Saat ini Renata berada di depan pintu masuk apartemen. Dirinya melihat isi pesan dari ayahnya yang telah memesankan apartemen untuk dia tinggali. Saat dia merasa sudah pas, dengan segera dirinya melangkah masuk kedalam dan menekan lift seseuai lantai yang dia tuju. Pintu lift terbuka dan segera berjalan mendekati pintu apartemennya. Namun saat dirinya ingin masuk kedalam, matanya terpaku pada seseorang yang berada di seberang tempatnya. Orang itu juga melihatnya kemudian mendekati dirinya.
"Hai nona! Bertemu lagi kita. Bolehkah aku ingin tau nama seorang wanita cantik yang ada di depanku?" Orang tersebut ternyata adalah pria yang kutemui di kafe waktu itu. Tentu saja aku mengulurkan tangan ku dan memperkenalkan diriku. Tatapannya yang membuatku terpana hingga melupakan jabatan tanganku yang belum terlepas dari tadi. Aku tertawa grogi sambil melepaskan tanganku. Ya aku menjadi orang bodoh jika di hadapkan dengan pria tampan dan berenergi segar buatku. Pria itu mengangguk saat aku memberitahu nama ku. Kemudian dia membuka suara dan mengatakan namanya adalah Kenzo Alastor. Heumm aku mendadak diam dan berpikir sesuatu. Aku seperti pernah mendengar nama itu tapi kapan dan dimana. Pikiraku buyar saat mendengar Kenzo memanggilku. Aku meminta maaf kepadanya dengan beralasan bahwa aku sedang memikirkan tentang pembukaan butik yang akan aku selenggarakan beberapa hari kedepannya. Kenzo mengangguk paham dan mengundangku makan malam dengannya hari ini di sebuah kafe dekat apartemen. Tentu aku tak akan menolaknya dan dengan senang hati aku menerimanya. Kenzo berpamitan pergi karena ada urusan yang harus diselesaikannya, ya aku tak mungkin melarangnya untuk menetap disini jadinya aku mempersilahkannya walaupun hati ini agak berat saat melihat tubuh Kenzo yang perlahan menghilang dari pandangan. Akupun melangkahkan masuk ke apartemenku.
Aku memakai pakaian dan bersiap-siap untuk pergi ke mall mencari perlengkapan yang akan aku kenakan pada malam ini. Aku ingin membuat Kenzo terkesan padaku. Aku tak mempedulikan masalah harga. Bukannya sombong atau gimana, namun jika kita pelit soal harga bagaimana kita bisa berpenampilan dengan memuaskan. Itulah yang membuatku tak memusingkan harga, kualitaslah yang nomor satu. Aku masuk kedalam sebuah toko dress yang menurutku pas dan sesuai selera. Asik dengan mencoba pakaian yang berada dalam toko ini, tiba-tiba aku merasakan seseorang yang menepuk pundakku. Aku memutarkan badanku untuk melihat siapa yang menepuk. Ternyata oh ternyata yang menepukku ialah mantan pacarku saat masih bersekolah. Aku melihat dia tersenyum padaku dan aku hanya menatapnya datar kemudian berbalik badan membelakanginya. Tetapi dia menarik tanganku keluar dari toko, mencoba untuk melepaskan tangannya namun eratannya sangat kuat membuatku terpaksa mengikutinya. Aku dibawa ke dekat kamar mandi, saat eratannya melonggar langsung saja aku melepaskan cekalannya.
"Re apakabar? Axel kangen Renata." Ya mantan ku bernama Axel, lebih tepatnya Axel Jovian. Kalau tak salah mengingat dia ini sekarang seorang tentara. Ya aku tau dari teman-teman rempongku yang setiap saat memberitahu info mengenai Axel. Padahal aku muak mendengarnya, namun memang sudah darisana ke bodohannya ya harus bisa menerima dengan lapang dada. Oke kita skip. Saat ini Axel memelukku dan mengendus-endus di leherku. Aku mencoba melepaskannya dengan sekuat tenaga dan terlepas. Aku menatapnya tajam, enak saja dikiranya aku ini apaan pakai diendus-endus segala. Mana ngendusnya di leher lagi kan jadi enak, ehhh geli maksudnya. Namun siapa sangka, kukira dia hanya mengendus-endus lalu pergi saat diriku berhasil melepaskan tubuhku dari dirinya, eh tiba-tiba dia menyerangku dengan mencium bibirku dengan rakus. Mulai melumat dengan bringas, tentu aku menolak namun apa daya aku yang tak punya tenaga ini. Menutup rapat-rapat bibirku saat dirinya ingin menerobos masuk kedalam bibir kecil ini. Ku pukul-pukul dadanya berniat agar dia melepaskanku, eh malah tengkuk leherku di peganggnya dan semakin membuatku kesusahan untuk melepas. Diakhir aku menikmati ciuman itu dan aku membalasnya juga. Beberapa menit Axel menyudahi ciumannya dan mengambil nafas. Dirinya tersenyum yang menurutku sangat menyebalkan.
"Kau tetap Renata yang ku kenal, bringas dan perfek." Aku bisa mendengar kata-kata yang menjijikan itu. Sebuah ide muncul dipikaranku, mendekat kearahnya dan membisikkan sebuah kalimat yang membuatnya menggeram.
"Kau juga masih sama seperti dulu, bodoh dan tak ada istimewanya sama sekali!" Setelah mengatakan itu aku melangkahkan kaki meninggalkannya, tetapi terhenti saat mendengar perkataan yang membuatku ingin tertawa.
"Mari berpacaran kembali Re!"
Aku ingin sekali tertawa keras-keras saat mendengar kata-kata itu. Perbuatannya dulu masih teringat jelas di benak ku.
FLASHBACK ON
"Halo sayang, aku hari ini kamu gak usah jemput aku ya. Aku sakit jadi gak berangkat ke sekolah. Oh iya jangan lupa bilangan ke guru bidang studi hari ini ya."
Renata remaja sedang menelpon pacarnya, Axel untuk mengatakan hari ini dia tak bisa ke sekolah. Dia merasa tak enak badan akibat datang bulan. Dia tersenyum saat melihat foto dirinya dan Axel di posting sebagai pemenang pasangan teromantis disekolah. Entahlah tapi dirinya sangat bahagia melihat postingan tersebut. Dirinya bosan dan mengguling-gulingkan badannya di tempat tidur bertujuan meredakan sakit yang ada di perut dan pinggangnya dan tanpa sadar dirinya tertidur. Hingga beberapa jam dia terbangun dikarenakan notif yang berbunyi di ponselnya. Dengan segera dia membuka dan syok saat banyak sekali yang mention dirinya di sebuah kolom komentar postingan. Dia mengklik postingan apa yang membuatnya banjir akan notif. Saat membukanya dirinya kaget dengan postingan yang berisi foto Axel pacarnya tengah berciuman dengan seorang wanita yang berada satu sekolah dengannya. Dirinya tak ingin seperti wanita kebanyakan yang langsung berpikiran negatif dirinya melihat nama akun yang memposting foto itu. Ya ternyata wanita yang berada di foto tersebutlah yang memposting. Dia keluar dari aplikasi tersebut dan mencari kontak Axel pacarnya. Dia menelpon namun tak diangkat. Dia kembali ingin melihat postingan tersebut namun tak ada. Dia memastikan akun yang dibukanya benar atau tidak namun walaupun benar tetap saja postingan tersebut tak ada, sepertinya telah di hapus. Dirinya ingin berfikir positif namun teman-teman satu sekolahnya mengirimkan dia pesan dengan spam. Dengan tekad yang penuh, dirinya mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah Axel. Di perjalanan dirinya tak tenang akibat banyak telepon yang masuk menghubunginya.
Sampailah dirinya di rumah Axel. Mengernyitkan dahinya saat melihat mobil asing yang berada di halaman rumah Axel. Dirinya mempercepat langkah kakinya, saat ingin mengetuk pintu dirinya melihat pintu itu sudah sedikit terbuka membuat dorongan dalam tubuhnya mengatakan segera masuk tanpa mengetuk. Dirinya pun melangkahkan dengan perlahan dan mulai melihat kesekeliling ruangan tampak sepi dan kosong. Dirinya menengadahkan kepalanya keatas dan melihat sebuah pintu yang diyakini bahwa itu adalah pintu kamar Axel. Satu persatu tangga dinaikinya, beberapa tangga menuju keatas dia mulai mendengar suara-suara menjijikan. Dia tak bodoh seperti wanita lain, dia tahu suara apa itu. Sampailah dirinya di depan pintu kamar tersebut. Dirinya menempelkan telinganya di pintu guna untuk mendengar suara yang ada di dalam ruangan itu.
"Ahhh fasterr..."
"Enak by ahhh...."
Jantungnya berdetak kencang mendengar teriakan-teriakan tersebut dari balik pintu. Mencoba menguatkan hatinya, dan membuka pintu tersebut dengan perlahan. Sungguh pemandangan yang benar membuatnya hatinya teriris. Orang yang dicintainya sedang bercumbu dengan wanita lain. Air matanya mengalir deras, tak menyangka hal ini akan terjadi. Dirinya melihat bahwa wanita yang berada dibawah tubuh Axel menyadari dirinya. Axel melihatnya namun melanjutkan kegiatan itu kembali, tak disangka Axel lebih mementingkan wanita itu daripada dirinya yang berstatus sebagai pacar Dirinya segera turun ke bawah dengan air mata yang mengalir deras. Saat masuk kedalam mobil dirinya mendengar Axel yang berteriak memanggil namanya.
FLASHBACK OFF
Saat ini Kenzo berada disebuah ruangan gelap minim cahaya. Lebih tepatnya di sebuah ruang bawah tanah tempat persembunyiannya. Dirinya menatap sebuah bingkai foto yang berisi foto dia dan keluarganya. Hanya itulah foto yang dirinya punya sampai sekarang. Karena dia dulu hanyalah sebuah anak yang bisa dikatakan anak terlahir dari keluarga berkekurangan. Keluarga yang hanya tinggal di sebuah rumah tua kecil yang berada di pinggiran desa. Walaupun berkekurangan harta namun keluarganya berlimpah kasih sayang. Namun dirinya harus kehilangan kasih sayang tersebut saat berumur delapan tahun. Dimana umur itu biasanya masih butuh kasih sayang orang tua, namun dia harus kehilangan kasih sayang itu karena sebuah peristiwa kelam yang membuatnya bertekad akan membalaskan dendam tersebut.
Air mata menetes ke bingkai foto itu, dia membelai bingkai foto itu dan menciumnya. Setelah dirinya meletakan bingkai tersebut ke meja, dia menatap ke tembok yang sudah dia tempelkan foto-foto si pembunuh dan keluarga pembunuh itu. Dia mendapatkan foto tersebut dari orang-orang suruhannya. Namun belum menemukan titik terang tentang keberadaannya. Dirinya melangkahkan kaki dengan perlahan dan menatap tajam foto-foto itu kemudian meninju tembok yang berada di sebelah foto pembunuh utamanya. Dirinya mengambil ponsel dan menelpon orang suruhannya agar menemui dirinya. Tibalah orang itu dan membungkuk tanda hormat kepada Kenzo. Dirinya bertanya apakah sudah mendapatkan info lebih jelasnya. Namun emosinya meluap saat mendengar jawaban yang tak ingin di dengarnya. Dengan emosinya dia maju mendekati orang suruhannya dan menarik kerah baju orang itu. Dia marah dan membanting orang suruhannya itu. Kemudian dia pergi keluar dari ruangan tersebut.
Aku pergi ke club milik ku. Bisa kulihat semua orang membungkukkan kepalanya saat aku melewati mereka. Aku begitu emosi dan memerlukan sedikit hiburan semata dan tiba lah aku di sini. Seorang penjaga club menemui ku dan bertanya tipe apa yang diriku mau. Aku tak ingin banyak request hari ini, langsung saja aku menyebutkan VIRGIN. Dan dengan segera penjaga club itu mengangguk dan menyuruhku pergi ke sebuah ruangan pribadi miliknya. Saat membuka pintu tersebut diriku langsung melihat seorang wanita, yang kelihatannya masih sangat muda meringkuk di ujung tempat tidur. Diriku tersenyum miring menatap wanita itu. HEUM SANTAPAN MENARIK pikirnya.
Mendekat kearah wanita tersebut dan membuka jas milik ku menyisakan kemeja putih. Diriku menatap wanita itu sedang menatap ketakutan sambil memeluk diri sendiri. Perlahan aku mendekatkan diri pada dia dan membelai rambutnya kemudian membisikkan sesuatu.
"Aku tak akan menyakitimu manis, malah aku akan membuatmu kenikmatan tiada tara!" Wanita itu menatapku dalam dan mulai menghapus air matanya.
"Kau berjanji?" Wanita tersebut menunjukkan jari kelingkingnya, awal nya aku tak paham namun setelah beberapa detik berpikir akhirnya aku paham yang dimaksud wanita tersebut. Jari kelingking ku menyatu dengan jari kelingking wanita tersebut. Dan aku melihat wanita itu tersenyum lebar. Sangat polos! Aku tak bisa menahan lagi, dengan segera membaringkan wanita tersebut ke ranjang dan mulai melumat bibir wanita itu dengan beringas. Sepertinya wanita ini masih tak pernah ciuman, lihat saja wanita itu hanya diam dan menatap wajah ku. Aku menampilkan smirk kemudian menatap wanita itu dengan tatapan tak tahan.
"Buka mulutmu dan lakukan seperti apa yang kulakukan." Tanpa menunggu balasan wanita tersebut diriku kembali melumat bibir wanita tersebut. Lumatan tersebut mulai turun ke leher, yang membuat wanita itu kegelian namun tak dihiraukannya. Aku membuat kissmark di leher dan tak ingin tangan ku menganggur, diri ini membuka baju yang dikenakan wanita tersebut namun ciuman tak berhenti. Saat terbuka ciuman tersebut mulai turun ke dada, dan sebelah tanganku meremas-remas buah dada wanita tersebut. Diri ku menghentikan ciuman itu kemudian membuka seluruh pakaian. Dia melihat wanita tersebut menatap aku diam, diriku tentu menaikan sebelah alis mata mengapa wanita didepan ku ini tak merasa malu? Bukannya dia ini gadis polos?
"Mengapa kau tak malu melihatku seperti ini?" Wanita itu tampak ragu namun seperti ingin memberitahukan sesuatu kepadanya.
"E-ee itu, temen aku sering memperlihatkan video itu ke aku. Awalnya aku malu namun ya udah terbiasa." Agak kaget sebenarnya mendengar hal itu, namun aku tersenyum miring. Berarti dia sudah paham melakukannya. Ck dasar gadis polos namun liar.
"Baiklah, lakukan apa yang kau tahu di video itu! Paham?" Dia membisikan pada wanita itu dan wanita tersebut menganggukan kepalanya. Dirinya mulai turun kebawah dan membuka bawahan wanita itu, yang membuat wanita tersebut langsung menutupinya dengan tangan namun langsung dirinya singkirkan, kemudian dia memulai foreplay. Dan mereka memulai hal yang orang dewasa lakukan.
Renata telah sampai di sebuah kafe sesuai permintaan Kenzo. Dia menatap wajahnya di kamera ponsel. Tampak cantik dan elegan dengan menggunakan dress bewarna biru tua dan rambut yang dibiarkan terurai, sedikit memakai hiasan wajah seperti make up yang dibuat lebih bagus dari biasanya. Dia menatap jam di ponselnya namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda hadirnya Kenzo. Datanglah seorang pelayan kafe yang bertanya pesanan dirinya. Mungkin dia bisa memesan makanan terlebih dahulu sambil menunggu Kenzo pikirnya. Pelayan itu pergi saat dia mengatakan pesanannya yang cukup banyak. Dirinya menatap ponsel dan dia baru mengingat satu hal, bahwa dirinya lupa untuk meminta nomor ponsel Kenzo. Terpaksa dirinya hanya bisa duduk sambil menunggu.
Waktu terus berlalu, sekarang jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dirinya ssudah menunggu selama empat jam. Dia melihat kafe yang sudah berberes-beres ingin tutup. Dirinya berdiri dan memanggil salah satu pelayan, dia mengatakan makanan tersebut dibungkus dan bagikan kepada pengemis-pengemis yang berada di seberang jalan sana. Pelayan tersebut menganggukan kepalanya dan pergi mengambil makanan tersebut dan membungkus makanan itu. Dirinya keluar dari kafe tersebut dan menatap para pengemis itu yang tersenyum bahagia saat makanan itu diberi. Bisa dia lihat pelayan kafe itu menunjuk dirinya, yang membuat para pengemis tersebut tersenyum dan melambai kan tangan kearahnya dan dibals baik olehnya. Dia pun segera masuk ke dalam apartemen.
Pagi-pagi buta aku terbangun dari tidurku, dan melihat wanita yang kemarin malam telah menemaniku bermain sedang tidur di sebelahkau. Pelan-pelan aku bangkit dari tidurku dan sebelum keluar aku memakai pakaian terlebih dahulu. Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi, ku menemui penjaga club dan mengatakan urus wanita yang ada dikamarku. Sampailah aku di depan pintu apartemenku dan aku menemukan secarik kertas yang lengket di depan pintu. Aku mengambil dan membaca isi kertas itu. Ternyata dari tetangga seberang apartemen. Aku baru ingat bahwa aku ada makan malam dengannya, namun itu hanyalah basa basiku semata tetapi dianggap serius dengannya. Yasudahlah mungkin aku bisa meminta maaf nanti, wanita kan gampang untuk memaafkan dan terlalu gampang dikelabui lebih tepatnya.
Kenzo melihat jam sudah pukul tujuh pagi dirinya ingin pergi keluar berjalan-jalan sebentar, namun saat dia ingin menutup pintu, dirinya melihat Renata sedang menutup pintu juga. Dirinya mendekati Renata yang saat itu juga menatapnya.
"Re maafkan aku yang tak datang menemui mu kemarin malam, soalnya kemearin aku ada urusan mendadak dan aku tak punya nomor mu sebab itu aku tak bisa menghubungi mu." Aku bisa melihat wanita ini tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dan berkata tak apa. fyuhh syukurlah.
"Eum aku tak enak hati, bagaimana jika siang ini kita makan bareng? Kau tak perlu takut kali ini aku tak akan ingkar janji, bagaimana?" Bisa kulihat dirinya yang melihat jam ditangannya [cih sok sibuk] kemudian menggangukkan kepalanya. Aku dan dia pergi masuk kedalam lift bersama dan terpisah saat di parkiran. Wanita itu lumayan cantik, tapi sayang kelihatannya dia sudah pernah bermain dengan pria lain. Aku menebak dari tampilannya yang terlalu glamour tak mungkin dia tak pernah berpacaran. Andai dirinya tak bermodel seperti itu kupastikan dia akan menikmati setiap sentuhanku.
Saat ini Renata sedang berada di sebuah bangunan yang akan menjadi toko butiknya. Dia sudah melihat bahwa bangunan tersebut terbangun dengan sempurna, ya paling hanya beberapa persen saja yang belum di rapikan. Dirinya mengambil ponsel yang sedang berdering ada didalam tas selempangnya, ternyata dari teman-temannya. Dia berjalan kepintu, melihat ketiga temannya yang kelihatan bingung. Dirinya melambaikan tangan bertujuan untuk memberitahu posisi, dan teman-temannya mendekat padanya.
"Demi apasih ini nanti toko nya? Gila keren banget luas lagi!!!" Revina berteriak histeris saat melihat bangunan-bangunan sekitar. Dirinya hanya menggelengkan kepala dan menoyor kepala temannya yang satu ini. Renata menyuruh teman-temannya masuk dan melihat apa saja yang bisa ditambahi di setiap ruangan ini. Mereka ikut masuk dan memberi saran dan mengobrol santai. Waktu terus berjalan tak terasa jam sudah menunjukkan pukul satu. Renata ijin pamit ke teman-temannya, yang pasti membuat mereka heran. Renata tersenyum dan mendekati mereka bertiga,
"Aku mau makan siang bareng cowok ganteng, bye!!" Renata pergi sambil mengedipkan sebelah matanya dan tertawa ngakak melihat wajah teman-temannya yang cengo. Dirinya langsung menyetir mobil kearah kafe yang sudah disepakati mereka berdua. Semoga saja kali ini dia tak menunggu seperti waktu itu. Tibalah dirinya di kafe, dan melangkahkan kaki ke dalam kafe tersebut. Mataku melihat keseluruh ruangan mencari Kenzo dan ya aku melihatnya sedang duduk bermain ponselnya. Fyuhhh kali ini aku tersenyum senang kemudian berjalan mendekatinya.
"Hai! Lama menunggu?" Ku lihat dirinya menggelengkan kepala. Ya Tuhan dirinya terlihat sangat tampan dengan mengenakan kemeja hitam tanpa jas. Ingin sekali ku menciumnya, namun aku tahu batasan dan tahu malu tentunya. Dirinya memanggil seorang pelayan dan bertanya padaku untuk memesan makanan kesukaan ku. Aku pun menyebutkan makanan yang aku mau. Pelayan itu telah pergi, dirinya bertanya tentang pekerjaanku. Oh ya aku sampai lupa ingin memberi sebuah undangan acara peresmian butiknya. Kenzo melihatnya dan mengatakan pasti akan datang. Aku berusaha untuk menyembunyikan senyum bahagia yang aku rasakan. Aku bertanya pada Kenzo tentang dia bekerja dimana.
"Aku tak bekerja!"
Membulatkan mataku saat mendengar dirinya tak bekerja. Namun mengapa dirinya bisa tinggal di sebuah apartemen mewah yang harganya kalau untuk kalangan kebawah pasti sangat mahal. Bukannya apa-apa namun Kenzo ini terlihat seperti seorang pembisnis dan semacamnya. Memiliki mobil dan jam Richard Mille, astaga apakah Kenzo bercanda dengannya.
"Aku tak bercanda, dan kau tak usah heran." Dirinya tersenyum gugup saat ketahuan sedang memikirkan tentang perkataanya. Pelayan pun datang membawa makanan dan minuman pesanan mereka. Kemudian berlanjut mengobrol santai bersama dan bertukar
Renata saat ini berada di toko butik nya, menyelesaikan dekoran untuk acara peresmiannya besok. Tinggal sedikit lagi menuju selesai, Renata bersama teman-temannya tampak serius.... mendekor, mereka tak mempekerjakan orang lain untuk mendekor, mereka melakukannya sendiri. Hari sudah siang dan mereka telah menyelesaikan semua, Renata merasakan getaran di saku celananya dan mengambil ponsel yang bergetar."Ya halo ma?"....................."Oh iya Renata ingat kok."....................."Iya Renata sama teman-teman otw ke bandara."....................."See you mama, love you muach!"Renata menutup sambungan telepon dan menyimpan kembali ke dalam saku. Dia menghampiri teman-temannya dan meminta tolong untuk menemaninya menjemput kedua orang tuanya di bandara. Dengan senang hati mereka menemani, karena orang tua Renata sangat lah humble, dan mereka sudah kenal lama dengan orang tua masing-masing. Pergilah
“Mencariku nona?”Aku terperanjat mendengar suara seseorang yang tiba-tiba terdengar di belakang telinga ku. Aku berbalik dan melihat Kenzo menatapku sambal berdiri, tangan di masukan ke dalam saku celana. Terlihat sangat tampan dan menawan. Aku tersenyum gugup saat di tatap dalam seperti ini.“H-hah? Oh t-tidak.” Berbohong sedikit mungkin tak apa sepertinya.“Yah sedihnya aku, kirain mencari ku.”Aku yang mendengarnya menjadi tak enak, ya sebenarnya aku mencarinya. Namun tak mungkin aku jujur mengatakannya, gengsi lah brayyyy. Jantungku berdetak tak karuan saat Kenzo menggandeng tanganku kemudian menatapku dengan tatapan mautnya.“Kau tak ingin mengenalkan ku pada orang lain? Aku tak mengenal siapapun disini nona.” Astaga aku kelupaan untuk mengenalkannya pada teman-temanku. Ku pastikan mereka akan heboh melihat ketampanan Kenzo. Aku pun membawanya kearah perkumpulan teman-teman ku yang tampa m
Aku memencet bel pintu apartemen milik Kenzo. Sesuai isi pesan tadi malam, yang mengundangku untuk sarapan bersama. Pintu terbuka, terlihatlah Kenzo menggunakan celemek masak, dan keringat di dahi nya membuatku terpesona. Kenzo mempersilahkan diriku masuk kemudian ia menghidangkan seluruh masakannya ke atas meja. Aku kagum padanya, selain memiliki wajah tampan, ternyata bisa masak makanan sebanyak ini. Aku boro-boro masak banyak, dua menu aja terkadang udah malas. Malu sendiri jadinya jika di bandingkan dengan Kenzo notabe nya seorang pria.Dia mengatakan agar menunggu sebentar, baiklah walaupun tak sabar ingin mencicipi tapi aku masih punya malu dan sopan santun. Ku lihat dirinya membawakan dua gelas berisi minuman yang kelihatannya tampak segar.“Baiklah nona silahkan cicipi dan katakan bagaimana rasanya.”Aku tersenyum menanggapi perkataan itu. Sebelum mencicipi makanan, aku tak lupa untuk berdoa. Setelah selesai langsung saja men
Renata saat ini telah berbaring di kasur kamarnya. Kejadian di restoran tadi masih terbayang-bayang di pikirannya. Sungguh dia tak bisa menghapus kejadian manis tadi. Alay dan lebay namun ini lah kenyataannya. Wanita mana sih yang tak baper jika di panggil sayang di depan wanita lain terus di rengkuh pinggang kita. Tak mau berlarut dalam pikirannya, Renata segera duduk di meja kerja nya. Menatap gambar yang telah di buat. Masih belum selesai dan jauh dari kata sempurna. Otaknya tak mendapat ide apapun belakangan ini.Aku berjalan ke ruangan yang berisi buku-buku. Ku lihat satu persatu rak yang berisi buku, membacanya dan melihat buku mana saja yang bisa dijadikan inspirasi oleh ku. Melihat buku satu persatu dan mencoba mendesain. Deadline dari perlombaan ini sisa satu minggu tiga hari lagi, dan dirinya belum ada yang di buat. Ditengah keseriusan mengerjakan, deringan ponsel membuat nya harus berhenti sejenak. Mengambil ponsel tersebut kemudian melihat nama pemanggil, ternyata
Matahari bersinar terang, jalanan dipenuhi oleh banyak pengguna membuat kemacetan terjadi. Aku menatap lurus dan melihat kericuhan yang terjadi. Banyak yang tak mau mengalah, jelas-jelas lampu lalu lintas bewarna merah, tapi masih aja ada yang menerobos, dan melanggar. Indahnya kota ini. Lampu sudah bewarna hijau, aku mulai melajukan mobil dengan perlahan. Hari ini aku akan pergi ke sebuah kampung yang sangat terpencil. Kampung itu adalah tempat ku tinggal saat masih kecil. Namun aku sekarang tinggal di kota untuk merubah nasib sesuai keingingan orang tua ku. Dan juga ingin mencari pelaku pembunuh keluargaku. Kejadian itu masih terekam jelas di otak ku dan tak akan pernah di lupakan.Betapa indahnya masa kecilku sebelum peristiwa itu menyerang, walaupun dulunya keluargaku adalah keluarga yang tak berkecukupan namun kasih sayang mereka sangat melimpah. Ibu adalah seorang malaikat bagiku, masih teringat jelas dirinya yang tak pernah marah kepadaku apapun itu permas
Kenzo saat ini sedang berberes-beres merapikan rumah nya yang berada di kampung. Mulai dari mengelap meja, kursi-kursi tua kemudian dilanjutkan menyapu lantai, mengepel hingga membersihkan jaring laba-laba yang berada diatas sudut dinding rumah. lanjut kedalam kamar mandi yang tampak sangat kotor akibat beberapa tahun tak dipakai. Mulai menyikat lantai, bak mandi hingga dinding. Membersihkan seluruh ruangan dengan telaten. Saat semua sudah selesai, Kenzo dudul sambil memperhatikan sekeliling ruangan yang tampak jauh lebih bersih dan rapi. Kenzo bangkit dari duduk nya, pergi keluar rumah dan menatap para warga kampung yang sedang bekerja. Melangkah mendekat kearah bapak-bapak yang sedang memanen jagung."Permisi pak, saya mau bantu bapak boleh?" tanya Kenzo kepada sekumpulan bapak-bapak.Dengan senang hati para bapak-bapak itu mengatakan boleh. Kenzo diajari cara memanen jagung. Kenzo juga diajak mengobrol bareng."Kalau bapak gak salah ingat,
Aku baru saja pulang lari pagi. Bulir-bulir keringat bercucuran di kening dan tubuhku. Aku menatap kearah pintu apartemen seeorang yang sudah beberapa hari tak kulihat. Sedikit rasa rindu melihat wajah tampan pria itu. Berjalan masuk kedalam apartemen milik ku, lalu melangkah ke dapur dan membuka kulkas mengambil minuman dingin. Aku berjalan ke arah rak piring ingin mengambil cangkir. Mataku terhenti pada sebuah kotak makan. Mengambil nya, lalu kembali teringat pada seseorang yaitu Kenzo. Kemana dia? Aku kangen masakannya. Berjalan keluar dan mendekati apartemen Kenzo. Memencet bell siapa tau ada didalam namun tak ada jawaban membuatku menghembuskan nafas.“Kemana kau?” Aku mengatakan itu dengan suara pelan.Saat ini Kenzo masih berada di kampung tempat tinggalnya dulu. Dirinya sedang mempersiapkan barang-barang untuk dia pulang. Tentu saja dia tak boleh berlama-lama disini, sebab ada banyak pekerjaan yang harus dituntaskannya. Berjalan keluar rumah lalu me
BRAK!!!Aku memukul maling tersebut tanpa ampun. Merasa puas dengan semua yang ku lakukan, namun ku mendengar suara kesakitan maling itu tampak familiar ditelinga ku. Membalikkan badan sang maling, betapa terkejutnya aku saat melihat siapa maling tersebut.“Shit, Re ini aku Kenzo!” Ya orang tersebut adalah Kenzo, aku terkejut dan meminta maaf padanya. Lalu membantu dia berdiri.“Astaga maafkan aku, mari ku bantu mengobatinya,” ucapku tak enak hati.“Tidak apa-apa, untunglah aku kuat jadi tak merasa sakit,” ucapnya dengan nada sombong. Aku tertawa mendengarnya. Tetapi sebuah pertanyaan ada dalam pikiranku, mengapa malam-malam begini Kenzo datang. Bukannya dia sudah menghilang selama beberapa hari? Mungkin akan ku tanya saja agar tak penasaran.“Kenzo aku ingin bertanya boleh?” Aku meminta ijin terlebih dahulu yang di balas dengan anggukan kepalanya.“Kau kenapa datang