"Dia tidak apa-apa, hanya saja sepertinya dia sedang syok!"
"Baik Dok, terimakasih!" seru Logan, namun lain hal nya dengan Xander yang hanya menyandarkan badan nya di tembok yang berada tidak jauh dari ranjang Alice berada.
"Baik, saya akan pergi dulu. Masih ada yang perlu saya urus, jika dia sudah terbangun. Beri dia makan dan minuman yang hangat!"
"Baik dok!"
"Kalau begitu, saya permisi dulu!"
Logan menatap punggung dokter itu yang sudah menghilang di balik pintu. Ia sedikit melirik Xander yang masih bersandar di dekat pintu dan terlihat sedang dalam dunianya sendiri.
"Apa yang terjadi?" seru Logan membuat Xander yang sejak tadi berada di alam nya sendiri tersentak dan menatap Logan. Ia berjalan mendekat dan duduk di kursi dekat Alice berbaring yang masih belum sadarkan diri.
"Aku kehilangan jejak dari gadis itu, karena kalung ku tiba-tiba mengeluarkan sinar!" ujar Xander menatap lekat wajah Alice yang masih keliahtan pucat "Apa yang dia katakan sebelum dia pingsan?"
"Dia hanya mengatakan 'Pergi'! Ya, Itu yang Alice katakan!" seru Logan
"Apa kau tidak merasakan ada sesuatu yang berada di sekitar kalian?"
"Sesuatu? Aku tidak merasakan nya, kecuali ketika kau menyuruhku untuk menerawang!" Seru Logan sedikit menaikkan alis nya menatap Xander yang sedikit aneh. Tepatnya semenjak mereka berada di dalam ruangan ini, lelaki itu terus saja diam dan terus menghela nafas nya.
"Hey, Xander. Jika kau mengetahui sesuatu, katakan pada kami. Kau kelihatan sedang menyembunyikan sesuatu dari kami!"
"Sudah lah, lupakan saja. Aku ingin keluar sebentar, jangan keluar selagi dia tidak sadar!" seru Xander lalu segera beranjak dari duduk nya dan segera berjalan menuju arah pintu dan mengabaikan Logan yang terus mengocehi dirinya.
Xander sampai di belakang sekolah, ia menatap jam tangan nya yang sudah menunjukkan pukul 11. Rata-rata kelas kosong karena kejadian tadi pagi. Xander menghela nafas nya lelah, ia terlalu takut jika apa yang ditakutkan oleh Alice akan benar-benar terjadi. Xander menyandarkan badan nya di kursi taman belakang sekolah, menutup kedua matanya sambil mengawasi sekitar nya. Tidak ada, hawa itu tidak ada lagi. Xander segera membuka kedua matanya, ia menatap pohon yang tidak jauh darinya dan segera beranjak. Ia sudah memeriksa korban itu lagi, dan lambang itu lagi-lagi ada di sekitar korban. Jika ini terus berlangsung, maka kemungkinan besar nya. Mereka harus masuk ke dalam bayang ilusi lagi.
***
Sinar matahari terasa menusuk dan memaksa untuk memasuki celah kelopak mata sosok yang sedang terbaring di atas ranjang itu. Perlahan, dengan perlahan, cahaya itu akhirnya berhasil meraih celah itu dan membuat sang empunya kelopak mata mulai mengerjapkan matanya. Dengan perlahan, namun pasti. Gadis itu mulai membuka matanya dengan perlahan. Setelah tatapan Alice terbuka dengan sempurna, ia lalu mengamati dimana ia sekarang.
Langit-langit ruangan yang putih, dengan gorden hijau keputihan yang membatasi ding-ding sebalah nya. Alice memijat kening nya dan Shittt " Ini pasti UKS!" seru Alice hafal betul dengan aroma obat-obatan yang terasa menusuk hidung nya. Alice berusaha untuk bangkit sebelum sebuah suara yang tiba-tiba mengusik nya.
"Alice? Kau sudah sadar?"
Alice mengalihkan perhatiannya dan menatap siapa yang baru saja memasuki ruangan UKS dengan nampan yang berada di tangan nya.
"Mari ku bantu!" ujar Logan setelah meletakkan nampan yang tadi berada di tangan nya, kini sudah berpindah di meja. Logan segera membantu Alice bersandar di sandaran ranjang besi tempat ia berbaring dan bisa dipastikan bahwa sandaran itu tidak se-empuk ranjang gadis itu.
"Terimakasih Logan!" seru Alice setelah ia berhasil bersandar, tatapan Alice lalu menyesuri ruangan yang ternyata kosong melompong dan itu berarti hanya ada dia dan Logan. Lalu? Dimana Xander? Apa dia tidak datang juga? Batin Alice.
"Xander yang membawa mu kemari Alice dan beberapa menit yang lalu dia pergi entah kemana dengan wajah nya yang seperti membawa beban seumur hidup nya!"
"Hmmm!" seru Alice
"Sudah lah, kau makan saja dulu. Aku sudah membeli mu jajanan kesukaan mu dan teh manis dingin!" Seru Logan dengan segera mengambil nampan yang berada di atas meja.
"Terimakasih Logan, kau baik sekali!" ujar Alice sontak merasa senang saat melihat nasi goreng dengan paha ayam goreng itu sudah tersaji di depan nya. Ya, hanya dengan jajan seperti ini Alice sudah senang, bahagia itu memang sederhana.
"Astagahhh, kau makan seolah kau tidak makan selama seribu tahun Alice, pelan-pelan saja. Jika kau masih mau, aku bisa membelinya lagi untuk mu!"
"Tidak, aku merasa sedang kelaparan saja Logan, tidak biasa nya aku merasa seperti ini!" seru Alice sambil mengunyah nasi di dalam mulut nya
"Yak, Hey, kau kotor sekali. Cepat makan dan jangann berbicara!"
"Kau yang mengajak ku untuk ber---Uhukk....Uhukkkk!"
"Yakkk, minum dulu!" seru Logan lalu memberikan air putih nya pada Alice yang langsung di teguk habis oleh gadis itu. Logan menggelengkan kepalanya sambil menatap ALice, gadis itu masih lanjut lagi untuk makan dan menghabiskan semua lemak itu.
"Ahhh, aku sudah kenyang sekarang!"kekeh Alice sambil menatap Logan yang tidak berkutik barang sedikit pun menatap Alice. "Ada apa? Apa kau melihat sesuatu di belakang ku lagi?" seru Alice yang tiba-tiba panik lagi.
"Apa kau tidak makan tadi pagi? Sehingga kau pingsan dengan tiba-tiba?"
"Ya, aku memang tidak makan sejak semalam. Aku tidak berselera untuk makan di rumah. Tapi, soal itu, aku memang melihat sesuatu yang begitu mengerikan!" seru Alice yang lagi-lagi terdiam saat mengingat kembali bentuk apa yang ia lihat tadi pagi itu.
"Sudah lah, jangan pikirkan lagi.Intinya kau harus makan dan selalu menjaga kesehatan mu Alice.Entah itu benar atau tidak tapi aku juga mendapat penglihatan aneh beberapa hari terakhir ini dan aku rasa kau juga pasti mendapatkan nya!" seru Logan
"Sebenarnya....!"
Pintu tiba-tiba terbuka membuat percakapan Logan dan Alice terhenti tiba-tiba dan tatapan mereka berdua tertuju pada sosok Xander yang juga sedang menatap mereka dengan alis berkerut.
"Ada apa? Mengapa kalian berdua menatap ku seperti itu? Apa kalian sedang membicarakan ku?" seru Xander lalu duduk di sebelah Logan dan berhadapan langsung dengan Alice
"Tidak ada, kami tidak membicarakan apa-apa. Hanya membicarakan mengenai apa yang terjadi selanjutnya!" jawab Logan jujur
"Kau darimana?"
Xander menatap Alice yang bertanya padanya "Dari luar, ada apa?" seru Xander
"Tidak ada, lupakan saja!" seru Alice yang mengalihkan perhatiannya lalu menatap salju yang masih turun dari jendela yang berada di sebelah nya. Ia mengeratkan jaket nya, angin dingin tiba-tiba seperti menusuk kulit nya.
"Apa kita tidak akan masuk kelas?" ujar Alice saat menyadari bahwa mereka bertiga sama-sekali tidak ikut kelas hari ini.
"Sebenarnya sekolah sudah dipulangkan 30 menit yang lalu dan itu 3 jam lebih awal dari biasanya!" seru Xander membuat Alice dan Logan menatap Xander
"Apa kau sedang tidak bercanda?" seru Logan
"Kau bisa melihatnya sendiri, semua siswa juga diwajibkan untuk pulang ke rumah langsung. Kepala sekolah takut jika akan ada badai malam ini!"
"Kalau begitu, bagaimana jika kita langsung pergi saja? Atau kalian berdua bisa mampir terlebih dulu ke rumah ku. Ibu ku membuat sup coklat panas!" usul Logan
"Tidak buruk!" ujar Alice
"Aku ikut saja!" jawab Xander
"Baiklah, kita segera berangkat!!!"
Alice turun dari ranjang nya, tangan nya hendak terulur untuk membawa ransel nya. Namun sebuah tangan lain lebih dulu mendahului nya, Alice menatap Xander yang juda sedang menatap nya "Aku akan membawa nya, kau masih belum sepenuh nya pulih!" seru Xander
"Tidak usah, aku bisa membawa nya sendiri!"
"Biarkan Xander saja Alice, kau juga masih belum pulih sepenuh nya!"
Alice menatap Logan, ia lalu mengangguk dan segera berjalan menuju pintu keluar. Alice sedikit menatap lorong sekolah yang sudah benar-benar sepi, namun Logan segera menggandeng tangan nya membuat gadis itu menatap nya "Tidak ada apa-apa lagi, ayok jalan!" ajak Logan. Alice sedikit melirik Xander yang berjalan di belakang nya, lelaki itu terlihat masam.
Mereka bertiga melewati jalanan bersalju, tidak terlalu banyak orang yang berjalan kaki. Hanya beberapa saja, Alice tiba-tiba merasakan hati nya kembali sakit. Ia sedikit meraba ulu hati nya, "Hey, kau kenapa?" seru Xander saat menyadari Alice yang seperti nya tidak sedang baik-baik saja.
"Ahh, tidak apa-apa. Aku baik-baik saja!"
"Jika kau merasa sakit, kau bisa segera memberitahu ku atau Logan. Aku rasa kau lebih nyaman dengan Logan!" seru Xander sambil meninggalkan Alice beberapa langkah di belakang nya.
****
Mizuki Pov
Awab hitam yang mengepul membuat sosok lelaki paruh baya yang sedang menatap kaca di depan nya mengalihkan perhatiannya. Ia sadar siapa yang kali ini datang "Kau sudah datang?" seru nya
"Sudah My Lord, hamba sudah datang!"
"Bagaimana? Apa kau lagi-lagi harus membunuh nya?"
"Saya tidak punya pilihan lain My Lord, jika aku tidak mengambil hatinya. Maka iblis itu akan segera membunuh ku!"
"Lalu, bagaimana dengan Alice?" seru sosok paruh baya itu dengan helaan nafas. Ia melangkah menjauh dari kaca di depan nya dan menuju kursi goyang yang berada di dekat perapian. Ia menatap sosok gadis yang berada di hadapan nya sekarang.
"Alice masih bertahan Lord, setidaknya sampai saat aku masih bisa selamat saat ini. Tapi, aku sudah mulai merasakan sakit di ulu hati!"
"Seberapa parah?"
"Saya masih bisa bertahan My Lord!"
"Apa kau memberikan lambang itu? Apa Alice ingat sesuatu mengenai lambang itu? Atau apa dari antara mereka bertiga ada yang sadar apa arti lambang itu?"
"Sudah my Lord, Xander. Lelaki itu sudah mengatahui arti nya, tapi, Alice masih belum sadar mengenai hal itu. Aku khawatir pertumbuhan Alice lamban karena Bertha, iblis itu pasti terus mengisap energi Alice" Seru Mizuki
"Tidak apa, selagi dia masih berada dengan iblis itu, Lucifer akan semakin lama untuk mengetahui keberadaan nya. Tapi, karena tuan mu itu sudah mulai mengumpulkan kekuatan. Maka, kau harus memberi mereka petunjuk Mizuki. Tapi ingat, kau harus memberi mereka petunjuk lewat mimpi, jangan bertindak gegabah seperti yang kau lakukan sekarang ini!"
"Baik My Lord, dan seperti nya saya juga harus segera pergi! Asap ini benar-benar bisa membunuh ku!"
"Kau yang memilih itu Mizuki, maka kau juga yang harus menyelesaikan nya!"
Asap hitam tiba-tiba menyelimuti tubuh Mizuki, gadis itu menghela nafas nya lagi dan tiba-tiba menghilang bersamaan dengan awan hitam itu yang juga ikut menghilang dari pandangan lelaki tua itu. Menghela nafas nya dan kembali beranjak dari kursi goyang nya, lelaki paruh baya itu kembali menuju kaca yang menampilkan sosok gadis yang di awetkan "Aku harap Alice bisa selamat, aku harap dia tidak akan berakhir seperti mu lagi!"
Info:Haloo gaisss, Sya menyapa dulu untuk hari ini yaaaaa. Apa kabar nya?? Ehhh, btw, kalian bisa panggil aku 'Sia, Sya!' Yup. Anything You like!!!HohohohohohohHolaaa, selamat membacaaaa!!!!!
Alice menggelengkan kepalanya, berusaha untuk keluar dari ruangan gelap yang terus membelenggunya. Sejauh apa-pun Alice berlari, sejauh itu juga bayangan itu mengejarnya. Hingga, pada akhirnya. Alice berhenti dan menatap sosok itu sambil menaik turunkan dadanya, dengan nafas yang tersegal-segal."Tidak, a-apa yang kau ingin kan dari ku? Mengapa kau terus mengikutiku hah?" bentak Alice sakin tidak tahan nya terus di kuntit oleh sosok di depan nya.
Hoss....hoss...hoss...Nafas gadis itu memburu, ia berhenti berlari dan berdiri di depan ruangan kelas mereka. Lyra, gadis itu menatap nuansa kelas mereka yang terasa begitu horor. Menimang, apakah dia harus masuk atau tidak. Tapi, jika ia tidak masuk maka handpone nya akan tetap berada di ruangan kelas mereka.
***Mobil Logan terhenti di depan rumah yang sudah tidak berpenghuni. Nuansa nya terasa begitu menyeramkan ketika tidak ada penerangan sama-sekali. Alice menatap sekeliling rumah itu, lalu menghela nafas. Baru saja menatap area luar rumah itu, sudah membuat bulu kuduk nya berdiri. Ia juga tidak tau mengapa ia ikut dengan rencana gila kali ini.
*****Mereka bertiga mulai memasuki ruangan itu, rasanya benar-benar menyeramkan. Ini sungguhan, baru saja memasuki ruangan itu. Sepasang tangan sudah merayap dari atas tangga dan kali ini mengenai Xander. Wajah lelaki itu langsung pucat saat melihat banyaknya darah yang mengalir dari arah datang nya tangan itu."enyalah, dasar sialan!" seru Alice berusaha untuk menyingkir dari lab
Alice dan Logan memasuki ruangan itu, di depan mereka Xander sudah berdiri dengan tatapan nya yang tidak biasa. Logan sedikit melirik Alice yang memegang nya erat. Gadis itu terlihat sedikit katakutan saat menatap ke ruangan yang menjadi ruangan yang sekarang mereka tempati.Logan lalu kembali menatap Xander yang masih diam di tempat nya. "Jika kalian tidak segera masuk, setan di belakang kalian akan segera memakan kalian berdua!" seru XanderShutt...Pisau Xander tepat mengen
Xander, Alice dan Logan duduk di ruang tamu sementara mr.Robert masih sibuk di dalam ruangan nya. Hanya ada mereka bertiga dan suasananya kali ini benar-benar canggung. Alice menghela nafas nya, tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Sementara Logan masih dalam pikirannya sendiri, ia sendiri bingung harus berkata seperti apa saat ini. Jika apa yang ia alami beberapa menit yang lalu hanya lah sebuah mimpi, tapi, mengapa rasanya itu benar-benar nyata sekali? Dan, ia juga mendapatkan sebuah luka di lengannya. Luka ketika pisau Alice menggores tangan nya ketika membunuh Jikininki yang hendak membunuh nya, pertanyaannya untuk sekarang.Adakah mimpi yang senyata ini??
Alice menatap jam tangan nya, ini sudah pukul 12 malam. Lebih tepat nya pukul 12.01, dan Xander benar. Ia mendengar suara-suara itu lagi. Alice berusaha untuk tidak bergerak dari ranjang nya. Ia menarik nafas dan mengeluarkan nya pelan. Suara itu seolah ingin membawa diri nya ke atas, tepatnya pada sesuatu yang berbunyi itu. Alice juga masih memikirkan apa yang dikatakan oleh mr.Robert padanya beberapa jam yang lalu.drtttt......drt.......drt....Ponsel nya tiba-tiba berbunyi, Alice menatap nomor Xander yang tertera di layar utama.
Oliver menatap sosok yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit, ia berusaha untuk memendam amarahnya saat ini. "Apa yang terjadi pada mu Rey? Mengapa kau bisa menjadi seperti ini?" seru Oliver. Menatap Rey yang di gips, tulang-tulang lelaki itu semuanya bergeser dari tempatnya yang seharusnya. Semua badan Rey terkenal cakaran, hanya menyisakan wajahnya yang sama-sekali tidak tergores barang sedikit pun. Mata Rey menatap Oliver, lalu menatap sosok yang sedang duduk dengan buku yang dibolak-balikan di atas tangan nya sedang berada di atas sofa. Duduk tenang, seperti tidak ada yang terjadi."Dia—dia yang melakukan ini pada kami!" ujar Rey dengan air mata nya yang mengalir. Menunjuk Aldo yang masih membaca buku.Merasa dirinya di tunjuk dan ditatap, membuat Aldo menutup bukunya. Dan menatap Oliver yang menatap nya dengan keningnya yang sedang berkerut. "Dia benci pada ku sejak kau menjebakku untuk bergabung dengan mu Oliver!" ujar Aldo ikut berdiri, berjalan ke sebelah sisi ranjan
Mobil yang dibawa oleh Xander sedikit mengambil rute berbeda, mereka menatap ke belakang. Mobil berwarna silver dengan aksen kehitam-hitaman itu terus mengikuti mereka sejak Xander keluar dari dalam hotel itu, tempat mereka melakukan lomba itu. Alice yang duduk di depan bersamanya juga merasakan hal yang sama. Mobil itu memasuki belokan daerah gang yang cukup sempit, dan juga sedikit rawan. Xander sedikit salah mengambil rute ini, karena bukannya semakin mempermudah. Mereka malah sedikit kewalahan. Xander menatap ke belakang dari kaca spion di luar kaca. Mobil itu benar-benar mengikuti mereka sampai saat ini."mobil itu masih mengikuti kita!" seru Logan yang sudah sedikit panik"jalan ini menuju ke daerah mana? Aku tidak pernah berkeliling daerah ini sebelumnya!" seru Alice yang sedikit cemas. Ia tidak pernah melewati jalan ini sebelumnya. Namun ia tidak tahu dengan Xander atau Logan."Aku rasa kita di dalam masalah kali ini!" seru Xander mengerem mobil nya tiba-tiba. Karena sebuah mo
Xander, Alice dan Logan sampai di sekolah, mereka turun dari mobil mereka yang sudah terparkir di lokasi parkir yang biasanya. Banyak pasang mata yang mencuri-curi pandang ke arah mereka. Mereka bertiga melangkah menuju gedung sekolah mereka, namun sosok lelaki paruh baya lengkap dengan tas coklat nya yang terpampang di samping nya menghadang langkah mereka. Mereka lalu menatap Mr.Tanaka yang menatap mereka dengan garang. Logan menatap Alice dan juga Xander, ia lalu menggaruk kepalanya dengan sedikit tidak enak."ikut bapak sekarang!" seru Mr.Tanaka lalu berjalan menuju ke arah ruangannya.Logan hendak kabur, namun Mr.Tanaka segera berbalik badan dan menatap ke arah mereka bertiga dengan tatapan tajam. "Jangan coba-coba untuk kabur, atau nilai kalian tidak akan keluar satu semester ini dan kalian tidak akan bisa melanjut ke jenjang universitas!" ujar Mr.Tanaka lalu segera pergiLogan, Xander dan Alice saling menatap dan melangkah mengikuti Mr.Tanaka ke ruangan nya. Beberapa tatapan da
Mobil itu berhenti di depan garasi, Xander masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sementara Alice sudah tertidur dengan tangan yang ada di atas kepala Xander. Logan menatap ke belakang, dan menatap Tristan."Apa kau tidak bisa membangunkan Alice?" ujar Tristan menatap Logan"Alice—Alice...!"ujar Logan pelan menggoyang bahu Alice. Gadis itu mengerjapkan matanya dan menatap Logan. Alice lalu menatap ke luar kaca, dan mereka ternyata sudah berada di depan rumah besar itu. Alice lalu menatap Xander yang masih belum sadarkan diri dan masih berbaring dengan kepala di atas pangkuannya. Alice menggerakkan tangannya, membuat Xander mulai mengerjapkan matanya depan pelan membuat semua perhatian tertuju pada lelaki itu."Xander? Apa kau sudah sadar? Kau bisa mendengar ku?" ujar Alice pelan, sambil mengusap wajah tegas Xander dengan pelan. Membuat Xander yang tadi masih merasa lelah tiba-tiba teransang dengan sentuhan Alice. Xander membuka kedua mata nya dan hal pertama yang ia lihat adalah waj
Xander menatap Alice dan Logan sekali lagi, meyakin kan mereka dengan ide gila mereka malam ini. Menatap kedua sahabatnya yang menganggukan kepalanya, membuat Xander segera menutup kedua matanya. Namun sebelum mereka berteleportasi, pintu kamar mereka tiba-tiba terbuka. Semua mata tertuju pada pintu itu. Sementara sosok yang baru saja membuka pintu itu menatap Xander, Alice , dan Logan yang saling berpegangan satu-sama lain. Ralat—jika bisa dinilai lebih rinci, mereka lebih berpegangan pada Xander. Tristan mengerutkan keningnya, tidak ada tidak angin. Mengapa ketiga manusia itu berperilaku aneh?"A—apa kau mengganggu acara kalian?" ujar Tristan menatap mereka dengan alis yang mengerut"Ada apa?" guman Xander yang melepaskan pegangan tangan nya pada Alice dan juga Logan. Ia menatap Tristan—lelaki itu dengan kesal. Tinggal sebentar lagi, maka mereka akan berteleportasi. Namun jika di pikir-pikir, lebih baik juga Tristan datang sekarang daripada nanti setelah ia beserta Alice dan Logan s
Mereka langsung keluar dari dalam rumah itu, namun begitu keluar mereka terkejut saat mendapati sosok seseorang yang sedang menunggu mereka di depan mobil yang terparkir di luar. Duduk di atas jok depan sambil menatap mereka satu persatu. Logan seketika memegang Alice, Xander juga mendekat pada Alice. Logan menatap Xander yang juga menatapnya. Membuat Logan dengan segera menutup matanya dan warna matanya berubah menjadi putih. Ia lalu melepaskan tangannya dari Alice setelah mengubah kembali warna matanya."Tidak ada orang, kecuali dia!" ujar Logan menatap Xander yang menunggu jawaban darinya."Mengapa lelaki itu datang kemari?" guman Tristan menatap kesal lelaki yang membuat amarah nya seketika meningkat itu. Tristan menatap Xander yang menahan kepergiannya, ia memang hendak menyampari lelaki itu. Namun urung karena Xander menahannya."Biar aku saja Tristan, aku rasa dia ingin berbicara padaku!" ujar Xander lalu berjalan mendekati mobil nya, dimana sosok itu langsung berdiri dan menat
Mereka mendorong pintu itu, suara decitan terdengar menyilaukan menandakan bahwa besi yang menyusun pintu itu sudah berkarat. Begitu mereka membuka pintu itu, tidak ada yang terjadi, lalu langkah kaki mereka terdengar di dalam ruangan kosong itu. Ruangan itu luas, terdapat tangga yang berada di sudut ruangan untuk menuju ke lantai atas. Alice masih berada bersama dengan Xander kemana pun lelaki itu melangkah. Alice menatap rumah itu, dan tatapannya tertuju pada lantai di seberang tangga itu. Ia berjalan berbeda dengan jalur yang berbeda dengan Xander."Rumah ini benar-benar tidak ada yang memasukinya!" seru Logan saat menerawang ruangan itu. Benar-benar tidak ada aura negatif sama-sekali. Benar-benar terasa di lindungi oleh aura yang sangat berbeda namun terasa pernah Logan rasakan. Ia lalu mengubah matanya kembali menjadi normal, energy nya terasa lebih cepat berkurang saat ia tidak memegang Alice maupun Xander saat menggunakan kekuatannya. Sebenarnya tidak hanya dia, Xander pun jika
Mizuki menatap Alice yang ada di depan nya, dahinya menyerngit mendapati Alice yang tidak mengenakan seragam sekolah mereka. Ia jelas tau bahwa semalam, saat mereka ada kelas malam. Tiga manusia yang ada di depannya ini tidak masuk sekolah. Mizuki sempat khawatir, khawatir kalau sewaktu-waktu Xavier menyerang mereka. Namun melihat Alice yang berdiri di depan nya membuat perasaan khawatir Mizuki berkurang."Apa yang kau lakukan di sini? Tidak memakai seragam dan nafas ngos-ngosan!" ujar Mizuki menilai Alice yang sedang berdiri di depannya. Semua tatapan siswi lain yang ada di ruangan itu tertuju pada Alice. Menatap mereka berdua dengan sangat-amat teramat penasaran. Alice dikenal jarang bergaul dengan sembarang orang, dia hanya bergaul dengan orang-orang pintar saja—begitu lah rumor yang beredar. Membuat semua siswa itu terkejut, bahkan siswa dari kelas lain ikut nimbrung menatap nya dari kaca-kaca jendela."Nanti akan aku jelaskan, tapi kau harus ikut dengan ku. Segeralah!" ujar Alice
Aldo menatap tajam pada sosok lelaki yang sudah babak belur di hadapannya. Tidak sadarkan diri dan sekujur tubuhnya bermandikan darah membuat sosok lelaki itu tidak mudah untuk dikenali. Namun Aldo tetap menunggu di depan lelaki yang tidak sadarkan diri itu. Hingga langkah kecil dan pelukan di pinggangnya membuat Aldo tersenyum sejenak. Lengan kecil itu memeluk nya erat, Aldo tahu bahwa sosok yang sedang memeluknya itu sedang menenggelamkan wajah nya di dalam punggungnya. Key bilang gadis itu senang memeluknya dari belakang, itu sebabnya Aldo selalu membuat tubuh nya harum. Semua demi gadis nya, Key tidak boleh merasa jijik dengannya. Bahkan saat ini Aldo sudah sangat ingin membasuh tubuh nya karena darah yang mengotorinya."Key, Aa lagi kotor. Darah nya guru kamu itu buat Aa jijik banget!" ujar Aldo membuat Key melepaskan tangannya yang sedang memeluk Aldo. Membuat lelaki itu membalikkan badannya dan menatap Key."Key—jijik ya..?" seru Aldo menatap gadis nya itu yang mundur beberapa