Share

Finding the Sun (Bahasa Indonesia)
Finding the Sun (Bahasa Indonesia)
Penulis: Rainfall

1. Gita

Penulis: Rainfall
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kriiinggg….. kriiiingggg…..

“Halo…!” sapa Amara. Dia mendapat telepon dari nomor tidak dikenal. Membuatnya penasaran.

“Halo!” terdengar suara lirih dari sebrang panggilan. Suara seorang wanita.

Amara terdiam sebentar. Jelas sekali dia tidak mengenali suara di sebrang panggilannya. “Dengan siapa ya?”

“Ka, maaf kalau aku nelp tiba-tiba. Aku mau bicara! Ini benar ka Amara kan ya?” suaranya terdengar serius.

Amara semakin penasaran. Jantungnya berdebar, seakan memberitaukan bahwa akan ada sesuatu yang menunggunya. “Betul ini dengan Amara, tapi dengan siapa ya?”.

“Aku gita!” jawabnya

“Iya git, ada apa ya…?” Tanya Amara. Namun dia tidak familiar dengan nama Gita. “Kenal aku dari mana?”

“Gini ka, perihal Ka Bima!”

Amara terdiam. Bima adalah nama seseorang yang dipacarinya sejak tiga tahun yang lalu. Orang yang selalu bersamanya semenjak kuliah semester satu hingga saat ini. Pikiran Amara menjadi berkelana, jangan-jangan bima kecelakaan, tertimpa musibah atau banyak hal sehingga seseorang yang tidak dikenalnya harus menelpon untuk memberitahukan pacarnya tersebut.

“Ada apa sama Bima ya?” Amara sedikit panik. Dia berdoa dalam hati jangan sampai apa yang dipikirkannya menjadi kenyataan.

Gita terdiam, nafasnya terdengar dari sebrang telepon. Sepertinya dia bingung dan ragu dengan perkatannya. “Maaf ka, gajadi. Aku tutup aja ya. Maaf sudah mengganggu. Terimakasih!” Tidak lama kemudian dia menutup teleponnya.

Amara penasaran sekaligus bingung. Siapa Gita? Kenapa bisa-bisanya dia menyebutkan perihal Bima? Rasa penasaran tersebut membawanya sulit tidur malam ini.

                                                                  ***

“Enak sayang Chicken Katsunya?” ucap Bima. Dia adalah pacar Amara.

Mereka berdua sedang makan siang di kantin kampus. Amara memperhatikan Bima. Amara sangat mengagumi Bima. Bima adalah seseorang yang menurut Amara cerdas, ketika diskusi Bima bisa mengeluarkan ide-ide yang berbeda dibandingkan dengan orang kebanyakan, Bima juga tampan, kedudukannya sebagai anak Band yang suka manggung di Bandung benar-benar tidak bisa diabaikan, meskipun hanya terkenal sebagai Band lokal. Benar – benar suatu keajaiban karena Bima memilih Amara sebagai pendampingnya.

“Ada yang pengen aku tanyain Sayang!” seru Amara. Dia penasaran dengan panggilan telpon pagi hari tadi. Ketika seseorang bernama Gita menelponnya dan menyebutkan Bima.

“Tanya apa sayang?” Bima merespon dengan nada bicara yang lembut.

“Gita itu siapa yang?” Tanya Amara. Dia langsung menanyakan tanpa basa-basi. Rasa penasaran sejak semalam akhirnya tersampaikan.

Bima sedikit tersentak. Dia langsung terdiam. Terlihat gelagat yang tidak wajar dari postur tubuhnya. Sebagai anak psikologi, Amara paham akan gerak-gerik tersebut.

“Sayang?” Tanya Amara lagi, “jadi?”

“Gita yang mana ya?” akhirnya Bima mengeluarkan suara. Dia balik bertanya.

Amara mengangkat alisnya, dia tahu ada yang tidak beres dengan gelagat Bima. Dia harus mencari tahu lebih dalam tentang hal ini. “Jadi tadi pagi, ada yang telpon aku yang, dia menyebutkan nama kamu!” ucap Amara menjelaskan. Dia masih memperhatikan gelagat Bima lekat-lekat.

Wajah Bima mendadak menjadi serius. “Dia bilang apa aja Yang?”

Amara meletakan sendok makannya. Dia juga langsung menegakan badan, dan membuat postur untuk mengintrogasi. “Kok kamu sepertinya tahu ya siapa Gita?”

Bima menelan ludah, “Maksud aku siapa tau dari obrolannya aku bisa ingat siapa Gita ini yang. Tahu kan nama Gita itu banyak!”

Wah ada yang ga beres ini, batin Amara. “Dia pagi-pagi nelpon aku yang, cuman buat ngomong nama kamu, tapi dia ga jadi ngomong apa – apa!” cerita Amara jujur.

“Ah kalau gitu mungkin cuman orang iseng yang, gausah ditanggapi ya!” bujuk Bima

Amara kemudian meneruskan makannya. Dia tahu ada yang tidak beres dengan pacarnya. Hanya saja dia tahu Bima, semakin disudutkan Dia akan semakin mengelak. Jadi Amara memilih untuk mencari tahu sendiri, siapa Gita ini.

                                                                   ***

Sampai di kosannya, Amara langsung menuju meja. Kemudian dia membuka laptopnya. Bukan untuk mengerjakan tugas kuliahnya, tetapi ingin mencari tahu siapa Gita? Kenapa Bima sampai segitu gugupnya ketika membicarakan tentang Gita?

Amara memang bukan seorang polisi, dia juga bukan hacker. Tapi Amara adalah seseorang yang cerdas. Dia juga penikmat novel-novel misteri. Mungkin ini adalah saatnya untuk menunjukan bakat stalkernya.

Amara membuka sosial medianya, dia membuka Wallbooknya, aplikasi sosial media yang hits saat itu. Amara kemudian mencari nama Bima Setra Mahardika di daftar pertemannya. Setelah ketemu dia membuka profil Bima tersebut. Terlihat di profilnya, foto Bima sendirian membelakangi pantai, yang mengambil gambarnya Amara saat itu. Tapi bukan itu yang dia cari. Dia kemudian mengklik dafftar pertemanan milik Bima. Kemudian mencari nama Gita.

Terdapat lima orang yang bernama Gita di daftar pertemanan Bima. Amara kemudian membuka profil satu persatu. Satu orang telah menikah rupanya. Tidak ada yang aneh dengan daftar pertama. Seperti perempuan yang telah menikah pada umumnya akun ini lebih sering menulis tentang curhatan ibu-ibu muda pada umumnya. Akhirnya Amara beralih ke akun yang kedua. "Kita cari lagi!"

Di akun yang kedua ternyata satu jurusan dengan Bima. Tidak seperti Amara, Bima anak jurusan Sastra Inggris. Tapi sepertinya di akun yang kedua ini tidak ada interaksi banyak tentang Bima dan pemilik akun. Sekalipun ada hanya foto kelas yang terlihat bersama.

Akun yang ketiga sepertinya akun random asal add saja. karena tidak terdapat interaksi apapun mengenai bima dan pemilik akun.

Akun ke empat ternyata masih remaja. Terlihat profilnya yang masih mengenakan baju putih abu. Anaknya manis. Yang menarik adalah terdapat foto Bima di sana. Bersebelahan dengan Gita. Sepertinya selfie. Tapi tidak terdapat interaksi apapun lagi selain foto tersebut. "Aneh sekali!" gumamnya.

Akun kelima adalah akun mati. Pemiliknya sudah tidak menggunakan sosial media sejak tiga tahun lalu. Amara memang penasaran tetapi tidak ada informasi yang bisa ia peroleh dari sini.

“Hanya dua orang yang mencurigakan!” monolog Amara pada dirinya sendiri.

Amara lalu membuka Binstagramnya. Seperti halnya cara dia mencari informasi mengenai Gita lewat wallbook. Dia melakukan penelusuran yang sama. Namun sayangnya tidak terdapat keanehan di sana.

Akhirnya amara menyerah. Mungkin apa yang dipikirkannya hanyalah khayalan semata. Dia juga sangat percaya kepada pasangannya tersebut.

***

Malamnya Bima mengunjungi kosan Amara. Pacaran ala Amara itu simple. Mereka tidak harus bepergian jauh, atau jalan jalan ke tempat yang mahal. Jika salah satu mengunjungi kediamannya saja sudah dinilai cukup. Yang penting mereka menyediakan waktu untuk berdua. Hari ini giliran Bima yang mengunjungi Amara.

“Yang, buat skripsi bagusnya judul yang mana ya?” Tanya Amara.

Bima sedang melihat ponselnya saat itu. Karena sedang fokus Bima tidak mengubis perkataan Amara.

“Yang?” Amara memanggil lagi untuk yang kedua kalinya, tetapi Bima juga tidak mengubisnya.

“Sayang, kamu liat apa sih!” akhirnya Amara menegur Bima dengan sedikit berteriak.

Bima akhirnya menoleh. “Oh maaf yang kenapa?”

“Taro dulu dong ponselnya, aku lagi butuh diskusi sama kamu ini!” kata Amara.

Bima akhirnya meletakan ponselnya tepat di sebelahnya. Entah mengapa sepertinya bima terlihat tidak tenang jika jauh dengan ponselnya. Sedikit-sedikit dia melirik ke arah ponselnya tersebut.

Amara adalah seorang wanita. Feeling wanita biasanya tajam dan kuat. Dia bisa merasakan ada yang tidak beres dengan pacarnya tersebut. Tapi batinnya terus berteriak untuk percaya dengan Bima. Tenang Ra, ga ada apa – apa Bima masih orang yang sama, batin Amara.

Tak lama kemudian ponsel bima bergetar. Terlihat panggilan telepon di sana. Seharusnya itu hanyalah panggilan telepon biasa. Tetapi yang membuat Amara tertarik dan sedikit bergetar hatinya, nama kontak yang menelpon tersebut adalah Gita.

Rainfall

Halo dengan Rainfall di sini Jangan lupa untuk mengklik tanda + agar masuk ke dalam library kalian ya Tinggalkan juga komentar dan kesan membaca pada kolom yang disediakan. terimakasih

| 1
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mira Restia
Cinta membutakan segalanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   2. Private Chat

    “Hati-hati di jalan ya!” ucap Amara. Dia mengantar pacarnya sampai gerbang. Bima mengecup kening Amara, kemudian melaju dengan sepeda motornya dalam kegelapan malam. Setelah Bima tidak terlihat oleh mata Amara baru masuk ke dalam rumah kosnya. Peristiwa tadi masih membuat Amara penasaran. Setelah mendapat panggilan telepon Bima menjawab telepon sambil berjalan ke luar ruangan. Amara hanya terdiam. Dia ingin bertanya, tapi takut suasana menjadi tidak wajar. Setelah panggilan telepon selesai pun Amara tidak bertanya apapun. Bagi pasangan lain mungkin dia akan langsung mengecek handphone pasangannya. Melihat seluruh isi chatnya, tapi tidak bagi Amara. Bagi Amara ponsel adalah milik pribadi, dan dia memang tidak pernah membuka handphone milik Bima. Bima sendiri pun tidak pernah memberikan akses ponselnya ataupun sosmednya kepada Amara. Untuk menjauhkan pikiran negatif, Amara mendengarkan playlist lagu random di handphonenya. Lagu pertanya yang diputar ternyata lagu Sam S

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   3. Secangkir Kopi

    “Ra bukanya itu cowok kamu” seru Della, “Kok sama cewek?” Amara langsung memutar badannya. Menuju pandangan arah yang ditunjukan oleh Della. Benar dia melihat Bima, pacarnya sedang membonceng seorang wanita keluar dari parkiran. Amara memicingkan mata, sayangnya dia tidak bisa melihat dengan jelas dengan siapa pacarnya tersebut. Jantung Amara berdenyut kencang. Pikirannya langsung kemana-mana. Wanita itu jelas bukanlah yang dia kenal. Jika itu ka Winda, kakak dari Bima pasti dia akan sadar dan mengenal postur tubuhnya. Yang dibonceng Bima tadi seorang gadis, tubuhnya mungil, rambutnya diikat. Amara melihat arlojinya sudah hampir setengah duabelas malam. “Ra…!” Della memegang pundak Amara. Dia langsung sadar akan lamunannya. Posisinya masih berdiri. Amara langsung duduk kembali di kursinya. Dia menarik nafas perlahan. Tenang Ra tenang. “kamu gapapa?” Della bertanya lagi. Dia melihat temannya berwajah sedikit pucat. “Aku…!” Amara m

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   4. Mimpi dan Perpustakaan

    “Hahahaha…..!” tawa Amara meledak. Melihat foto Gita sedang selfie dan dipajang di story binstagram Bima. Tentu saja menyesakan bagi Amara. Dia mencoba mengontrol emosinya lagi. Apa pikiran Bima benar-benar sudah tumpul sampai berani-beraninya untuk mengupload foto wanita lain di akun sosial medianya. Amara menarik nafas panjang. Mencoba berfikir lebih jernih dan tenang. Bisa saja dia blak-blakan menelpon bima, mencaci makinya atau langsung memutuskannya. Tapi dia ingin bermain cantik. Setidaknya, dia hanya ingin Bima mengakui perbuatannya. Foto selfie tersebut dia lihat kembali baik-baik. Rupanya latar foto tersebut berada di rumah. Rumah Gita kah? Apa Bima sekarang sedang berada di rumah Gita? Kalau benar, Bima betul-betul cowo yang keterlaluan. Bisa-bisanya dia seperti itu. Akhirnya amara menekan layar ponselnya ke direct message binstagramnya Bima. "Ini Siapa?" Lama sekali DM itu belum juga dibalas. Amara kesal menunggu, sehingga dia hilir mudik k

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   5. Ajakan Bima

    Amara menolak panggilan telepon dari Bima. Walau bagaimanapun dia tahu diri, perpustakaan melarang pengunjungnya untuk berisik. Apalagi menelpon sepertinya bukan ide yang baik. Mencegah Bima menelpon berkali-kali dibukanya pesan chat Bima. Ternyata sejak tadi Bima terus menerus mengirim pesan chat ke Amara bertubi-tubi. Teringat kembali kejadian kemarin. Mungkinkah Bima akan menjelaskan perihal Gita? Sehingga ada sekitar sepuluh pesan chat yang belum dibuka oleh Amara. Ah benar juga karena terlalu sibuk hari ini Amara sampai lupa untuk mengecek chat. Bangun kesiangan juga menjadi alasan Amara jika nanti Bima bertanya mengapa chatnya tak kunjung dibaca. Dia kemudian membaca seluruh chat dari Bima. Pagi sayang – Bima (06.30) Kamu belum bangun? – Bima (07.08) Aku ke kosan kamu ya – Bima (07.20) Kamu ke kampus bukan? – Bima (07.50) Ada kuliah? – Bima (07.51) Sayang? – Bima (08.30) Amara? – (Bima (09.00)

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   6. Pertengkaran

    Satria masih memandangi Amara hingga sosok gadis itu lenyap dari balik pintu ruang perpustakaan. Amara, sosok yang sedikit mencuri perhatian Satria. Awalnya dia biasa saja, hingga Amara datang ke café tempat dia bekerja. Gadis itu datang dengan wajah murung, seakan dunianya runtuh seketika. Satria yang pernah menjuarai kejuaraan barista, sempat heran karena kopi buatannya tidak disentuh oleh Amara. Awalnya dia pikir takarannya salah, atau tidak cocok di lidah pelanggannya. Namun setelah lama memperhatikan gadis itu hanya sedang sibuk memegangi laptop dan handphonenya, seakan mencari sesuatu yang tak kunjung ditemui. Lelaki itu dibuat lebih penasaran saat melihat logo kampusnya. Ternyata pelanggan itu teman satu kampus. Mungkin dengan mengobrol dia bisa mengetahui mengapa kopinya seakan tidak habis diminum gadis itu. Setelah lama mengobrol tak disangka Amara asik diajak berbicara dan berdiskusi. Pikirannya luas membuat Satria terkesan. Hari ini nampaknya merek

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   7. Guru Les Kesayangan Gita

    Gita sedang terduduk di kursi belajarnya. Terdapat setumpuk buku-buku latihan soal ujian di atas meja belajar. Tinggal beberapa bulan lagi sampai Gita melaksanakan ujian akhir sekolah dan tes masuk perguruan tinggi negeri. Meskipun Papa menyuruhnya untuk kuliah di luar negeri tetapi Gita menolak. Dia bilang tidak ingin jauh dengan keluarga. Meskipun alasan sesungguhnya tidak demikian. Dia melirik ke kasur di belakang tempatnya duduk. Pengalaman itu masih nyata bagi Gita. Saat ketika Bima menyentuh dirinya dan daerah yang tidak pernah disentuh oleh orang lain. Tatapan Bima, suaranya dan respon tubuhnya terhadap perlakuan Bima masih terekam nyata di memori otaknya. Semuanya berlangsung secara cepat. Tetapi hal tersebut tidak akan pernah dilupakan oleh Gita seumur hidupnya. Diceknya handphone kesayangannya. Belum ada tanda-tanda seseorang akan membalas pesannya. Tak lama dering handphone menyala. Nama “Ka Bima” tertangkap di layar handphonenya. Tanpa menunggu jeda

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   8. Keluar dari Rumah

    Bima menutup panggilan Gita. Rupanya kakaknya Gita sudah pulang. Sejak awal berjumpa dengan Gita, Bima berusaha berperan sebagai kakanya. Dalam pandangan Bima Gita cukup kesepian, setelah kakaknya memutuskan untuk pindah dan tinggal sendiri di kosan. Bima sendiri belum pernah bertemu dengan kakaknya Gita, dia hanya mendengar ceritanya saja. Pertemuan mereka berdua bermula dari Bima yang ditawari mengajar les privat dari anak teman mamanya. Karena memang sudah tidak ada kuliah hanya skripsi saja, maka Bima mengiyakan. Meskipun awalnya Gita mau dan tidak mau merespon Bima sebagai gurunya, namun akhirnya Gita bisa sedikit terbuka. Bima juga menjadi pendengar setia dari setiap cerita Gita. Setelah lama mengenal Gita, akhirnya bima menyadari. Gadis ini cukup kesepian, tinggal di rumah yang besar dengan orangtua yang sibuk. Kakak satu-satunya yang menemaninya sejak kecil memutuskan pindah dari rumah itu. Kehadiran Bima cukup membuat Gita terhibur dan merasa memiliki kakak

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   9. Model

    Amara mengecek handphonenya. Nihil tak ada satupun chat dari Bima. Sudah satu hari berlalu sejak pertengkaran mereka, namun baik Amara dan Bima belum berkomunikasi satu sama lain. Amara enggan menghubungi Bima duluan. Menurutnya Bima salah karena menyembunyikan berbagai informasi terutama yang berkaitan dengan Gita. Lucunya di kampus pun mereka tidak bertemu. Bima yang sedang tugas akhir memang jarang di kampus. Biasanya ke kampus hanya untuk mengunjungi Amara ataupun mengerjakan skripsi. Sementara Amara yang masih ada kelas penelitian skripsi mau tidak mau masih harus datang ke sana. Hanya saja aneh jika harinya tidak melihat Bima. Tring… Terdengar nada pesan masuk, Amara langsung mengecek pesan masuk tersebut. Sayangnya pesan itu dari Aurel teman sejurusannya yang menanyakan perihal tugas. Amara cemberut dibuatnya. Haruskah dia menghubungi Bima duluan? Tidak-tidak dia tidak boleh kalah. Bima harus tahu kalau dirinya salah. “Kamu ga fokus ngerjain tu

Bab terbaru

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   101. Tamat

    "Selamat ya ka!""Akhirnya lulus juga ya!Hari itu kampus dipenuhi oleh orang-orang yang mengenakan toga. Tawa dan senyum terpancar dari wajah mereka. Sanak keluarga pun datang, bahkan tidak segan-segan. Ada yang datang membawa bus bermuatan tetangga dari kampung. Hari itu adalah hari yang berbahagia, hari wisuda.Satria berjalan diarak oleh teman-temannya, junior di BEM. Dia dan Faisal lulus bersama-sama. Gita dan ibunya melihat dari kejauhan. Mereka benar-benar bangga dengan putra sulung mereka tersebut."Pengen nangis, akhirnya seorang Faisal bocah kampung bisa wisuda!" teriak Faisal. Dia tidak henti-hentinya memberikan senyum bangga."Kita yang diancam bakal kena drop out akhirnya lulus juga ya!" tambah Satria. "Bener-bener ga nyangka."Pembicaraan mereka terhenti ketika ada seorang wanita mengenakan toga mendekat. Penampilannya yang dahulu tomboy berubah menjadi feminim akibat balutan kebaya dan sepatu heels tinggi yang dia gunakan.

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   100. Akhir Kisah Ini

    "Kang!" panggil Danny. Dia berada tepat di belakang Satria. "Situasi udah ga terkendali. Kita butuh instruksi. Gimana ini? Haruskah kita mundur atau tetep maju ke depan maksa buat masuk ke gedung Senayan?" Satria terlihat linglung. Dia memeluk tubuh Amara yang bersimbah darah. Tangannya bergetar hebat. Dia benar-benar tidak menyangka Amara menahan tembakan peluru tersebut dengan badannya. Bukankah dia tidak ikut demonstrasi? Kenapa dia berada di sini? Apa yang harus Satria lakukan saat ini. "Kang Satria!" teriak Galang. Dia memegang kedua bahu milik seniornya tersebut. "Fokus! Semua orang yang di sini butuh instruksi!" "Aku-!" Satria mencoba memahami situasi. Pikirannya kacau. Dia ingin segera membawa Amara ke rumah sakit. Sayangnya posisinya sebagai pemimpin tidak memungkinkannya untuk pergi. Amara membutuhkan pertolongan segera. "Biar Amara dibawa sama tim medis! Akang harus kasih keputusan sekarang!" teriak Galang. Dalam situasi seperti itu

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   99. Selalu ada Darah yang Mengalir dalam Setiap Perjuangan

    Tok.. tok... tok...Pintu terbuka. Seorang laki-laki berpakaian kemeja putih rapi masuk ke dalam. Di dalam ruangan Rudi sedang berdiri menghadap jendela. Dia melihat ke arah kerumbunan mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi terhadapnya."Kenapa kamu ke sini? Ada sesuatu?" tanya Rudi.Pria itu mendekat. "Maaf pak, saya ingin memberikan pesan. Ada seseorang bernama Bima yang mengaku sebagai kenalan bapak. Katanya ada hal penting yang ingin dia bicarakan."Rudi langsung menoleh. Tatapannya marah. Bima adalah nama lelaki yang menghamili anak perempuannya. Sejak lama Bima menghilang, kemudian dia menghubungi keluarganya dan memberitahukan bahwa Bima harus bertanggung jawab. "Kemarin saja dia tidak terlihat, sekarang situasi sedang seperti ini baru datang. Biarkan dia masuk. Tolong jangan ada seorang pun yang mencuri dengar pembicaraan kami."Pria berkemeja putih itu mengangguk, kemudian dia pergi. Beberapa waktu kemudian dia masuk. Di belakangnya Bim

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   98. Dorrr

    Senayan berubah menjadi lautan manusia. Berbagai mahasiswa dari seluruh kampus di Tanah Air berkumpul di sana. Mereka mengenakan jaster dari kampusnya masing-masing."TURUNKAN DPR YANG TIDAK PRO RAKYAT!""HAPUSKAN KORUPSI DI NEGARA KAMI!""BIARKAN RAKYAT MENIKMATI HASIL KERINGATNYA DARI FASILITAS YANG DIBANGUN MENGGUNAKAN PAJAK NEGARA!"Di antara kerumbunan masa yang melaksanakan aksi tersebut. Berdiri seorang mahasiswa yang mengenakan jaster berwarna kelabu. Dia adalah Satria, mantan ketua BEM di kampusnya sekaligus anak dari salah satu anggota DPR yang terhormat. Di pinggangnya tersampir pengeras suara. Dengan lantangnya dia berkata, "HIDUP MAHASISWA!"Bersebrangan dengan kerumbunan mahasiswa. Aparat keamanan menggunakan label POLISI berdiri rapi di sana. Tugas mereka adalah mengamankan jalannya aksi demonstrasi agar tertib dan lancar. Namun ada yang berbeda saat itu. Para polisi membawa senjata api dan beberapa peralatan lainnya seakan-akan terj

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   97. Faisal Hilang

    "Semua sudah menunggu! Kita ga bisa nunggu ka Ical!" desak Galang. Dia mengenakan jaster kampusnya. Mereka berada di depan kampus. Waktu masih menunjukan pukul tiga pagi. Beberapa mobil bus dan truk terlihat sesak penuh dengan para mahasiswa yang akan melaksanakan demonstrasi.Satria masih mencoba untuk menunggu sahabatnya tersebut. Di mana Faisal, sejak malam mahasiswa humoris itu benar-benar tidak terlihat. Dia kemudian menekan nomor di layar handphonenya. Seperti sebelumnya handphone tersebut mati."Ka!" panggil Galang. "Kita gabisa nunggu satu orang lagi! Kita harus berangkat sekarang!""Baik!" ucap Satria akhirnya. Namun dia sempat mengirimkan pesan kepada Faisal, "bro kami tunggu di Jakarta."Satria naik ke dalam salah satu bus yang tersedia. Dia duduk di sebelah Diana. Mahasiswi itupun mengenakan jaster angkatan yang sama dengannya. Galang melihat Diana kedinginan dia langsung mengambil jaket yang disampirkan di kursi penumpangnya kemudian memakaik

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   96. Ketahuan Faisal

    Tok.. tok... tok..."Sini masuk!" ucap Satria.Pintu terbuka, Faisal masuk ke dalam. "Gimana ade Gita?" tanyanya. Dia kemudian duduk di samping Satria.Mereka sedang berada di rumah kontrakan. Besok mereka akan berkumpul di tempat perjanjian. Aksi demonstrasi dari seluruh Indonesia akan dilakukan."Baik, sudah beres" ucap Satria. Mood Satria terlihat kurang baik. Nada bicaranya lebih ketus dari sebelumnya.Sebagai sahabat, Faisal menyadarinya. Dia kemudian menepuk bahu Satria. "Ada apa? Ga nelepon Amara? Besok kita pergi loh!""Udahlah!" Satria terlihat malas. Dia sedang tidak ingin membicarakan Amara. "Gausah ngomongin dia!"Faisal menghela nafas panjang. "Berantem lagi nih? Gacape berantem terus kalian itu?""Ternyata selama ini dia bekerja sama dengan mama!" Satria akhirnya memulai cerita. "Mama minta tolong sama dia biar kita gagal aksi.""Eh!" Faisal terkejut mendengarnya. "Amara kenal sama tante Mira?"

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   95. Kacau

    "Bisakah kita berbicara sebentar?"Amara mengangguk. Kemudian dia mengikuti Mira ke tempat lain. Perasaannya sedikit tidak nyaman. Terlebih saat terakhir bertemu, Mira meminta pertolongan kepadanya. Sementara dia sudah bilang bahwa dia akan mendukung Satria untuk melakukan demonstrasi.Mereka menuju sebuah bangku yang terdapat di salah satu lorong rumah sakit. Mira kemudian menepuk pundak Amara. "Sini kita duduk sambil berbincang sebentar."Setelah Mira duduk, Amara mulai mengikuti. Dia terlihat cukup gugup. Dia memikirkan kemungkinan bahwa dirinya akan dimarahi oleh Mira karena tidak menahan Satria untuk melaksanakan demonstrasi."Satria dan Gita adalah dua orang anakku yang berharga," Mira membuka pembicaraan. Amara mendengarkan sambil mengangguk. "Satria, adalah anak yang dididik dengan keras. Itulah sebabnya dia menjadi seperti ini.""Dia pria yang baik," sambung Satria."Benar, Saya mendidiknya menjadi seorang laki-laki yang baik," Mira

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   94. Jadilah Pria yang Lebih Baik

    Kriiitttt....Pintu kamar Gita menginap terbuka. Bima dan Satria masuk ke dalam. Amara melihat bekas pukulan di wajah Bima, dia sudah menyangka bahwa Satria akan melakukan hal tersebut kepada mantannya. Tapi memang Bima pantas mendapatkannya. Apapun alasan Bima melakukannya, merusak anak orang adalah sesuatu hal yang salah."Ra!" panggil Satria."Ya? Kenapa?" tanya Amara.Satria memegang pundak Bima. "Bima bilang ingin ngobrol berdua sama kamu. Akupun ada yang mau diobrolin sama adikku."Deg...Jantung Amara berdetak kencang. Dia terlihat kaku dan gugup. Sudah sekian lama dia tidak berbicara dengan Bima. Pembicaraan terakhir juga tidak menyenangkan. Namun Satria yang memintanya. Alhasil dia mengikuti Bima keluar ruangan. Meninggalkan dua kakak beradik itu di dalam ruangan.Ketika mereka sudah keluar, Gita menatap kakaknya. "Kakak gapapa?""Gapapa dong!" jawabnya sambil tersenyum."Maksudnya aku-!" Gadis itu memperhatikan

  • Finding the Sun (Bahasa Indonesia)   93. Berjanjilah Menggunakan Nyawamu

    Hah... hah... hah...Nafas Satria memburu. Dia telah berjanji di dalam hati bahwa dia tidak akan terbawa emosi. Ternyata menahan emosi tidak semudah ini. Laki-laki yang melakukan tindakan asusila terhadap adiknya ada di depan mata. Dengan dirinya yang sekarang mudah saja untuk menghabisi dia.Bima pun terlihat pasrah. Dia tidak melawan. Dia juga tidak berbicara apapun. Dia sudah siap jika akan dihajar habis-habisan oleh Satria.Satria kemudian mendekat kembali ke arah Bima. Lelaki itu menutup matanya. Bersiap menerima pukulan. Beberapa detik berlalu, tidak ada yang terjadi. Akhirnya dia mencoba untuk membuka mata. Dia sedikit terkejut karena melihat Satria mengulurkan tangan kepadanya."Sini! Dibantu buat bangun!" Satria masih mengulurkan tangan.Bima yang terkapar di tanah masih bingung. Beberapa kali dia terlihat mengedipkan mata. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bukankah Satria mengajaknya ke sini untuk menghabisinya?"

DMCA.com Protection Status