Cia bejalan gontai menuju kelasnya, koridor masih terlihat sepi karna hari masih pagi walapu Cia nakal tapi dia pergi ke sekolah gak pernah telat kenapa? Ya karna dia bareng sama Gladien yang notabene nya anak rajin mau gak mau Cia harus berangkat pagi.
Cia memasuki kelasnya yang ternyata sudah ada sesosok lelaki yang sedang asik dengan buku di tangannya "aelah masih pagi udah megang buku aja lo" tegur Cia sambil mendudukkan tubuhnya di kursi.
Lelaki itu melirik sekilas tanpa berniat menjawab ucapan Cia.
"Idih songong juga lo" kesal Cia "eh, atau jangan-jangan lo budek atau bisu kali ya makanya diam aja."lanjut Cia.
"Berisik!"balasnya.
"Cih, songong!"
"Pagii! Cia kenapa tuh muka" sapa Dea yang baru saja memasuki kelas.
"Noh ada anak songon mati kecakepan" balas Cia melirik lelaki itu.
"Is Lo gak boleh ngomong gitu nanti Lo dibuli fans dia loh"
"Cih fans masak iya cowok budek kek dia punya fans" Cia meremehkan.
Lalu Dea mendekatkan wajahnya ke telinga Cia "dia itu cowok populer di sekolah kita" bisik Dea.
"Masak iya Lo gak tau" lanjut Dea.
"Masak sih cowok kek dia populer katarak kali mata kalian"balas Cia lantang.
"Astaghfirullah, mata Lo yang katarak makanya jangan molor mulu kerjanya sekali-kali lihat isi dunia" omel Dea.
"Gav, maafin teman gue ya" kata Dea kepada Gavino.
"Iya" balas Gavino
"Eh sorry gue gak bikin kesalahan" balas Cia
"Iye mbak iye"
****
"Cia Lo ikut kekantin gak?"tanya Dea menggoncang tubuh Cia yang sedang tertidur pulas dengan tangannya yang dilipat diatas meja sebagai bantalnya.
"Hmm"Cia bergumam masih dengan keadaan semula tanpa berniat untuk merubah posisinya. Gadis itu terlanjur nyaman dengan posisinya yang sekarang.
Dea mendengus mendengar respon dari sahabatnya itu"Ciaa!"teriak Dea di telinga Cia membuat gadis itu tergelinjang kaget akibat teriakan Dea.
"Setan lu anjing!" Maki Cia menatap Dea tajam, rasanya ia ingin memusnahkan Dea saat ini juga.
Dea memutar bola matanya malas"Santai aja kali, Lo nya aja yang susah dibangunin," kata Dea.
Cia mendengus sebal "ada apaan sih" tanya Cia menatap Dea sembari menunggu jawaban dari gadis di depannya.
"Mau ikut kantin gak Lo?," Tanya dea.
"Engak!" Cia kembali merebahkan kepalanya ke atas lipatan tangannya dan mulai memejamkan matanya kembali tidak peduli dengan ajakan Dea barusan.
Dea berdecak kesal"Cepetan" ucapnya seraya menarik paksa tangan Cia agar mau ikut bersamanya kekantin "sekali-kali liat sekolah, jangan molor dikelas mulu" omel Dea dengan tangan masih memegang erat lengan Cia.
"Is lepasin!"Cia menarik paksa tangannya yang di pegang Dea karena tidak nyaman berjalan.
"Gak mau nanti Lo balik lagi kekelas" balas Dea tetap memegang tangan Cia.
"Iya-iya gue ikut"balas Cia mendengus sebal. Tidak ada pilihan lain dia harus ikut kekantin dan menunda jam tidurnya.
***
sampai di kantin mereka ikut bergabung dengan yang lainya yang sudah lebih dulu datang ke kantin.
"Tumben" kata Santi melirik Cia lalu beralih menatap Dea.
"Gue seret biar mau"balas Dea sementara Cia hanya bisa pasrah dengan sahabatnya itu.
"Gue ngantuk, ini waktunya tidur siang gue"ucap Cia lemes.
Yosi menghela nafas "Buka mata Lo lebar-lebar Cia jangan tidur mulu kerjanya napa. Udah mau tiga tahun gue jadi teman Lo dan satu kelas sama Lo gak pernah seharipun gue liat Lo gak tidur dikelas" ujar Yosi tak habis pikir dengan sahabat nya yang satu itu.
Memang benar selama ini Cia selalu menyempatkan waktunya untuk tidur dikelas baginya itu adalah rutinitas yang harus dilakukanya setiap hari tanpa harus terlewatkan.
"Selagi ada waktu kenapa engak" balasnya sambil mengaduk-aduk minuman yang ada di depannya.
"Pokoknya waktu kita yang hanya tinggal beberapa bulan ini harus lu gunai semaksimal mungkin untuk mengenal sekolah kita Cia biar nanti pas tamat lu bisa mengenang sekolah ini atau gak sekalian aja lu pacaran gitu biar kisah SMA lu ada bukan hanya sekedar numpang tidur aja di sekolah"cerocos Sindi panjang lebar.
"Berisik deh Lo, ini buat gue kan?" Tanya Dea menarik salah satu mangkuk yang berisikan mie ayam di sana.
"Iya ambil aja, siapa tau abis makan itu otak lu bisa bekerja semaksimal mungkin supaya gak tidur aja isi otak lu" balas Sindi.
Cia tidak perduli dengan cerocos sahabatnya itu, gadis itu memilih untuk diam seraya menikmati mie ayam.
"Puti kapan pulang?"tanya Cia melirik satu persatu teman-temannya
"Katanya kalo gak besok ya besoknya lagi" sahut Dea
Cia mangut-mangut lalu kembali menikmati makanannya.
***"Vin ada anak sekolah sebelah nantangin kita" bisik Fadly memberi tahu gavin. Gavino adalah siswa teladan di sekolahnya dan berprestasi tentunya sangat disayangi setiap guru-guru karna sering membanggakan sekolah dengan prestasi dan bakat nya tapi tidak ada yang menyangkal dibalik semua itu ternyata gio tidak sebaik yang difikirkan. Gavino anak geng? Benar gavin merupakan ketua dari geng RANDA 'jangan bangunkan macan yang sedang tidur' yaitu geng yang sudah ada sejak lama namun beberapa tahun sebelum gavino masuk sekolah di sini geng itu sempat mati tapi setelah Gavino masuk disana dia dan teman-temannya dipercaya untuk menghidupkan kembali. Walaupun dia ketua geng dia tidak seburuk itu karna mereka semua 'pantang menyerang sebelum diserang' Kita tidak akan menyerang siapapun kecuali mereka yang duluan. "Udah biarin aja" balas Gavino tenang sambil memainkan sebatang rokok ditangannya. Mereka semua berada di luar sekolah yang berada di belakang sekolah. tempat ini jarang atau lebih
**** "Hah" Cia melongo lalu mengingat-ingat jikalau dia belum memberitahu Gavin dimana alamat rumahnya. "Lo kok tau rumah gue? Jangan-jangan Lo fans diam-diam gue. Oh atau jangan-jangan Lo suka sama gue jujur aja, gue gak bakalan mau kali sama lo. Mimpi aja Lo" ujar Cia ceplas-ceplos. "Terserah Lo, itu rumah gue di samping rumah Lo," ucap Gavin lalu pergi dari sana. Cia membelalakkan matanya "astaga gue masih punya urat malu. Aduhh gimana nih gue belum sanggup kalo nanti ketemu dia yang ada gue arghhh" kesal cia. "Woii ngapain Lo bengong di sana?" teriak Gladien yang baru nyampe. "Hah s-siapa?" "Ya elolah, minggir gih gue mau lewat," "Bilangnya gabisa jemput lagi sibuk, bilang aja gamau jemput kan jelas" omel Cia, Lalu Cia masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan Gladien. Cia melempar asal tas sekolah nya lalu Menganti pakaiannya dengan pakaian santai setelah itu kebawah untuk sarapan. "Mama belum pulang bi" tanya Cia kepada bi Nuni asisten rumah tangga di rumah Cia. "Belum n
***** "Idih pede banget Lo dasar genit" ucap salah satu siswa yang berada di sana. "Lo cari gara-gara sama gue hah!" Cia menghampiri sekumpulan cewek-cewek itu. "Lo tadi bilang apa?" Tanya Cia kepada perempuan yang bernama diva yang terkenal dengan paras cantiknya itu dan merupakan cewek populer di sma bersama. "Cewek ganjen, kecentilan" ucapnya sejelas-jelas mungkin. Karna Cia tak terima dengan omongan diva. Lalu ia mendekatkan wajahnya ke diva "coba sekarang Lo jelasin kenapa bisa Lo bilang gue ganjen?," Belum sempat diva bicara Cia kembali bersuara "oh gue tahu jangan-jangan karna tadi gue bareng Gavin, benarkan?" "Woii Gavin Lo kesini bentar" teriak Cia mengema mbuat semua orang yang berada disekitar nya mulai memperhatikan nya. "Apa"balas Gavin. "Noh Lo urusin semua fans-fans bocil Lo, enak aja mereka semua pada melototin gue make bilang ganjen lagi belum tahu gue siapa kali hah" emosi Cia mulai memuncak. "Dih songong banget" cibir Diva. "Iss" Cia hendak menampar wajah D
**** Bel menandakan pulang sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu tetapi Cia masih enggan untuk beranjak dari tempat duduknya. "Cia cepetan pulang lanjutin tidurnya dirumah aja" kata Puti yang sedari tadi mengajak Cia pulang begitupun dengan yang lainnya. "Hah" Cia menegakan kepalanya dengan mata yang masih sayu "kalian duluan aja gue nunggu Gladien disini aja" katanya kembali merebahkan kepalanya. "Beneran Lo gapapa nih, katanya sih dulu anak-anak yang kelasnya disini, ini kelas angker loh, suka ada yang nangis-nangis gitu" ujar Sindi yang sempat mendengar gosipan dari salah seorang murid. "Gapercaya gue duluan aja Sono" usir Cia. "Yaudah deh kita duluan ya byeee"kata Sindi. "Tiati ya Cia" tambah Puti. Kini hanya Cia yang berada di kelasnya dengan keadaan tidur. Dimanapun kapanpun kalo lagi mau tidur ya tidur. Sampai seketika Cia terbangun dari tidurnya. Dilihatnya jam di layar ponselnya yang dinyalakan "eh udah jam segini aja, mampus mana banyak pangilan tak terjawab
Cia sedang asik menikmati sarapan siang nya eh ralat sarapan sore sendirian tiba-tiba dikagetin Gladien. "Astaghfirullah Lo pengen jadi anak satu-satunya ha? bilang baik-baik gak gini caranya Jaenab" omel Cia. "Dek temenin gue dong" kata Glad lembut kek cintaku padamu lembut kalo lagi cinta doang. "Ngapain?" "Beli baju nanti Lo pilih yang bagus buat gue abis itu gue beliin Lo novel deh" bujuk Gladien. "Huk huk gak salah Lo bang" Cia menempelkan tangannya di kepala Gladien "sejak kapan gue suka baca novel woii daripada gue baca novel mendingan juga molor," "Lah itu novel banyak dikamar lo apa?" "Oh itu cuma buat memperindah kamar gue biar keliatan estetik gitu dari pada kosong aja kek pikiran gue" kata Cia cengengesan. "Gue jadi gak yakin kalo Lo itu kembaran gue jangan-jangan kembaran gue yang aslinya ketuker dirumah sakit pas mama lahiran" "Iya kali gue yang anak kandung terus kembaran gue ketukar sama Lo gitu kan, dasar anak pungut Lo"kata Cia. "Lo yang anak pungut" "Bacot
****"Sumpah yah, gue gedek banget sama Lo Cia kasihan gue liat muka buk Sri udah merah banget dari tadi" kata Dea mengingat saat belajar sama buk Sri tadi."ya mana gue tau ibuk nya aja mau dikibulin,""Lo mewakilkan gue banget Cia capek gue tauk belajar sejarah mulu,""Kalo capek gausah sekolah aja sekalian" kata Sindi."Kalian lanjut aja gue mau kekantin" kata Cia."Kita juga mau kekantin kali,"Jadilah mereka semua barengan ke kantin, jarang-jarang juga mereka bisa kekantin full gini ya biasalah Cia kalo udah mau tidur mau dipaksa bagaimanapun engak akan mau ikut ngantin."Kalian mau apa biar gue pesenin" kata Cia "sekalian gue traktir"lanjutnya membuat teman-temannya seneng dong, yakali ditraktir sedih bodoh banget itumah."Wah tumben lagi ada apa nih traktir"kata yosi."Biasalah uang jajan gue udah numpuk gamuat di kantong lagi"katanya asal, wajar lah ya orang Cia jajan sekali seabad gimana gak numpuk tuh uang jajan."Terserah Lo aja kita mah apa aja juga dimakan" kata santi."Ok
Gavin mengintip dari spion dan ternyata benar, Gavin memberikan ponselnya pada Cia "Lo telfon teman gue cepet" ucapnya. "Temen Lo yang mana?" "Fadly, Fadly cepetan" Dengan sigap Cia mengetikan nama Fadly di kolom pencarian lalu langsung memencet tombol memangil. "Halo, tumben Lo telfon gue" "Cepetan Lo ke lokasi yang gue kirim sekarang juga" ucap Gavin langsung tanpa basa-basi. "Sherlock sekarang" kata Gavin dan Cia hanya menurut. Tiba-tiba motor yang dikendarai Gavin berhenti mendadak sebab dikepung oleh segerombolan remaja. "Wah ternyata Lo bisa pacaran juga ya haha" ejek salah satu dari mereka. Gavin turun dari motornya begitupun Cia "Lo tetap di belakang gue" kata Gavin yang dituruti Cia. "Wah cakep juga ya cewek Lo boleh dong kasih ke gua" kata teman pria yang berbicara tadi lalu mulai mendekati Cia. "Lo sentuh dia gue pastiin Lo mati" ucap Gavin dingin tapi menusuk. Pria itu tertawa remeh dan terus mendekati Cia lalu menoel wajah Cia "cantik mending sini sama gue aja
Mereka sampai di tempat yang dimaksud Cia. Gavin tidak asing melihat bangunan di hadapannya itu, karna dia juga sering kesini tapi sebelumnya dia tidak pernah ketemu dengan Cia disini "Ayo masuk kenapa bengong, tenang aja kalo ada yang berani macam-macam sama Lo biar gue yang tanganin" kata Cia tersenyum manis "Ah iya" balas Gavin membuyarkan lamunannya dan beralih mengikuti Cia "Bang Alan" teriak Cia "lihat nih gue bawa adek Lo"teriak Cia bersemangat, "Siapa" balas seseorang keluar dari sebuah ruangan menghampiri Cia. "Eh bang Bian" kata Gavin sambil bersalaman ala laki-laki gitu tau lah kan. Oh ya nama Alan itu adalah Alandra Biantara. Pangilan Alan cuma Cia seorang yang mengunakan itu. "Kok Lo kenal sama bang bian" tanya Gavin "Kenal lah dia kan sepupu gue yang paling laknat dan paling bandel, dulu waktu sekolah sampai-sampai om sama Tante gue bosan bolak-balik ke sekolah gara-gara surat panggilan dia" kata Cia menatap sinis Bian. "Dia udah tahu kelakuan gue" kata Bian me