Share

BAB 23

Penulis: Elraa Hafa06
last update Terakhir Diperbarui: 2020-12-22 08:39:55

Di sebuah kafe bertuliskan Atlas, kami berhenti. Poster yang tertera di atas sana terlihat menggugah selera. 

Berbagai macam olahan makanan ada yang familiar dan juga asing, mungkin makanan dari lokal juga luar negeri. 

Melihat harga yang terpampang di sebelah menu yang cukup mahal itu aku langsung mengelus dada. Kaget. Jadi begini rasanya kalau diajak oleh orang kaya. Mampirnya ke restoran yang harganya tak terjangkau untuk kantong  orang sepertiku.

Uang yang kubawa tidak lebih dari dua puluh ribuan. 

"Pak," Aku meringis sembari menggaruk tengkuk. 

"Hm?" Lelaki itu menolehkan pandangan padaku. 

"Saya nggak punya duit banyak buat makanan di sini, bisa nggak pindah ke tempat lain aja? Yang lebih sederhana gitu?"

"Yang bilang kamu bayar, siapa? Saya yang traktir. Ayo masuk," katanya lagi. 

Setelahnya, lelaki itu melangkahkan kaki memasuki teras kafe dan tidak menoleh lagi padaku.  <

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 24

    "Terlalu banyak motif," "Terlalu simpel," "Gak enak dilihat," "Coba lihat yang lain," Satu kali lagi dia bilang begitu akan kupukul kepalanya. Andai saja, andai. Memikirkannya saja sudah membuatku geram setengah hidup. Aku menanggapinya dengan senyum tertahan dari tadi. Terus menarik bibir dan mengakibatkan pipi ini kaku. Untung saja sabar. Sudah siap sedia kantong kesabaran bergentong-gentong ini. Aku memiringkan kepala ke sebelah kiri, terus mencari kira-kira mana kalung paling indah dan menawan, setidaknya begitu menurut Pak Malik. Kulihat lelaki itu serius menyipitkan matanya ke dalam kaca di mana berbagai macam bentuk kalung berada. Mungkin agar penglihatannya lebih jelas. Dia berseru tatkala aku ingin menolehkan pandangan ke sisi lain, lumayan terkejut dibuatnya. Kini penjual wanita itu yang beraksi. Tahu saja kalau ada yang ganteng. Aku mencebik sembari menyilangkan tan

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-24
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 25

    Matahari terlihat menyilaukan tatkala kutengadahkan kepala. Aku tiba di halaman rumah megah itu tepat pukul sembilan. Jaket denim dengan baju dalaman kaus cream dipadukan dengan celana kain hitam yang kugunakan saat ini terlihat tidak terlalu mencolok, syukurlah. Padahal tadi aku buru-buru mengambil baju apa saja yang kulihat. Tak peduli cocok atau tidak yang penting cepat selesai dan cepat pergi, karena aku bangun terlambat sekitar jam setengah sembilan. Tadi malam setelah mengakhiri panggilan dari Pak Malik, Arumi mengajakku untuk melakukan video call sampai tengah malam dan ternyata Daniel juga ikut. Aneh, tidak biasanya mereka mengajakku sekalian untuk video call. Baru saja ingin menekan bel, tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan tepukan di bahu. Tersentak aku dibuatnya, menoleh ke belakang kulihat Pak Dani--satpam rumah ini menunjuk ke dalam sana. Dan, kulihat juga Pak Slamet berdiri di sana dengan tangannya menggantung di udara.

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-26
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 26

    "Malik! Sean!" Suara itu sukses membuat kami terkejut. Cepat-cepat aku menoleh ke belakang, melihat apa gerangan kiranya yang membuat ibu Pak Malik berteriak. Pak Malik kutebak sama paniknya. Terbukti dia langsung menjatuhkan kardus di tangannya dan langsung berlari menghampiri sang ibu. Aku menyusulnya. Setengah berlari hingga akhirnya sampai juga. "Kenapa, Tante?" "Tikus," Wanita itu menunjuk ke dalam bagasi mobil. Benar saja, seekor tikus ada di sana, dengan santainya dia menaiki kardus yang tersusun rapi. Sepertinya tikus itu tidak takut manusia. Karena aku tidak geli ataupun takut dengan makhluk tersebut. Dua langkah mendekat kuambil kemoceng yang ada di dalam bagasi. Jangan tanya untuk apa fungsinya. Sudah pasti mengusir tikus itu. Aku menakutinya dengan mendekatkan kemoceng itu padanya, dengan memukul pelan, tak sampai hati jika harus menyakitinya. Tak lama akhinya tikus itu pergi. Melom

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-26
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 27

    Aku mendelik. Sesekali membuang napas kasar, memijit pelipis dan berakhir dengan menggerutu sendiri dalam hati. "Eh, Nad? Apa kabar?" Daniel barusaja tiba. Pintu ruangan dia geser hingga terbuka lebar. Bisa kulihat walaupun dalam posisi menunduk. Kuangkat wajah, menatapnya sinis. Lelaki itu sudah dadah-dadah manja padaku. Dia sepertinya minta ditabok. Aku sedang sakit kepala hari ini. Untungnya tak lupa membeli koyo saat kemari, kutaruh di dahi untuk menghilangkan rasa sakit yang menyergap kepala. Belum lagi dengan hidungku yang sejak malam bersin-bersin. Bertambah sudah penderitaanku hari ini. Berkat kemarin hujan-hujanan pergi bersama Alif membeli jajanan di pinggir kota. Membuat kami pulang dengan keadaan basah kuyup karena tak sanggup lagi menunggu lebih lama. Alif, kulihat dia baik saja, tak ada yang salah dengan tubuhnya, tapi kenapa hanya aku yang demam? Padahal kami sama-sama kehujanan. Sepertinya daya tahan tubuh bocah itu lebih bagus d

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-01
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 28

    "Bapak! Loh ngapain sampe di sini?" Aku mengamati lelaki itu untuk sesaat, bus yang kami tumpangi sudah melaju pelan. "Kenapa?" "Bukannya punya mobil? Kenapa nggak pake itu saja buat pulang?" "Sesekali saya juga mau naik kendaraan umum. Lalu kenapa kamu harus protes? Padahal ini untuk umum?" tanyanya. Seketika pertanyaan darinya membuatku mengatupkan bibir rapat-rapat menelan kekesalan. Aku menghela napas kasar. Tak ingin bertanya lebih dalam. Mengedarkan pandangan, sekilas kulihat banyak penumpang ibu-ibu dan anak gadis yang berbisik dengan teman duduk di sebelahnya. Mungkin kehadiran Pak Malik alasannya. Lelaki dengan tatapan tajam itu, terlihat tak peduli saat aku kembali menoleh padanya. Kuarahkan pandangan ke arah lain, asalkan tidak menatapnya saja. Duduk di kursi bagian tengah dengan kedua tangan menyilang. Tak lama kudengar deheman darinya. Aku menoleh sebentar tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-02
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 29

    "Saya bahkan belum pernah lihat dia seceroboh ini," kata Mama, entah kenapa Mama jadi sering membuka aibku di depan Pak Malik. Spontan aku menoleh pada Mama dengan tatapan tak suka. "Iya, benar, Tan." Mama ikut tersenyum setelah mendengar lelaki itu berbicara. Wanita itu menaruh piring di atas meja. Aku mencebik. Lelaki itu tampak menarik kursi meja untuk dia duduki. Setelahnya pandangan menyebalkan itu lagi-lagi dia perlihatkan. Aku mendelik sinis. Mengumpat sejadi-jadinya dalam hati. Dia duduk di kursi yang langsung menghadap ke dapur. Satu meja berwarna cokelat tua yang memanjang dengan 6 kursi yang tersedia di sana sudah tersedia berbagai macam makanan. Dia tidak tahu apa kalau aku itu grogi? Gara-gara pergerakanku diawasi olehnya, aku jadi kurang fokus. Dan itu menyebabkan kue yang kuletakkan di atas meja jadi berantakan bentuknya karena terpeleset jatuh dari tanganku. Aku membereskannya cepat. Kue

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-05
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 30

    Pagi ini langit dihiasi awan cirrus. Langkahku berhenti tepat di gerbang dengan nama Panti Asuhan Kasih Bunda. Di bawah pohon ketapang itu seorang wanita berkerudung tengah duduk dikelilingi oleh para anak-anak yang mana mereka menoleh saat aku menggeser gerbang. Ternyata suara berisik dari gerbang mengejutkan mereka. Dua orang gadis kecil mendekat padaku. Alea dan Syana, gadis yang usianya belum genap 14 tahun. Dua orang yang paling sering berinteraksi denganku saat datang ke sini. Hari ini aku memang menyempatkan diri mampir ke panti. Setelah lama tak pernah datang lagi karena setiap harinya sibuk bekerja dan tak ada waktu untuk libur Berniat untuk menyapa lagi para anak-anak panti, membawa sedikit cemilan dan pakaian yang mungkin nantinya bisa mereka pakai. Tujuan utamaku kemari adalah untuk kembali mengenang almarhum Papa. Mengenang lewat kenangan saat bagaimana Papa dengan ra

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-05
  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 31

    "Pak Malik udah dua minggu nggak ada kabar. Gimana menurut lo, Nad?" Aku yang baru saja mengalihkan pandangan ke luar jendela kantor dikejutkan dengan keberadaan Arumi yang tiba-tiba sudah ada di seberang meja. Arumi menatapku lekat sembari menyandarkan tangannya pada kursi di seberang meja. Seperti sedang berpikir. Sambil memainkan jemarinya di sana. "Gue juga nggak tau, Rum," jawabku. Hal itu membuat gadis itu menatap tak percaya padaku. "Bukannya lo dekat sama dia?" Dekat katanya. Aku tertawa hambar sembari menggelengkan kepala. Hubungan kami tidaklah lebih dari majikan dan pembantu. Juga bos dan karyawan. Mana bisa dibilang dekat. "Mungkin ada tugas di luar kota." Lelaki itu menggedik. Daniel ikut menyambar. Dia melewati meja kerjaku dengan setumpuk lembaran di kedua tangannya. Bisa kulihat bagaimana ekspresinya yang sedang menahan berat. Seperti orang sesak boker. Ya, persis se

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-09

Bab terbaru

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 51

    Setelah melewati berjam-jam perjalanan. Kini Malik tiba di depan halaman rumah sakit. Sebelumnya Kyla telah ia titipkan pada Rama. Awalnya gadis itu meminta ingin ikut, tapi Malik menolak karena tak ingin membuat Kyla kembali kambuh sakitnya. Sebab gadis itu baru saja sembuh. Langkah kakinya lebar-lebar saat memasuki pintu otomatis. Dalam kekalutan, hanya ada satu nama yang terus digaungkan di hatinya. Nama yang terus melekat kuat, hingga meski datang padanya adalah hal yang sungguh sulit, akan tetap dilewati Malik. Semuanya hanya demi satu nama ....... Nada. Tangannya menekan tombol lift. Diketuknya beberapa kali sepatu pada lantai keramik. Dipijatnya pangkal hidung demi meredakan pusing yang mendera. Malik mendongakkan wajah, nomor yang tertera di atas sana masih terlalu jauh untuk tiba ke lantai satu. Sialan. Tak ada waktu. Umpat Malik. Tanpa pikir panjang, ia berlari menuju tangga darurat. Lantai 4

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 50

    Hari ini setelah berbicara dengan dokter tentang kepulangan mereka ke Indonesia, Malik sudah menyiapkan segalanya agar bisa segera pulang ke tanah air. Ia meminta asistennya-Rama--untuk menyiapkan keperluan ini dan itu. Termasuk membayar seluruh biaya rumah sakit Kyla.Setelah drama yang cukup lama dan menguras emosi dengan Tante Anin dan Sarah yang berkeras menahannya untuk tetap tinggal di rumah sakit lebih lama, akhirnya dengan persetujuan dari Irish sendiri Malik bisa pulang tanpa harus lebih lama meladeni dua wanita menyebalkan itu. Sepertinya sekarang, Irish itu jauh lebih baik dibandingkan mereka berdua. Pikir Malik.Bandara.Kyla sudah bersiap dengan kursi rodanya. Gaun selutut yang dikenakan gadis itu terlihat feminin dengan warna peach dan putih corak bunga anggrek. Pita pink di rambut Kyla, menambah kesan imut pada gadis itu.Malik mendorong kursi roda Kyla. Melangkah pelan sambil sesekali mengecek jam tangan. Pukul 8 pagi. Itu berarti dua jam

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 49

    Malik duduk di sebelah ranjang Kyla. Mengumbar senyum saat gadis itu membuka mata, tangan mungil itu mengucek mata sembari duduk. "Abang?" "Hm?" Malik tak mengalihkan pandangannya dari buku milik Kyla. Tangannya sibuk meneruskan membaca hampir di bagian pertengahan. Setelah dilihat-lihat lagi. Kini Kyla malah terlihat malu. Pipinya semerah kepiting rebus. Ditarik kasar buku itu dari tangan Malik, lalu mendekap kuat-kuat seolah akan diambil lagi oleh lelaki itu. "Jangan dilihat, Bang!" "Loh ... kenapa?" "Semua rahasia Kyla ada di sini. Jadi, jangan dipegang dan baca titik!" "Kan, abang cuma mau lihat, Kyla." Malik mencoba membujuk. Mengulurkan tangan pada gadis itu. Sedangkan Kyla tetap tidak mau memberikan buku itu, lalu memasukkan buku tadi ke bawah bantalnya. Dengan wajah cemberut, sekilas dipandangnya ke arah Malik lalu tidur berbalik memunggungi lelaki itu.

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 48

    Malam hari "Tunggu saja, aku akan membuatmu kembali secepatnya ...." Tin. Suara klakson mobil membuat sosok dengan penutup kepala hoodie dengan masker hitam itu menggeser tempatnya dengan hati-hati lalu menunduk, bersembunyi di balik tembok agar tak terlihat. Untungnya ia sudah masuk ke dalam pagar secara diam-diam sejak tadi. Matanya masih sibuk memperhatikan bayangan seorang gadis dari balik gorden. Sudah cukup lama ia mengawasinya. Mendengar suara pagar yang terbuka, secepat kilat langkahnya berlari ke tempat rerumputan lebat. Dengan napas memburu dan kaki yang gemetaran. Dipilihnya untuk duduk sembari memerhatikan terlebih dahulu. Aman atau tidak. Dan benar saja, dari arah pagar matanya menangkap sosok seorang wanita dan seorang bocah. Mereka akan masuk ke dalam rumah itu. Matanya membulat tak percaya. Sepertinya ia mengenal mereka. *** Nada mondar-mandir di sisi ranja

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 47

    Malik mengetuk pintu di hadapannya. Ruangan dokter yang menangani Kyla selama di sini. Rencananya, pria itu ingin mengajak Kyla berjalan-jalan di luar, mungkin sekedar lihat-lihat suasana kota ini dan juga membeli hadiah untuk gadis itu. Untuk itu Malik menanyakan pada sang dokter untuk meminta izin pada dokter membawa Kyla berjalan-jalan keluar sebentar. Pintu diketuk tiga kali. Suara dari dalam menyahut, menyuruh Malik masuk. Diputarnya knop pintu, lalu wajah pria bertubuh gemuk dengan kacamata bertengger di hidungnya itu tersenyum ramah. "Pak Malik, senang melihatmu lagi!" Pria itu berujar dalam bahasa inggris, tangannya masih sibuk mengetik di laptop. Sedang senyumnya merekah sehingga membuat keriput di wajahnya terlihat. Malik menutup kembali pintu, berjalan mendekat ke meja kerja pria itu lalu menarik kursi untuk duduk. "Saya juga," balas Malik. Matanya memperhatika

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 46

    "Irish! Sudah hampir setengah jam kamu di dalam sana. Buka pintunya sekarang! Tak ada jawaban. Masih seperti setengah jam yang lalu, hening sekali seperti tidak ada aktivitas. "Irish, kuhitung sampai tiga. Kalau kamu tidak membukanya akan kudobrak sekarang juga!" Tetap saja, tak ada jawaban. Sarah menggigit bibir bawah, antara kesal dan khawatir. "Satu ... dua ... tiga ....!" Sarah menghantam tubuhnya pada toilet di hadapannya. Sekali, pintu masih masih terkunci, dua kali tetap saja terkunci. Lalu yang ketiga. Pintu terbuka sedikit, memperlihatkan Irish yang sedang berdiri di sana. Tertunduk lesu dengan wajah yang muram. Rambut dan pakaiannya terlihat berantakan. Seperti kena embusan angin yang begitu kencang. Habis apa anak ini di dalam kamar mandi lama sekali? Ada yang tidak beres dengannya. Pikir Sarah. Sarah mendorong pintu agar lebih terbuka lebar. Adiknya kelihatan seperti mayat hidup. Wajahnya pucat, dan sa

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 45

    Malik sejak tadi bolak-balik di depan ruangan nomor 302 A. Wajahnya memperlihatkan kekhawatiran yang berlebihan. Sarah duduk di bangku yang tersedia. Sesekali menghela napas kasar karena kesal Malik dari tadi mondar-mandir di depannya. Sebenarnya ingin sekali diberitahunya pada pria itu untuk duduk tenang di bangku saja. Namun, melihat ekspresinya seperti tak ingin diganggu. Sarah memilih bungkam saja. Daripada nanti kena siraman rohani dari Malik. Pintu ruangan terbuka. Seorang dokter berperawakan gemuk dengan kacamata bertengger di hidung mancungnya mendekati mereka. "She's fine, but need to get rest. She just late eating and causing stomach problems. Maybe because she was too happy that you came earlier and forgot her meal time. Though normally, she always eats on time." "Dia baik-baik saja, hanya butuh istirahat. Dia hanya telat makan dan menyebabkan lambungnya bermasalah. Mungkin karena terlalu senang

  • GADIS PILIHAN CEO    BAB 44

    "Malik!" Teriakan itu spontan membuat si empunya nama menoleh. Kasak-kasuk orang berbicara terdengar samar-samar. Seorang wanita melambaikan tangan pada Malik. Malik bisa merasakan banyak pandangan terarah pada dirinya karena teriakan Sarah tadi cukup membuat perhatian teralihkan pada mereka. "Malik! Kau mau kemana hah? Tunggu sebentar. Aku mau bicara." Suara teriakan seorang wanita, Malik kenal dengan suara ini. Malik menghentikan langkah, membalikkan badan. Ia sudah menduga, wanita itu lagi. "Tak perlu menatap sedatar itu. Aku juga malas berurusan denganmu kalau saja bukan karena adikku. Ingat! Karena adikku!" "Saya tidak peduli." Malik berucap datar, meluruskan pandangan, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Berusaha tak acuh pada wanita pengganggu di sebelahnya. Selama ini apa tidak cukup dia sering mengganggu hari-hari Malik? Sekarang kenapa har

  • GADIS PILIHAN CEO    Bab 43

    "Kak ... aku ingin tanya sesuatu. Apakah selama ini Malik dekat dengan perempuan lain?" Pertanyaan dari Irish begitu saja muncul saat Sarah ingin memasukkan kue ke dalam mulutnya. Sejak tadi, ia sangat tidak nyaman dengan bayang-bayang seorang perempuan yang sedang dekat dengan Malik. Tangan Sarah terhenti, sementara ia menarik kursi agar lebih dekat dengan ranjang gadis itu. Menatap lekat pada sepasang manik hazel milik Irish dan tak lama tersenyum. "Tentu saja tidak ...." Irish tersenyum getir, tahu bahwa sang kakak berbohong. Ia tahu hal itu dilakukan tidak lain untuk membuatnya agar tidak khawatir dan kembali jatuh sakit. Sarah mengelus rambut panjang adiknya. Walaupun wanita itu sangat kasar dan tegas, di depan Irish ia tidak lain adalah seorang kakak yang sangat penyayang dan perhatian. "Jangan khawatirkan lelaki itu. Kakak yakin kalian akan bersama. Kau tahu? Kami sudah menyiapkan pern

DMCA.com Protection Status