Tepat pukul delapan malam, Erzhan dan Amira tiba. Halaman rumah Cakrawala sudah menjadi tempat parkir untuk sebuah mobil asing, itu milik orangtuanya Alisha. “Papa benar-benar melakukan semua ini,” desah pria yang sudah mengganti pakaian formalnya dengan pakaian yang lebih santai, tetapi tetap rapih dan berwibawa.“Apa kamu yakin akan menentang papa kamu?” Amira tidak pernah siap karena ini tugas yang terlalu berat. Dia hanya duduk tidak yakin, bahkan tidak berani melepas sealtbel.“Kenapa harus tidak yakin. Aku membutuhkan masa depan cerah!” lugas Erzhan.“Dengan siapa. Sampai hari ini saja kamu tidak punya pacar sampa-sampai memintaku menjadi kekasih pura-pura,” ceplos Amira hingga ujung mata Erzhan memicing, tetapi tidak membalas kalimat yang menurutnya hujatan.“Lakukan saja sesuai perintahku. Paham!” ucap tegas Erzhan hingga Amira dibuat membeku. Percakapan usai, Erzhan meninggalkan mobilnya lebih dulu tidak lupa membukakan pintu untuk Amira agar tampak harmonis dan romantis wala
“Apa yang kamu lakukan ini, kenapa putra yang Papa besarkan bisa kehilangan akal sehatnya hanya karena seorang gadis!” desis Cakrawala yang berbicara empat mata dengan Erzhan.“Erzhan mohon maaf. Erzhan tidak ingin kehilangan masa depan karena menikah dengan Alisha, dan Erzhan juga berhak mengatur masa depan Erzhan sendiri,” santunnya.“Kamu membicarakan masa depan seolah dapat membentuk masa depan cerah. Lihat gadis yang kamu bawa, gunakan akal sehatmu. Dia hanya seorang trainee yang hampir melakukan percobaan bunuh diri siang tadi, tapi sekarang kamu membawanya kesini dengan mengatakan jika dia adalah masa depan kamu!”“Itu hanya salahpaham Pa, sudah ada berita klavikasinya. Amira tidak sebodoh itu.”“Tidak sebodoh itu? Artinya gadis bernama Amira memang bodoh hanya saja tingkat kebodohannya tidak parah. Begitu maksud kamu, Nak!” decak Cakrawala.“Pa, Erzhan mohon ... biarkan Erzhan mengatur hidup Erzhan sendiri terutama tentang pernikahan. Bukankah pernikahan berasal dari perasaan
“Apa!” Amira segera membelalakan kedua matanya mendengar ajakan Erzhan yang sangat berada jauh di luar nalarnya.“Ya, kita menikah.” Santai Erzhan ditambah dengan senyuman.“Tidak mau!” Amira segera memberikan penolakan sangat tegas, pun dirinya segera meninggalkan duduknya karena pembicaraan kali ini membuatnya sangat tidak nyaman.“Duduk dulu, kita bicarakan ini sama-sama.” Lembut Erzhan.“Aku tidak mau menikah sama kamu. Pembicaraan sudah selesai!” Dalam raut wajah Amira tersimpan kebingungan dan kethawatiran yang menggunung.“Sebentar ....” Sikap Erzhan masih sangat lembut, tetapi dia tetap berada di tempatnya.“Tidak!” Amira memilih memunggungi Erzhan untuk menyelesaikan saladnya.Erzhan membuang udara cukup panjang setelah mendapatkan beberapa kali penolakan dari Amira. “Sebenarnya ini opsi terakhir. Aku juga tidak berniat menikahimu karena masa depanmu masih sangat panjang dan cerah. Kamu bisa menikah dengan pria pilihan kamu, pria yang jauh lebih baik dariku, percayalah aku ti
Kali ini Erzhan menanggapi Alisha. “Maaf, untuk yang semalam.” Kalimat ini segera disampaikan.“Kamu jahat, Erzhan!” Alisha sesenggukan karena wanita ini sedang menangis sebelum mendapatkan panggilan telepon dari Erzhan.“Kamu sudah tahu dari awal, kenapa terus memaksa. Aku tidak pernah mencintaimu, bukankah sering aku katakan.” Datar Erzhan.Tut ....Panggilan diakhiri oleh Alisha, tetapi bukan berarti Erzhan berhenti karena yang tadi itu hanya permohonan maaf secara pribadi pada Alisha. Kini, dirinya harus mengatur rencana mengunjungi kediaman keluarga Alisha guna meminta maaf untuk mengembalikan wajah ayahnya.“Setelah menyelesaikan ini aku yakin akan terbebas dari perjodohan dengan Alisha, tapi andai papa masih bersikeras tidak ada cara lain selain menikah dengan Amira. Tapi saat ini Amira menolakku. Astaga.” Erzhan memegangi pelipisnya, kebingungan sedang melanda tetapi pria ini tidak akan gontai.Sementara, Fatma sedang berada di dalam gedung yang menaungi Tasya. Wanita ini dudu
Erlangga tersenyum singkat dan tetap ramah. “Itu hanya hoax, tidak ada trainee yang mencoba bunuh diri.”“Saya melihatnya dengan jelas. Jadi tolong singkirkan trainee yang berpotensi membuat trainee lain mengalami ketakutan atau ancaman karena percobaan bunuh diri bisa mempengaruhi pola pikir anak-anak seusia Tasya!” Dengan tidak tahu malunya Fatma mendesak Erlangga, seorang pria berwibawa serta terhormat di gedung ini.Saat ini Erlangga mulai merasakan hal janggal pada Fatma. ‘Tadi wanita ini bersikeras memindahkan Tasya, tapi sekarang membahas percobaan bunuh diri. Dia mengatakan melihat videonya dengan jelas, bukankah trainee yang ada di dalam video adalah saudaranya Tasya. Tapi seolah wanita ini tidak melihat Amira sebagai bagian dari keluarga. Apa Tasya berbohong padaku tentang Amira?’Erlangga melontarkan pertanyaan, “Ibu sudah melihat siapa gadis di dalam video?” Sikapnya masih ramah dan santai.“Tentu saja sudah. Gadis itu tidak pantas menjadi trainee karena hanya membuat malu
Erlangga mengakhiri pembahasan tentang Amira secara tiba-tiba karena rasa penasarannya sudah terpuaskan. “Tentang permintaan mamamu, aku tidak dapat mengabulkannya. Memindahkanmu akan melanggar aturan, sama halnya dengan membuat Amira pindah dari gedung itu tidak dapat aku kabulkan walaupun itu permintaan ibu yang melahirkan kekasihku ini.” Dagu Tasya dicolek sangat genit.Namun, saat ini Tasya sedang tidak ingin disentuh oleh Erlangga walaupun bergandengan di tempat umum dengan pria ini tidak akan membuatnya malu sama sekali. Justru semua orang berdecak kagum karena pesona Erlangga yang mematikan. “Jangan menyentuhku.” Kedua alisnya sedikit menukik dengan wajah sedikit dilipat.“Kenapa sih, Sayang ....” Usia Tasya masih sangat muda dibandingkan dirinya yang kini genap berusia tiga puluh tahun. Maka, sedikit banyak Erlangga menirukan gaya bicara dan gaya berpacaran anak seusia Tasya.Tasya melirik ke arah Erlangga walaupun kedua netranya yang indah tidak ingin melakukannya. “Jangan me
Memasak sayuran tidak menghabiskan waktu sama sekali, Amira bisa menyelesaikannya dengan cepat. “Tidak ada apapun lagi selain sayuran. Kenapa Erzhan tidak mau belanja selama aku tidak ada. Ish, apa bujangan memang begitu atau Erzhan tidak pulang kesini?” Tatapannya mengarah pada lantai dua, tetapi tidak ada tanda-tanda pria itu akan turun. “Sayuran kalau tidak langsung dimakan akan layu dan tidak enak.” Udara dibuang malas karena dia harus menyusul tuan rumah.Pintu kamar Erzhan sedikit terbuka hingga Amira ragu, gadis ini diam di sisi pintu. “Aku sudah selesai memasak, sebaiknya kita makan sekarang sebelum sayurannya dingin.”“Ya.” Erzhan segera memberikan jawaban saat tubuhnya setengah telanjang karena barusaja selesai membersihkan diri. Saat ini Amira segera kembali ke lantai bawah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Maka, saat beberapa detik kemudian saat Erzhan membuka pintu gadis itu sudah tidak terlihat.Meja makan hanya dipenuhi dengan berbagai jenis sayuran, Amir
Amira menyahut sapaan Cindy dengan ceria, “Eh, Kak Cindy ... sudah lama tidak bertemu.” Keduanya saling memberikan pelukan hangat.“Bagaimana kabar kamu? Kakak sangat khawatir, apalagi saat melihat video kamu yang sempat viral.” Cindy memandangi Amira dengan penuh kasih sayang, sedangkan gadis itu hanya terkekeh kegelian.“Ami baik-baik saja kok, Kak. Abaikan saja video itu. Hihi ....” Rasa syukur sangat dalam bersemayam dalam hati Amira karena Cindy yang tidak terikat hubungan kekeluargaan apapun bisa sangat mengkhawatirkannya dan menyayanginya, itu menjadi pengikis rasa sakitnya karena Fatma."Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa ....” Senyuman teduh Cindy pada Amira. Kali ini Cindy mengabaikan Erzhan walaupun ada banyak hal yang belum disampaikan pada mantan kekasihnya itu. Suaminya sedang berada di sisinya, jadi mana mungkin dia memperlihatkan sikap insten pada pria yang pernah sangat spesial di hatinya.Bukan hanya Cindy, tetapi Erlangga ikut menyapa Amira dan Erzhan. Saat ini dia