Sesampainya di samping mobil, Christop membuka pintu dan mendorong tubuh Cala dengan kasar membuat gadis itu mengaduh sakit. Christop menutup pintu membantingnya hingga memunculkan suara debuman yang keras.
Christop berjalan memutar menuju kursi kemudi, dan masuk lalu mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat Cala memojokkan dirinya takut. "Bisakah kau pelankan laju mobilnya?" suara Cala mulai bergetar.
Christop hanya melirik sekilas, lalu tersenyum miring. Dan ekspresi Cala yang ketakutan membuat Christop bahagia, hingga membuatnya menambah laju kecepatannya tanpa memperdulikan air mata Cala yang terus mengalir.
Sesampainya di mansion milik Christop, pria itu segera turun dari mobilnya. Berjalan memutar, lalu membuka pintu penumpang. "Turun." Perintahnya datar.
Cala menatap Christop takut. "Apa yang ingin kau lakukan padaku?" tanyanya pelan.
"Jangan banyak bertanya, dan cepat turun!" sentak Christop membuat Cala berjengkit kaget. Belum Cala keluar, Christop segera merampas pergelangan tangan Cala menariknya keluar.
"Kau menyakitiku, jerk!" Dengan berani Cala berujar sengit pada Christop.
''Persetan dengan itu aku tidak peduli!" balas Christop tak kalah sengit.
Sesampainya di pintu besar berwarna putih tulang, Christop membukanya. Lalu menarik tangan Cala dan menghempaskan tubuh gadis itu.
Tubuh Cala terjatuh menyentuh kasur, memberanikan dirinya Cala menatap tajam Christop yang berdiri di depannya. "Siapa kau sebenarnya?" tanyanya.
Christop mendekat ke arah Cala membuat refleks gadis itu mundur menatap Chritop takut karena tatapannya yang begitu menusuk. Christop meraih kaki Cala membuat pergerakan gadis itu terhenti. "Lepaskan, jerk!'' geram Cala.
Christop mengabaikannya, membungkuk mendekatkan tubuhnya pada Cala dan menatap tajam gadis itu. Tangan kirinya terangkat, mengapit pipi Cala membuat gadis itu meringis. "Kau ingin tau aku ini siapa?" gumamnya menyeramkan.
"Kau akan mengetahuinya nanti, dan kau tidak akan bisa ke mana-mana." Christop terkekeh membuat Cala bergidik ngeri.
Dan tingkah Christop membuat Cala berpikir jika pria di depannya ini adalah psychopath.
"Aku akan mengadukan semua ini pada papaku," ketus Cala.
Christop terkekeh, bahkan kekehan itu terlihat menyeramkan di mata Cala. "Aku tidak takut dengan papamu, sekali pun dia seorang mantan mafia."
Cala mengerutkan keningnya. "Dari mana kau mengetahui jika papaku adalah mantan mafia?"
"TOPHER!" teriakan seorang pria membuat Christop mendengus, melepaskan tangannya pada kaki dan pipi Cala.
Lalu menatap Cala penuh peringatan. "Jangan coba-coba untuk kabur, baby atau kau akan tau akibatnya," ujarnya tersenyum miring.
°°°°°
Christop menatap pria di depannya tajam, siapa lagi jika bukan adiknya-Abraham. "Kenapa kau pulang?" ketus Christop bertanya.
"Kau meninggalkanku!" decih Abraham. "Dasar bodoh."
"Kau mengumpat! Dan mengatai kakakmu bodoh? Di mana sopan santunmu!" geram Christop tak terima.
Abraham menatap malas Christop. "Tidak usah mengajariku sopan santun. Aku mau istirahat," ujarnya berlalu tanpa memperdulikan tatapan siap membunuh Christop.
"Jika dia bukan adikku, sudah ku pastikan dia mati sekarang juga," dengus Christop menatap punggung adiknya yang semakin menjauh.
Christop terdiam, berpikir. Adiknya itu sepertinya harus segera pergi dari rumahnya. Tidak mungkin bukan membiarkan Abraham berkeliaran selama satu minggu sedangkan ia sedang menyandera seorang gadis.
Dalam hati Christop berdecak kagum, membayangkan tubuh Cala yang menurutnya sangat sexy. Dan ini menjadi sebuah keberuntungannya. Mungkin sedikit bermain dengan gadis itu menyenangkan.
Christop bersiul, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar memutuskan untuk membersihkan diri.
°°°°°
Di dalam kamar, Cala berjalan mondar-mandir. Entah ini sudah keberapa kalinya, ia tidak tau. Menggigit ujung kukunya, Cala berpikir keras bagaimana caranya untuk keluar dari sini. Mengingat tadi ketika menginjakkan kakinya di rumah ini. Beberapa bodyguard tersebar di setiap ujung.
"Siapa sebenarnya pria itu?" gumamnya berdecak kesal.
Cala terdiam, ia mengira kemarin sebelum berangkat menuju ke Thailand adalah awal yang baik karena papanya sudah kembali seperti dulu bersikap manis dan lembut padanya, tapi ternyata tidak karena sekarang masalah besar menghampirinya.
Lelah berdiri, Cala memutuskan untuk duduk di pinggiran kasur sembari memikirkan cara untuk kabur.
"Kau tidak tidur, baby?" suara bariton yang sudah dikenal Cala membuat gadis itu terlonjak kaget.
Cala menoleh ke arah kiri, di ambang pintu Christop berdiri dengan pakaian santainya. Membuat Cala tak sadar berdecak kagum dalam hati.
Sadarlah Cala! dia itu pria brengsek, psychopath yang tiba-tiba menyanderamu! Batin Cala kesal.
Menghela napasnya Cala berujar. "Mau apa kau kemari?"
"Itu bukan urusanmu, dan ini rumahku jadi terserahku," jawab Christop angkuh berjalan mendekati Cala.
"Jangan mendekat!" peringat Cala.
Christop menaikkan sebelah alisnya, tersenyum miring dan Cala benci melihatnya. "Siapa kau berani melarangku?"
Ketika sudah berdiri di depan Cala, Christop mensejajarkan tingginya. Hidung keduanya menempel napasnya saling beradu, tidak ada jarak diantara mereka. "Besok malam kau dandan yang cantik, aku harus menghadiri pesta temanku."
Cala menggeleng keras. "Aku tidak mau," tolak Cala.
Christop menegakkan tubuhnya. "Jangan jadi gadis pembangkang, aku tidak suka," ujarnya menekankan kalimatnya, sembari mengusap pucuk kepala Cala.
Dan pergerakan itu membuat darah Cala berdesir dan jantungnya berdegup lebih kencang. Ini gila! Batinnya.
°°°°°
"Ab, sebaiknya kau mencari tempat menginapan," ujar Christop masuk kedalam kamar Abraham.
Abraham yang sedang memainkan ponselnya menoleh, menaikkan sebelah alisnya. "Kau mengusirku?" tanyanya tak suka.
Christop mengangguk. "Ya. Aku mengsirmu."
Abraham mendengus. "Kenapa kau tiba-tiba mengusirku setelah tadi kau meninggalkanku di Pattaya?!"
"Kau banyak dosa padaku," lanjut Abraham. Christop mendengus, memasukkan tangannya pada saku celana. Berjalan mendekati Abraham. "Aku akan mencarikanmu penginapan. Dan pergilah besok." Usir Christop.
"Ish," decak Abraham. "Aku tidak mau pergi," lanjut Abraham berusara.
Christop menatap tajam adiknya, menghela napas. "Jika begitu kau tidak boleh sembarang masuk ruangan di rumah ini."
"Memangnya ada apa?" tanya Abraham malas. "Kau menyembunyikan seorang gadis di sini?" lanjut Abraham menebak.
Christop diam. "Aish kau tidak usah banyak bertanya dan cukup patuhi perintahku!" jawab Christop sebelum melangkahkan kakinya keluar kamar.
Meninggalkan Abraham yang sibuk menebak-nebak.
°°°°°
Tidak akan ada Pattaya, Phuket, The Grand Palace, Krabi dan masih banyak lagi tempat wisata yang ingin di kunjungi Cala. Karena semua itu musnah ketika dirinya bertemu dengan pria brengsek yang entah siapa namanya, Cala tidak tau.
Cala mendengus. "Aku harus mencari cara untuk kabur," gumamnya sebelum memejamkan matanya.
Christop berdiri di ambang pintu, menatap Cala yang sudah tertidur nyenyak. Melangkahkan kakinya mendekat, lalu berjongkok menatap wajah damai gadis itu. "Cantik," gumamnya tersenyum. Tapi tiba-tiba saja senyumnya lenyap mengingat gadis di depannya itu adalah anak dari seseorang yang membunuh kedua orang tuanya.
Christop tersenyum menyeramkan, mendekatkan wajahnya pada Cala. Pria itu dapat merasakan hembusan teratur dari gadis di depannya. Dan cup! bibirnya menyentuh bibir kenyal milik Cala.
Sangat manis dan memabukkan. Batin Christop.
Lalu tangan kanannya menelusup di balik baju tidur berbahan satin yang sudah disiapkannya tadi untuk Cala. Meremasnya pelan, hingga "Ahh," gadis itu mendesah dengan memejamkan matanya.
Dan desahan yang keluar dari bibir mungil Cala membuat Christop menatap gadis di depannya dengan mata berkabut gairah. Sebelum semuanya terlambat, Christop tidak melanjutkannya dan memilih berdiri meninggalkan kamar Cala sebelum dirinya benar-benar kehilangan kendali dan memperkosa gadis itu di saat tidur.
Cala terbangun dengan napas tersenggal, hanya mimpi. Batinnya. Melirik jam di dinding ternyata hari masih gelap.Tapi semua itu terasa nyata, lumatan kecil di bibirnya lalu remasan di dadanya. Cala menggeleng. "Ini sungguh menjijikkan," gumamnya. Jika pun hanya mimpi, tapi bagaimana bisa dirinya memimpikan hal semacam itu.Merasa kerongkongannya kering, Cala berdecak ketika mengetahui di atas nakas tidak ada air. Itu berarti ia harus keluar kamar menuju dapur sedangkan ia sendiri tidak tau dimana letaknya.Ketika Cala akan berdiri, gadis itu tidak jadi dan mendudukkan tubuhnya pada pinggiran kasur. "Tunggu dulu," gumamnya sendiri. "Siapa yang mematikan lampu kamar? dan menggantinya menjadi lampu tidur?" gumamnya lagi bertanya pada diri sendiri.Lalu pandangan Cala beralih menatap baju tidur yang diberikan Christop. Ia dapat melihat kancing bawahnya terbuka dua. Cala menatap horor, dan memutuskan itu semu
Christop melangkahkan kakinya berjalan memasuki sebuah lorong tersembunyi di balik sebuah rak buku yang berukuran begitu besar.Tatapannya begitu mengintimidasi setiap orang yang akan melihatnya, kini menyorot begitu tajam.Senyum iblis tercetak di wajahnya dengan jelas–ketika pandangannya menangkap seorang pria yang umurnya dapat Christop tebak sekitar tiga puluh tahun.Darah segar sudah mengalir di pelipis pria itu, Christop terkekeh. Seorang suruhannya selain paman Hansel membawakan satu orang berharga yang akan memberikannya informasi saat ini."Gustov Dimitri Romanov," ujar Christop penuh penekanan. Ya, pria bernama Gustov itu adalah tangan kanan yang sangat dipercayai oleh Giovanno Benjamin, seorang mantan mafia yang telah membunuh kedua orang tuanya."Kau pasti tau rahasia yang dimiliki Giovanno, bukan?" tanya Christop berjongkok. Mensejajarkan tingginya pada Gus
Giovanno mengusap wajahnya kasar. Seorang tangan kanan yang sangat dipercayainya hilang entah ke mana tanpa jejak sejak dirinya mengutus untuk menyuruhnya pergi ke Thailand karena kegusarannya.Karena ia merasa sesuatu terjadi dengan putrinya, mengingat sudah dua hari Cala tidak memberinya kabar sama sekali.Dan itu benar-benar membuat dirinya khawatir. Pintu terbuka, di sana pria berpakaian formal menghampiri Giovanno.Dia Klaus Reilly, pria berkebangsaan Ukraina yang bekerja sebagai mata-mata handal, penipu ulung, dan banyak akal. Bahkan seluruh dunia mengakui kepiawaiannya dalam memecahkan masalah dan jangan meremehkan kemampuannya."Sepertinya ada kesalahpahaman di sini," ujarnya dengan nada santai membuat Giovanno menatapnya bertanya.Klaus mengambil foto seorang pria, menunjukkannya pada Giovanno. "Dan orang ini dalang di balik semuanya.""Siapa dia?" t
Setelah membersihkan diri dan sarapan, Cala memutuskan untuk keluar kamar. Sekedar berkeliling mansion. Terus-menerus berada di dalam kamar membuatnya bosan. Cala merasa seperti seorang tahanan sekarang. Bahkan ia tidak bisa bergerak bebas karena sejak ia keluar dari mansion beberapa maid terus mengekor di belakangnya.Cala berbalik, menatap beberapa maid kesal. "Bisakah kalian tidak terus-menerus mengekoriku!"semua maid menunduk. "Tuan sudah menyuruh kami untuk mengikuti kemana pun, Nona pergi," jawab salah satunya.Cala mendengus, mengibas-ngibaskan tangannya. "Kalian tidak usah mengikutiku, beri tau saja di mana letak taman?""Cepat, tidak usah pakai lama," gerutu Cala karena melihat keterdiaman maid di depannya."Nona turun saja, lalu belok kiri dan jalan lurus. Nanti di sana akan ada pintu kaca, Nona buka saja."Tanpa menjawab, Cala langsung saja melangkahkan
Seketika senyum miring mengembang di bibir merahnya. Senyum yang membuat siapa saja bergidik ngeri melihatnya.Ia mengambil sebuah ID card dalam saku yang ada di balik tuxedo yang dipakainya, untuk memudahkannya mengakses masuk ke dalam. Secara otomatis pintu terbuka, setelah Christop menempelkan ID cardnya di dekat pintu sebelah kanan. Ia berdecak, tersenyum miring.Ketika Christop sudah masuk, pria itu dapat melihat ruangan itu kosong. Ugh, sepertinya dia sedang bermain di kamarnya eh? Batinnya tersenyum.Dengan lihai ia melangkahkan kakinya menuju pintu di bagian ujung kiri yang berdekatan dengan sebuah sofa bludru berwarna abu-abu.Suara desahan seorang wanita terdengar diindra pendengarannya, membuat Christop bergumam jijik. Betapa bodohnya pria tua bangka itu tidak membuat kamar kedap suara sehingga membuat suara menjijikkan itu terdengar. Begitu batin Christop.Pintu t
Aroma mawar yang menguar, membuat Cala nyaman dan lebih menenggelamkan tubuhnya ke dalam hingga memperlihatkan kepalanya saja.Tak terasa Cala menghabiskan waktu selama tiga puluh menit hanya untuk berendam, membersihkan diri. Ia mengikat tali bathrobe lalu melangkahkan kakinya keluar kamar mandi."Aku baru saja akan menghampirimu karena berpikir kau tertidur," gerutu Christop membuat Cala yang sedang menunduk seketika mendongak.Tatapan mereka bertemu membuat Cala salah tingkah karena Christop yang menatapnya begitu intens. "Ah, maafkan aku," ujar Cala."Dokternya sudah datang, dia akan memeriksamu sekarang," kata Christop memberi tau.Cala mengangguk. "Aku akan memakai baju terlebih dulu.""Tidak usah, kau tetaplah pakai bathrobenya," jawab Christop. "Lagipula dokternya seorang wanita."Setelah mengatakan itu Christop keluar, dan masuklah seorang wanita muda berja
Cala menelan salivanya dengan susah payah. Kepalanyap un masih tertunduk hingga ia dapat melihat sepasang sepatu berada tepat di depannya. Dan Cala yakin itu adalah kaki milik Christop."Tuan, bukankah ketika anda menelepon saya masih berada di Turki?" tanya Hansel memecahkan keheningan.Christop berdeham. "Aku memutuskam untuk pulang karena merindukan jalang kecilku."Hati Cala tertohok mendengar kata jalang yang dilontarkan Christop, karena ia tau kalimat yang dimaksud pria di depannya adalah dirinya. Air matanya mendesak ingin keluar, ia merasa harga dirinya diinjak-injak. Ia merasa Christop sudah sangat keterlaluan, karena dengan mudahnya mengatakan kata terkutuk itu. Cala tak habis pikir, padahal Christoplah yang membuat dirinya menjadi seorang jalang. Menyetubuhinya setiap saat dan seenaknya."Paman, pergilah!" lanjut Christop mengusir Hansel, dan pria paruh baya itu menunduk hormat sebelum melangkah per
Christop menggeram kesal ketika kebutuhan biologisnya harus gagal begitu saja ketika mereka berdua akan melepas orgasme bersama-sama.Ia menatap paman Hansel datar. "Kau menggangguku, Paman."Pria paruh baya itu menunduk, "Maafkan saya Tuan. Saya tidak bermaksud–""Sudahlah. Apa yang ingin Paman bicarakan?" tanya Christop.Hansel memberikan sebuah map. "Ini tentang Serkan Van Houten. Ternyata dia di balik dalang semua ini. Dan dia menuduh istrinya menjadi tersangka.""Apa alasan dia menuduh istrinya?" tanya Christop dengan pandangan serius."Ternyata istrinya mengetahui jika Serkan berselingkuh, dan juga mengetahui rencana Serkan yang akan membunuhnya.""Oh jadi yang dia ceritakan jauh dari kata fakta. Sudah kuduga dari awal jika pria itu sangat licik," komentar Christop yang diangguki Hansel."Apa rencana anda kali ini, Tuan?" tan