Sekembalinya Amira, dia mengisi kamar sekejap hanya untuk mengirimkan chat pada Erzhan. [Aku senggang pukul tiga. Memangnya masih bisa membuat rekening pada jam itu?]Erzhan segera membalas chat Amira karena kabar dari si gadis yang selalu dinantinya. [Bisa. Aku akan menjemputmu. Kita ke bank terdekat saja.][Tunggu di depan gedung. Sudah ya, aku ada kegiatan.] Amira kembali menyimpan handphonenya di dalam lemari kemudian keluar dari kamar, menguncinya. Masing-masing kamar trainee hanya bisa diakses dengan sidik jari maka lima sidik jari yang bisa membuka maupun menutup pintu.“Eh, ini dia simpanan sugar dady. Belum apa-apa sudah membuat heboh!” hina salah satu gadis yang barusaja keluar dari kamar sebelah.“Kamu bicara sama aku?” Amira celingak-celinguk pada sekitarnya. Tidak ada siapapun selain dirinya.“Jangan pura-pura polos deh. Dasar tidak tahu malu. Baru juga satu hari menjadi trainee sudah pergi bersama sugar dady. Menjual diri ya. Astaga ... memalukan sekali. Apa jadinya saat
Erzhan mulai mengendarai mobilnya menjauh dari halaman gedung, saat ini Erlangga mengenali mobil putih itu. “Mantan pacar istriku adalah kakak dari trainee yang sengaja aku tawari menjadi model. Amira tidak memiliki salah apapun, aku tidak akan mengganggunya. Tapi ... mari lihat bagaimana Erzhan pada Cindy, jika dia macam-macam maka adiknya yang akan aku jadikan jaminan, Amira berada di tanganku!”Erlangga memiliki dendam tersendiri pada Erzhan, bukan karena Erzhan pernah berusaha merebut Cindy darinya, tapi karena dia tahu Erzhan masih memiliki perasaan pada mantan kekasihnya yang kini menjadi istrinya. Mereka sesama pria, maka dengan mudah Erlangga menebaknya.Mobil yang dikendarai Erzhan segera tiba di sebuah bank yang ternyata hanya berjarak satu kali lampu merah saja. “Aku baru tahu ada bank di daerah ini.” Amira sedikit tercengang karena daerah ini pernah dilewatinya saat Tasya membawanya ke cafe.“Ada, kebetulan ini bank besar.” Erzhan membuka sealbet, kemudian segera menyuruh
“Aku hanya menemani keponakanku membeli pakaian.” Erzhan memberikan jawaban dengan santai, “apa kamu melihatku berada di sisi keponakanku saat keponakanku memilih pakaian dalam?” Sikap Erzhan sangat tenang.“Memang tidak melihat, tapi kamu seakan sangat perhatian pada keponakan kamu itu. Apa dia satu-satunya keluarga kamu yang spesial, hm?” Alisha masih mengintrograsi.“Sangat spesial. Keponakanku tidak punya ayah dan ibu, kasihan sekali kan.” Erzhan masih sangat tenang saat menghadapi Alisha.“Heuh?” Alisha mengerjap, kemudian menurunkan kedua tangannya yang sejak tadi melipat di depan dada, “jadi keponakan kamu yatim piatu?”“Ya. Apa kamu masih tega menanamkan cemburu pada keponakanku?” Erzhan membuat wajah penuh pertanyaan dan seakan sedang menunggu jawaban baik Alisha.“Maaf ....” Alisha segera luluh dengan penuh penyesalan. Selain mendengar kisah tragis gadis itu, dia juga tidak ingin meninggalkan kesan kejam pada keluarga Erzhan.“Tidak apa.” Erzhan membentuk senyuman hangat kar
Kini Amira melambaikan tangannya ke arah Tasya saat adiknya berlalu menggunakan taxi. “Tasya bilang akan bertemu pacarnya. Kenapa tidak menjemput kesini?” heran Amira karena jangankan pacar, Erzhan saja yang hanya kekasih pura-pura selalu menjemputnya di mana pun dia berada, kecuali saat dirinya menolak.Amira kembali masuk ke dalam gedung. Di sini, nama Tasya sangat bersih padahal sebenarnya dia memiliki rahasia besar karena diam-diam gadis berusia dua puluh tahun itu memiliki hubungan khusus dengan Erlangga. Maka dari itu dengan leluasa Tasya mengatakan akan merekomendasikan Amira pada orang dalam karena orang dalam yang dimaksud adalah kekasih gelapnya.“Ami,” sapa hangat Riska saat berpapasan dengan Amira.“Eh, Kak Riska. Mau kemana?” sahut santun Amira.“Aku mau pulang. Pekerjaanku di sini sudah selesai. Apa kamu betah tinggal di sini?”“Sangat betah, Kak.” Senyuman Amira menjadi lukisan di permukaan wajah cantiknya.“Syukurlah. Kakak duluan, ya.” Riska mengelus sayang lengan Am
Segera, Erlangga dibuat syok dengan siaran ini. Namun, terlihat jika Amira hanya terpaku dan seakan tidak peduli pada keributan yang terjadi di sekitarnya. “Aku rasa Amira bukan ingin bunuh diri!” Segera pria ini merapihkan diri, kemudian menempuh perjalanan untuk kembali ke gedung. Dirinya sudah mengetahui jika Tasya sudah berlalu sebelum dia membuka mata, itu memang sudah kebiasaan di gadis, Erlangga sudah tidak heran saat dirinya ditinggalkan.Sementara, kegaduhan semakin bertambah. Semakin banyak orang yang berdiri riang menyaksikan Amira yang masih duduk santai. “Apa yang terjadi pada mereka?” tatapannya dipenuhi rasa heran, tetapi hatinya sangat kesal karena tujuannya kesini untuk menghindari Fatma, tetapi bisa saja gagal total karena sekelompok manusia yang selalu mengganggunya.“Apa kamu tidak jadi melompat, apa kamu sedang pikir-pikir? Kalau memang masih sayang nyawa, sudahlah jangan membuat malu diri kamu. Kamu hadir dalam siaran langsung!” teriak salah satu gadis dengan nad
Tepatnya saat jam kerja hendak usai, Cakrawala memanggil putranya. “Papa sudah melihat siaran ualngnya.” Pria ini mengatakannya tanpa basa-basi mala Erzhan segera mengerti maksud ayahnya.“Pa, Erzhan bisa menjelaskannya. Tolong dengarkan dulu penjelasan Erzhan.” Raut wajahnya sangat meminta pengertian Cakrawala-ayahnya yang kembali hangat setelah beberapa lama menghilang, tetapi kali ini Erzhan kembali melihat sikap dingin itu hingga atmosfer dalam ruangan berubah.“Papa tidak memerlukan penjelasan apapun. Tindakan Amira sudah sangat menjelaskan segalanya!” tegas Cakrawala dan seakan semua kalimatnya adalah hal paten.“Pa, itu semua salahpaham!” Erzhan bersikukuh mencoba memberikan penjelasan walaupun Cakrawala tidak memberikan kesempatan karena jika dirinya tidak memberontak maka masa depannya yang dipertaruhkan. Perjodohan dengan Alisha akan berlanjut bahkan mungkin bisa saja ayahnya mengatur pernikahan besok atau lusa.Cakrawala menutup telinga pada apapun kalimat yang diucapkan pu
Pada pukul tujuh malam Tasya mulai kebingungan mencari kakaknya karena belum juga kembali. “Kamu lihat kak Ami?” Gadis ini menanyai setiap trainee yang berpapasan dengannya.“Tidak tahu. Mungkin pak Erlangga menyuruhnya beristirahat, tadi siang itu kan menghebohkan!” Bahunya menggendik tidak peduli pada Amira karena memang kasus bully ini bukan yang pertama.“Oh, iya sudah.” Tasya tersenyum kecil dan hambar kemudian segera menemui kekasih gelapnya. “Aku belum bisa menemukan kak Ami. Apa kamu memberinya cuti?”Erlangga menggeleng kecil. “Aku belum sempat bicara apapun pada Amira. Aku dengar Amira dibawa pergi oleh Erzhan-kakaknya.”“Heuh?” Dahi Tasya berkerut. ‘Erzhan kan pacarnya kak Ami. Kenapa Ega mengatakan kalau Erzhan kakaknya? Ah, pasti kak Ami menyembunyikan hubungan mereka karena terlalu malu kalau diketahui atasan seperti Ega.’ Hatinya bertanya sekaligus menjawab. “Kakak meninggalkan ponselnya. Jadi aku tidak tahu di mana kakak.”“Biarkan saja, Amira butuh ketenangan. Aku tid
Tepat pukul delapan malam, Erzhan dan Amira tiba. Halaman rumah Cakrawala sudah menjadi tempat parkir untuk sebuah mobil asing, itu milik orangtuanya Alisha. “Papa benar-benar melakukan semua ini,” desah pria yang sudah mengganti pakaian formalnya dengan pakaian yang lebih santai, tetapi tetap rapih dan berwibawa.“Apa kamu yakin akan menentang papa kamu?” Amira tidak pernah siap karena ini tugas yang terlalu berat. Dia hanya duduk tidak yakin, bahkan tidak berani melepas sealtbel.“Kenapa harus tidak yakin. Aku membutuhkan masa depan cerah!” lugas Erzhan.“Dengan siapa. Sampai hari ini saja kamu tidak punya pacar sampa-sampai memintaku menjadi kekasih pura-pura,” ceplos Amira hingga ujung mata Erzhan memicing, tetapi tidak membalas kalimat yang menurutnya hujatan.“Lakukan saja sesuai perintahku. Paham!” ucap tegas Erzhan hingga Amira dibuat membeku. Percakapan usai, Erzhan meninggalkan mobilnya lebih dulu tidak lupa membukakan pintu untuk Amira agar tampak harmonis dan romantis wala