Mobil Logan berhenti di depan pintu gerbang rumah Alice. Sebenarnya rumah Alice mirip dengan rumah tua jaman dulu, mulai dari gerbang yang sudah mulai lumutan, di depan gerbang ada sebuah pohon aneh yang tidak pernah tumbuh besar sejak Logan pertama kali melihatnya. Lalu, ada beberapa patung kuno yang sudah pudar dan tidak pernah di cat ulang. Rumah Alice bertingkat, namun untuk tingkat dua tidak pernah dihuni sama sekali. Dan percayalah, bahwa jika Alice berniat untuk membersihkan gerbang atau jika dia ada niat untuk naik ke lantai atas, maka akan ada selalu yang terjadi pada gadis itu. Dan itu lah alasannya mengapa Bertha selalu melarang Alice untuk berkeliaran di rumah nya. Aneh, dan sulit untuk di percaya.
Suara gerbang yang terbuka mengalihkan perhatian Logan, ia menatap Alice dengan semua pakaian serba hitam nya. Warna kesukaan gadis itu. Alice tetap bisa memancarkan sinar nya sendiri, meskipun ya! Gadis itu sangat jarang untuk ingin tampil mencolok.
"Logan? Apa aku terlalu lama?" seru Alice menghampiri Logan yang masih sibuk dengan pikirannya
"Tidak, dan kau nampak lebih segar hari ini!" ujar Logan sambil membukakan pintu depan nya di sertai dengan Alice yang sekilas melirik mobil di belakang mereka. Mobil hitam keluaran Hummer terbaru itu.
"Ayo masuk Alice, itu Xander, jika kau amnesia!" seru Logan saat menyadari Alice yang masih diam sambil menatap ke arah belakang mereka. Alice segera masuk, sedikit melirik kaca spion dan yeahhh.. Itu memang benar-benar Xander. Alice sempat melihat lelaki itu dengan tatapan nya yang tidak bisa di artikan.
"Kita mau kemana?" seru Alice yang sudah duduk manis di depan, tepatnya di samping Logan
"Bukan kah Xander sudah memberitahu mu kita akan pergi kemana hari ini?" seru Logan lalu mulai melajukan mobil nya menjauh dari kompleks perumahan Alice. Sebenarnya tidak layak di sebut dengan kopleks perumahan, karena hanya rumah Alice yang berada di sana.
"Jika dia sudah memberitahu, apa menurut mu aku akan kembali bertanya pada mu lagi Logan? Ayolah, dimana analisa mu yang kuat itu?" seru Alice sambil memutar bola mata nya kesal.
"Baiklah-baiklah, jangan menghujat ku Alice. "
"Jadi?" seru Alice
"Jadi?" ulang Logan membuat Alice menatapnya kesal. "Baiklah, jangan menatapku seperti itu Alice. Jadi, hari ini kita akan pergi ke rumah nya Xander. Ayah nya datang dari luar negeri dan kita diundang untuk datang ke sana!" seru Logan
"Hah? Ke rumah Logan? Apa maksud nya ? Jelas sekali kau tidak mengatakan nya pada ku Logan!"
"Stop.....stop.... Alice, suara mu membuat gendang telingan ku rusak!" kesal Logan
"Kau menyebalkan Logan dan selalu menyebalkan!" seru Alice sambil menekuk wajah nya
"Ayolah Alice, kita hanya ke rumah Xander saja. Mengapa kau terlihat gugup sekali? Apa jangan-jangan ada sesuatu di antara kalian berdua dan menyembunyikan nya dari ku?" selidik Logan sambil memincingkan matanya.
"T-tidak ada apa-apa Logan, hanya saja!" Alice berhenti dan menarik nafas nya gugup.
"Hanya saja apa ALice? Kau seperti nya sedang memikirkan sesuatu yang berat belakangan ini!"
"Aku tidak tau ini benar atau tidak, tapi semalam. A-aku bermimpi kita akan berada di sebuah rumah dan ada sesuatu yang buruk akan terjadi!" ujar Alice sambil menatap Logan gugup.
"Rumah? Kau mendapat sebuah penglihatan Lagi?" ujar Logan
"Ya, aku rasa seperti itu lah. Tapi.., kali ini terlihat berbeda Logan, penglihatan ku seperti terhalangi oleh sesuatu yang sepertinya menghalangi ku untuk melihat nya!"
Alice sedikit tergelonjak saat tangan dingin Logan memegangi tangan nya. Alice mendongak dan menatap Logan dengan alis terangkat.
"Percaya lah pada ku dan Xander, kami akan selalu melindungi mu. Apa pun yang terjadi!" seru Logan menenangkan Alice yang sedikit pucat. Mendengar penuturan Logan, Alice mau tidak mau harus menganggukkan kepalanya. Ia bisa percaya dengan Logan, karena, ia dan Logan memang sudah saling mengenal sejak mereka berdua masih kecil. Dan, Xander masuk dalam liang pertemanan mereka ketika mereka memasuki sekolah menengah atas. Dan itu pun karena sebuah kejadian yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya.
Alice merenung sambil menatap pepohonan sepanjang perjalanan, ia tiba-tiba terpikir sesuatu "Logan, mungkin aku belum menceritakan nya pada siapa pun. Tapi, saat kejadian ada teror di sekolah kita. Aku menemukan gambar yang sama dengan gambar yang setiap malam tidak sengaja aku buat. Apa menurut mu ini ada hubungan nya?"
"Kau melihat nya juga?"
"Ya, apa kau juga?"
Logan sedikit menghela nafas nya, "Bukan aku yang melihat, tapi Xander. Dia menceritakan nya pada ku malam itu. Dia syok karena terkejut dengan lambang itu Alice!"
"Xander? Mengapa dia bisa tau lambang itu? Aku pikir aku hanya menceritakan nya pada mu!"
"Aku yang memberitahu dia. Ayo lah Alice, Xander itu adalah sahabat kita. Orang yang nasib nya sama seperti kita. Sudah seharus nya dia tau mengenai masalah mu, dan, seperti beberapa hari sebelum nya. Dia juga sudah mencaritahu arti dari lambang itu!"
Alice tiba-tiba terdiam, ia lalu teringat beberapa hari yang lalu saat mereka pergi ke perpustakaan. Xander memang terlihat sedang asik membaca buku-buku kuno mengenai semua lambang yang pernah ada di buku mitologi sekolah dan "Apa itu artinya dia tau makna dari lambang itu?"
Logan menatap Alice, "Xander bilang itu adalah lambang kefanaan. Milik malaikat Gabriel ketika turun ke bumi dan kalau pernah mendengar. Lucifer dan para iblis lain nya merebutkan benda itu. Xander juga berkata bahwa lambang itu hanya datang pada orang yang harus merebut nya kembali dari Lucifer. Dan yang membuat Xander syok adalah, lambang itu ternyata tidak hanya bisa di lihat oleh mu!"
"Tunggu, kau membuat ku merinding Logan. Kefanaan? Maksud mu itu adalah lambang setan?"
"Bukan Setan Alice, tapi lambang itu adalah benda suci yang di miliki oleh malaikat gabriel saat menyelamatkan peperangan. Dia menyayat darah nya dan meletakkan nya ke dalam benda itu. Namun, setelah malaikat itu pergi. Benda itu tertinggal dan semua mahluk bawah saling merebutkan nya untuk menambah kekuatan mereka. Bukan hanya iblis dan setan, tapi manusia penyembah setan juga ikut berburu benda kefanaan itu!"
"Aku semakin tidak mengerti!"
"Sudah lah, kita sudah mau sampai. Sebaik nya kau bertanya langsung pada Xander, dia tidak seburuk yang ada di dalam fikiran mu!"
Mobil Logan memasuki pekarangan rumah Xander, rumah berwarna putih yang cukup besar. Dari luar saja, siapa yang melihatnya sudah pasti bisa menyimpulkan bahwa pemilik rumah itu benar-benar keturunan orang kaya. Dan itu adalah sebuah kebenaran. Masih di dalam mobil, Alice berhenti untuk menatap sesuatu yang sepertinya menatap mereka dari kejauhan dan saat mata Alice dan sosok itu saling menatap, sosok itu bergegas pergi dan menghilang di balik patung putih bersayap.
"Kita sudah sampai Alice! Tidak ingin turun? Jika kau benar-benar merasa tidak nyaman, aku bisa membawa mu pulang dan mengatakan pada Xander kau kurang enak badan!" usul Logan yang sejak tadi memperhatikan wajah Alice yang semakin pucat.
"Ahhh tidak usah, lagian kita sudah berada di sini, lebih baik kita masuk saja!" seru Alice lalu keluar dari mobil Logan bersamaan dengan pintu mobil di sebelah mereka yang juga terbuka. Alice dan Xander saling menatap beberapa menit sebelum lelaki itu langsung bergegas memalingkan wajah nya dan menatap ke arah lain.
"Ayo, kita masuk bersama!" ajak Xander saat Logan juga sudah keluar dari dalam mobil nya
"Tuan muda, Tuan besar sudah menunggu kehadiran anda dan juga kedua teman anda. Silahkan masuk!"
Alice, Xander dan Logan yang sudah memasuki teras rumah di sambut oleh sosok lelaki paruh baya dan mengarahkan mereka menuju ruangan masuk.
Sejenak Alice terperangah dengan aksitektur yang berada di dalam rumah Xander, ia memang kali pertama ini menginjakkan kaki nya di dalam sana. Dan, dari arsitekturnya saja benar-benar luar biasa. "Ayo!" seru Xander yang berjalan di belakang Alice menyadarkan Alice dari ketepakuannya.
Alice menatap Xander dan berjalan mengikuti Logan dan sosok lelaki tua tadi. "Apa kau sering datang ke sini Xander?" ujar Alice memulai permbicaraan
"Tidak, sangat jarang. Aku datang jika ayah datang dan menyuruhku datang kemari!" seru Xander sedikit melirik Alice yang menatapnya. Xander buru-buru mengalihkan tatapannya menyadari bahwa gadis itu juga sedang menatapnya.
"Benarkah? Arsitektur rumah ini begitu bagus sekali, padahal kau bisa tinggal di sini. Lagi pula jarak nya ke sekolah lebih dekat bukan?"
"Aku hanya ingin saja!" ujar Xander
Alice mengangguk, namun tatapannya tiba-tiba tertuju pada sosok yang ia lihat ketika berada di parkiran. Sosok itu juga sedang melihatnya dan tiba-tiba menghilang lagi di balik tembok. Alice menatap tembok itu, ia hendak berbalik arah, namun...
"Jangan pergi jika kau melihat sesuatu yang menarik perhatian mu Alice, cukup berjalan bersama ku saja!"
Alice terkejut saat sebuah tangan memegangi pergelangan tangan nya. Alice lalu menatap Xander yang menatapnya tajam dan bergegas membawa nya kembali ke arah Logan dan sosok lelaki tua itu yang juga sedang menatap ke arah mereka. Aneh, Xander benar-benar belum melepaskan tangan nya. Bahkan saat mereka sudah masuk ke dalam ruangan yang berbeda, Xander masih tetap memegangi tangan nya.
"Ekehmmmm, aku rasa kalian berdua cukup serasi juga!"
Alice dan Xander yang merasa sedang di tatap oleh Logan saling melirik. Lalu dengan terburu-buru, Xander segera melepaskan tangan nya dari Alice dan menggaruk kepalanya kikuk. Sementara Alice hanya menatap Logan yang juga sedang menatapnya penuh selidik.
"Padahal aku senang jika kalian berdua memiliki hubungan yang istimewa!" goda Logan menaik-turunkan alis nya.
"Ck, itu hanya sebuah ketidak sengajaan Logan. Jangan terlalu berpikiran jauh dan membuat mu tersesat di dalam fikiran mu sendiri!"
"Yak, padahal kau senang bukan!" kekeh Logan yang hanya di balas decakan kesal dari Alice.
"Kalian sudah datang?"Alice, Logan dan Xander yang tadinya duduk di atas sofa segera beranjak berdiri begitu mendengar suara itu. Sosok lelaki paruh bayah dengan pakaian merah marron, serta jubah hitam nya yang membuat sosok paruh baya itu sedikit terasa berbeda. Alice seketika merasakan bahwa bulu kuduknya naik saat maniknya bersitatap dengan lelaki itu.
MobilHammerKeluaran terbaru itu terparkir di depan pintu rumah Alice. Logan menatap Alice yang kelihatan masih belum sadar bahwa mereka sudah sampai. Logan balik menatap Xander yang memberinya kode lewat tatapan matanya."Alice? Kita sudah sampai!" seru Logan sambil menyenggol bahu Alice
Alice menatap salju yang turun mengenai kepalanya, nafas nya terasa hangat dan berasap. Ia tidak kepikiran bahwa ini sudah memasuki akhir tahun dan itu berarti akan ada natal, akan ada banyak kue-kue di natal. Dan seperti biasa, akan ada banyak baju-baju natal dan hiasan yang dipajang di rumah masing-masing orang. Alice menghembuskan nafas nya dan segera terlihat bahwa uap dari mulut Alice berusaha untuk menghangatkan badanya. Ia membalikkan badan nya, menatap rumah nya.Tidak, Alice bukan nya mengeluh mengenai rumah nya. Rumah nya cukup luas dan mewah. Namun, jika di pikir lagi, rumah Alice terletak di ujung jalan dan tidak memiliki tetangga. Gerbang tinggi yang membatasi setiap sisi, tidak pernah ada hiasan dan ti
"Dia tidak apa-apa, hanya saja sepertinya dia sedang syok!""Baik Dok, terimakasih!" seru Logan, namun lain hal nya dengan Xander yang hanya menyandarkan badan nya di tembok yang berada tidak jauh dari ranjang Alice berada."Baik, saya akan pergi dulu. Masih ada yang perlu saya urus,
Info:Haloo gaisss, Sya menyapa dulu untuk hari ini yaaaaa. Apa kabar nya?? Ehhh, btw, kalian bisa panggil aku 'Sia, Sya!' Yup. Anything You like!!!HohohohohohohHolaaa, selamat membacaaaa!!!!!
Alice menggelengkan kepalanya, berusaha untuk keluar dari ruangan gelap yang terus membelenggunya. Sejauh apa-pun Alice berlari, sejauh itu juga bayangan itu mengejarnya. Hingga, pada akhirnya. Alice berhenti dan menatap sosok itu sambil menaik turunkan dadanya, dengan nafas yang tersegal-segal."Tidak, a-apa yang kau ingin kan dari ku? Mengapa kau terus mengikutiku hah?" bentak Alice sakin tidak tahan nya terus di kuntit oleh sosok di depan nya.
Hoss....hoss...hoss...Nafas gadis itu memburu, ia berhenti berlari dan berdiri di depan ruangan kelas mereka. Lyra, gadis itu menatap nuansa kelas mereka yang terasa begitu horor. Menimang, apakah dia harus masuk atau tidak. Tapi, jika ia tidak masuk maka handpone nya akan tetap berada di ruangan kelas mereka.
***Mobil Logan terhenti di depan rumah yang sudah tidak berpenghuni. Nuansa nya terasa begitu menyeramkan ketika tidak ada penerangan sama-sekali. Alice menatap sekeliling rumah itu, lalu menghela nafas. Baru saja menatap area luar rumah itu, sudah membuat bulu kuduk nya berdiri. Ia juga tidak tau mengapa ia ikut dengan rencana gila kali ini.
Oliver menatap sosok yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit, ia berusaha untuk memendam amarahnya saat ini. "Apa yang terjadi pada mu Rey? Mengapa kau bisa menjadi seperti ini?" seru Oliver. Menatap Rey yang di gips, tulang-tulang lelaki itu semuanya bergeser dari tempatnya yang seharusnya. Semua badan Rey terkenal cakaran, hanya menyisakan wajahnya yang sama-sekali tidak tergores barang sedikit pun. Mata Rey menatap Oliver, lalu menatap sosok yang sedang duduk dengan buku yang dibolak-balikan di atas tangan nya sedang berada di atas sofa. Duduk tenang, seperti tidak ada yang terjadi."Dia—dia yang melakukan ini pada kami!" ujar Rey dengan air mata nya yang mengalir. Menunjuk Aldo yang masih membaca buku.Merasa dirinya di tunjuk dan ditatap, membuat Aldo menutup bukunya. Dan menatap Oliver yang menatap nya dengan keningnya yang sedang berkerut. "Dia benci pada ku sejak kau menjebakku untuk bergabung dengan mu Oliver!" ujar Aldo ikut berdiri, berjalan ke sebelah sisi ranjan
Mobil yang dibawa oleh Xander sedikit mengambil rute berbeda, mereka menatap ke belakang. Mobil berwarna silver dengan aksen kehitam-hitaman itu terus mengikuti mereka sejak Xander keluar dari dalam hotel itu, tempat mereka melakukan lomba itu. Alice yang duduk di depan bersamanya juga merasakan hal yang sama. Mobil itu memasuki belokan daerah gang yang cukup sempit, dan juga sedikit rawan. Xander sedikit salah mengambil rute ini, karena bukannya semakin mempermudah. Mereka malah sedikit kewalahan. Xander menatap ke belakang dari kaca spion di luar kaca. Mobil itu benar-benar mengikuti mereka sampai saat ini."mobil itu masih mengikuti kita!" seru Logan yang sudah sedikit panik"jalan ini menuju ke daerah mana? Aku tidak pernah berkeliling daerah ini sebelumnya!" seru Alice yang sedikit cemas. Ia tidak pernah melewati jalan ini sebelumnya. Namun ia tidak tahu dengan Xander atau Logan."Aku rasa kita di dalam masalah kali ini!" seru Xander mengerem mobil nya tiba-tiba. Karena sebuah mo
Xander, Alice dan Logan sampai di sekolah, mereka turun dari mobil mereka yang sudah terparkir di lokasi parkir yang biasanya. Banyak pasang mata yang mencuri-curi pandang ke arah mereka. Mereka bertiga melangkah menuju gedung sekolah mereka, namun sosok lelaki paruh baya lengkap dengan tas coklat nya yang terpampang di samping nya menghadang langkah mereka. Mereka lalu menatap Mr.Tanaka yang menatap mereka dengan garang. Logan menatap Alice dan juga Xander, ia lalu menggaruk kepalanya dengan sedikit tidak enak."ikut bapak sekarang!" seru Mr.Tanaka lalu berjalan menuju ke arah ruangannya.Logan hendak kabur, namun Mr.Tanaka segera berbalik badan dan menatap ke arah mereka bertiga dengan tatapan tajam. "Jangan coba-coba untuk kabur, atau nilai kalian tidak akan keluar satu semester ini dan kalian tidak akan bisa melanjut ke jenjang universitas!" ujar Mr.Tanaka lalu segera pergiLogan, Xander dan Alice saling menatap dan melangkah mengikuti Mr.Tanaka ke ruangan nya. Beberapa tatapan da
Mobil itu berhenti di depan garasi, Xander masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sementara Alice sudah tertidur dengan tangan yang ada di atas kepala Xander. Logan menatap ke belakang, dan menatap Tristan."Apa kau tidak bisa membangunkan Alice?" ujar Tristan menatap Logan"Alice—Alice...!"ujar Logan pelan menggoyang bahu Alice. Gadis itu mengerjapkan matanya dan menatap Logan. Alice lalu menatap ke luar kaca, dan mereka ternyata sudah berada di depan rumah besar itu. Alice lalu menatap Xander yang masih belum sadarkan diri dan masih berbaring dengan kepala di atas pangkuannya. Alice menggerakkan tangannya, membuat Xander mulai mengerjapkan matanya depan pelan membuat semua perhatian tertuju pada lelaki itu."Xander? Apa kau sudah sadar? Kau bisa mendengar ku?" ujar Alice pelan, sambil mengusap wajah tegas Xander dengan pelan. Membuat Xander yang tadi masih merasa lelah tiba-tiba teransang dengan sentuhan Alice. Xander membuka kedua mata nya dan hal pertama yang ia lihat adalah waj
Xander menatap Alice dan Logan sekali lagi, meyakin kan mereka dengan ide gila mereka malam ini. Menatap kedua sahabatnya yang menganggukan kepalanya, membuat Xander segera menutup kedua matanya. Namun sebelum mereka berteleportasi, pintu kamar mereka tiba-tiba terbuka. Semua mata tertuju pada pintu itu. Sementara sosok yang baru saja membuka pintu itu menatap Xander, Alice , dan Logan yang saling berpegangan satu-sama lain. Ralat—jika bisa dinilai lebih rinci, mereka lebih berpegangan pada Xander. Tristan mengerutkan keningnya, tidak ada tidak angin. Mengapa ketiga manusia itu berperilaku aneh?"A—apa kau mengganggu acara kalian?" ujar Tristan menatap mereka dengan alis yang mengerut"Ada apa?" guman Xander yang melepaskan pegangan tangan nya pada Alice dan juga Logan. Ia menatap Tristan—lelaki itu dengan kesal. Tinggal sebentar lagi, maka mereka akan berteleportasi. Namun jika di pikir-pikir, lebih baik juga Tristan datang sekarang daripada nanti setelah ia beserta Alice dan Logan s
Mereka langsung keluar dari dalam rumah itu, namun begitu keluar mereka terkejut saat mendapati sosok seseorang yang sedang menunggu mereka di depan mobil yang terparkir di luar. Duduk di atas jok depan sambil menatap mereka satu persatu. Logan seketika memegang Alice, Xander juga mendekat pada Alice. Logan menatap Xander yang juga menatapnya. Membuat Logan dengan segera menutup matanya dan warna matanya berubah menjadi putih. Ia lalu melepaskan tangannya dari Alice setelah mengubah kembali warna matanya."Tidak ada orang, kecuali dia!" ujar Logan menatap Xander yang menunggu jawaban darinya."Mengapa lelaki itu datang kemari?" guman Tristan menatap kesal lelaki yang membuat amarah nya seketika meningkat itu. Tristan menatap Xander yang menahan kepergiannya, ia memang hendak menyampari lelaki itu. Namun urung karena Xander menahannya."Biar aku saja Tristan, aku rasa dia ingin berbicara padaku!" ujar Xander lalu berjalan mendekati mobil nya, dimana sosok itu langsung berdiri dan menat
Mereka mendorong pintu itu, suara decitan terdengar menyilaukan menandakan bahwa besi yang menyusun pintu itu sudah berkarat. Begitu mereka membuka pintu itu, tidak ada yang terjadi, lalu langkah kaki mereka terdengar di dalam ruangan kosong itu. Ruangan itu luas, terdapat tangga yang berada di sudut ruangan untuk menuju ke lantai atas. Alice masih berada bersama dengan Xander kemana pun lelaki itu melangkah. Alice menatap rumah itu, dan tatapannya tertuju pada lantai di seberang tangga itu. Ia berjalan berbeda dengan jalur yang berbeda dengan Xander."Rumah ini benar-benar tidak ada yang memasukinya!" seru Logan saat menerawang ruangan itu. Benar-benar tidak ada aura negatif sama-sekali. Benar-benar terasa di lindungi oleh aura yang sangat berbeda namun terasa pernah Logan rasakan. Ia lalu mengubah matanya kembali menjadi normal, energy nya terasa lebih cepat berkurang saat ia tidak memegang Alice maupun Xander saat menggunakan kekuatannya. Sebenarnya tidak hanya dia, Xander pun jika
Mizuki menatap Alice yang ada di depan nya, dahinya menyerngit mendapati Alice yang tidak mengenakan seragam sekolah mereka. Ia jelas tau bahwa semalam, saat mereka ada kelas malam. Tiga manusia yang ada di depannya ini tidak masuk sekolah. Mizuki sempat khawatir, khawatir kalau sewaktu-waktu Xavier menyerang mereka. Namun melihat Alice yang berdiri di depan nya membuat perasaan khawatir Mizuki berkurang."Apa yang kau lakukan di sini? Tidak memakai seragam dan nafas ngos-ngosan!" ujar Mizuki menilai Alice yang sedang berdiri di depannya. Semua tatapan siswi lain yang ada di ruangan itu tertuju pada Alice. Menatap mereka berdua dengan sangat-amat teramat penasaran. Alice dikenal jarang bergaul dengan sembarang orang, dia hanya bergaul dengan orang-orang pintar saja—begitu lah rumor yang beredar. Membuat semua siswa itu terkejut, bahkan siswa dari kelas lain ikut nimbrung menatap nya dari kaca-kaca jendela."Nanti akan aku jelaskan, tapi kau harus ikut dengan ku. Segeralah!" ujar Alice
Aldo menatap tajam pada sosok lelaki yang sudah babak belur di hadapannya. Tidak sadarkan diri dan sekujur tubuhnya bermandikan darah membuat sosok lelaki itu tidak mudah untuk dikenali. Namun Aldo tetap menunggu di depan lelaki yang tidak sadarkan diri itu. Hingga langkah kecil dan pelukan di pinggangnya membuat Aldo tersenyum sejenak. Lengan kecil itu memeluk nya erat, Aldo tahu bahwa sosok yang sedang memeluknya itu sedang menenggelamkan wajah nya di dalam punggungnya. Key bilang gadis itu senang memeluknya dari belakang, itu sebabnya Aldo selalu membuat tubuh nya harum. Semua demi gadis nya, Key tidak boleh merasa jijik dengannya. Bahkan saat ini Aldo sudah sangat ingin membasuh tubuh nya karena darah yang mengotorinya."Key, Aa lagi kotor. Darah nya guru kamu itu buat Aa jijik banget!" ujar Aldo membuat Key melepaskan tangannya yang sedang memeluk Aldo. Membuat lelaki itu membalikkan badannya dan menatap Key."Key—jijik ya..?" seru Aldo menatap gadis nya itu yang mundur beberapa