Tepatnya saat jam kerja hendak usai, Cakrawala memanggil putranya. “Papa sudah melihat siaran ualngnya.” Pria ini mengatakannya tanpa basa-basi mala Erzhan segera mengerti maksud ayahnya.“Pa, Erzhan bisa menjelaskannya. Tolong dengarkan dulu penjelasan Erzhan.” Raut wajahnya sangat meminta pengertian Cakrawala-ayahnya yang kembali hangat setelah beberapa lama menghilang, tetapi kali ini Erzhan kembali melihat sikap dingin itu hingga atmosfer dalam ruangan berubah.“Papa tidak memerlukan penjelasan apapun. Tindakan Amira sudah sangat menjelaskan segalanya!” tegas Cakrawala dan seakan semua kalimatnya adalah hal paten.“Pa, itu semua salahpaham!” Erzhan bersikukuh mencoba memberikan penjelasan walaupun Cakrawala tidak memberikan kesempatan karena jika dirinya tidak memberontak maka masa depannya yang dipertaruhkan. Perjodohan dengan Alisha akan berlanjut bahkan mungkin bisa saja ayahnya mengatur pernikahan besok atau lusa.Cakrawala menutup telinga pada apapun kalimat yang diucapkan pu
Pada pukul tujuh malam Tasya mulai kebingungan mencari kakaknya karena belum juga kembali. “Kamu lihat kak Ami?” Gadis ini menanyai setiap trainee yang berpapasan dengannya.“Tidak tahu. Mungkin pak Erlangga menyuruhnya beristirahat, tadi siang itu kan menghebohkan!” Bahunya menggendik tidak peduli pada Amira karena memang kasus bully ini bukan yang pertama.“Oh, iya sudah.” Tasya tersenyum kecil dan hambar kemudian segera menemui kekasih gelapnya. “Aku belum bisa menemukan kak Ami. Apa kamu memberinya cuti?”Erlangga menggeleng kecil. “Aku belum sempat bicara apapun pada Amira. Aku dengar Amira dibawa pergi oleh Erzhan-kakaknya.”“Heuh?” Dahi Tasya berkerut. ‘Erzhan kan pacarnya kak Ami. Kenapa Ega mengatakan kalau Erzhan kakaknya? Ah, pasti kak Ami menyembunyikan hubungan mereka karena terlalu malu kalau diketahui atasan seperti Ega.’ Hatinya bertanya sekaligus menjawab. “Kakak meninggalkan ponselnya. Jadi aku tidak tahu di mana kakak.”“Biarkan saja, Amira butuh ketenangan. Aku tid
Tepat pukul delapan malam, Erzhan dan Amira tiba. Halaman rumah Cakrawala sudah menjadi tempat parkir untuk sebuah mobil asing, itu milik orangtuanya Alisha. “Papa benar-benar melakukan semua ini,” desah pria yang sudah mengganti pakaian formalnya dengan pakaian yang lebih santai, tetapi tetap rapih dan berwibawa.“Apa kamu yakin akan menentang papa kamu?” Amira tidak pernah siap karena ini tugas yang terlalu berat. Dia hanya duduk tidak yakin, bahkan tidak berani melepas sealtbel.“Kenapa harus tidak yakin. Aku membutuhkan masa depan cerah!” lugas Erzhan.“Dengan siapa. Sampai hari ini saja kamu tidak punya pacar sampa-sampai memintaku menjadi kekasih pura-pura,” ceplos Amira hingga ujung mata Erzhan memicing, tetapi tidak membalas kalimat yang menurutnya hujatan.“Lakukan saja sesuai perintahku. Paham!” ucap tegas Erzhan hingga Amira dibuat membeku. Percakapan usai, Erzhan meninggalkan mobilnya lebih dulu tidak lupa membukakan pintu untuk Amira agar tampak harmonis dan romantis wala
“Apa yang kamu lakukan ini, kenapa putra yang Papa besarkan bisa kehilangan akal sehatnya hanya karena seorang gadis!” desis Cakrawala yang berbicara empat mata dengan Erzhan.“Erzhan mohon maaf. Erzhan tidak ingin kehilangan masa depan karena menikah dengan Alisha, dan Erzhan juga berhak mengatur masa depan Erzhan sendiri,” santunnya.“Kamu membicarakan masa depan seolah dapat membentuk masa depan cerah. Lihat gadis yang kamu bawa, gunakan akal sehatmu. Dia hanya seorang trainee yang hampir melakukan percobaan bunuh diri siang tadi, tapi sekarang kamu membawanya kesini dengan mengatakan jika dia adalah masa depan kamu!”“Itu hanya salahpaham Pa, sudah ada berita klavikasinya. Amira tidak sebodoh itu.”“Tidak sebodoh itu? Artinya gadis bernama Amira memang bodoh hanya saja tingkat kebodohannya tidak parah. Begitu maksud kamu, Nak!” decak Cakrawala.“Pa, Erzhan mohon ... biarkan Erzhan mengatur hidup Erzhan sendiri terutama tentang pernikahan. Bukankah pernikahan berasal dari perasaan
“Apa!” Amira segera membelalakan kedua matanya mendengar ajakan Erzhan yang sangat berada jauh di luar nalarnya.“Ya, kita menikah.” Santai Erzhan ditambah dengan senyuman.“Tidak mau!” Amira segera memberikan penolakan sangat tegas, pun dirinya segera meninggalkan duduknya karena pembicaraan kali ini membuatnya sangat tidak nyaman.“Duduk dulu, kita bicarakan ini sama-sama.” Lembut Erzhan.“Aku tidak mau menikah sama kamu. Pembicaraan sudah selesai!” Dalam raut wajah Amira tersimpan kebingungan dan kethawatiran yang menggunung.“Sebentar ....” Sikap Erzhan masih sangat lembut, tetapi dia tetap berada di tempatnya.“Tidak!” Amira memilih memunggungi Erzhan untuk menyelesaikan saladnya.Erzhan membuang udara cukup panjang setelah mendapatkan beberapa kali penolakan dari Amira. “Sebenarnya ini opsi terakhir. Aku juga tidak berniat menikahimu karena masa depanmu masih sangat panjang dan cerah. Kamu bisa menikah dengan pria pilihan kamu, pria yang jauh lebih baik dariku, percayalah aku ti
Kali ini Erzhan menanggapi Alisha. “Maaf, untuk yang semalam.” Kalimat ini segera disampaikan.“Kamu jahat, Erzhan!” Alisha sesenggukan karena wanita ini sedang menangis sebelum mendapatkan panggilan telepon dari Erzhan.“Kamu sudah tahu dari awal, kenapa terus memaksa. Aku tidak pernah mencintaimu, bukankah sering aku katakan.” Datar Erzhan.Tut ....Panggilan diakhiri oleh Alisha, tetapi bukan berarti Erzhan berhenti karena yang tadi itu hanya permohonan maaf secara pribadi pada Alisha. Kini, dirinya harus mengatur rencana mengunjungi kediaman keluarga Alisha guna meminta maaf untuk mengembalikan wajah ayahnya.“Setelah menyelesaikan ini aku yakin akan terbebas dari perjodohan dengan Alisha, tapi andai papa masih bersikeras tidak ada cara lain selain menikah dengan Amira. Tapi saat ini Amira menolakku. Astaga.” Erzhan memegangi pelipisnya, kebingungan sedang melanda tetapi pria ini tidak akan gontai.Sementara, Fatma sedang berada di dalam gedung yang menaungi Tasya. Wanita ini dudu
Erlangga tersenyum singkat dan tetap ramah. “Itu hanya hoax, tidak ada trainee yang mencoba bunuh diri.”“Saya melihatnya dengan jelas. Jadi tolong singkirkan trainee yang berpotensi membuat trainee lain mengalami ketakutan atau ancaman karena percobaan bunuh diri bisa mempengaruhi pola pikir anak-anak seusia Tasya!” Dengan tidak tahu malunya Fatma mendesak Erlangga, seorang pria berwibawa serta terhormat di gedung ini.Saat ini Erlangga mulai merasakan hal janggal pada Fatma. ‘Tadi wanita ini bersikeras memindahkan Tasya, tapi sekarang membahas percobaan bunuh diri. Dia mengatakan melihat videonya dengan jelas, bukankah trainee yang ada di dalam video adalah saudaranya Tasya. Tapi seolah wanita ini tidak melihat Amira sebagai bagian dari keluarga. Apa Tasya berbohong padaku tentang Amira?’Erlangga melontarkan pertanyaan, “Ibu sudah melihat siapa gadis di dalam video?” Sikapnya masih ramah dan santai.“Tentu saja sudah. Gadis itu tidak pantas menjadi trainee karena hanya membuat malu
Erlangga mengakhiri pembahasan tentang Amira secara tiba-tiba karena rasa penasarannya sudah terpuaskan. “Tentang permintaan mamamu, aku tidak dapat mengabulkannya. Memindahkanmu akan melanggar aturan, sama halnya dengan membuat Amira pindah dari gedung itu tidak dapat aku kabulkan walaupun itu permintaan ibu yang melahirkan kekasihku ini.” Dagu Tasya dicolek sangat genit.Namun, saat ini Tasya sedang tidak ingin disentuh oleh Erlangga walaupun bergandengan di tempat umum dengan pria ini tidak akan membuatnya malu sama sekali. Justru semua orang berdecak kagum karena pesona Erlangga yang mematikan. “Jangan menyentuhku.” Kedua alisnya sedikit menukik dengan wajah sedikit dilipat.“Kenapa sih, Sayang ....” Usia Tasya masih sangat muda dibandingkan dirinya yang kini genap berusia tiga puluh tahun. Maka, sedikit banyak Erlangga menirukan gaya bicara dan gaya berpacaran anak seusia Tasya.Tasya melirik ke arah Erlangga walaupun kedua netranya yang indah tidak ingin melakukannya. “Jangan me
Beberapa hari berlalu, Tasya masih tinggal bersama Cakrawala tetapi dia juga rajin menemui ibunya hingga komunikasi tidak pernah terputus. Hari ini gadis cantik yang semakin bersinar meluncurkan sebuah album, album pertamanya yang akhirnya dapat dinikmati oleh banyak orang. Senyuman merekah hingga menambah aura cantik di wajah Tasya. “Selamat.” Erlangga mengulurkan tangannya seiring memberikan senyuman teduh. Saat ini Tasya tidak memiliki alasan menolak Erlangga karena mereka sedang berada di antara para staf. “Terimakasih.” Dengan berat hati tangannya menjabat tangan kanan Erlangga. “Setelah ini jadwal kamu akan semakin padat. Apa kamu siap?” Masih teduh Erlangga. Raut wajahnya ini adalah raut wajah yang biasa digunakannya saat memiliki hubungan spesial dengan Tasya. “Ya. Saya juga akan berusaha.” Senyuman kecil Tasya yang dibentuk dengan terpaksa. Erlangga melepaskan jabatan tangannya dengan Tasya, tetapi rupanya pria itu meninggalkan secarik kerta yang sengaja diberikannya pad
Maria menemui Amira dengan fashionnya yang anggun dan ayu. “Ami sudah siap dari tadi ..., maaf ya jadi menunggu Mama,” kekeh hangatnya.“Tidak kok, Ami baru turun.” Pun, Amira menunjukan senyuman hangat untuk mertuanya. Jadi, keduanya segera menuju kediaman sanak saudara terdekat yaitu yang hanya berjarak sekitar sepuluh rumah, tetapi Maria memilih menggunakan mobil hingga menantunya dibuat sangat tabu.‘Kalau Ami sih saat menemui teman satu daerah tinggal jalan saja. Kehidupan keluarga Erzhan emang beda sekali sama Ami.’ Udara ditiup dari mulutnya.“Nanti Ami bisa kumpul sama keponakannya Erzhan, ada kok yang usianya hampir sejajar sama Ami,” tutur lembut Maria.“Iya, Ma. Tapi yang mana ya? Saat pernikahan Ami melihat keponakan Erzhan cukup banyak.”Maria terkekeh kegelian dengan singkat. “Mama tahu kok Ami pasti bingung. Memang iya, keponakan Erzhan ada banyak, makannya Mama mengajak Ami ke rumah sanak saudara agar Ami mengenal keluarga kami perlahan.”“Iya, Ma.” Senyuman bahagia Am
Amira kembali ke kediaman mertuanya. Maria segera menyambut hangat nan lembut, “Kamu dari mana saja, Sayang ....” Belaian ditambahkan selayaknya seorang ibu yang merindukan anaknya.“Ami barusaja bertemu Tasya, Ma.” Senyuman santun nan hangat Amira. Namun, ternyata kalimatnya ini membuat perubahan ekspresi pada wajah Maria.“Kenapa harus menemui Tasya, memangnya adik kamu tidak sibuk?” Senyuman hangat Maria berkurang banyak.“Sibuk sih, cuma Tasya menyempatkan waktu untuk menemui Ami,” kekeh hangat Amira tanpa mengatakan pembahasan mereka.Maria mendesah kecil, kemudian berkata lembut walau isi kalimatnya sensitif, “Kalian memang adik dan kakak, tapi kalian berbeda ibu. Maaf ya, bukan maksud Mama membatasi hubungan kalian apalagi ingin memutus hubungan kalian, tapi lebih baik jaga jarak sedikit ....”Amira tersenyum kecil. “Mama Fatma memang pernah jahat sama Ami, tapi Tasya tidak begitu kok Ma, Tasya anak yang baik, Tasya juga sering membela Ami.” Kalimat ini diungkapkan dengan maksu
Hari ini Tasya mengunjungi Amira untuk menceritakan perintah Fatma kemarin. "Kak, mama menyuruh Tasya tinggal bersama papa selama beberapa hari. Mama bilang tunggu kabar dari papa karena papa harus meminta izin pada mamanya Erzhan.""Kamu mau?" tanya Amira untuk mencari tahu isi hati Tasya."Tasya tidak mau ..., Tasya tidak mau tinggal sama mama tiri!" tegasnya walaupun selama ini posisi Amira adalah posisi yang tidak diinginkannya sekarang."Iya sih, lagian kisah hidup kamu beda sama kisah hidup Kakak. Mungkin Kakak masih baik-baik saja karena kisah hidup Kakak masih terbilang lumrah, maka mama bisa menerimanya, sedangkan kamu ...." Amira tidak lantas melanjutkan karena asal-usul kelahiran Tasya bukan untuk dibahas secara panjang lebar. Namun, Tasya tidak keberatan dengan kalimat yang dilontarkan Amira. "Tasya mengerti, Kak. Itu juga yang Tasya pikirkan.""Lebih baik tidak usah sih. Kakak takut mamanya Erzhan memperlakukan kamu tidak baik," ceplos Amira yang sudah merasakan bagaiman
Amira baru saja menemukan Maria saat mencari mertuanya di dapur. “Ami sudah memakainya, tapi sepertinya Mama lebih cocok,” kekehnya saat merendah.“Kamu juga cocok memakainya, kamu sangat cantik,” pujian tulus Maria. Kemudian mengajak menantunya ke ruang keluarga, tempat Cakrawala bersantai.Saat ini senyuman Cakrawala segera mengarah pada Maria. “Mama dari mana saja? Papa menunggu Mama sejak tadi.” Ini bukan hanya senyuman pormalitas karena berkat Amira akhirnya Cakrawala menemukan kembali masalalu indahnya dengan Maria.“Mama di dapur membantu bibi,” jawab lembut Maria yang juga bukan sekedar pormalitas karena dirinya merasa puas saat hati dan pikiran suaminya kembali padanya.Saat ini Amira mengerti situasi karena dirinya juga sudah memiliki pasangan. “Eu-Ami mau menemani Erzhan, kasihan Erzhan sedang bekerja sendiri di kamar, mungkin Erzhan butuh air apapun itu,” pamitnya menggunakan alasan untuk memberikan waktu berdua pada Cakrawala dan Maria yang tampak kembali harmonis.“Iya,
Fatma berjalan cepat meninggalkan gedung entertaint karena terlalu cemas air matanya akan menetes. Tanpa diketahui oleh Erzhan dan Tasya jika wanita ini mendengar semua percakapan mereka walaupun tanpa sengaja. Niatnya adalah mengunjungi Tasya untuk memastikan putrinya tetap aman, tetapi pendengarannya harus disuguhi oleh hal di luar dugaan yang berhasil menyayat hatinya. “Jadi selama ini Tasya mengetahui hal-hal yang aku sembunyikan.” Suaranya terkecik karena rasa sakit, dadanya dipegangi kemudian dengan cepat mengunci diri di dalam rumah.“Sengaja mama menyembunyikannya karena belum saatnya kamu tahu, Sayang ...,” lirih Fatma yang terjatuh ke atas lantai. Cakrawala dihubungi, Fatma menyimpan nomor AB Gruf bukan nomor pria itu. “Saya ingin bicara dengan tuan Cakrawala, sambungkan telepon pada tuan Cakrawala,” ucapnya tidak berbasa-basi.“Maaf Nyonya, saat ini tuan Cakrawala sedang tidak dapat diganggu.”“Saya istrinya. Sambungkan saja!” tegas Fatma yang menambahkan wibawa dalam suara
Hari ini tepat hari ketiga setelah pernikahan, Erzhan sudah kembali memulai aktivitasnya setelah mengambil cuti dari perusahaan, tetapi hal pertama yang dilakukannya saat menginjak AB Gruf adalah mengancam Cakrawala, ayahnya sendiri, “Jika Papa masih berhubungan baik dengan Fatma, jangan harap Papa akan melihat Erzhan dan mama lagi. Kami akan pergi.” Pembawaannya sangat santai.“Apa maksud pembicaraan kamu ini, Nak?” heran Cakrawala karena ternyata bukan hanya Maria, tetapi Erzhan mulai tidak menghormatinya sebagai seorang ayah padahal biasanya putranya sangat patuh dan tidak banyak bicara.“Erzhan tidak ingin punya ibu tiri dan mama tidak ingin dimadu. Erzhan yakin Papa mengerti itu.” Lagi, pembawaannya masih sangat santai.“Jangan membicarakan hal di luar bisnis. Ini perusahaan, bukan tempat bergossip.” Cakrawala berusaha menunjukan wibawa serta kedudukannya dalam keluarga maupun dalam gedung ini karena tidak ingin kehilangan martabat di depan anak dan istrinya.Namun, rupanya kalim
Fatma sedang bersantai di dalam kediamannya. “Aku harus segera mendekatkan Tasya dengan mas Cakra karena Tasya juga ahli waris, Tasya berhak mendapatkan saham AB Gruf!” Niat jahatnya meletup-letup, tetapi Fatma terlalu bingung untuk menyampaikan hal ini pada putrinya, “Tasya sedang memulai kariernya, aku tidak boleh memberikan berita mengejutkan, tapi sampai kapan aku akan menunda?”Sifat serakahnya mengatakan Tasya harus segera mendapatkan harta milik Cakrawala karena Tasya juga darah daging pria itu, tetapi hati nuraninya tidak ingin mengganggu putrinya dengan kabar mengejutkan karena pasti berpengaruh pada kariernya yang barusaja dirintis.“Aku masih harus bersabar sedikit lagi, tapi aku juga tidak bisa hanya diam menunggu. Maria sangat berbahaya, dia bisa membatalkan hak Tasya untuk mendapatkan harta Cakrawala, aku harus mengawasinya sekalian mencegah hal itu terjadi!”Hari kembali berganti, pukul sembilan pagi Erzhan dan Amira sudah didandani selayaknya pengantin daerah. Resepsi
Amira terpaku dengan wajah datar saat isi kepalanya kebingungan, maka selama beberapa saat tidak ada kalimat apapun yang keluar dari mulutnya hingga akhirnya sebuah pertanyaan diutarakan, “Memangnya kamu mau melakukannya sekarang, apa tidak mau menunggu besok?”“Astaga.” Erzhan menepuk dahinya, kemudian menerangkan, berdiri dengan gagah walaupun hanya menggunakan kemeja berdasi, “semua pria akan menjawab iya!”“Oh,” sahut datar Amira seiring mengangguk kecil hingga membuat dahi Erzhan berkerut.“Jadi bagaimana, kamu sudah mengerti kan?” Erzhan masih tidak yakin jika Amira menangkap maksud perkataannya.Amira meninggalkan duduk manisnya, berdiri di hadapan Erzhan dengan jarak pemisah sekitar dua meter. “Ya sudah.” Pun, kalimat ini dikatakan sangat datar.Erzhan memandangi Amira, mencoba mencari kebenaran dalam diri si gadis, apakah sifat polosnya masih mendominasi atau tidak. “Kamu yakin? Jika melakukannya malam ini maka kamu harus membuka semua pakaian di depanku. Terbaring pasrah di