang tak bertanggung jawab atas kesalahan yang ia perbuat."Berhenti sebentar, Pak," ucap Ginda tiba tiba."Ada apa, Nda?""Sebentar aja."Akhirnya Lian pun menepi dan menghentikan mobilnya seperti permintaan Ginda. Entahlah mengapa Lian begitu patuh pada mahasiswinya itu?Kini Ginda meraih sebuah tisu
Hari demi hari berlaluGinda dan Lian yang semakin hari semakin sukses akan sandiwaranya, membuat Marvin geram dan merasa kecewa, entah apa karena Marvin mulai mencintai Ginda atau hanya karena tak ingin dipermainkan?Karena seorang Marvin Marcello tak akan tinggal diam jika dipermainkan begitu saja.Hari ini kembali Ginda yang pulang bersama Lian, kedekatannya semakin terlihat akrab dipandangan Marvin dan Sukma, walau sebenarnya mereka hanya bersandiwara namun mereka berhasil membuat Marvin kalang kabut.Bahkan Marvin sempat tidak fokus dengan pekerjaannya perkara yang sedang terjadi ini, hatinya bimbang antara rasa sakit hati dan takut terancam oleh Ginda. "Ginda," panggil Marvin kala kini Ginda melintasinya begitu saja, langkahnya yang hendak memasuki ruang kamar seketika terhenti kala Ginda mendengar panggilan itu."Saya mau bicara," tambah Marvin pada wanita berhijab yang tidak menoleh itu. Ginda membiarkan Marvin memperhat
"Bagaimana keadaan Ginda, dok?" tanya Sukma setelah dokter selesai memeriksa Ginda."Ginda sakit apa, dok?" tambah Marvin, sementara Ginda yang hanya terdiam terbaring lemah."Istri Tuan tidak sakit, hanya saja dia sedang mengandung," jawab dokter wanita yang membuat Marvin, Sukma dan Ginda terbelalak."Apa, hamil?""Ya, usianya kehamilannya memasuki dua minggu, untuk menjaga kesehatan Ibu dan anak jangan lupa selalu beri support ya, Tuan. Ini saya buatkan resep vitamin untuk kekebalan janinnya," ucap dokter seraya menulis resep obat dan diberikannya pada Marvin.Entah akankah mereka bahagia atas kehamilan ini? sementara secara tidak langsung talak telah diucapkan oleh Marvin, dan jika sekarang Ginda hamil, tandanya perceraian itu tidak akan terjadi."Tuan bisa tebus resep ini di apotik ya," ucap dokter yang membuat Marvin perlahan mengangguk.Tak menunggu lama, kini dokter pun meninggalkan rumah Marvin. Sementara Ginda
Malam ini.Ginda yang tiba tiba terbangun karena merasa dahaga, ia berjalan keluar kamarnya dan menuju ruang makan untuk menuang air putih dalam gelas yang telah ia siapkan.Ia pun menenggaknya hingga tandas, namun tiba tiba sebuah mangga muda yang kini melintasi pikirannya, membuatnya seketika ingin sekali memakannya."Kenapa aku pengen mangga muda ya?" gumam Ginda yang kemudian melirik jarum jam yang telah menunjukan pukul 23:00."Yah udah malam, emang masih ada penjual buah yang buka jam segini?" tambahnya.Namun karena rasa ingin yang tak tertahan lagi, akhirnya Ginda memutuskan untuk keluar rumah, ia berjalan kaki menuju kios buah yang tak jauh dari komplek perumahannya."Mudah mudahan masih buka deh."Langkahnya terus berjalan tanpa henti, sementara Lian yang melintas melewati Ginda, seketika ia menghentikan mobilnya kala melihat wanita berhijab itu berjalan sendiri."Itu Ginda? ngapain sih malam malam gin
Bruuukkk!Marvin yang tiba tiba melempar sebuah koper dihadapan Ginda, hingga membuat Ginda terkejut dan terbelalak."Pergi dari rumah saya!" ucap Marvin tanpa memandang, rasanya ia tak sudi melihat wajah wanita yang ia anggap telah berkhianat itu.Sejenak terdiam, Ginda tau ini adalah bagian amarah dari Marvin, dan sepertinya memang ini resiko yang harus ia tanggung, atas sandiwara yang telah ia lakukan, perlahan Ginda pun meraih koper tersebut. Sementara Sukma yang melihat itu pun bergegas menghampiri."Apa kalian tidak bisa menyelesaikan masalah ini secara baik baik? Marvin, ini bukan jalan yang harus kalian tempuh.""Ibu masih mau membela wanita ini? sudah jelas jelas dia yang membuat perkara ini, Bu. Jadi jangan lagi membela dia atau pun melarangku untuk mengusir dia dari rumah ini. Toh dia sudah tidak mencintai aku lagi, dia lebih memilih dosennya itu, dari pada aku suaminya, jadi sudah lah biarkan dia pergi dari rumah ini."