Christop menatap pria paruh baya yang terbatuk-batuk karena Christop baru saja menendang dadanya. Christop berjongkok, sekali lagi ia menyulutkan rokok yang menyala pada wajah pria paruh baya itu. Joseph Franklyn Smith. “Berhenti, tolong ampuni aku,” katanya meringis kesakitan.
Christop tersenyum miring, merasa senang melihat lawannya yang memohon dan kesakitan. Baginya, melihat lawan yang terkulai tidak berdaya adalah kepuasan tersendiri di dalam dirinya.
Christop tertawa, tawa yang terdengar menyeramkan dengan wajahnya yang datar. “Kenapa kau mencari perkara padaku jika akhirnya memohon ampun? Di mana keangkuhanmu,” gumamnya tersenyum miring.
Joseph terlihat takut pada Christop. Di mata Joseph, pria di depannya itu terlihat seperti iblis yang sangat menyeramkan. Berbeda dengan Christop, saat pria itu menjadi pemimpin perusahaan. Terlihat rapi,
"Hei keponakan uncle. Setahun tidak melihatmu, ternyata kau tumbuh dengan baik." Abraham menggendong Noah, mengajak balita itu bergurau. "Kau tampan, dan benar, semakin hari kau semakin mirip dengan Daddymu," lanjut Abraham, berbincang dengan balita itu. Cala yang melihat interaksi saudaranya dengan putranya hanya tersenyum simpul. "Ah iya, apa kau ingin berjalan-jalan? Mumpung aku ada di sini, kita bisa menghabiskan waktu bertiga," tanya Abraham mengusulkan. Cala mengangguk, bersemangat. "Boleh, ke mana?" "Bagaimana dengan sirkus? Ku dengar ada sirkus
Christop sudah rapi dengan tuxedo yang melekat dengan pas di tubuhnya. Malam ini, seperti yang Lauren katakan beberapa tempo lalu, dirinya diundang untuk acara makan malam dengan keluarga sang kekasih.“Chris, kau sudah siap?” Lauren, wanita itu memutuskan untuk datang bersama Christop malam ini. Padahal seharusnya, wanita itu tidak perlu repot-repot untuk kemari dan langsung saja ke mansion orang tua miliknya.Christop mengangguk singkat. “Kita berangkat?” tanyanya.“Oke,” balas Lauren.Jarak dari mansion Christop ke tempat orang tua Lauren memakan waktu sekitar satu jam. Selama perjalanan, hanya ada keheningan. Baik Christop maupun Lauren tidak ada yang membuka suara. Keduanya sama-sama fokus dengan urusan masing-masing.Sesampainya di halaman mansion, Christop memakirkan mobilnya. Mereka berjalan beriringan, ternyata beberapa pel
Christopher Diwei Alexander. Pria berdarah dingin blesteran China - Inggris yang menetap di Thailand itu tak akan segan membunuh siapa saja yang akan menghalangi jalannya dan mengganggunya. Tampan dan digilai banyak wanita. Tapi tidak ada yang tau bahwa di balik wajah tampannya pria itu sangatlah kejam tidak berperasaan.Lalu pertemuannya tidak sengaja dengan gadis berkebangsaan Rusia yang saat itu sedang berkunjung ke Thailand. Sarah Alana Benjamin, orang-orang terdekatnya memanggilnya Cala. Gadis ceria yang menyukai Travelling.Seketika keceriaan itu sirna ketika dirinya bertemu dengan Christopher. Pria kejam berhati iblis. Dan Cala sangat membencinya.°°°°°"Papa, besok aku akan berangkat ke Thailand," suara lembut seorang gadis menyapa pendengaran Benjamin. Dia Giovanno Benjamin.Pria tua itu menatap anak satu-satunya. Calanya sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang ceria sekara
Sesampainya di Shanghai, China-Christop langsung menghubungi Abraham ia memberi tau jika sedang berada di China."Topher!" teriakan itu membuat Christop menoleh. Hanya Abraham dan kedua orang tuanyalah yang memanggilnya dengan sebutan Topher.Tersenyum hangat, senyum yang jarang ia perlihatkan ke semua orang. "Bagaimana kabarmu?" tanya Abraham membuka percakapan.Keduanya berjalan beriringan menuju parkiran, lalu masuk ke dalam mobil melajukan mobilnya keluar dari bandara. "Baik. Kenapa bukan Jay yang menjemput? Apa kau tidak ada pekerjaan?"Abraham menggeleng, "Tidak ada. Apa menjemput seorang kakak yang sudah lama tidak bertemu itu salah?""Tidak," jawab singkat Christop. "Bagaimana kabar perusahaan?""Baik, awal kau pergi memutuskan untuk mengalihkannya padaku semuanya sedikit kacau dan bermasalah. Tapi aku dengan segera bertindak tegas menanganinya." Jawab Abraham. "Dan se
Perlahan Cala membuka matanya, ia lalu meraih ponsel yang berada di atas nakas samping kanan kasur."Sudah pagi ternyata," gumamnya. Merenggangkan ototnya, Cala bangun dari tidurnya, lalu bersandar pada kepala kasur.Agendanya hari ini adalah mendatangi Ayutthaya. Dari Bangkok ke Ayutthaya Cala memutuskan untuk menggunakan kereta api, dan perjalanan menuju ke sana sekitar 2 jam.Selesai membersihkan diri, Cala memutuskan untuk sarapan terlebih dulu.Cala juga memiliki list hopes nama tempat mana saja yang akan di kunjunginya selama dirinya berada di Thailand.Ayutthaya, Phuket, Pattaya dan masih banyak lagi. Cala menghela napasnya lalu berjalan melangkahkan kaki mulai menginjakkan tempat bersejarah itu.Pakaian yang cukup santai, jumpsuit di atas lutut yang mengekspos kaki jenjang putihnya yang mulus tanpa lengan. Ditambah kaca mata sudah bertengger di hidung
Christop mendengus, "Ada urusan apa kau kemari?""Berlibur?" Abraham balik bertanya."Bagaimana bisa kau berlibur dan meninggalkan pekerjaanmu!" geram Christop menatap adiknya kesal."Ish!" decak Abraham, "Bukankah tadi sore aku menelponmu dan memberi taukanmu, jika aku akan ke Thailand urusan pekerjaan," lanjut Abraham."Kau mengatakannya akan ke Thailand-""Ya! Dalam waktu minggu ini, Kakakku," lanjut Abraham menatap Christop kesal."Baiklah-baiklah terserah kau saja. Dan berapa lama kau akan berada di sini?" tanya Christop."Seminggu, mungkin?" jawab Abraham."Kau menginap di sini?"Abraham mendengus. "Lalu aku akan menginap di mana jika kakakku saja memiliki rumah di Thailand," ujarnya datar."Carilah kamar yang kau inginkan, karena aku ada urusan," ujar Christop lalu melanjutkan makannya tanpa pedul
“Ab apa kau nanti malam ada acara?" tanya Christop yang melihat Abrham sedang berenang.Abraham muncul ke permukaan begitu mendengar suara kakaknya, menggeleng. "Tidak. Memangnya ada apa?""Ikut denganku ke Pattaya, sedikit bersenang-senang?" Christop balik bertanya."Apakah di sana banyak wanita-wanita sexy?" tanya Abraham.Christop menangguk."Oke, kalo begitu aku ikut!" ujar Abraham semangat membuat Christop mendengus.°°°°°Cala merasakan semilir angin yang menerpa wajahnya, rambutnya bergerak. Ia memandang hamparan pantai lewat balkonnya.Sejarah kota Pattaya tidak asing lagi di telinganya. Bahkan kota ini dijuluki sebagai surganya para lelaki. Jika malam hari, hingar bingar kota ini terpampang nyata. Bahkan sepanjang jalan kita dapat menemukan wanita-wanita prostitusi dengan pakaiannya yang begitu mencolok dan sexy.
Sesampainya di samping mobil, Christop membuka pintu dan mendorong tubuh Cala dengan kasar membuat gadis itu mengaduh sakit. Christop menutup pintu membantingnya hingga memunculkan suara debuman yang keras.Christop berjalan memutar menuju kursi kemudi, dan masuk lalu mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat Cala memojokkan dirinya takut. "Bisakah kau pelankan laju mobilnya?" suara Cala mulai bergetar.Christop hanya melirik sekilas, lalu tersenyum miring. Dan ekspresi Cala yang ketakutan membuat Christop bahagia, hingga membuatnya menambah laju kecepatannya tanpa memperdulikan air mata Cala yang terus mengalir.Sesampainya di mansion milik Christop, pria itu segera turun dari mobilnya. Berjalan memutar, lalu membuka pintu penumpang. "Turun." Perintahnya datar.Cala menatap Christop takut. "Apa yang ingin kau lakukan padaku?" tanyanya pelan."Jangan banyak bert