Home / Fantasi / Fall in For the Genius / Bagian 4 ||∙Lagu kematian∙||

Share

Bagian 4 ||∙Lagu kematian∙||

Author: Its_k_sia
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

"Kalian sudah datang?" 

Alice, Logan dan Xander yang tadinya duduk di atas sofa segera beranjak berdiri begitu mendengar suara itu. Sosok lelaki paruh bayah dengan pakaian merah marron, serta jubah hitam nya yang membuat sosok paruh baya itu sedikit terasa berbeda. Alice seketika merasakan bahwa bulu kuduknya naik saat maniknya bersitatap dengan lelaki itu. 

"Ayah!" ujar Xander sambil menunduk 

"Silahkan duduk Xander dan kalian berdua juga!" ujar Sosok paruh baya itu namun tidak melepaskan tatapan nya dari Alice. Xander sadar akan hal itu, ia segera batuk  dan membuat semua perhatian tertuju ke arah nya. 

"Silahkan duduk!" seru sosok paruh baya itu lagi "ahhh sebelumnya, perkenalkan, kalian bisa memanggil ku Erick!" ujar sosok paruh baya itu 

"Saya Logan dan ini Alice Mr. Erick, senang bisa bertemu dengan anda!" ujar Logan mewakili Alice yang masih setia memeluk tangan Logan sejak tadi, tepatnya sejak lelaki paruh  baya bernama Mr.Erick itu memperkenalkan dirinya. 

"Benarkah? Apa kalian sudah lama berteman dengan Xander?" seru Mr.Erick 

"Sejak masuk sekolah menengah lebih tepatnya Sir!" ujar Logan 

"Baiklah, ahhhhh. Saya tidak membawa banyak, ini ada beberapa makanan yang sempat saya bawa! Silahkan di cicipi!" ujar Mr.Erick saat beberapa pelayan membawakan piring berisi makanan ke tempat mereka. "Dan jika kalian merasa bosan, kalian bisa mengelilingi rumah ini! Saya tinggal dulu sebentar, ada urusan yang harus saya lakukan!" seru Mr.Erick lalu segera berdiri, namun sebelum benar-benar menghilang di balik pintu, Alice bisa merasakan bahwa sosok lelaki tua itu menatap ke arah nya. 

***
"Apa kau tidak ingin bicara pada ayah mu Xander? Aku rasa dia menunggu mu!" seru Logan memulai pembicaraan dan untuk sedikit mencairkan suasana menegangkan yang berada di ruangan tempat mereka duduk saat ini. 
Xander yang sejak tadi diam sambil menatap ke arah jendela di belakang Logan dan Alice mengalihkan perhatiannya pada Logan. "Aku rasa tidak perlu!" seru Logan dingin "Dan, aku rasa kita sudah bisa pulang saat ini!" sambung Xander 

"Pulang? Mengapa tiba-tiba sekali? Apa kau tidak ingin berbicara lagi dengan ayah mu?" seru Logan 

"Tidak usah, mari kita segera pergi sekarang!" seru Xander segera bergegas berdiri. Perasaannya semakin aneh sejak beberapa menit yang lalu. Tepatnya setelah ia mendengar suara piano itu lagi, entah mengapa. Xander seperti merasakan ini semakin aneh saja. 

"Baiklah, aku rasa juga lebih baik begitu!" ujar Alice yang tiba-tiba berdiri dan segera berjalan menuju arah Xander. 

"Aneh, kalian tiba-tiba sekali!" seru Logan sambil menggerutu. Namun karena Alice yang sudah beranjak dari duduknya, mau-tidak mau, ia juga harus segera beranjak. Dan mengikuti Alice dan Xander.  Mereka kembali melewati ruangan dengan aksitektur seperti yang pertama mereka lewati. Kali ini Xander mengambil jalan tepat di sebelah Alice, dan diam-diam menatap gadis itu. 

Alice merasakan kepalanya terasa berat, suara piano itu serta lagu-lagu itu kembali terdengar di dalam gendang telinganya. Bulu kuduk nya semakin berdiri. Bahkan ia sendiri tidak sadar bahwa Xander memperhatikannya semenjak tadi. Alice menatap ke arah tembok-tembok tersembunyi itu dan lagi-lagi ia menatap ada sosok yang memperhatikannya dan lalu menghilang lagi. "Ingat apa yang aku katakan pada mu Alice?" 

Alice tergelonjak saat mendengar suara Xander yang berada di sebelahnya. Alice yang menatap Xander segera mengangguk. Ia lalu menatap ke arah Logan yang juga sedang menatap nya. Alice tetap berjalan sampai di parkiran. Dan semakin aneh, ketika tidak ada yang menyapa kepulangan mereka. 

"Tunggu, aku ikut bersama dengan kalian!" seru Xander lalu segera naik ke mobil Logan 

"B-bagaimana dengan mobil mu Xander?" seru Logan sebelum benar-benar menjalankan mobil nya dari kompleks perumahan Xander yang entah mengapa tiba-tiba terasa lebih menyeramkan dari pada saat mereka sampai. 

"Sudah, cepat jalankan mobilnya!" ujar Xander lalu sedikit melirik Alice yang duduk di depan dengan wajah pucat nya. 

"Baik!" seru Logan dan segera melajukan mobil nya melihat ekspresi dari Alice dan Xander. 
Alice menatap ke arah gerbang yang sudah mereka lewati dan bersamaan dengan suara-suara horor yang juga hilang dari pendengarannya. Alice menghela nafas nya legah dan sedikit melirik Xander yang juga melirik nya. 

"Kau sudah merasa lebih baik?" ujar Xander 

Alice menoleh dan menatap Xander "Apa kau juga bisa merasakannya?" seru Alice 

"Aku rasa kau tau jawabannya Alice! Dan apa kau bisa mendengar nya Logan?" ujar Xander 

"Mendengar? Mendengar apa? Dan mengapa kalian berdua seperti memiliki rahasia? Apa yang tidak aku ketahui?" seru Logan dengan alis terangkat 

"Jadi-, kau tidak mendengar nya ?" seru Alice 

"klise sekali Alice, aku sudah mengatakan bahwa aku tidak mendengar nya. Sebenarnya apa yang tidak aku ketahui?" kesal Logan 

"Suara piano dan lagu kematian!" seru Xander yang segera menyandarkan punggungnya ke sandaran mobil Logan. Logan mengerutkan keningnya dan berpikir, sesekali ia melirik ke arah gadis yang sedang duduk di depan nya. Mengapa Alice bisa melihat dan mendengar suara itu? Sementara Logan sama-sekali tidak mendengarkan apa-apa. 

Sebenarnya, alasan utama Xander tidak ingin tinggal di rumah itu adalah karena setiap malam. Ia pasti akan mendengar suara piano yang dimainkan serta lagi-lagu kematian. Xander pernah bertanya pada ayahnya mengenai suara itu, namun Mr.Erick selalu diam ketiak Xander sudah bertanya hal itu. Xander sering kali merasa ada yang mengawasi nya dan jujur saja itu tidak membuatnya nyaman. 

Pernah saat itu, Xander pergi naik ke lantai dua rumah nya. Tempat yang dilarang untuk tidak ia naiki. Saat melewati pintu utama ke lantai dua. Xander bisa meraskan bahwa ada sesuatu yang berada di sana. Bulu kuduk Xander naik saat menatap sebuah pintu hitam dengan corak merah yang tepat berada di dalam ruangan itu. Namun, sebelum tangan nya sempat membuka pintu itu. Erick sudah lebih dulu menariknya menjauh dan menghukumnya habis-habisan. Xander selalu bertanya-tanya mengenai suara itu, suara tangisan, suara jeritan, suara kekehan. Dan itu lah penyebab Xander tidak ingin kembali ke sana. 

"Ayolah, kalian berdua kenapa?" seru Logan yang merasa di abaikan sejak tadi. 

"Kau benar-benar tidak mendengar suara itu bukan?" seru Xander untuk memastikan 

"Klise sekali Xander, jika kau mendengar sesuatu, aku pasti akan mengatakannya pada kalian berdua. Namun, aku sama-sekali tidak mendengar apa-apa, pemandangan ku juga ada yang menghalangi dan aku juga bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berada di dalam rumah mu Xander!" seru Logan mulai mengutarakan apa yang sejak tadi mengganjal di pikirannya 

"Aku tau dan untuk itu lah aku mengajak kalian ke rumah ku! Karena aku pikir, ada sesuatu yang disembunyikan di sana! Dan aku tidak tau apa itu lebih tepatnya!" jawab Xander 

"Apa itu yang membuat mu tidak ingin tinggal di sana?" ujar Alice mulai bertanya 

Xander menatap Alice sekilas, "Ya, kau benar!" seru Xander sambil menghela nafas nya. Kali ini ia benar-benar banyak bicara dan itu cukup melelahkan untuknya. Mereka akhirnya saling diam dengan pemikirannya masing-masing. Logan tidak ingin banyak bertanya untuk kali ini, karena ia jelas tau bahwa Xander bukan lah orang yang mudah menjawab pertanyaannya. Di lain sisi, Alice masih berkecambuk dengan pemikirannya sendiri, semua ini. Apa yang mereka alami, mulai dari nyayian, lagu, suara piano, rumah, patung. Semua ini ada di dalam mimpinya nya semalam. Lalu, apakah benar akan terjadi sesuatu yang buruk pada mereka? karena, di dalam mimpi Alice, mereka akan menghadapi hari yang panjang setelah keluar dari pintu gerbang itu. 

"Xander, boleh aku bertanya padamu?" seru Alice tiba-tiba yang sedikit mengagetkan Xander yang sedang melamun. 

"Ya!" 

"Apa kau tau mengenai lambang itu? Maksud ku, ahhh, itu. Logan bilang bahwa kau tau mengenai lambang yang aku lukis setiap malam nya. Dan lambang yang yang juga ada saat kejadian di sekolah!" 

Xander melirik Logan lalu kembali menghela nafas nya sambil memejamkan mata nya "Aku hanya mencari tahu nya, karena menurut ku ayah ku pernah membahas mengenai lambang itu. Itu adalah lambang kefanaan, saat itu aku mendengar ayah ku berkata pada seseorang. Benda harus di jauhkan dari seseorang yang ingin menguasai semua bumi. Untuk sekarang aku masih harus mencari tahu nya lagi!" 

"Sebelumnya, aku minta maaf karena tidak memberitahukan nya pada mu. Karna aku rasa kau pasti tidak akan peduli, namun opiniku salah. Kau bahkan memberikan ku infomarsi yang cukup penting!" 

"Hmm, tidak masalah. Aku mencari tahu nya karena aku juga perlu informasi mengenai benda itu. Bukan karena apa-apa!" jawab Xander sedikit ketus. 

Logan menatap Xander yang kembali memejamkan mata nya dari kaca spion nya. Ia juga sedikit melirik Alice yang terlihat kesal dengan jawaban Xander. Logan hanya menaikkan bahu nya saat Alice menatap nya dengan mata yang menyipit. Gadis itu kembali menghela nafas nya, lalu kemabli sibuk menatap setiap jalanan yang mereka lalui. Setidak nya, ia sudah punya sedikit clue untuk hari ini. 

Kaugnay na kabanata

  • Fall in For the Genius    Bagian 5 ||∙ Kalung ∙||

    MobilHammerKeluaran terbaru itu terparkir di depan pintu rumah Alice. Logan menatap Alice yang kelihatan masih belum sadar bahwa mereka sudah sampai. Logan balik menatap Xander yang memberinya kode lewat tatapan matanya."Alice? Kita sudah sampai!" seru Logan sambil menyenggol bahu Alice

  • Fall in For the Genius    Bagian 6 || ∙Salju dan Syal∙||

    Alice menatap salju yang turun mengenai kepalanya, nafas nya terasa hangat dan berasap. Ia tidak kepikiran bahwa ini sudah memasuki akhir tahun dan itu berarti akan ada natal, akan ada banyak kue-kue di natal. Dan seperti biasa, akan ada banyak baju-baju natal dan hiasan yang dipajang di rumah masing-masing orang. Alice menghembuskan nafas nya dan segera terlihat bahwa uap dari mulut Alice berusaha untuk menghangatkan badanya. Ia membalikkan badan nya, menatap rumah nya.Tidak, Alice bukan nya mengeluh mengenai rumah nya. Rumah nya cukup luas dan mewah. Namun, jika di pikir lagi, rumah Alice terletak di ujung jalan dan tidak memiliki tetangga. Gerbang tinggi yang membatasi setiap sisi, tidak pernah ada hiasan dan ti

  • Fall in For the Genius    Bagian 7 ||∙ Sederhana∙||

    "Dia tidak apa-apa, hanya saja sepertinya dia sedang syok!""Baik Dok, terimakasih!" seru Logan, namun lain hal nya dengan Xander yang hanya menyandarkan badan nya di tembok yang berada tidak jauh dari ranjang Alice berada."Baik, saya akan pergi dulu. Masih ada yang perlu saya urus,

  • Fall in For the Genius    Bagian 8 ||∙Coklat Panas & Petunjuk∙ ||

    Info:Haloo gaisss, Sya menyapa dulu untuk hari ini yaaaaa. Apa kabar nya?? Ehhh, btw, kalian bisa panggil aku 'Sia, Sya!' Yup. Anything You like!!!HohohohohohohHolaaa, selamat membacaaaa!!!!!

  • Fall in For the Genius    Bagian 9 ||∙I Can Hear You∙||

    Alice menggelengkan kepalanya, berusaha untuk keluar dari ruangan gelap yang terus membelenggunya. Sejauh apa-pun Alice berlari, sejauh itu juga bayangan itu mengejarnya. Hingga, pada akhirnya. Alice berhenti dan menatap sosok itu sambil menaik turunkan dadanya, dengan nafas yang tersegal-segal."Tidak, a-apa yang kau ingin kan dari ku? Mengapa kau terus mengikutiku hah?" bentak Alice sakin tidak tahan nya terus di kuntit oleh sosok di depan nya.

  • Fall in For the Genius    Bagian 10 ||∙Hati tergantung∙||

    Hoss....hoss...hoss...Nafas gadis itu memburu, ia berhenti berlari dan berdiri di depan ruangan kelas mereka. Lyra, gadis itu menatap nuansa kelas mereka yang terasa begitu horor. Menimang, apakah dia harus masuk atau tidak. Tapi, jika ia tidak masuk maka handpone nya akan tetap berada di ruangan kelas mereka.

  • Fall in For the Genius    Bagian 11 || ∙Awal dari petualangan∙||

    ***Mobil Logan terhenti di depan rumah yang sudah tidak berpenghuni. Nuansa nya terasa begitu menyeramkan ketika tidak ada penerangan sama-sekali. Alice menatap sekeliling rumah itu, lalu menghela nafas. Baru saja menatap area luar rumah itu, sudah membuat bulu kuduk nya berdiri. Ia juga tidak tau mengapa ia ikut dengan rencana gila kali ini.

  • Fall in For the Genius    Bagian 12 || Always

    *****Mereka bertiga mulai memasuki ruangan itu, rasanya benar-benar menyeramkan. Ini sungguhan, baru saja memasuki ruangan itu. Sepasang tangan sudah merayap dari atas tangga dan kali ini mengenai Xander. Wajah lelaki itu langsung pucat saat melihat banyaknya darah yang mengalir dari arah datang nya tangan itu."enyalah, dasar sialan!" seru Alice berusaha untuk menyingkir dari lab

Pinakabagong kabanata

  • Fall in For the Genius    Bagian 62 || Rey kalem||

    Oliver menatap sosok yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit, ia berusaha untuk memendam amarahnya saat ini. "Apa yang terjadi pada mu Rey? Mengapa kau bisa menjadi seperti ini?" seru Oliver. Menatap Rey yang di gips, tulang-tulang lelaki itu semuanya bergeser dari tempatnya yang seharusnya. Semua badan Rey terkenal cakaran, hanya menyisakan wajahnya yang sama-sekali tidak tergores barang sedikit pun. Mata Rey menatap Oliver, lalu menatap sosok yang sedang duduk dengan buku yang dibolak-balikan di atas tangan nya sedang berada di atas sofa. Duduk tenang, seperti tidak ada yang terjadi."Dia—dia yang melakukan ini pada kami!" ujar Rey dengan air mata nya yang mengalir. Menunjuk Aldo yang masih membaca buku.Merasa dirinya di tunjuk dan ditatap, membuat Aldo menutup bukunya. Dan menatap Oliver yang menatap nya dengan keningnya yang sedang berkerut. "Dia benci pada ku sejak kau menjebakku untuk bergabung dengan mu Oliver!" ujar Aldo ikut berdiri, berjalan ke sebelah sisi ranjan

  • Fall in For the Genius     Bagian 61 || Belum terpecahkan ||

    Mobil yang dibawa oleh Xander sedikit mengambil rute berbeda, mereka menatap ke belakang. Mobil berwarna silver dengan aksen kehitam-hitaman itu terus mengikuti mereka sejak Xander keluar dari dalam hotel itu, tempat mereka melakukan lomba itu. Alice yang duduk di depan bersamanya juga merasakan hal yang sama. Mobil itu memasuki belokan daerah gang yang cukup sempit, dan juga sedikit rawan. Xander sedikit salah mengambil rute ini, karena bukannya semakin mempermudah. Mereka malah sedikit kewalahan. Xander menatap ke belakang dari kaca spion di luar kaca. Mobil itu benar-benar mengikuti mereka sampai saat ini."mobil itu masih mengikuti kita!" seru Logan yang sudah sedikit panik"jalan ini menuju ke daerah mana? Aku tidak pernah berkeliling daerah ini sebelumnya!" seru Alice yang sedikit cemas. Ia tidak pernah melewati jalan ini sebelumnya. Namun ia tidak tahu dengan Xander atau Logan."Aku rasa kita di dalam masalah kali ini!" seru Xander mengerem mobil nya tiba-tiba. Karena sebuah mo

  • Fall in For the Genius    Bagian 60 || Apa Benar?

    Xander, Alice dan Logan sampai di sekolah, mereka turun dari mobil mereka yang sudah terparkir di lokasi parkir yang biasanya. Banyak pasang mata yang mencuri-curi pandang ke arah mereka. Mereka bertiga melangkah menuju gedung sekolah mereka, namun sosok lelaki paruh baya lengkap dengan tas coklat nya yang terpampang di samping nya menghadang langkah mereka. Mereka lalu menatap Mr.Tanaka yang menatap mereka dengan garang. Logan menatap Alice dan juga Xander, ia lalu menggaruk kepalanya dengan sedikit tidak enak."ikut bapak sekarang!" seru Mr.Tanaka lalu berjalan menuju ke arah ruangannya.Logan hendak kabur, namun Mr.Tanaka segera berbalik badan dan menatap ke arah mereka bertiga dengan tatapan tajam. "Jangan coba-coba untuk kabur, atau nilai kalian tidak akan keluar satu semester ini dan kalian tidak akan bisa melanjut ke jenjang universitas!" ujar Mr.Tanaka lalu segera pergiLogan, Xander dan Alice saling menatap dan melangkah mengikuti Mr.Tanaka ke ruangan nya. Beberapa tatapan da

  • Fall in For the Genius    Bagian 59 || Malam Hening||

    Mobil itu berhenti di depan garasi, Xander masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sementara Alice sudah tertidur dengan tangan yang ada di atas kepala Xander. Logan menatap ke belakang, dan menatap Tristan."Apa kau tidak bisa membangunkan Alice?" ujar Tristan menatap Logan"Alice—Alice...!"ujar Logan pelan menggoyang bahu Alice. Gadis itu mengerjapkan matanya dan menatap Logan. Alice lalu menatap ke luar kaca, dan mereka ternyata sudah berada di depan rumah besar itu. Alice lalu menatap Xander yang masih belum sadarkan diri dan masih berbaring dengan kepala di atas pangkuannya. Alice menggerakkan tangannya, membuat Xander mulai mengerjapkan matanya depan pelan membuat semua perhatian tertuju pada lelaki itu."Xander? Apa kau sudah sadar? Kau bisa mendengar ku?" ujar Alice pelan, sambil mengusap wajah tegas Xander dengan pelan. Membuat Xander yang tadi masih merasa lelah tiba-tiba teransang dengan sentuhan Alice. Xander membuka kedua mata nya dan hal pertama yang ia lihat adalah waj

  • Fall in For the Genius    Bagian 58 ||Sebuah kesalahan ||

    Xander menatap Alice dan Logan sekali lagi, meyakin kan mereka dengan ide gila mereka malam ini. Menatap kedua sahabatnya yang menganggukan kepalanya, membuat Xander segera menutup kedua matanya. Namun sebelum mereka berteleportasi, pintu kamar mereka tiba-tiba terbuka. Semua mata tertuju pada pintu itu. Sementara sosok yang baru saja membuka pintu itu menatap Xander, Alice , dan Logan yang saling berpegangan satu-sama lain. Ralat—jika bisa dinilai lebih rinci, mereka lebih berpegangan pada Xander. Tristan mengerutkan keningnya, tidak ada tidak angin. Mengapa ketiga manusia itu berperilaku aneh?"A—apa kau mengganggu acara kalian?" ujar Tristan menatap mereka dengan alis yang mengerut"Ada apa?" guman Xander yang melepaskan pegangan tangan nya pada Alice dan juga Logan. Ia menatap Tristan—lelaki itu dengan kesal. Tinggal sebentar lagi, maka mereka akan berteleportasi. Namun jika di pikir-pikir, lebih baik juga Tristan datang sekarang daripada nanti setelah ia beserta Alice dan Logan s

  • Fall in For the Genius    Bagian 57 || rencana baru||

    Mereka langsung keluar dari dalam rumah itu, namun begitu keluar mereka terkejut saat mendapati sosok seseorang yang sedang menunggu mereka di depan mobil yang terparkir di luar. Duduk di atas jok depan sambil menatap mereka satu persatu. Logan seketika memegang Alice, Xander juga mendekat pada Alice. Logan menatap Xander yang juga menatapnya. Membuat Logan dengan segera menutup matanya dan warna matanya berubah menjadi putih. Ia lalu melepaskan tangannya dari Alice setelah mengubah kembali warna matanya."Tidak ada orang, kecuali dia!" ujar Logan menatap Xander yang menunggu jawaban darinya."Mengapa lelaki itu datang kemari?" guman Tristan menatap kesal lelaki yang membuat amarah nya seketika meningkat itu. Tristan menatap Xander yang menahan kepergiannya, ia memang hendak menyampari lelaki itu. Namun urung karena Xander menahannya."Biar aku saja Tristan, aku rasa dia ingin berbicara padaku!" ujar Xander lalu berjalan mendekati mobil nya, dimana sosok itu langsung berdiri dan menat

  • Fall in For the Genius    Bagian 56 ||Sebuah surat ||

    Mereka mendorong pintu itu, suara decitan terdengar menyilaukan menandakan bahwa besi yang menyusun pintu itu sudah berkarat. Begitu mereka membuka pintu itu, tidak ada yang terjadi, lalu langkah kaki mereka terdengar di dalam ruangan kosong itu. Ruangan itu luas, terdapat tangga yang berada di sudut ruangan untuk menuju ke lantai atas. Alice masih berada bersama dengan Xander kemana pun lelaki itu melangkah. Alice menatap rumah itu, dan tatapannya tertuju pada lantai di seberang tangga itu. Ia berjalan berbeda dengan jalur yang berbeda dengan Xander."Rumah ini benar-benar tidak ada yang memasukinya!" seru Logan saat menerawang ruangan itu. Benar-benar tidak ada aura negatif sama-sekali. Benar-benar terasa di lindungi oleh aura yang sangat berbeda namun terasa pernah Logan rasakan. Ia lalu mengubah matanya kembali menjadi normal, energy nya terasa lebih cepat berkurang saat ia tidak memegang Alice maupun Xander saat menggunakan kekuatannya. Sebenarnya tidak hanya dia, Xander pun jika

  • Fall in For the Genius    Bagian 55 ||Rumah lama Xander||

    Mizuki menatap Alice yang ada di depan nya, dahinya menyerngit mendapati Alice yang tidak mengenakan seragam sekolah mereka. Ia jelas tau bahwa semalam, saat mereka ada kelas malam. Tiga manusia yang ada di depannya ini tidak masuk sekolah. Mizuki sempat khawatir, khawatir kalau sewaktu-waktu Xavier menyerang mereka. Namun melihat Alice yang berdiri di depan nya membuat perasaan khawatir Mizuki berkurang."Apa yang kau lakukan di sini? Tidak memakai seragam dan nafas ngos-ngosan!" ujar Mizuki menilai Alice yang sedang berdiri di depannya. Semua tatapan siswi lain yang ada di ruangan itu tertuju pada Alice. Menatap mereka berdua dengan sangat-amat teramat penasaran. Alice dikenal jarang bergaul dengan sembarang orang, dia hanya bergaul dengan orang-orang pintar saja—begitu lah rumor yang beredar. Membuat semua siswa itu terkejut, bahkan siswa dari kelas lain ikut nimbrung menatap nya dari kaca-kaca jendela."Nanti akan aku jelaskan, tapi kau harus ikut dengan ku. Segeralah!" ujar Alice

  • Fall in For the Genius    Bagian 54 ||Ke-uwuan Aldo-Key||

    Aldo menatap tajam pada sosok lelaki yang sudah babak belur di hadapannya. Tidak sadarkan diri dan sekujur tubuhnya bermandikan darah membuat sosok lelaki itu tidak mudah untuk dikenali. Namun Aldo tetap menunggu di depan lelaki yang tidak sadarkan diri itu. Hingga langkah kecil dan pelukan di pinggangnya membuat Aldo tersenyum sejenak. Lengan kecil itu memeluk nya erat, Aldo tahu bahwa sosok yang sedang memeluknya itu sedang menenggelamkan wajah nya di dalam punggungnya. Key bilang gadis itu senang memeluknya dari belakang, itu sebabnya Aldo selalu membuat tubuh nya harum. Semua demi gadis nya, Key tidak boleh merasa jijik dengannya. Bahkan saat ini Aldo sudah sangat ingin membasuh tubuh nya karena darah yang mengotorinya."Key, Aa lagi kotor. Darah nya guru kamu itu buat Aa jijik banget!" ujar Aldo membuat Key melepaskan tangannya yang sedang memeluk Aldo. Membuat lelaki itu membalikkan badannya dan menatap Key."Key—jijik ya..?" seru Aldo menatap gadis nya itu yang mundur beberapa

DMCA.com Protection Status