Mobil Hammer Keluaran terbaru itu terparkir di depan pintu rumah Alice. Logan menatap Alice yang kelihatan masih belum sadar bahwa mereka sudah sampai. Logan balik menatap Xander yang memberinya kode lewat tatapan matanya.
"Alice? Kita sudah sampai!" seru Logan sambil menyenggol bahu Alice
"Hah? Eh-, maaf. Tadi aku sedang melamun!" ujar Alice sambil membuka seatbealt nya dan segera membuka pintu mobil di sebalah nya. "Ahh, trimakasih atas tumpangan nya Logan. Dan sampai jumpa besok, Logan, Xander. Aku duluan!" Seru Alice sambil memamerkan senyum nya dan segera menutup pintu depan Logan saat tidak ada sahutan lagi. Logan mulai memutar balik arah mobil nya, namun
"Tunggu sebentar Logan, ada yg ingin aku berikan pada Alice!" seru Xander membuat Logan berhenti dan menatap Xander yang langsung turun dari dalam mobil nya.
"Alice!"
Gadis yang hampir memasuki pintu gerbang nya itu berhenti dan berbalik. Lalu menatap Xander yang berlari ke arah nya. "Xander? Ada apa?" seru Alice .
Alice menahan nafas nya saat Xander tiba-tiba berdiri sangat dekat dengan nya, wajah nya tiba-tiba memanas dan degub jantung nya berdetak dua kali lebih cepat. Alice manahan nafas nya dan menunggu Xander yang seperti nya sedang memasangkannya sesuatu.
"Selesai, jangan lepas kalung nya. Jika ada terjadi sesuatu dengan mu, kau bisa menekan chip yang berada di dalam kalung itu. Jangan keluar malam ini dan tetap lah berada di rumah mu, besok pagi kita akan berangkat bersama!" seru Xander lalu segera pergi dan memasuki mobil Logan. Meninggalkan Alice yang diam terpaku di depan pintu gerbang nya dengan mulut sedikit ternganga.
Tin...tin..."Kami pergi Alice! Segeralah masuk!"
Alice yang masih belum sadar terkejut ketika mendengar suara mobil Logan yang menyentak nya dari apa yang baru saja terjadi. Alice mengganggukkan kepala nya dan segera memasuki gerbang rumah nya.
Logan menancapkan pedal gas nya, ia sedikit melirik Xander yang duduk di sebelahnya. Logan juga terkejut dengan tingkah Xander barusan. Logan menggelengkan kepala, ia rasa ia tidak salah lihat bahwa Xander yang sedang duduk di sebelahnya bisa juga bertindak seperti tadi pada sosok seorang gadis, terlebih itu adalah Alice. Logan tersenyum dalam hati dan hendak ingin angkat bicara, "Ini tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam fikiran mu Logan. Berhenti lah berpikiran terlalu jauh!" seru Xander memotong Logan.
Logan berdecak sebal "Apa yang kau berikan pada Alice? Apa itu seperti ini juga?" tanya Logan sambil menunjukkan gelang pemberian Xander.
"Ya, tapi ini sedikit berbeda! Apa kau tidak mampir dulu?" seru Xander saat mobil Logan sudah berada di depan apartemen nya
"Tidak usah, aku akan segera keluar saja dan terimakasih sudah mengajak kami ke rumah mu. Ya, meskipun dalam keadaan paksaan!" kekeh Logan
Xander mengangguk dan kelihatan ingin menyampaikan sesuatu namun Xander terlihat kembali mengatupkan mulut nya.
"Ada apa? Kau ingin menyampaikan sesuatu pada ku?" seru Logan menyadari raut wajah Xander
"Ahh- itu, aku ingin....sudah... lupakan saja, aku akan segera masuk! Trimakasih atas tumpangan nya!" seru Xander dan segera memasuki gerbang apartemen nya. Logan menatap punggung Xander yang menghilang di balik pintu, lalu ia juga segera bergegas memasuki mobil nya dan bergegas keluar.
***
Alice menatap langit-langit ding-ding kamarnya, warna gelap dengan ding-ding yang juga dominan hitam. Gadis itu meraba leher nya dan menatap kalung yang diberikan oleh Xander. Kalung berwarna hitam, dengan tulisan XD yang Alice rasa adalah nama singkatan untuk Xander, Alice lalu menatap bahwa di tengah-tengah dari kalung itu terdapat seperti sebuah benda berwarna merah.
Ting...Ting...
Perhatian Alice teralih dan segera mengambil handphone nya lalu kembali berbaring lagi. Sebuah pesan dari Logan, dengan segera Alice langsung mengangkat panggilan dari Logan begitu pesan nya ia baca.
"Ada apa?" ujar Alice
"kau sudah tidur? Cepat sekali!" ujar Logan di seberang sana
"Hmmm!"
"Apa yang diberikan Xander kepada mu? Aku rasa dia memberikan mu sebuah kalung, benar begitu?" seru Logan yang juga sedang menatap layar handpone nya dengan fokus yang terbagi dua. Antara tugas Fisika itu yang memang begitu sulit atau dia yang tidak bisa mengerjakannya. Tapi, intinya, dia sudah bergelut dengan satu soal itu selama dua jam lamanya. Tepatnya setelah ia sampai di rumah nya.
"Ya, dia memberi ku kalung berwarna hitam dengan ukiran XD. Apa kau juga diberikan oleh nya?" ujar Alice mengubah posisi nya yang tadinya berbaring menjadi bersandar di pinggiran sofa masih menatap kalung itu.
"Tidak, aku diberikan gelang oleh nya. Tapi ini berbeda, aku hanya bisa memakainya jika aku sedang dalam bahaya! Dan bagaimana dengan mu? Apa kau sudah menyelesaikan tugas fisika mu?" seru Logan
Alice menghela nafasnya dan mengubah panggilan itu menjadi panggilan Vidio.
"Hey, kau! Kau menelepon ku hanya untuk bertanya soal tugas itu?" kesal Alice namun tetap melangkah dari kasur nya dan menuju meja belajarnya.
"Hehehehhehe, aku rasa kau pasti sadar bahwa aku sudah berusaha untuk mengerjakan nya Alice, tapi sayang nya. Otak ku tidak secerdas otak encer mu dan tidak sepintar otak nya Xander yang genius!" seru Logan mulai lagi dengan kata-katanya yang selalu membuat Alice muak.
"Stop, jangan bahas itu lagi Logan. Aku tidak suka mendengar nya!" kesal Alice "Dan, aku sudah mengirimkan nya!" seru Alice
"Terimakasih! Jangan tutup dulu Alice, aku ingin kau menemaniku!" ujar Logan
"Sialan, apa kau pikir aku ini pacar mu? Hello, dasar manusia!"
"Jadi, apa kau berminat jadi pacar ku?" goda Logan yang kali ini menatap Alice yang sepertinya sudah kembali berbaring
"Aku tidak menyukai mu Logan, jangan terlalu percaya diri!"
"Ayolah Alice, setidaknya kau bisa merasakan pacaran dengan ku!" kekeh Logan yang semakin terkekeh ketika melihat Alice memutar bola matanya, seperti biasanya.
"Aku tidak ingin!" seru Alice menatap Logan dengan kesal
"lalu, bagaimana dengan Xander? Apa kau menyukai nya?"
"Hah? Xander?" Seru Alice sedikit menaikkan oktaf suara nya
"Jadi kau menyukai nya? Mengapa nada suara mu naik!" kekeh Logan
"Jika kau masih membahas hal tidak berguna ini, maka aku akan mematikan sambungan nya saja!" seru Alice
"heh-A-Alice!" Seru Logan "Dia mematikan nya!" kesal Logan dan segera mencoba menghubungi Alice lagi, namun nihil. Alice menolak panggilan teleponnya dan tidak melihat chat nya lagi. "Sudah lah, mungkin dia memang mau tidur!" ujar Logan dan menyerah menghubungi Alice.
Sementara Alice masih terdiam di dalam kasur nya dan menatap handphone nya dengan wajah nya yang keheranan. Dia bukan nya tidak ingin mengabaikan Logan. Namun, pesan yang dikirimkan oleh Xander padanya membuat ia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Meski mereka sudah berteman sejak kelas 1, namun. Mereka sama-sekali tidak pernah saling menukar pesan barang sekalipun, namun kali ini, kali ini benar-benar seperti kejutan bagi Alice. Ia mengatur nafas nya,menarik nya dan mengeluarkan nya lagi. Jari tangan Alice lalu tergerak membuka kontak whatsap (WA) dari Xander, tidak ada poto frofile dan begitu privasi. Alice membuka pesan yang dikirmkan oleh Xander padanya, membuat mata Alice melotot dan hampir menjatuhkan handpone nya ke lantai.
"Astagahh, tidak. Ini tidak benar sama-sekali! Kau harus sadar Alice, Xander hanya bertanya apa kau sudah tidur atau tidak, seharusnya kau bisa menjawab nya seperti Logan jugan bukan?" ujar ALice menyemangati diri nya sendiri. "Tapi ini berbeda, ini sangat berbeda. Ini Xander, bukan Logan!" Sambung Alice berceloteh dengan diri nya sendiri.
Xander
Kau Sudah tidur??
Alice lalu mulai mengetik pesan nya, "Tidak-tidak! Ini terlalu lebay!" seru Alice lalu menghapus pesan nya lagi. "Tidak, ini lebay! Arkhhhhh, mengapa sulit sekali?" seru Alice, ia segera mengambil handpone nya lagi dan
Alice
Belum, Ada apa?
Alice mengehela nafas nya legah saat pesan itu sudah terkirim, namun tidak lama kemudian ponsel nya lagi-lagi berbunyi. Alice menatap nya dan ternyata adalah balasan dari Xander.
Xander
Tidur lah, ini sudah larut.
Alice mengulang-ulang isi pesan itu, ia sedikit mengaga sakin tidak percaya nya apa yang sedang ia lihat saat ini. Pikiran Alice mulai lari kemana-mana, " Tidak, aku tidak boleh begini, mungkin itu hanya lah teguran sapa dari nya!" ujar Alice berbicara sendiri. "Lalu, apakah aku harus membalas nya?" seru Alice. Namun, tangan nya benar-benar tidak singkron dengan pikirannya. Tangan nya langsung kembali mengetikkan pesan untuk Xander
Alice
Ya, kau juga tidur lah. Ini sudah larut.
Good Night!!
Alice segera mematikan handpone nya dan segera memasuki selimut tebal nan hangat nya. Dan segera menuju ke dalam arah mimpinya. Namun pesan dari Xander benar-benar seperti racun untuk Alice. Gadis itu lagi-lagi membuka handpone nya, ada 2 balasan dari Xander. Alice hendak membalas, namun panggilan dari Logan membuat niat Alice harus terhenti.
"Ada apa lagi?" seru Alice saat wajah Logan sudah berada di layar handpone nya
"Alice, kau sudah lihat? Ini benar-benar menyenangkan!"
"Melihat? Apa yang harus aku lihat?"
"Salju sudah turun, lihat lah ke arah jendela kamar mu!"
Mata Alice berbinar senang, ia bergegas keluar dari ranjang hangat nya. Lalu berjalan mendekati kaca jendela kamar nya, ia membuka tirai nya sedikit dan menilik ke luar. Senyum Alice terbit dan kembali menatap layar ponsel nya, "Ya, ini adalah salju pertama!"
"Berarti besok kita harus berangkat sedikit lebih pagi dari biasanya. Aku rasa mobil ku akan betah di garasi!"
"Itu menyenangkan!"
"Aku akan menunggu mu besok!"
"Ya!" seru Alice semakin melebarkan senyum nya saat menatap aurora yang juga sudah terlihat. Alice ingin sekali keluar dari kamar nya, namun suara-suara yang kembali terdengar dari atas kamar nya membuat ia harus kembali memasuki ranjang nya lagi. Tangan Alice tertuju pada chat dari Xander yang masih belum ia buka. Alice membuka pesan itu dan
Xander:
Salju sudah turun! Ingin melihat nya sebentar? Aku tidak jauh dari lokasi mu!"
Xander:
Ahhh, jangan keluar. Aku baru lupa satu hal
Alice berhenti bernafas, ia hendak beranjak lagi dari kasur nya. Namun sebuah pesan masuk dari Xander membuat niat Alice terhenti
Xander:
Jangan keluar, aku juga sudah pergi.
Alice segera menekan tombol-tombol keyboard nya lagi
Alice:
Ya, aku tidak melihat nya lagi. Mengapa kau keluar?
Xander:
Tidak apa-apa, tidur lah. Dan jangan keluar lagi. Good Night Alice:)
Alice menutup handpone nya dan segera meletakkan benda itu kembali lagi ke atas meja nya. Ia kembali memejamkan mata nya dan segera memasuki alam mimpi nya sambil berusaha untuk tidak terpengaruh dengan suara-suara aneh dari atas rumah nya.
Alice menatap salju yang turun mengenai kepalanya, nafas nya terasa hangat dan berasap. Ia tidak kepikiran bahwa ini sudah memasuki akhir tahun dan itu berarti akan ada natal, akan ada banyak kue-kue di natal. Dan seperti biasa, akan ada banyak baju-baju natal dan hiasan yang dipajang di rumah masing-masing orang. Alice menghembuskan nafas nya dan segera terlihat bahwa uap dari mulut Alice berusaha untuk menghangatkan badanya. Ia membalikkan badan nya, menatap rumah nya.Tidak, Alice bukan nya mengeluh mengenai rumah nya. Rumah nya cukup luas dan mewah. Namun, jika di pikir lagi, rumah Alice terletak di ujung jalan dan tidak memiliki tetangga. Gerbang tinggi yang membatasi setiap sisi, tidak pernah ada hiasan dan ti
"Dia tidak apa-apa, hanya saja sepertinya dia sedang syok!""Baik Dok, terimakasih!" seru Logan, namun lain hal nya dengan Xander yang hanya menyandarkan badan nya di tembok yang berada tidak jauh dari ranjang Alice berada."Baik, saya akan pergi dulu. Masih ada yang perlu saya urus,
Info:Haloo gaisss, Sya menyapa dulu untuk hari ini yaaaaa. Apa kabar nya?? Ehhh, btw, kalian bisa panggil aku 'Sia, Sya!' Yup. Anything You like!!!HohohohohohohHolaaa, selamat membacaaaa!!!!!
Alice menggelengkan kepalanya, berusaha untuk keluar dari ruangan gelap yang terus membelenggunya. Sejauh apa-pun Alice berlari, sejauh itu juga bayangan itu mengejarnya. Hingga, pada akhirnya. Alice berhenti dan menatap sosok itu sambil menaik turunkan dadanya, dengan nafas yang tersegal-segal."Tidak, a-apa yang kau ingin kan dari ku? Mengapa kau terus mengikutiku hah?" bentak Alice sakin tidak tahan nya terus di kuntit oleh sosok di depan nya.
Hoss....hoss...hoss...Nafas gadis itu memburu, ia berhenti berlari dan berdiri di depan ruangan kelas mereka. Lyra, gadis itu menatap nuansa kelas mereka yang terasa begitu horor. Menimang, apakah dia harus masuk atau tidak. Tapi, jika ia tidak masuk maka handpone nya akan tetap berada di ruangan kelas mereka.
***Mobil Logan terhenti di depan rumah yang sudah tidak berpenghuni. Nuansa nya terasa begitu menyeramkan ketika tidak ada penerangan sama-sekali. Alice menatap sekeliling rumah itu, lalu menghela nafas. Baru saja menatap area luar rumah itu, sudah membuat bulu kuduk nya berdiri. Ia juga tidak tau mengapa ia ikut dengan rencana gila kali ini.
*****Mereka bertiga mulai memasuki ruangan itu, rasanya benar-benar menyeramkan. Ini sungguhan, baru saja memasuki ruangan itu. Sepasang tangan sudah merayap dari atas tangga dan kali ini mengenai Xander. Wajah lelaki itu langsung pucat saat melihat banyaknya darah yang mengalir dari arah datang nya tangan itu."enyalah, dasar sialan!" seru Alice berusaha untuk menyingkir dari lab
Alice dan Logan memasuki ruangan itu, di depan mereka Xander sudah berdiri dengan tatapan nya yang tidak biasa. Logan sedikit melirik Alice yang memegang nya erat. Gadis itu terlihat sedikit katakutan saat menatap ke ruangan yang menjadi ruangan yang sekarang mereka tempati.Logan lalu kembali menatap Xander yang masih diam di tempat nya. "Jika kalian tidak segera masuk, setan di belakang kalian akan segera memakan kalian berdua!" seru XanderShutt...Pisau Xander tepat mengen
Oliver menatap sosok yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit, ia berusaha untuk memendam amarahnya saat ini. "Apa yang terjadi pada mu Rey? Mengapa kau bisa menjadi seperti ini?" seru Oliver. Menatap Rey yang di gips, tulang-tulang lelaki itu semuanya bergeser dari tempatnya yang seharusnya. Semua badan Rey terkenal cakaran, hanya menyisakan wajahnya yang sama-sekali tidak tergores barang sedikit pun. Mata Rey menatap Oliver, lalu menatap sosok yang sedang duduk dengan buku yang dibolak-balikan di atas tangan nya sedang berada di atas sofa. Duduk tenang, seperti tidak ada yang terjadi."Dia—dia yang melakukan ini pada kami!" ujar Rey dengan air mata nya yang mengalir. Menunjuk Aldo yang masih membaca buku.Merasa dirinya di tunjuk dan ditatap, membuat Aldo menutup bukunya. Dan menatap Oliver yang menatap nya dengan keningnya yang sedang berkerut. "Dia benci pada ku sejak kau menjebakku untuk bergabung dengan mu Oliver!" ujar Aldo ikut berdiri, berjalan ke sebelah sisi ranjan
Mobil yang dibawa oleh Xander sedikit mengambil rute berbeda, mereka menatap ke belakang. Mobil berwarna silver dengan aksen kehitam-hitaman itu terus mengikuti mereka sejak Xander keluar dari dalam hotel itu, tempat mereka melakukan lomba itu. Alice yang duduk di depan bersamanya juga merasakan hal yang sama. Mobil itu memasuki belokan daerah gang yang cukup sempit, dan juga sedikit rawan. Xander sedikit salah mengambil rute ini, karena bukannya semakin mempermudah. Mereka malah sedikit kewalahan. Xander menatap ke belakang dari kaca spion di luar kaca. Mobil itu benar-benar mengikuti mereka sampai saat ini."mobil itu masih mengikuti kita!" seru Logan yang sudah sedikit panik"jalan ini menuju ke daerah mana? Aku tidak pernah berkeliling daerah ini sebelumnya!" seru Alice yang sedikit cemas. Ia tidak pernah melewati jalan ini sebelumnya. Namun ia tidak tahu dengan Xander atau Logan."Aku rasa kita di dalam masalah kali ini!" seru Xander mengerem mobil nya tiba-tiba. Karena sebuah mo
Xander, Alice dan Logan sampai di sekolah, mereka turun dari mobil mereka yang sudah terparkir di lokasi parkir yang biasanya. Banyak pasang mata yang mencuri-curi pandang ke arah mereka. Mereka bertiga melangkah menuju gedung sekolah mereka, namun sosok lelaki paruh baya lengkap dengan tas coklat nya yang terpampang di samping nya menghadang langkah mereka. Mereka lalu menatap Mr.Tanaka yang menatap mereka dengan garang. Logan menatap Alice dan juga Xander, ia lalu menggaruk kepalanya dengan sedikit tidak enak."ikut bapak sekarang!" seru Mr.Tanaka lalu berjalan menuju ke arah ruangannya.Logan hendak kabur, namun Mr.Tanaka segera berbalik badan dan menatap ke arah mereka bertiga dengan tatapan tajam. "Jangan coba-coba untuk kabur, atau nilai kalian tidak akan keluar satu semester ini dan kalian tidak akan bisa melanjut ke jenjang universitas!" ujar Mr.Tanaka lalu segera pergiLogan, Xander dan Alice saling menatap dan melangkah mengikuti Mr.Tanaka ke ruangan nya. Beberapa tatapan da
Mobil itu berhenti di depan garasi, Xander masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sementara Alice sudah tertidur dengan tangan yang ada di atas kepala Xander. Logan menatap ke belakang, dan menatap Tristan."Apa kau tidak bisa membangunkan Alice?" ujar Tristan menatap Logan"Alice—Alice...!"ujar Logan pelan menggoyang bahu Alice. Gadis itu mengerjapkan matanya dan menatap Logan. Alice lalu menatap ke luar kaca, dan mereka ternyata sudah berada di depan rumah besar itu. Alice lalu menatap Xander yang masih belum sadarkan diri dan masih berbaring dengan kepala di atas pangkuannya. Alice menggerakkan tangannya, membuat Xander mulai mengerjapkan matanya depan pelan membuat semua perhatian tertuju pada lelaki itu."Xander? Apa kau sudah sadar? Kau bisa mendengar ku?" ujar Alice pelan, sambil mengusap wajah tegas Xander dengan pelan. Membuat Xander yang tadi masih merasa lelah tiba-tiba teransang dengan sentuhan Alice. Xander membuka kedua mata nya dan hal pertama yang ia lihat adalah waj
Xander menatap Alice dan Logan sekali lagi, meyakin kan mereka dengan ide gila mereka malam ini. Menatap kedua sahabatnya yang menganggukan kepalanya, membuat Xander segera menutup kedua matanya. Namun sebelum mereka berteleportasi, pintu kamar mereka tiba-tiba terbuka. Semua mata tertuju pada pintu itu. Sementara sosok yang baru saja membuka pintu itu menatap Xander, Alice , dan Logan yang saling berpegangan satu-sama lain. Ralat—jika bisa dinilai lebih rinci, mereka lebih berpegangan pada Xander. Tristan mengerutkan keningnya, tidak ada tidak angin. Mengapa ketiga manusia itu berperilaku aneh?"A—apa kau mengganggu acara kalian?" ujar Tristan menatap mereka dengan alis yang mengerut"Ada apa?" guman Xander yang melepaskan pegangan tangan nya pada Alice dan juga Logan. Ia menatap Tristan—lelaki itu dengan kesal. Tinggal sebentar lagi, maka mereka akan berteleportasi. Namun jika di pikir-pikir, lebih baik juga Tristan datang sekarang daripada nanti setelah ia beserta Alice dan Logan s
Mereka langsung keluar dari dalam rumah itu, namun begitu keluar mereka terkejut saat mendapati sosok seseorang yang sedang menunggu mereka di depan mobil yang terparkir di luar. Duduk di atas jok depan sambil menatap mereka satu persatu. Logan seketika memegang Alice, Xander juga mendekat pada Alice. Logan menatap Xander yang juga menatapnya. Membuat Logan dengan segera menutup matanya dan warna matanya berubah menjadi putih. Ia lalu melepaskan tangannya dari Alice setelah mengubah kembali warna matanya."Tidak ada orang, kecuali dia!" ujar Logan menatap Xander yang menunggu jawaban darinya."Mengapa lelaki itu datang kemari?" guman Tristan menatap kesal lelaki yang membuat amarah nya seketika meningkat itu. Tristan menatap Xander yang menahan kepergiannya, ia memang hendak menyampari lelaki itu. Namun urung karena Xander menahannya."Biar aku saja Tristan, aku rasa dia ingin berbicara padaku!" ujar Xander lalu berjalan mendekati mobil nya, dimana sosok itu langsung berdiri dan menat
Mereka mendorong pintu itu, suara decitan terdengar menyilaukan menandakan bahwa besi yang menyusun pintu itu sudah berkarat. Begitu mereka membuka pintu itu, tidak ada yang terjadi, lalu langkah kaki mereka terdengar di dalam ruangan kosong itu. Ruangan itu luas, terdapat tangga yang berada di sudut ruangan untuk menuju ke lantai atas. Alice masih berada bersama dengan Xander kemana pun lelaki itu melangkah. Alice menatap rumah itu, dan tatapannya tertuju pada lantai di seberang tangga itu. Ia berjalan berbeda dengan jalur yang berbeda dengan Xander."Rumah ini benar-benar tidak ada yang memasukinya!" seru Logan saat menerawang ruangan itu. Benar-benar tidak ada aura negatif sama-sekali. Benar-benar terasa di lindungi oleh aura yang sangat berbeda namun terasa pernah Logan rasakan. Ia lalu mengubah matanya kembali menjadi normal, energy nya terasa lebih cepat berkurang saat ia tidak memegang Alice maupun Xander saat menggunakan kekuatannya. Sebenarnya tidak hanya dia, Xander pun jika
Mizuki menatap Alice yang ada di depan nya, dahinya menyerngit mendapati Alice yang tidak mengenakan seragam sekolah mereka. Ia jelas tau bahwa semalam, saat mereka ada kelas malam. Tiga manusia yang ada di depannya ini tidak masuk sekolah. Mizuki sempat khawatir, khawatir kalau sewaktu-waktu Xavier menyerang mereka. Namun melihat Alice yang berdiri di depan nya membuat perasaan khawatir Mizuki berkurang."Apa yang kau lakukan di sini? Tidak memakai seragam dan nafas ngos-ngosan!" ujar Mizuki menilai Alice yang sedang berdiri di depannya. Semua tatapan siswi lain yang ada di ruangan itu tertuju pada Alice. Menatap mereka berdua dengan sangat-amat teramat penasaran. Alice dikenal jarang bergaul dengan sembarang orang, dia hanya bergaul dengan orang-orang pintar saja—begitu lah rumor yang beredar. Membuat semua siswa itu terkejut, bahkan siswa dari kelas lain ikut nimbrung menatap nya dari kaca-kaca jendela."Nanti akan aku jelaskan, tapi kau harus ikut dengan ku. Segeralah!" ujar Alice
Aldo menatap tajam pada sosok lelaki yang sudah babak belur di hadapannya. Tidak sadarkan diri dan sekujur tubuhnya bermandikan darah membuat sosok lelaki itu tidak mudah untuk dikenali. Namun Aldo tetap menunggu di depan lelaki yang tidak sadarkan diri itu. Hingga langkah kecil dan pelukan di pinggangnya membuat Aldo tersenyum sejenak. Lengan kecil itu memeluk nya erat, Aldo tahu bahwa sosok yang sedang memeluknya itu sedang menenggelamkan wajah nya di dalam punggungnya. Key bilang gadis itu senang memeluknya dari belakang, itu sebabnya Aldo selalu membuat tubuh nya harum. Semua demi gadis nya, Key tidak boleh merasa jijik dengannya. Bahkan saat ini Aldo sudah sangat ingin membasuh tubuh nya karena darah yang mengotorinya."Key, Aa lagi kotor. Darah nya guru kamu itu buat Aa jijik banget!" ujar Aldo membuat Key melepaskan tangannya yang sedang memeluk Aldo. Membuat lelaki itu membalikkan badannya dan menatap Key."Key—jijik ya..?" seru Aldo menatap gadis nya itu yang mundur beberapa