"AKAN KUPASTIKAN SELURUH KETURUNAN PARA BAJINGAN INI MATI DITANGANKU"
Seorang lelaki tampan memiliki mata bewarna coklat muda, memilik tinggi badan kurang lebih 170 cm dan memiliki brewok tipis yang menambah pesona pada lelaki tersebut. Memiliki darah campuran dua negara yang membuatnya sedikit lebih berbeda dari orang lain. Lelaki yang dikenal sebagai pemancar aura bagi para wanita, dirinya sangat menikmati dunia malam bersama wanita-wanita pilihannya. Dia berani membayar mahal siapapun wanita yang masih virgin dan juga tak pernah disentuh sama pria manapun. Dia menyuruh orang-orangnya untuk mencari sesuai kriteria. Tak segan-segan dia menghabisi orang yang berani membohonginya. Pernah kejadian seorang wanita yang mengaku virgin dan tak pernah tersentuh datang menemuinya, tentu saja dia menerima wanita tersebut. Tetapi saat berada di mansionnya dia langsung mencekik wanita tersebut, karena saat ingin mulai pertempuran dirinya merasa wanita itu sudah bekas orang lain. Mencekik hingga sang korban megap-megap namun dirinya tak mau menghabisi nyawa orang itu. Dirinya menyuruh wanita tersebut bangkit dan memanggil beberapa pria berbadan besar kemudian menyuruh pria tersebut membawa wanita itu ke tempat perkumpulan wanita-wanita jalang yang akan di pakai oleh lelaki hidung belang. Tempat itu juga miliknya, menjadikan ladang uang yang membuatnya untung banyak.
Saat ini dirinya sedang berada diruangan gelap, berisi banyak sekali foto-foto yang telah dia coret-coret. Melihat satu persatu foto tersebut sambil menatap tajam kearah tiga foto yang sampai saat ini masih bersih belum ada coretan maupun garis silang. Dia menelpon seseorang bermaksud untuk bertanya apakah ada informasi yang telah ditemukan. Dirinya melemparkan ponsel saat mendengar bahwa orang suruhannya tak menemukan informasi apapun. Dia menatap foto-foto itu kembali dan mengepalkan tangannya kemudian keluar dari ruangan tersebut.
Seorang perempuan berparas cantik dan terlihat elegan baru saja sampai di bandara setelah sekian lama dia berada di luar negeri, namun hari ini telah sampai ke negara asalnya kembali. Dia menurunkan sedikit kacamata hitam milknya saat melihat beberapa temannya yang berdiri di ruang tunggu. Ia mendekat dan semakin mendengar dengan jelas teman-temannya yang heboh memanggil sambil berteriak. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka akibat teriakan heboh yang membuat dirinya terpaksa membungkam mulut mereka.
"YAAMPUN RE! LO TAMBAH CANTIK AJA GILEE!!!!"
Ya perempuan yang dipanggil Re tadi bernama Renata Angelica. Perempuan yang memiliki postur tubuh ideal, warna rambut hitam kecoklatan dari lahir, hidung yang mancung dan memiliki warna kulit kuning langsat. Renata atau sering dipanggil Rere maupun Tata ini baru saja menyelesaikan perkuliahannya diluar negeri dan langsung meluncur pulang saat sudah selesai dengan perkuliahannya. Dia langsung menghubungi ketiga temannya yang sudah bersama sejak SD namun harus terpisah sekolah saat SMP namun kembali bersama di SMA. Ada tiga orang, dua perempuan dan satu lelaki. Memiliki nama dan wajah yang hampir mirip membuat mereka sering dikatakan kakak adik yang beda orang tua. HAHAHA lucu sekali rasanya.
Renita, Revina, dan Revin adalah nama teman-teman seperjuangannya. Ya walaupun memiliki sifat yang berbeda-beda namun itulah yang membuat mereka saling melengkapi. Seperti sekarang Revin sedang meminta Renata untuk mentraktir mereka makan dan minum karena beralasan dengan lelah menunggu Renata yang begitu lama. Oh ya meskipun Revin disini pria sendiri bukan berarti dirinya yang paling bijaksana dan segala macamnya, malahan Revin lah yang paling bertindak seperti cewek. Hadeeeh terbalik emang. Renata menganggukan kepala dan meminta tolong teman-temannya untuk membantu membawakan koper-koper yang dia bawa. Sekarang mereka berada di dalam mobil dan yang mengendarai adalah Revina si pemilik mobil. Revina ini juga memiliki sifat yang agak pelit, mungkin agaknya bisa dihilangkan ck. Mereka bertanya kepada Renata untuk pergi ke kafe mana, dan dijawab terserah, hal itu tentu membuat mereka kegirangan. Sampailah mereka di sebuah kafe yang terlihat dari luar cukup oke. Renata tampak melihat-lihat sekitaran kafe ini dan matanya tertuju pada seorang pria yang menurutnya sangat tampan. Dirinya menyuruh ketiga temannya untuk pergi deluan dan beralasan dirinya ingin ke toilet. Selepas kepergian temannya dirinya menatap kembali pria yang berada agak jauh didepannya. Renata berjalan mendekati pria itu namun langkahnya terhenti saat sebuah ide terlintas dipikaran. Dia berpura-pura berjalan mendekati pria itu dan BRAK!!! Dirinya terjatuh tepat seperti pemikirannya. Namun pria itu hanya menoleh kebawah, tak berniat menolongnya. Saat pria tersebut ingin melangkah dirinya dengan segera memegang ujung celana yang berada di kaki pria tersebut.
"Hei! Apa kau tak punya hati, membiarkan wanita lemah seperti ku terjatuh dan kau tak menolongnya hah?!" Renata berteriak agar pria tersebut menolongnya. Sesuai dugaan pria tersebut berjongkok dan membuka kacamatanya kemudian menatap Renata. Dalam hati Renata sudah menjerit-jerit kegirangan saat pria itu menatapnya dengan dekat.
"Hei nona, berikan tanganmu dan aku akan membantumu." Lagi-lagi hati Renata ingin menjerit kegirangan. Dia merasakan pipinya yang panas saat ini. Saat tangannya ingin menggapai tangan pria yang ada dihadapannya datanglah Revin yang membantunya berdiri. Dia melihat tatapan khawatir milik Revin. Namun usahanya kali ini menjadi gagal saat melihat pria incarannya sudah berdiri dan menatap keduanya datar. Dirinya menatap tajam Revin yang sedang merangkulnya, mencoba melepaskan namun rangkulan Revin sangat lah erat. Dirinya tersenyum canggung kearah pria yang ada didepannya dan mengucapkan terimakasih.
"Tak perlu merasa tak enak begitu nona. Aku pamit deluan." Renata menatap kepergian pria tersebut, kemudian mendesah kecewa saat tak melihat pria itu lagi. Dirinya segera menepis rangkulan Revin yang mengendor dan berjalan meninggalkannya sendiri. Sampailah dirinya di meja, dan melihat teman-temannya yang sedang tertawa. Mood nya sedang buruk dia hanya duduk dan minum minuman yang tak tahu punya siapa. Kedua temannya menatap aneh dan terlihat lah Revin yang datang mendekati meja mereka. Renita mengode Revin dengan alis dan juga kepalanya menanyakan apa yang sedang terjadi. Revin hanya menghela nafas kemudian mengangkat kedua bahunya menandakan dia tak tahu. Revina langsung berdehem dan mulai mencairkan suasana. Sedangkan Renata langsung tertawa saat melihat ketiga temannya yang berusaha menghibur walau garing sih menurut dirinya. Dia mencoba untuk melupakan masalah tadi, karena tak ingin pertemanannya hancur gara-gara dia. Padahal tadi Revin juga tak salah, hanya berniat untuk menolong. Dan sebenarnya dia lah yang bodoh kalau dipikir-pikir. Entah apa yang membuat dirinya mendadak bodoh seketika saat melihat pria tampan, padahal dirinya juga terbiasa dengan pria di luar negeri sana, eummm sedikit liar. Berfoto bersama dan menghabiskan waktu berempat. Hari sudah sore dan mereka telah pulang ke tempat masing-masing. Dirinya melihat apartemen yang ayahnya beritahu melalui pesan. Bergegas mencari-cari, namun matanya terhenti pada sebuah objek.
Saat ini Renata berada di depan pintu masuk apartemen. Dirinya melihat isi pesan dari ayahnya yang telah memesankan apartemen untuk dia tinggali. Saat dia merasa sudah pas, dengan segera dirinya melangkah masuk kedalam dan menekan lift seseuai lantai yang dia tuju. Pintu lift terbuka dan segera berjalan mendekati pintu apartemennya. Namun saat dirinya ingin masuk kedalam, matanya terpaku pada seseorang yang berada di seberang tempatnya. Orang itu juga melihatnya kemudian mendekati dirinya."Hai nona! Bertemu lagi kita. Bolehkah aku ingin tau nama seorang wanita cantik yang ada di depanku?" Orang tersebut ternyata adalah pria yang kutemui di kafe waktu itu. Tentu saja aku mengulurkan tangan ku dan memperkenalkan diriku. Tatapannya yang membuatku terpana hingga melupakan jabatan tanganku yang belum terlepas dari tadi. Aku tertawa grogi sambil melepaskan tanganku. Ya aku menjadi orang bodoh jika di hadapkan dengan pria tampan dan berenergi segar buat
Renata saat ini berada di toko butik nya, menyelesaikan dekoran untuk acara peresmiannya besok. Tinggal sedikit lagi menuju selesai, Renata bersama teman-temannya tampak serius.... mendekor, mereka tak mempekerjakan orang lain untuk mendekor, mereka melakukannya sendiri. Hari sudah siang dan mereka telah menyelesaikan semua, Renata merasakan getaran di saku celananya dan mengambil ponsel yang bergetar."Ya halo ma?"....................."Oh iya Renata ingat kok."....................."Iya Renata sama teman-teman otw ke bandara."....................."See you mama, love you muach!"Renata menutup sambungan telepon dan menyimpan kembali ke dalam saku. Dia menghampiri teman-temannya dan meminta tolong untuk menemaninya menjemput kedua orang tuanya di bandara. Dengan senang hati mereka menemani, karena orang tua Renata sangat lah humble, dan mereka sudah kenal lama dengan orang tua masing-masing. Pergilah
“Mencariku nona?”Aku terperanjat mendengar suara seseorang yang tiba-tiba terdengar di belakang telinga ku. Aku berbalik dan melihat Kenzo menatapku sambal berdiri, tangan di masukan ke dalam saku celana. Terlihat sangat tampan dan menawan. Aku tersenyum gugup saat di tatap dalam seperti ini.“H-hah? Oh t-tidak.” Berbohong sedikit mungkin tak apa sepertinya.“Yah sedihnya aku, kirain mencari ku.”Aku yang mendengarnya menjadi tak enak, ya sebenarnya aku mencarinya. Namun tak mungkin aku jujur mengatakannya, gengsi lah brayyyy. Jantungku berdetak tak karuan saat Kenzo menggandeng tanganku kemudian menatapku dengan tatapan mautnya.“Kau tak ingin mengenalkan ku pada orang lain? Aku tak mengenal siapapun disini nona.” Astaga aku kelupaan untuk mengenalkannya pada teman-temanku. Ku pastikan mereka akan heboh melihat ketampanan Kenzo. Aku pun membawanya kearah perkumpulan teman-teman ku yang tampa m
Aku memencet bel pintu apartemen milik Kenzo. Sesuai isi pesan tadi malam, yang mengundangku untuk sarapan bersama. Pintu terbuka, terlihatlah Kenzo menggunakan celemek masak, dan keringat di dahi nya membuatku terpesona. Kenzo mempersilahkan diriku masuk kemudian ia menghidangkan seluruh masakannya ke atas meja. Aku kagum padanya, selain memiliki wajah tampan, ternyata bisa masak makanan sebanyak ini. Aku boro-boro masak banyak, dua menu aja terkadang udah malas. Malu sendiri jadinya jika di bandingkan dengan Kenzo notabe nya seorang pria.Dia mengatakan agar menunggu sebentar, baiklah walaupun tak sabar ingin mencicipi tapi aku masih punya malu dan sopan santun. Ku lihat dirinya membawakan dua gelas berisi minuman yang kelihatannya tampak segar.“Baiklah nona silahkan cicipi dan katakan bagaimana rasanya.”Aku tersenyum menanggapi perkataan itu. Sebelum mencicipi makanan, aku tak lupa untuk berdoa. Setelah selesai langsung saja men
Renata saat ini telah berbaring di kasur kamarnya. Kejadian di restoran tadi masih terbayang-bayang di pikirannya. Sungguh dia tak bisa menghapus kejadian manis tadi. Alay dan lebay namun ini lah kenyataannya. Wanita mana sih yang tak baper jika di panggil sayang di depan wanita lain terus di rengkuh pinggang kita. Tak mau berlarut dalam pikirannya, Renata segera duduk di meja kerja nya. Menatap gambar yang telah di buat. Masih belum selesai dan jauh dari kata sempurna. Otaknya tak mendapat ide apapun belakangan ini.Aku berjalan ke ruangan yang berisi buku-buku. Ku lihat satu persatu rak yang berisi buku, membacanya dan melihat buku mana saja yang bisa dijadikan inspirasi oleh ku. Melihat buku satu persatu dan mencoba mendesain. Deadline dari perlombaan ini sisa satu minggu tiga hari lagi, dan dirinya belum ada yang di buat. Ditengah keseriusan mengerjakan, deringan ponsel membuat nya harus berhenti sejenak. Mengambil ponsel tersebut kemudian melihat nama pemanggil, ternyata
Matahari bersinar terang, jalanan dipenuhi oleh banyak pengguna membuat kemacetan terjadi. Aku menatap lurus dan melihat kericuhan yang terjadi. Banyak yang tak mau mengalah, jelas-jelas lampu lalu lintas bewarna merah, tapi masih aja ada yang menerobos, dan melanggar. Indahnya kota ini. Lampu sudah bewarna hijau, aku mulai melajukan mobil dengan perlahan. Hari ini aku akan pergi ke sebuah kampung yang sangat terpencil. Kampung itu adalah tempat ku tinggal saat masih kecil. Namun aku sekarang tinggal di kota untuk merubah nasib sesuai keingingan orang tua ku. Dan juga ingin mencari pelaku pembunuh keluargaku. Kejadian itu masih terekam jelas di otak ku dan tak akan pernah di lupakan.Betapa indahnya masa kecilku sebelum peristiwa itu menyerang, walaupun dulunya keluargaku adalah keluarga yang tak berkecukupan namun kasih sayang mereka sangat melimpah. Ibu adalah seorang malaikat bagiku, masih teringat jelas dirinya yang tak pernah marah kepadaku apapun itu permas
Kenzo saat ini sedang berberes-beres merapikan rumah nya yang berada di kampung. Mulai dari mengelap meja, kursi-kursi tua kemudian dilanjutkan menyapu lantai, mengepel hingga membersihkan jaring laba-laba yang berada diatas sudut dinding rumah. lanjut kedalam kamar mandi yang tampak sangat kotor akibat beberapa tahun tak dipakai. Mulai menyikat lantai, bak mandi hingga dinding. Membersihkan seluruh ruangan dengan telaten. Saat semua sudah selesai, Kenzo dudul sambil memperhatikan sekeliling ruangan yang tampak jauh lebih bersih dan rapi. Kenzo bangkit dari duduk nya, pergi keluar rumah dan menatap para warga kampung yang sedang bekerja. Melangkah mendekat kearah bapak-bapak yang sedang memanen jagung."Permisi pak, saya mau bantu bapak boleh?" tanya Kenzo kepada sekumpulan bapak-bapak.Dengan senang hati para bapak-bapak itu mengatakan boleh. Kenzo diajari cara memanen jagung. Kenzo juga diajak mengobrol bareng."Kalau bapak gak salah ingat,
Aku baru saja pulang lari pagi. Bulir-bulir keringat bercucuran di kening dan tubuhku. Aku menatap kearah pintu apartemen seeorang yang sudah beberapa hari tak kulihat. Sedikit rasa rindu melihat wajah tampan pria itu. Berjalan masuk kedalam apartemen milik ku, lalu melangkah ke dapur dan membuka kulkas mengambil minuman dingin. Aku berjalan ke arah rak piring ingin mengambil cangkir. Mataku terhenti pada sebuah kotak makan. Mengambil nya, lalu kembali teringat pada seseorang yaitu Kenzo. Kemana dia? Aku kangen masakannya. Berjalan keluar dan mendekati apartemen Kenzo. Memencet bell siapa tau ada didalam namun tak ada jawaban membuatku menghembuskan nafas.“Kemana kau?” Aku mengatakan itu dengan suara pelan.Saat ini Kenzo masih berada di kampung tempat tinggalnya dulu. Dirinya sedang mempersiapkan barang-barang untuk dia pulang. Tentu saja dia tak boleh berlama-lama disini, sebab ada banyak pekerjaan yang harus dituntaskannya. Berjalan keluar rumah lalu me