Seketika senyum miring mengembang di bibir merahnya. Senyum yang membuat siapa saja bergidik ngeri melihatnya.
Ia mengambil sebuah ID card dalam saku yang ada di balik tuxedo yang dipakainya, untuk memudahkannya mengakses masuk ke dalam. Secara otomatis pintu terbuka, setelah Christop menempelkan ID cardnya di dekat pintu sebelah kanan. Ia berdecak, tersenyum miring.
Ketika Christop sudah masuk, pria itu dapat melihat ruangan itu kosong. Ugh, sepertinya dia sedang bermain di kamarnya eh? Batinnya tersenyum.
Dengan lihai ia melangkahkan kakinya menuju pintu di bagian ujung kiri yang berdekatan dengan sebuah sofa bludru berwarna abu-abu.
Suara desahan seorang wanita terdengar diindra pendengarannya, membuat Christop bergumam jijik. Betapa bodohnya pria tua bangka itu tidak membuat kamar kedap suara sehingga membuat suara menjijikkan itu terdengar. Begitu batin Christop.
Pintu terbuka, tapi kedua orang manusia yang sedang melakukan aktivitas di atas kasur belum menyadari kedatangannya. Christop berdecak, melihat kemampuan pria tua bangka itu yang masih kuat dan tidak diragukan lagi di atas ranjang dengan seorang wanita muda yang dapat Christop perkirakan umurnya sekitar dua puluh tahun.
"Ekhem,'' Christop berdeham membuat kedua orang itu menghentikan aktivitasnya. Mereka serempak menoleh ke arah pintu tempat Christop berdiri dengan senyum menawan tapi mampu membuat semua orang takut dan bergidik ngeri.
"Siapa kau?" tanya si tua bangka dengan nada menahan marah. Dengan cepat dia memakai pakaiannya, sedangkan wanita itu menutupi tubuhnya dengan selimut dan memojok.
Christop masih tersenyum menyeringai. "Dewa kematian."
Jawaban Christop membuat si tua bangka itu naik pitam, dan langsung menghampiri Christop berniat untuk menghajarnya. Entah darimana, semua berjalan begitu cepat sebuah pistol dengan peluru yang mematikan sudah berada di tangannya.
Dengan kelihaian tangannya, ia langsung menarik pelatuknya tepat pada jantung si tua bangka.
Dor.
Suara tembakan menggema di seluruh ruangan. Pria tua bangka itu tergeletak, dengan cairan kental berwarna merah yang merembas di kemeja putihnya. Christop lalu mengalihkan pandangannya pada wanita yang tadi bersetubuh dengan si tua bangka itu.
Christop dapat melihat, wanita itu terlihat shock. Wajahnya memucat, bahunya bergetar takut bahkan keringat sudah bercucuran. "Kau ingin juga?" tawar Christop tersenyum iblis.
Wanita itu menggeleng kuat, mencengkram selimut yang menutupi tubuh polosnya. Christop terkekeh menyeramkan. "Jika mau, aku akan menembakkan pistolku tepat pada kepalamu."
"Ku mohon jangan bunuh aku, aku akan tutup mulut," ujar wanita itu dengan suara bergetar.
Christop tertawa, menggeleng. "Tapi aku tidak mempercayaimu."
Dor.
Christop menembak si wanita tepat pada jantungnya seperti si tua bangka. Ia lalu merapikan jasnya. Memasukkan pistolnya di balik saku jas, dan mulai berjalan meninggalkan dua orang yang sudah terkapar mati.
"Bereskan semuanya, dan jangan tinggalkan jejak." Perintah Christop.
°°°°°
Cala berusaha memejamkan matanya, tapi ia tidak bisa tertidur juga. "Akh, sial," umpatnya.
Cala bangun dari tidurnya, menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Beberapa kali matanya mengerjap.
Samar-sama Cala mendengar suara deru mobil, dengan langkah pelan ia turun dari kasur berjalan menuju balkon dan mengintip dari balik pintu kaca yang tertutupi oleh tirai.
Seorang pria turun dari mobil, dia Christopher dan Cala bisa memastikan itu meskipun terlihat samar karena minimnya pencahayaan. Dari mana pria itu. Batinnya bertanya.
Suara pintu terbuka membuat Cala yang masih berdiri membalikkan badannya. Ia terkejut ketika melihat Christop berjalan mendekatinya.
Perlahan Cala berjalan mundur ketika Christop semakin dekat membuat tidak ada jarak diantara mereka. Napas keduanya saling beradu. "Aku menginginkamu, baby," gumam Christop tepat di telinga Cala membuat gadis itu merinding.
°°°°°
Abraham berpikir jika kakaknya itu menyembunyikan sesuatu darinya. Dan sekarang ia sudah berada di China, ia memutuskan kembali karena untuk menyelidiki sesuatu.
flashback on
Malam sudah menunjukkan pukul satu malam, Abraham yang ingin pergi ke dapur mengambil air minum terpaksa menghentikan langkahnya ketika melihat kakaknya menyeret paksa seorang gadis. Cantik. Itulah satu kata yang ada di benak Abraham ketika melihatnya.
Abraham memutuskan untuk bersembunyi di balik pilar-pilar kokoh yang ada di rumah ini. Siapa gadis itu? Batinnya bertanya.
Apalagi melihat kesakitan di wajah gadis itu yang dihiraukan Christop membuatnya tidak tega, tapi ia tidak bisa berbuat sesuatu karena kakaknya itu tidak suka jika masalahnya diikut campuri.
Sesuatu yang tidak beres telah terjadi, dan Abraham merasakannya.
Lalu ketika dua manusia itu sudah benar-benar menghilang memasuki kamar. Perlahan Abraham berjalan menuju kamar itu, mendorong sedikit pintu lalu mengintipnya. Sesuatu yang seharusnya tidak dilihat ada di sana, kakaknya dengan paksa menyetubuhi gadis di bawahnya itu.
Dengan cepat, Abraham memutuskan untuk berbalik. Ia yakin, kakaknya itu menyembunyikan sesuatu darinya pantas saja kemarin Christop menyuruhnya untuk pergi dari rumah ini atau menetap tapi tidak boleh berkeliaran.
Abraham menghela napasnya, lalu memilih kembali ke kamar. Tiba-tiba saja dirinya sudah tidak haus lagi. Dan besok ia akan kembali ke China menyelidiki apa yang telah terjadi.
flashback off
Cala meringkuk dalam tidurnya, berusaha memejamkan matanya untuk bisa tertidur. Perlakuan Christop padanya benar-benar membuatnya sakit hati sebagai seorang wanita.
Direndahkan.
Diperlakukan layaknya jalang.
Tak terasa air matanya jatuh. Sehabis Christop melakukannya berulang kali tanpa pemanasan hingga dirinya pingsan lalu pagi harinya ketika ia membuka mata Christop sudah tidak ada disampingnya.
Ah mungkin pria itu meninggalkannya begitu ia pingsan.
Cala merendam tangisnya dengan menggigit pinggiran selimut. Air matanya bahkan tidak mau berhenti mengalir. Nyeri di selangkangannya bahkan masih terasa. Tubuhnya bahkan terasa pegal seakan ingin remuk.
Lalu Cala merasakan sesuatu mengusap kepalanya, dengan ragu ia mendongak dan mendapati Christop berada cukup dekat dengannya. Entah sejak kapan pria itu ada disini, Cala tidak menyadarinya.
Cala semakin meringkukkan tubuhnya, ia takut jika Christop berlaku kasar lagi padanya. Dengan sekali sentakan, tubuh telanjang Cala yang tertutup oleh selimut sudah berada dipelukan Christop. "Kau mau apa?" tanya Cala dengan suara bergetar.
Christop diam, tidak menjawab. Mengusap punggung mulus Cala dengan lembut. "Apa masih sakit?" tanyanya.
Cala mengangguk lemah di pelukan Christop. "Sangat sakit," lirihnya.
"Sebentar lagi dokter akan datang, kau mandi dan segeralah bersiap," ujar Christop melepaskan pelukannya.
Cala mengangguk lemah, bahkan kepalanya juga terasa pening. Perlahan ia mencoba duduk, lalu turun dari kasur dengan mencengkram selimut yang menutupi tubuh polosnya dengan kuat. Tapi tiba-tiba saja tubuhnya melayang, Christop menggendongnya. Membawanya menuju kamar mandi, lalu meletakkan Cala ke bathup secara perlahan. "Akh,'' Cala merintih merasakan nyeri di bagian pangkal pahanya.
Christop mengabaikan rintihan Cala, menarik selimut Cala hingga meninggalkan tubuh nakednya lalu memilih untuk mengatur suhu air hangat agar gadis di depannya itu nyaman.
Cala hanya memperhatikan Christop dalam diam. Kadang Cala merasa, Christop memperlakukannya dengan lembut tapi tiba-tiba akan berubah begitu saja menjadi kasar dan tidak berperasaan.
"Berendamlah," ujar Christop mengusap kepala Cala lembut sebelum pria itu benar-benar pergi meninggalkan Cala seorang diri.
Cala terdiam, merenung. Kadang ia merasa nyaman di dekat Christop, apalagi ketika pria itu bersikap lembut padanya membuat jantungnya berdegup kencang seperti barusan. Pria itu mengusap kepalanya dengan lembut sebelum akhirnya benar-benar pergi. Tapi, jika melihat Christop yang kasar padanya justru membuat hatinya nyeri merasakan sesak di dada.
Tidak mungkin jika aku jatuh cinta padanya. Cala menggeleng, menyadari pikirannya itu. "Tidak mungkin," gumamnya pelan. “Dan itu tidak akan pernah terjadi.”
Aroma mawar yang menguar, membuat Cala nyaman dan lebih menenggelamkan tubuhnya ke dalam hingga memperlihatkan kepalanya saja.Tak terasa Cala menghabiskan waktu selama tiga puluh menit hanya untuk berendam, membersihkan diri. Ia mengikat tali bathrobe lalu melangkahkan kakinya keluar kamar mandi."Aku baru saja akan menghampirimu karena berpikir kau tertidur," gerutu Christop membuat Cala yang sedang menunduk seketika mendongak.Tatapan mereka bertemu membuat Cala salah tingkah karena Christop yang menatapnya begitu intens. "Ah, maafkan aku," ujar Cala."Dokternya sudah datang, dia akan memeriksamu sekarang," kata Christop memberi tau.Cala mengangguk. "Aku akan memakai baju terlebih dulu.""Tidak usah, kau tetaplah pakai bathrobenya," jawab Christop. "Lagipula dokternya seorang wanita."Setelah mengatakan itu Christop keluar, dan masuklah seorang wanita muda berja
Cala menelan salivanya dengan susah payah. Kepalanyap un masih tertunduk hingga ia dapat melihat sepasang sepatu berada tepat di depannya. Dan Cala yakin itu adalah kaki milik Christop."Tuan, bukankah ketika anda menelepon saya masih berada di Turki?" tanya Hansel memecahkan keheningan.Christop berdeham. "Aku memutuskam untuk pulang karena merindukan jalang kecilku."Hati Cala tertohok mendengar kata jalang yang dilontarkan Christop, karena ia tau kalimat yang dimaksud pria di depannya adalah dirinya. Air matanya mendesak ingin keluar, ia merasa harga dirinya diinjak-injak. Ia merasa Christop sudah sangat keterlaluan, karena dengan mudahnya mengatakan kata terkutuk itu. Cala tak habis pikir, padahal Christoplah yang membuat dirinya menjadi seorang jalang. Menyetubuhinya setiap saat dan seenaknya."Paman, pergilah!" lanjut Christop mengusir Hansel, dan pria paruh baya itu menunduk hormat sebelum melangkah per
Christop menggeram kesal ketika kebutuhan biologisnya harus gagal begitu saja ketika mereka berdua akan melepas orgasme bersama-sama.Ia menatap paman Hansel datar. "Kau menggangguku, Paman."Pria paruh baya itu menunduk, "Maafkan saya Tuan. Saya tidak bermaksud–""Sudahlah. Apa yang ingin Paman bicarakan?" tanya Christop.Hansel memberikan sebuah map. "Ini tentang Serkan Van Houten. Ternyata dia di balik dalang semua ini. Dan dia menuduh istrinya menjadi tersangka.""Apa alasan dia menuduh istrinya?" tanya Christop dengan pandangan serius."Ternyata istrinya mengetahui jika Serkan berselingkuh, dan juga mengetahui rencana Serkan yang akan membunuhnya.""Oh jadi yang dia ceritakan jauh dari kata fakta. Sudah kuduga dari awal jika pria itu sangat licik," komentar Christop yang diangguki Hansel."Apa rencana anda kali ini, Tuan?" tan
"KU BILANG PERGI!" teriakan Cala menggema di seluruh ruangan.Seorang maid yang tadi diutus Christop langsung mendatangi Cala, "Nona, Tuan Christop menyuruh saya untuk membawa Nona ke hadapan Tuan.""AKU TIDAK PEDULI!" sentak Cala dengan napas terengah.Sudah kurang lebih satu jam maid itu tidak henti-hentinya memaksa Cala untuk menemui Christop tapi ditolaknya mentah-mentah. Ia tidak peduli, persetan dengan semuanya Cala tidak takut dengan Christop meskipun hati kecilnya sedikit gemetar jika melihat wajah iblis itu.Maid itu menghela napas, lelah karena Cala sejak tadi sudah menolaknya mentah. Mungkin ia harus berpikir keras untuk menjelaskan pada tuannya itu. "Baiklah, jika Nona perlu bantuan. Nona panggil saya saja."Cala hanya diam, tidak menjawab perkataan maid itu.Ia mencoba bernapas secara teratur. Dadanya terasa sesak hanya dengan mendengar nama Christop. Ingin
Cala meringkuk dalam tidurnya, bahkan ia masih mengunci pintu kamarnya. Tidak berniat membuka sama sekali, meskipun beberapa maid terus menyuruh Cala untuk dibukakan.Dan selama dua hari, Cala belum mengisi perutnya. Bahkan ia membiarkan rasa lapar menggerogoti. Cala tidak peduli, jika ia harus mati karena kelaparan.Wajahnya memucat, bibirnya mengering bahkan badannyapun sedikit mengurus. Cala bersandar pada kepala ranjang. Kepalanya bahkan sangat pusing, penglihatannya sedikit berkunang-kunang.Apalagi pergelangan tangannya membengkak, meninggalkan bekas yang membiru dengan luka-luka kecil yang masih sedikit basah. Hingga bunyi 'klik' menyapa indra pendengaran Cala membuat gadis itu meringkukkan tubuhnya, menggelamkan tubuhnya di balik selimut. Ia merasa bahwa yang datang adalah Christop.Mengingat pasti jika pria itu memiliki cara untuk membuka pintu yang hanya diketahui dirinya saja. Hingga kasur yan
Cala ingin berjalan-jalan mengelilingi mansion, padahal hari sudah malam.Cala merapatkan mantel coklatnya, menghirup udara malam. Perasaannya seketika menghangat. Ya, ia hanya membutuhkan kenyamanan, ketenangan untuk saat ini. Meskipun hanya semalam. Cala tidak perduli.Suasana mansion sangat sepi dan sunyi, mengingat malam sudah pukul setengah dua belas. Para pelayan sudah beristirahat, hanya menyisakan beberapa penjaga yang masih terjaga memantau keadaan mansion ini.Hingga tidak terasa, langkah kaki Cala membawanya menuju sebuah lorong. Tidak ada orang-orang bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam yang berjaga di sini.Hanya beberapa obor yang menempel di dinding yang menjadi penerangannya. Penasaran, Cala melangkahkan kakinya masuk. Ia terus berjalan menyusuri lorong dengan berhati-hati, sebisa mungkin ia tidak menimbulkan suara. Hingga sebuah tangga terlihat oleh pandangannya, Cala hendak t
Christop yang baru saja pulang, langsung melangkahkan kakinya menuju ruang bawah tanah. Ruang rahasia, yang hanya ia, Hansel, dan beberapa orang kepercayaannya yang tahu.Christop melangkah masuk, melewati lorong panjang hingga memperlihatkan sebuah tangga yang menurun. Ruang rahasia ini juga terhubung dengan kamarnya, yang melewati rak besar.Tapi kali ini, Christop memutuskan untuk melewati lorong dari pada harus ke kamarnya. Di sana, terdapat beberapa pintu jejuri besi, dan sebuah ruang, hanya Christop yang masuk. Semua orang ia larang, karena itu tempatnya menyimpan barang-barang bersenjata dan sesuatu yang rahasia."Bagaimana dengan Gustov? Apa dia masih tidak mau mengaku?" tanyanya pada Hansel.Hansel mengangguk. "Ya Sir. Jawabannya masih sama, ini pasti ada kesalaha
Cala masih penasaran dengan lorong yang kemarin ia datangi namun gagal karena ada seseorang yang tiba-tiba saja datang.Entah lorong apa itu Cala tidak mengetahuinya. Yang pasti sekarang dirinya sangat penasaran.Saat ini, Christop sedang tidak ada di mansion. Ke mana pria itu, Cala juga tidak mengetahuinya. Dan ia memutuskan untuk kembali ke lorong itu. Meskipun sangat was-was tapi Cala ingin sekali ke sana.Dressdi bawah lututbertali spagetti yang dipadukan dengan kardigan berwarna putih tulang menjadi penampilan Cala siang ini.Matahari tidak terlalu terik, dan Cala segera bergegas sebelum Christop kembali.Sembari berjalan penuh kehati-hatian, Cala berusaha bersikap santai agar tidak ada maid ataubodyguardyang mencurigainya. Ses