“Prita, aku ingin meminta maaf padamu. Semoga saja kamu mau memaafkan aku!” ucap Bibi Weni dengan nada serius.“Meminta maaf? Untuk apa? Memangnya apa yang sudah kamu lakukan padaku?” tanya Nyonya Prita dengan kening mengernyit.“Lebih baik kamu duduk dulu. Aku buatkan teh untukmu. Kamu pasti sangat lelah kan?” ucap Bibi Weni dengan nada gugup. Wanita itu meminta kakak perempuannya untuk duduk dan beristirahat. Ia tahu kalau wanita itu telah menempuh perjalanan panjang dari Labunan Bajo.“Weni, aku sungguh heran dengan sikapmu. Tadi kamu tiba-tiba meminta maaf dan sekarang kamu memintaku untuk duduk. Jangan bilang kalau kamu sudah sakit ingatan gara-gara tidak kunjung menikah. Aku sudah bilang kalau laki-laki itu tidak baik untukmu. Sekarang kamu tahu kan? Kalau dia hanya memanfaatkanmu saja!” ucap Nyonya Prita dengan wajah kesal.Wanita itu mengingat baik hubungan adiknya dengan seorang pria yang akhirnya memilih meninggalkan Bibi Weni demi wanita lain. Laki-laki itu dengan teganya m
“Dosa? Dosa apa? Aku bahkan tidak mengerti dengan apa yang kamu maksud, Weni!” Nyonya Prita tampak keheranan dengan sikap adiknya. Ia berharap akan mendapatkan jawaban yang pasti dari Bibi Weni.“I-ini berkaitan dengan anakmu,” lirih Bibi Weni dengan bibir bergetar.“Anakku? Memangnya ada apa dengan Zack? Apa yang terjadi dengannya?” Nyonya Prita bertanya dengan tatapan lekat. Ia tidak paham dengan perkataan adiknya.“Bukan Zack tapi Oliver,” jawab Bibi Weni dengan wajah tertunduk dalam. Ia merasa bersalah karena sudah membuat ibu dan anak itu terpisah selama puluhan tahun.“O-oliver? Siapa dia dan apa maksudmu berbicara seperti itu?” Nyonya Prita mengernyitkan keningnya. Wanita itu merasa heran dengan ucapana adiknya.“Oliver adalah kembaran Zack dan aku merasa bersalah karena telah memisahkan kalian!” Bibi Weni memberanikan diri untuk berterus terang. Wanita itu tahu kalau Prita pasti merasa terguncang dengan berita yang ia sampaikan.“K-kembaran Zack? Apa maksudmu? Bukankah dia sud
Oliver tampak cemas sambil sesekali mengepalkan tangannya. Ia sengaja mengembuskan napas kasar untuk mengurangi rasa khawatir di dalam hatinya.“Hallo!” ucap Oliver dengan nada gugup ketika seseorang menerima panggilannya.“Hallo Oliver, ada apa? Bagaimana bulan madunya? Apa kalian merasa senang berada di sana?” tanya Tuan James dengan nada penuh semangat. Laki-laki itu merasa senang ketika mendengar suara putranya di ujung sana.“Bulan madunya sangat menyenangkan dan kami tidak menyesal memilih untuk pergi ke sini. Suasananya sangat nyaman dan itu membuatku selalu mengingat anak-anak. Aku ingin sekali mengajak mereka pergi berlibur,” jawab Oliver dengan nada penuh semangat.“Ayah ikut senang mendengar kebahagiaan kalian di sana. Semoga saja, setelah pulang dari berbulan madu, akan ada kabar baik untuk keluarga kita,” kekeh Tuan James dengan senyum yang mengembang.“Ayah, aku juga berharap hal yang sama. Semoga saja setelah pulang dari sini, akan ada kabar baik untuk kalian. Ayah, ba
“A-apa itu artinya kita akan melakukannya lagi?” tanya Sonya sambil menggigit bibirnya. Ia tahu kalau Oliver tengah menginginkan sesuatu dari dirinya.Oliver mengangguk dan segera membungkam bibir Sonya dengan pagutan yang begitu panas. Laki-laki itu bahkan tidak memberikan kesempatan Sonya untuk mengambil napas lebih banyak lagi.Oliver semakin memperdalam ciumannya dan merasakan debaran yang tidak biasa. Laki-laki itu siap untuk mendayung perahunya menuju lautan cinta yang begitu luas penuh riak dan ombak.Sonya tampak tersengal-sengal dengan wajah yang memerah. Laki-laki itu tersenyum tipis sambil membelai pipi wanita yang tengah tertunduk dengan perasaan campur aduk.Dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu mengikis jarak di antara mereka dan segera mengangkat tubuh Sonya dan membaringkannya di bath tub. Oliver bahkan tidak mampu membendung rasa yang tengah bergejolak hebat di dalam dirinya.Dengan sigap Oliver segera memposisikan diri. Laki-laki itu memeluk Sonya dari belakang dan
Oliver tampak terkejut. Laki-laki itu hanya tersenyum ketika mendengar pertanyaan istrinya.“Apa maksudmu, Sonya? Aku bahkan tidak paham dengan pertanyaanmu,” kekeh Oliver dengan tatapan penuh arti.“Oliver, aku hanya ingin bertanya mengenai wanita di masa lalumu. Aku pikir, pria sepertimu pasti banyak dikelilingi wanita. Apa lagi, kamu memiliki segalanya.” Sonya berbicara dengan wajah tertunduk. Ia merasa cemburu ketika membayangkan kedekatan Oliver dengan mantan kekasihnya terdahulu.“Sonya, kamu pikir aku pria macam apa? Aku bahkan tidak akan segampang itu mengajak wanita itu naik ke atas ranjangku. Jadi, jangan berpikiran yang tidak-tidak!” Oliver mengangkat dagu istrinya. Laki-laki itu berbicara dengan nada serius.“Apa kamu benar-benar belum pernah melakukannya dengan siapa pun?” tanya Sonya dengan tatapan lekat.Oliver tersenyum dan mengangguk. Laki-laki itu memastikan kalau dirinya belum pernah menyentuh wanita mana pun selain istrinya. Namun, Sonya sepertinya belum puas denga
“Jadi, apa yang harus aku lakukan supaya kamu mau memaafkan aku?” Oliver tampak pasrah ketika Sonya tetap berkeras untuk tidak memaafkan dirinya.Sonya terdiam cukup lama sambil mencari jawaban yang tepat untuk suaminya. Sebenarnya Sonya tidak tega melihat Oliver seperti itu, hanya saja ia merasa kesal ketika Oliver begitu menjaga Yura dengan penuh cinta. Meski wanita itu hanyalah masa lalu untuk suaminya, tetap saja Sonya merasa cemburu kepada wanita itu.“Cium aku!” jawab Sonya dengan nada singkat.Oliver tampak terkejut. Laki-laki itu bahkan tidak menyangka kalau Sonya akan meminta sebuah ciuman darinya.“Hanya ciuman?” tanya Oliver dengan tatapan menggoda.Sonya hanya tersenyum dan berusaha menghindar dari laki-laki yang tengah berada di dekatnya. Ia sengaja menjauh ketika Oliver ingin menggodanya.“Kenapa kamu lari? Apa kamu pikir aku tidak bisa menangkapmu!” seru Oliver sambil berlari ke arah Sonya. Laki-laki itu sudah tidak sabar ingin memberikan pelajaran kepada istrinya.“Cob
“Kalau boleh tahu, siapa nama calon menantuku, Zack?” tanya Nyonya Prita dengan tatapan penuh harap.Zack tampak terkejut, laki-laki itu hanya tersenyum dan merangkul tubuh Nyonya Prita.“Bu, kalau waktunya sudah tepat, aku akan membawa dia ke hadapanmu. Sekarang, aku ingin berbincang banyak hal denganmu, Bu.” Zack berbicara dengan netra berbinar. Laki-laki itu memeluk erat wanita yang telah mengandung dan melahirkannya ke dunia.“Zack, kenapa harus nanti? Apa tidak sebaiknya sekarang saja kamu beritahu Ibu? Ibu bahkan sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya. Apa dia sosok yang cantik? Atau dia sosok yang sangat ramah sehingga kamu jatuh cinta kepadanya? Ayo, ceritakanlah padaku!” rajuk Nyonya Prita dengan nada penuh permohonan.“Bu, kenapa harus sekarang? Aku bahkan belum siap untuk menceritakan sosoknya. Dia itu terlalu indah dan aku merasa beruntung mendapatkannya,” ucap Zack dengan tatapan menerawang.“Dia pasti sangat istimewa dan Ibu yakin, dia sosok yang luar biasa.” Nyonya P
“Zack, apa ini?” tanya Nyonya Prita dengan tatapan dingin dan mengintimidasi.Tubuh Zack menegang. Netranya menangkap sesuatu yang berada di dalam genggaman tangan ibunya. Tubuhnya bahkan sudah bergetar hebat dan membuat lidahnya terasa kelu.“Zack, apa kau mendengarku? Apa ini dan tolong jelaskan kepadaku?!” seru Nyonya Prita dengan nada penuh pekenakan.“Benda ini milik siapa?” lanjut Nyonya Prita dengan netra berkilat-kilat.“B-bu, aku bisa jelaskan semuanya. Sekarang, biarkan aku duduk dulu.” Zack berusaha menenangkan Nyonya Prita. Laki-laki itu berjanji akan memberikan penjelasan terkait dengan benda terjatuh dari saku celananya.“Zack, selama ini Ibu sangat percaya padamu. Lalu, kenapa kamu tega menghancurkan kepercayaanku? Kenapa kamu tega menyakiti hatiku?” ucap Nyonya Prita dengan nada bergetar. Wanita itu sangat terluka dengan kenyataan yang baru saja dilihatnya.“Bu, ini tidak seburuk yang Ibu kira. Aku memang bersalah, tapi aku tidak pernah berniat menyakiti hatimu. Percay