“Nona Yura, kalian sudah berapa lama berkencan? Apa Zack pria yang menyebalkan?” kekeh Dokter Remona dengan senyum di wajahnya.“K-kami tidak memiliki hubungan apa-apa,” jawab Yura dengan nada ketus.DEG!Zack tampak tersenyum kecil, ada rasa sakit yang tengah ia sembunyikan di balik tatapan matanya. Laki-laki itu bahkan berusaha bersikap normal di hadapan Dokter Remona.“Zack, kekasihmu lucu sekali. Dia bahkan sangat pandai bercanda!” kekeh Dokter Remona. Wanita itu menepuk bahu Zack sambil tertawa mendengar ucapan Yura.“Dokter, dia memang sangat senang bercada,” jawab Zack dengan senyum kecil di wajahnya.“Dok, aku sedang tidak bercanda. Aku berbicara hal yang sebenarnya. Di antara aku dan Zack, tidak ada hubungan apa-apa.” Yura kembali menegaskan kalau dirinya tidak memiliki hubungan apa pun dengan Zack. Wanita itu berbicara dengan nada serius kepada Dokter Remona.“Maaf, aku tidak tahu. Sekarang aku periksa dulu kandunganmu,” ucap dokter itu dengan nada lembut. Ia segera bersiap
“Yura, kenapa kamu diam saja? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Zack dengan nada penuh perhatian. Laki-laki itu bertanya kepada Yura yang terdiam di sampingnya.“A-aku sedikit pusing, kepalaku terasa berdenyut,” jawab Yura sambil memijit pelipisnya.“Itu artinya Nona harus makan. Ibu hamil itu memang rentan lapar, jadi lebih baik sekarang makan dulu sebelum pulang.” Dokter Remona meminta Yura untuk makan. Wanita itu bahkan bersikap sangat ramah kepada Yura dan Zack.“Dokter Remona benar, sekarang makanlah dulu, kamu pasti lapar. Kasihan bayi kita,” bujuk Zack dengan penuh kelembutan.Yura ingin menolak namun Zack sudah terlanjur mengisi piringnya dengan menu yang sangat menggiurkan. Jujur, dari tadi dirinya memang sudah sangat lapar dan wanita itu tidak tahan dengan aneka makanan yang menggoda.Dengan perasaan canggung, Yura segera menyantap hidangan yang tersedia di meja. Wanita itu bahkan terlihat sangat lahap dan membuat Zack tersenyum kecil.“Makannya pelan-pelan, aku tahu kamu past
“Kenapa kamu mengejarku? Pergi saja ke Dokter Remona. Kalian bahkan bisa makan siang bersama tanpa gangguan dariku!” ucap Yura dengan netra mengembun.DEG!Zack terdiam dengan netra membola. Ia tidak menyangka kalau Yura akan berbicara seperti itu kepadanya.“Yura, tunggu!” seru Zack sambil berlari ke arah wanita yang tampak menjauh darinya.Yura merasa kesal dengan sikap Zack. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat akrab dengan Dokter Remona. Apa lagi Dokter Remona sekarang sudah menjanda dan itu artinya ada celah untuk mereka bersama.“Yura, kenapa kamu berbicara seperti itu padaku? Aku bahkan tidak paham dengan sikapmu.” Zack menyusul Yura dan berjalan di sisi wanita yang tengah tertunduk sambil menahan tangis.“Aku tidak mau berbicara padamu. Pergilah ke rumah sakit dan temui Dokter Remona. Sepertinya aku melihat kebahagiaan di antara kalian!” ucap Yura dengan nada dingin. Wanita itu terus melangkah ke unit apartemennya.Bukannya pergi, Zack justru tersenyum mendengar ucapan Yura. I
“A-aku tidak mencemaskanmu. Siapa bilang aku mencemaskanmu?” jawab Yura sambil memalingkan wajahnya. Ia merasa malu dengan tuduhan dan prasangka yang dilontarkan kepada Zack.“Ya, kamu tidak cemas tapi kamu cemburu,” bisik Zack dengan nada penuh arti.“A-apa kamu bilang? Cemburu? Kamu pikir, kamu setampan itu dan aku akan cemburu kepadamu? Jangan mimpi. Kamu bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Oliver!” seru Yura dengan nada penuh penekanan.“Ya, aku memang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Oliver. Tapi, kamu harus mengakui kalau aku adalah Ayah dari anakmu.” Zack berbicara dengan nada setenang mungkin. Ia bahkan terlihat santai menyikapi kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu.Yura tampak kesal, ia memilih untuk pergi dan menumpahkan tangisnya di kamar. Wanita itu merasa marah ketika Zack membagi perhatiannya kepada perempuan lain. Apa lagi hal itu terjadi di hadapannya. Zack sangat akrab dengan Dokter Remona, hal itu membuat Yura merasa cemburu kepada laki-lak
“Yura, kenapa kamu tidak mau memakan bubur ini? Bukankah tadi kamu yang memintanya kepadaku?” tanya Zack dengan tatapan keheranan.“A-aku tidak mau bubur itu. Aku mau bubur yang ada di mangkuk milikmu!” jawab Yura sambil mengalihkan pandangannya. Ia merasa malu karena memohon sesuatu kepada Zack.“Bubur milikku? Kenapa tidak bubur milikmu saja? Kamu jangan bercanda.” Zack tampak tersenyum dengan tatapan lekat.“Aku tidak sedang bercanda. Aku ingin makan bubur yang ada di dalam mangkukmu. Sepertinya rasanya sangat nikmat.” Yura berbicara dengan netra berbinar. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya dari mangkuk milik Zack.“Yura, bubur ini sisaku. Apa kamu yakin ingin memakannya?” Zack tampak mengernyitkan keningnya ketika wanita itu memaksa untuk memakan bubur sisa Zack.“Ya, aku yakin. Jadi, biarkan aku memakannya.” Yura memohon dengan tatapan penuh harap. Wanita itu meminta oersetujuan Zack untuk memberikan bubur yang ada di mangkuknya.Zack hanya menghela napas dan mengang
Zack tampak terbelalak. Apa mungkin ini hanya sebuah mimpi atau ilusi? Apa benar seorang Yura berani memeluk dirinya? Sedangkan ia tahu kalau wanita itu kerap menolak mentah-mentah nasihat-nasihat darinya.“Yura, apa maksudmu?” Zack bertanya dengan kening mengernyit. Laki-laki itu masih tidak paham dengan ucapan wanita itu.“Aku mohon jangan pergi. Aku hanya ingin kamu tetap di sini menemaniku,” lirih Yura dengan netra berkaca-kaca. Wanita itu merasa sedih dengan kabar yang disampaikan oleh Zack.“Yura, kamu bicara apa? Aku pergi hanya sebentar. Setelah pamerannya selesai, aku akan segera kembali ke sini.” Zack berbicara dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu tahu kalau Yura tengah menangis di pelukannya.“Zack, aku mohon jangan pergi. Kalau kamu pergi, siapa yang akan menemaniku di sini?” ucap Yura dengan tatapan lekat. Ada kesedihan yang tergambar jelas di wajahnya.“Yura, kenapa kamu bersikap seperti ini? Bukankah kamu yang memintaku untuk pergi? Tapi, kenapa sekarang kamu berubah
“Prita, aku ingin meminta maaf padamu. Semoga saja kamu mau memaafkan aku!” ucap Bibi Weni dengan nada serius.“Meminta maaf? Untuk apa? Memangnya apa yang sudah kamu lakukan padaku?” tanya Nyonya Prita dengan kening mengernyit.“Lebih baik kamu duduk dulu. Aku buatkan teh untukmu. Kamu pasti sangat lelah kan?” ucap Bibi Weni dengan nada gugup. Wanita itu meminta kakak perempuannya untuk duduk dan beristirahat. Ia tahu kalau wanita itu telah menempuh perjalanan panjang dari Labunan Bajo.“Weni, aku sungguh heran dengan sikapmu. Tadi kamu tiba-tiba meminta maaf dan sekarang kamu memintaku untuk duduk. Jangan bilang kalau kamu sudah sakit ingatan gara-gara tidak kunjung menikah. Aku sudah bilang kalau laki-laki itu tidak baik untukmu. Sekarang kamu tahu kan? Kalau dia hanya memanfaatkanmu saja!” ucap Nyonya Prita dengan wajah kesal.Wanita itu mengingat baik hubungan adiknya dengan seorang pria yang akhirnya memilih meninggalkan Bibi Weni demi wanita lain. Laki-laki itu dengan teganya m
“Dosa? Dosa apa? Aku bahkan tidak mengerti dengan apa yang kamu maksud, Weni!” Nyonya Prita tampak keheranan dengan sikap adiknya. Ia berharap akan mendapatkan jawaban yang pasti dari Bibi Weni.“I-ini berkaitan dengan anakmu,” lirih Bibi Weni dengan bibir bergetar.“Anakku? Memangnya ada apa dengan Zack? Apa yang terjadi dengannya?” Nyonya Prita bertanya dengan tatapan lekat. Ia tidak paham dengan perkataan adiknya.“Bukan Zack tapi Oliver,” jawab Bibi Weni dengan wajah tertunduk dalam. Ia merasa bersalah karena sudah membuat ibu dan anak itu terpisah selama puluhan tahun.“O-oliver? Siapa dia dan apa maksudmu berbicara seperti itu?” Nyonya Prita mengernyitkan keningnya. Wanita itu merasa heran dengan ucapana adiknya.“Oliver adalah kembaran Zack dan aku merasa bersalah karena telah memisahkan kalian!” Bibi Weni memberanikan diri untuk berterus terang. Wanita itu tahu kalau Prita pasti merasa terguncang dengan berita yang ia sampaikan.“K-kembaran Zack? Apa maksudmu? Bukankah dia sud