“Aku tidak melarang Oliver bertemu dengan kakakmu. Hanya saja, aku tidak akan mengizinkan kakakmu membawa Oliver kembali kepadanya.” Alia berbicara dengan tatapan yang begitu tajam.“Tidak, saya tidak akan melakukan hal itu kepada Anda. Oliver sudah bahagia bersama Anda dan saya tidak mungkin mengacaukan kehidupan Anda. Saya hanya ingin Oliver tahu kalau Prita adalah ibu kandungnya.” Bibi Weni berbicara dengan nada penuh permohonan. Wanita itu ingin menebus kesalahannya kepada Oliver dan Prita.“Apa kamu berjanji tidak akan membawanya pergi dariku? Aku sangat menyayanginya dan aku tidak mungkin membiarkan Oliver pergi dariku.” Alia masih meragukan keinginan Bibi Weni. Wanita itu takut kalau Prita akan mengambil putranya.“Nyonya Alia, Anda bisa mempercayai semua ucapanku. Jadi, apa Anda mengizinkan Oliver untuk bertemu dengan ibu kandungnya?” tanya Bibi Weni dengan tatapan penuh harap. Ia masih berharap Alia mau memberikan kesempatan kepadanya.Cukup lama Alia terdiam dengan netra ber
“Alia, kami hanya ingin kamu sembuh. Bagaimanapun kami sangat menyayangimu. Begitupun cucu-cucu kita. Mereka sangat berharap kesembuhan untukmu.” Nyonya Dayana berbicara dengan netra berkaca-kaca. Wanita itu ingin yang terbaik untuk madunya.“Dayana, apa pun yang terjadi, aku ingin tetap berada di sini. Ketika aku berada di sini, aku merasa lebih tenang. Aku bahkan merasakan kedamaian yang belum pernah aku alami. Kalian adalah penyemangat untukku saat ini.” Nyonya Dayana berbicara dengan tatapan sendu. Wanita itu merasa sedih mendengar ucapan Alia.Alia hanya menggeleng, wanita itu mencoba meyakinkan James dan Dayana kalau semuanya akan baik-baik saja.“Apa kamu percaya dengan ucapanku?” tanya Alia dengan senyum di wajahnya.Nyonya Dayana mengangguk dan memeluk erat tubuh ringkih Alia. Tidak ada kemarahan di sana, yang ada hanya rasa kasih sayang yang tengah bersemi di antara mereka.Tuan James menghapus setitik air mata yang menetes di wajahnya. Laki-laki itu merasa terharu dengan s
“Kenapa kamu datang lagi ke sini?” ucap Yura dengan nada ketus.“Yura, bukankah kamu berjanji akan ikut bersamaku pergi ke rumah sakit? Kita akan memeriksakan kehamilanmu,” jawab Zack dengan penuh kelembutan.“Aku berubah pikiran dan sepertinya aku tidak akan ikut bersamamu.” Yura berbicara sambil memalingkan wajahnya. Ia bahkan terlihat tidak suka dengan kehadiran Zack di apartemennya.“Kenapa? Apa kamu tidak ingin melihat dia? Apa kamu tidak ingin tahu perkembangannya? Melihat dia di dalam sana, pasti sangat menyenangkan.” Zack berbicara dengan netra berbinar. Laki-laki itu sudah membayangkan pertemuannya dengan calon anaknya.“Untuk apa? Aku tidak tertarik untuk melihatnya. Dia hanya menyusahkanku saja. Kalau bukan karena dia, aku sudah terbang ke Korea untuk menjalani pemotretan. Aku sudah menikmati salju dan bermain bersama teman-temanku. Aku tidak akan terkurung di apartemen ini dengan rasa mual dan muntah yang menyiksa.” Yura berbicara dengan nada berapi-api. Ia merasa kesal ka
“Aku suka aroma ini,” gumam Zack dengan seulas senyum di bibirnya.“Aroma?” tanya Yura dengan tatapan menyeledik. Wanita itu merasa heran dengan sikap Zack yang tengah duduk di sampingnya.“T-tidak, maksudku aku suka dengan aroma parfum di mobilku. Kebetulan aku pecinta kopi,” jawab Zack dengan nada penuh kecanggungan.“Ternyata aroma parfum di mobil ini, ya aku juga menyukainya. Aroma kopi itu sangat menanangkan dan aku benar-benar menyukainya!” kekeh Yura dengan netra berbinar.“Apa kamu sudah membuat janji dengan dokter itu?” tanya Yura dengan tatapan lekat.“Ya, aku sudah membuat janji dengannya. Kamu tenang saja, dokternya baik dan tentunya sangat ramah. Kebetulan, dia kenalanku ketika sedang berlibur di Labuan Bajo. Dokter itu beberapa kali memesan lukisanku.” Zack bercerita kalau dokter yang akan ditemui adalah kenalannya. Mereka bertemu ketika dokter itu pergi berlibur ke Labuan Bajo.“Apa dokter itu cantik?” tanya Yura dengan tatapan lekat.“Ya, dia cantik dan ketika menikah,
“Nona Yura, kalian sudah berapa lama berkencan? Apa Zack pria yang menyebalkan?” kekeh Dokter Remona dengan senyum di wajahnya.“K-kami tidak memiliki hubungan apa-apa,” jawab Yura dengan nada ketus.DEG!Zack tampak tersenyum kecil, ada rasa sakit yang tengah ia sembunyikan di balik tatapan matanya. Laki-laki itu bahkan berusaha bersikap normal di hadapan Dokter Remona.“Zack, kekasihmu lucu sekali. Dia bahkan sangat pandai bercanda!” kekeh Dokter Remona. Wanita itu menepuk bahu Zack sambil tertawa mendengar ucapan Yura.“Dokter, dia memang sangat senang bercada,” jawab Zack dengan senyum kecil di wajahnya.“Dok, aku sedang tidak bercanda. Aku berbicara hal yang sebenarnya. Di antara aku dan Zack, tidak ada hubungan apa-apa.” Yura kembali menegaskan kalau dirinya tidak memiliki hubungan apa pun dengan Zack. Wanita itu berbicara dengan nada serius kepada Dokter Remona.“Maaf, aku tidak tahu. Sekarang aku periksa dulu kandunganmu,” ucap dokter itu dengan nada lembut. Ia segera bersiap
“Yura, kenapa kamu diam saja? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Zack dengan nada penuh perhatian. Laki-laki itu bertanya kepada Yura yang terdiam di sampingnya.“A-aku sedikit pusing, kepalaku terasa berdenyut,” jawab Yura sambil memijit pelipisnya.“Itu artinya Nona harus makan. Ibu hamil itu memang rentan lapar, jadi lebih baik sekarang makan dulu sebelum pulang.” Dokter Remona meminta Yura untuk makan. Wanita itu bahkan bersikap sangat ramah kepada Yura dan Zack.“Dokter Remona benar, sekarang makanlah dulu, kamu pasti lapar. Kasihan bayi kita,” bujuk Zack dengan penuh kelembutan.Yura ingin menolak namun Zack sudah terlanjur mengisi piringnya dengan menu yang sangat menggiurkan. Jujur, dari tadi dirinya memang sudah sangat lapar dan wanita itu tidak tahan dengan aneka makanan yang menggoda.Dengan perasaan canggung, Yura segera menyantap hidangan yang tersedia di meja. Wanita itu bahkan terlihat sangat lahap dan membuat Zack tersenyum kecil.“Makannya pelan-pelan, aku tahu kamu past
“Kenapa kamu mengejarku? Pergi saja ke Dokter Remona. Kalian bahkan bisa makan siang bersama tanpa gangguan dariku!” ucap Yura dengan netra mengembun.DEG!Zack terdiam dengan netra membola. Ia tidak menyangka kalau Yura akan berbicara seperti itu kepadanya.“Yura, tunggu!” seru Zack sambil berlari ke arah wanita yang tampak menjauh darinya.Yura merasa kesal dengan sikap Zack. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat akrab dengan Dokter Remona. Apa lagi Dokter Remona sekarang sudah menjanda dan itu artinya ada celah untuk mereka bersama.“Yura, kenapa kamu berbicara seperti itu padaku? Aku bahkan tidak paham dengan sikapmu.” Zack menyusul Yura dan berjalan di sisi wanita yang tengah tertunduk sambil menahan tangis.“Aku tidak mau berbicara padamu. Pergilah ke rumah sakit dan temui Dokter Remona. Sepertinya aku melihat kebahagiaan di antara kalian!” ucap Yura dengan nada dingin. Wanita itu terus melangkah ke unit apartemennya.Bukannya pergi, Zack justru tersenyum mendengar ucapan Yura. I
“A-aku tidak mencemaskanmu. Siapa bilang aku mencemaskanmu?” jawab Yura sambil memalingkan wajahnya. Ia merasa malu dengan tuduhan dan prasangka yang dilontarkan kepada Zack.“Ya, kamu tidak cemas tapi kamu cemburu,” bisik Zack dengan nada penuh arti.“A-apa kamu bilang? Cemburu? Kamu pikir, kamu setampan itu dan aku akan cemburu kepadamu? Jangan mimpi. Kamu bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Oliver!” seru Yura dengan nada penuh penekanan.“Ya, aku memang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Oliver. Tapi, kamu harus mengakui kalau aku adalah Ayah dari anakmu.” Zack berbicara dengan nada setenang mungkin. Ia bahkan terlihat santai menyikapi kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu.Yura tampak kesal, ia memilih untuk pergi dan menumpahkan tangisnya di kamar. Wanita itu merasa marah ketika Zack membagi perhatiannya kepada perempuan lain. Apa lagi hal itu terjadi di hadapannya. Zack sangat akrab dengan Dokter Remona, hal itu membuat Yura merasa cemburu kepada laki-lak