“Ab apa kau nanti malam ada acara?" tanya Christop yang melihat Abrham sedang berenang.
Abraham muncul ke permukaan begitu mendengar suara kakaknya, menggeleng. "Tidak. Memangnya ada apa?"
"Ikut denganku ke Pattaya, sedikit bersenang-senang?" Christop balik bertanya.
"Apakah di sana banyak wanita-wanita sexy?" tanya Abraham.
Christop menangguk.
"Oke, kalo begitu aku ikut!" ujar Abraham semangat membuat Christop mendengus.
°°°°°
Cala merasakan semilir angin yang menerpa wajahnya, rambutnya bergerak. Ia memandang hamparan pantai lewat balkonnya.
Sejarah kota Pattaya tidak asing lagi di telinganya. Bahkan kota ini dijuluki sebagai surganya para lelaki. Jika malam hari, hingar bingar kota ini terpampang nyata. Bahkan sepanjang jalan kita dapat menemukan wanita-wanita prostitusi dengan pakaiannya yang begitu mencolok dan sexy.
Dan nanti malam Cala akan berkeliling, merasakan kehidupan malam di kota Pattaya.
20.00
Cala sudah siap dengan pakaiannya yang tidak terlalu terbuka namun cukup sexy jika ia kenakan. Menatap dirinya di pantulan kaca, Cala memutuskan untuk menggerai rambutnya. Cukup puas dengan penampilannya, Cala melangkahkan kakinya mulai berjalan keluar penginapan.
Cala membelokkan langkahnya menuju salah satu kafe yang ada di sepanjang jalan. Selama perjalanan juga Cala melihat tak sedikit wanita berpakaian minim yang merayu para turis yang lewat.
Cala menggelengkan kepalanya, apa mereka tidak ingin memiliki keluarga kecil? batinnya.
Bunyi lonceng terdengar ketika Cala mendorong pintu masuk. Mengedarkan pandangannya mencari tempat kosong. "Saya pesan minumnya Nam dok anchan, dan nom yen lalu makanannya tom yam, khao phad, tom kha kai, massaman curry, dan gaeng daeng." Cala bersorak riang ketika selesai menyebutkan beberapa makanan yang menurutnya lezat.
Si pelayan menatap Cala tak yakin, "sudah itu saja." Lanjut Cala menatap si pelayan mantab.
Mengangguk ragu, lalu undur diri.
Di tempat lain, Christop dan Abraham sedang berada dalam perjalanan menuju Pattaya.
Di dalam mobil Abraham tak henti-hentinya berbicara membuat kuping Christop panas mendengar ceritanya yang sedikit tidak bermutu, "bisakah kau berhenti bicara Ab!" geram Christop menatap adiknya kesal.
Abraham menggeleng, "Kak, seharusnya kau bahagia memiliki adik yang begitu ceria." Jawab Abraham asal.
"Terserahlah, kita sudah sampai." Ujar Christop memarkirkan mobilnya.
Keduanya turun, "Kau jalan-jalanlah sendiri. Atau datangi saja club di sini," ujar Christop.
"Memangnya kau mau kemana kak?" tanya Abraham penasaran.
"Ada urusan yang harus ku selesaikan dibsini," jawabnya.
"Ku kira kita akan bersenang-senang bersama. Jika begitu aku ikut denganmu," balas Abraham.
"Tidak usah, kau pergi saja. Di sini banyak wanita-wanita sexy kau tinggal pilih," jawab Christop melangkahkan kakinya meninggalkan Abraham yang mendengus kesal.
Christop mencari kafe yang sesuai dengan gambar yang berada di ponselnya. Sebelum ia kemari, orang suruhannya alias paman Hansel sudah mengintai di sini terlebih dulu bersama beberapa anak buahnya.
Christop tersenyum dalam hati, sedikit lagi semua akan terbalaskan.
Dengan tampang dingin dan sorot matanya yang tajam Christop melangkahkan kakinya dengan santai, beberapa wanita yang ingin menggoda merasa takut dengan tatapannya yang mengintimidasi, tapi beberapa juga ada yang nekat membuat Christop sedikit menyentak.
Lalu matanya menangkap sebuah kafe yang persis dengan yang ada di gambar. Dengan segera Christop melangkahkan kakinya masuk, suara lonceng berbunyi ketika ia mendorong pintu. Membuat matanya bertemu dengan manik mata berwarna hijau.
I got you, baby! Batin Christop tersenyum miring.
°°°°°
Selesai menghabiskan semua makanan yang dipesannya Cala menyandarkan tubuhnya, "keyang," gumamnya mengelus perutnya.
Sebanyak apapun Cala makan, tubuh gadis itu tetap terjaga. Entah ramuan apa yang dipakainya. Dan terkadang Cala bersyukur karena meskipun dirinya rakus, tubuhnya tidak melar yang mengharuskannya mengikuti diet dan semacamnya.
Kadang banyak temannya yang tidak percaya jika Cala memang tidak memakai obat-obatan untuk menjaga tubuhnya untuk tetap langsing, hanya saja Cala rutin olah raga setiap minggunya. Bahkan Cala juga sering travelling.
"Apa aku boleh duduk disini, nona?" suara maskulin yang begitu sexy dipendengaran Cala membuat gadis itu mendongak.
Sekejap Cala terpana dengan sorot matanya yang tajam, namun tidak bersahabat? begitu batinnya bertanya. Ah, mungkin hanya perasaannya saja. Cala menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pikiran-pikiran buruk.
Tersadar, Cala mengangguk. "Oh ya tentu! silahkan."
Christop menepuk sekali tangannya memanggil pelayan. Lalu seorang pelayan wanita dengan pakaian yang ketat, make up yang menor menghampiri. "Tuan mau pesan apa?" tanyanya dengan menggoda.
Jelas itu semua tidak lepas dari pandangan Cala, tanpa sadar ia berdecak risih membuat Christop dan wanita itu menoleh ke arahnya. Tersadar apa yang dilakukan, Cala merutuki dirinya dan berujar, "maaf."
"Singkirkan tanganmu," gumam Christop tegas pada si pelayan wanita itu yang berusaha menggodanya. "Apa kau tidak mendengar?!" lanjutnya sedikit membentak.
Pelayan wanita itu masih mengabaikan gertakan Christop, "kau tidak mau semalam denganku tuan?" godanya.
Christop berdecih, "apa kau buta sehingga tidak melihat ada wanita di depanku. Dia istriku!''
Mendengar perkataan Christop membuat Cala terkejut sedangkan si pelayan wanita itu langsung melepaskan tangannya dan menatap bersalah ke arah Cala, "maafkan aku nyonya."
"Aku akan membayar semuanya, berapa totalnya?" tanya Christop. Sedangkan Cala masih terkejut mulai mencerna semuanya.
Lalu si pelayan wanita itu memberikan jumlah total semuanya, dan Christop langsung mengeluarkan beberpa lembar uang.
"Ayo sayang, kita pulang." Christop meraih tangan Cala untuk digenggam sedangkan Cala dengan mudahnya mengangguk menuruti.
Sesampainya di luar, Cala tersadar. Lalu melepaskan genggaman tangan Christop. "Aku pergi," ujar Cala pada Christop.
Melihat Cala yang akan pergi membuat Christop segera meraih pergelangan tangan milik gadis itu. "Kau tidak bisa pergi ke mana-mana, baby." Suara Christop begitu pelan namun menekan itu membuat jantung Cala berdegup kencang.
Keringat dingin mulai keluar, bahkan ia merasa susah bernapas sekarang. "Siapa kau berani melarangku?" tanya Cala berbalik memberanikan diri.
Christop tersenyum, senyum menyeramkan yang pernah Cala lihat. "Kau akan tau semuanya nanti."
Tanpa mendengar jawaban Cala, Christop menarik paksa gadis itu membuatnya merintih karena genggaman Christop yang begitu kuat. "Akh, sakit." Lirih Cala yang dihiraukan Christop.
Sesampainya di samping mobil, Christop membuka pintu dan mendorong tubuh Cala dengan kasar membuat gadis itu mengaduh sakit. Christop menutup pintu membantingnya hingga memunculkan suara debuman yang keras.
Christop berjalan memutar menuju kursi kemudi, dan masuk lalu mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat Cala memojokkan dirinya takut. "Bisakah kau pelankan laju mobilnya?" suara Cala mulai bergetar.
Christop hanya melirik sekilas, lalu tersenyum miring. Dan ekspresi Cala yang ketakutan membuat Christop bahagia, hingga membuatnya menambah laju kecepatannya tanpa memperdulikan air mata Cala yang terus mengalir.
Sesampainya di mansion milik Christop, pria itu segera turun dari mobilnya. Berjalan memutar, lalu membuka pintu penumpang, "turun." Perintahnya datar.
Cala menatap Christop takut, "apa yang ingin kau lakukan padaku?" tanyanya pelan.
"Jangan banyak bertanya, dan cepat turun!" sentak Christop membuat Cala berjengkit kaget. Belum Cala keluar, Christop segera merampas pergelangan tangan Cala menariknya keluar.
"Kau menyakitiku, jerk!" dengan berani Cala berujar sengit pada Christop.
''Persetan dengan itu aku tidak peduli!" balas Christop tak kalah sengit.
Sesampainya di samping mobil, Christop membuka pintu dan mendorong tubuh Cala dengan kasar membuat gadis itu mengaduh sakit. Christop menutup pintu membantingnya hingga memunculkan suara debuman yang keras.Christop berjalan memutar menuju kursi kemudi, dan masuk lalu mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat Cala memojokkan dirinya takut. "Bisakah kau pelankan laju mobilnya?" suara Cala mulai bergetar.Christop hanya melirik sekilas, lalu tersenyum miring. Dan ekspresi Cala yang ketakutan membuat Christop bahagia, hingga membuatnya menambah laju kecepatannya tanpa memperdulikan air mata Cala yang terus mengalir.Sesampainya di mansion milik Christop, pria itu segera turun dari mobilnya. Berjalan memutar, lalu membuka pintu penumpang. "Turun." Perintahnya datar.Cala menatap Christop takut. "Apa yang ingin kau lakukan padaku?" tanyanya pelan."Jangan banyak bert
Cala terbangun dengan napas tersenggal, hanya mimpi. Batinnya. Melirik jam di dinding ternyata hari masih gelap.Tapi semua itu terasa nyata, lumatan kecil di bibirnya lalu remasan di dadanya. Cala menggeleng. "Ini sungguh menjijikkan," gumamnya. Jika pun hanya mimpi, tapi bagaimana bisa dirinya memimpikan hal semacam itu.Merasa kerongkongannya kering, Cala berdecak ketika mengetahui di atas nakas tidak ada air. Itu berarti ia harus keluar kamar menuju dapur sedangkan ia sendiri tidak tau dimana letaknya.Ketika Cala akan berdiri, gadis itu tidak jadi dan mendudukkan tubuhnya pada pinggiran kasur. "Tunggu dulu," gumamnya sendiri. "Siapa yang mematikan lampu kamar? dan menggantinya menjadi lampu tidur?" gumamnya lagi bertanya pada diri sendiri.Lalu pandangan Cala beralih menatap baju tidur yang diberikan Christop. Ia dapat melihat kancing bawahnya terbuka dua. Cala menatap horor, dan memutuskan itu semu
Christop melangkahkan kakinya berjalan memasuki sebuah lorong tersembunyi di balik sebuah rak buku yang berukuran begitu besar.Tatapannya begitu mengintimidasi setiap orang yang akan melihatnya, kini menyorot begitu tajam.Senyum iblis tercetak di wajahnya dengan jelas–ketika pandangannya menangkap seorang pria yang umurnya dapat Christop tebak sekitar tiga puluh tahun.Darah segar sudah mengalir di pelipis pria itu, Christop terkekeh. Seorang suruhannya selain paman Hansel membawakan satu orang berharga yang akan memberikannya informasi saat ini."Gustov Dimitri Romanov," ujar Christop penuh penekanan. Ya, pria bernama Gustov itu adalah tangan kanan yang sangat dipercayai oleh Giovanno Benjamin, seorang mantan mafia yang telah membunuh kedua orang tuanya."Kau pasti tau rahasia yang dimiliki Giovanno, bukan?" tanya Christop berjongkok. Mensejajarkan tingginya pada Gus
Giovanno mengusap wajahnya kasar. Seorang tangan kanan yang sangat dipercayainya hilang entah ke mana tanpa jejak sejak dirinya mengutus untuk menyuruhnya pergi ke Thailand karena kegusarannya.Karena ia merasa sesuatu terjadi dengan putrinya, mengingat sudah dua hari Cala tidak memberinya kabar sama sekali.Dan itu benar-benar membuat dirinya khawatir. Pintu terbuka, di sana pria berpakaian formal menghampiri Giovanno.Dia Klaus Reilly, pria berkebangsaan Ukraina yang bekerja sebagai mata-mata handal, penipu ulung, dan banyak akal. Bahkan seluruh dunia mengakui kepiawaiannya dalam memecahkan masalah dan jangan meremehkan kemampuannya."Sepertinya ada kesalahpahaman di sini," ujarnya dengan nada santai membuat Giovanno menatapnya bertanya.Klaus mengambil foto seorang pria, menunjukkannya pada Giovanno. "Dan orang ini dalang di balik semuanya.""Siapa dia?" t
Setelah membersihkan diri dan sarapan, Cala memutuskan untuk keluar kamar. Sekedar berkeliling mansion. Terus-menerus berada di dalam kamar membuatnya bosan. Cala merasa seperti seorang tahanan sekarang. Bahkan ia tidak bisa bergerak bebas karena sejak ia keluar dari mansion beberapa maid terus mengekor di belakangnya.Cala berbalik, menatap beberapa maid kesal. "Bisakah kalian tidak terus-menerus mengekoriku!"semua maid menunduk. "Tuan sudah menyuruh kami untuk mengikuti kemana pun, Nona pergi," jawab salah satunya.Cala mendengus, mengibas-ngibaskan tangannya. "Kalian tidak usah mengikutiku, beri tau saja di mana letak taman?""Cepat, tidak usah pakai lama," gerutu Cala karena melihat keterdiaman maid di depannya."Nona turun saja, lalu belok kiri dan jalan lurus. Nanti di sana akan ada pintu kaca, Nona buka saja."Tanpa menjawab, Cala langsung saja melangkahkan
Seketika senyum miring mengembang di bibir merahnya. Senyum yang membuat siapa saja bergidik ngeri melihatnya.Ia mengambil sebuah ID card dalam saku yang ada di balik tuxedo yang dipakainya, untuk memudahkannya mengakses masuk ke dalam. Secara otomatis pintu terbuka, setelah Christop menempelkan ID cardnya di dekat pintu sebelah kanan. Ia berdecak, tersenyum miring.Ketika Christop sudah masuk, pria itu dapat melihat ruangan itu kosong. Ugh, sepertinya dia sedang bermain di kamarnya eh? Batinnya tersenyum.Dengan lihai ia melangkahkan kakinya menuju pintu di bagian ujung kiri yang berdekatan dengan sebuah sofa bludru berwarna abu-abu.Suara desahan seorang wanita terdengar diindra pendengarannya, membuat Christop bergumam jijik. Betapa bodohnya pria tua bangka itu tidak membuat kamar kedap suara sehingga membuat suara menjijikkan itu terdengar. Begitu batin Christop.Pintu t
Aroma mawar yang menguar, membuat Cala nyaman dan lebih menenggelamkan tubuhnya ke dalam hingga memperlihatkan kepalanya saja.Tak terasa Cala menghabiskan waktu selama tiga puluh menit hanya untuk berendam, membersihkan diri. Ia mengikat tali bathrobe lalu melangkahkan kakinya keluar kamar mandi."Aku baru saja akan menghampirimu karena berpikir kau tertidur," gerutu Christop membuat Cala yang sedang menunduk seketika mendongak.Tatapan mereka bertemu membuat Cala salah tingkah karena Christop yang menatapnya begitu intens. "Ah, maafkan aku," ujar Cala."Dokternya sudah datang, dia akan memeriksamu sekarang," kata Christop memberi tau.Cala mengangguk. "Aku akan memakai baju terlebih dulu.""Tidak usah, kau tetaplah pakai bathrobenya," jawab Christop. "Lagipula dokternya seorang wanita."Setelah mengatakan itu Christop keluar, dan masuklah seorang wanita muda berja
Cala menelan salivanya dengan susah payah. Kepalanyap un masih tertunduk hingga ia dapat melihat sepasang sepatu berada tepat di depannya. Dan Cala yakin itu adalah kaki milik Christop."Tuan, bukankah ketika anda menelepon saya masih berada di Turki?" tanya Hansel memecahkan keheningan.Christop berdeham. "Aku memutuskam untuk pulang karena merindukan jalang kecilku."Hati Cala tertohok mendengar kata jalang yang dilontarkan Christop, karena ia tau kalimat yang dimaksud pria di depannya adalah dirinya. Air matanya mendesak ingin keluar, ia merasa harga dirinya diinjak-injak. Ia merasa Christop sudah sangat keterlaluan, karena dengan mudahnya mengatakan kata terkutuk itu. Cala tak habis pikir, padahal Christoplah yang membuat dirinya menjadi seorang jalang. Menyetubuhinya setiap saat dan seenaknya."Paman, pergilah!" lanjut Christop mengusir Hansel, dan pria paruh baya itu menunduk hormat sebelum melangkah per