Karena hari ini adalah hari ulang tahun sekolah, ada banyak kegiatan yang diadakan. Mengenai kejadian kemarin, aku mencoba untuk bersikap biasa saja dan tidak kelihatan terlalu mencolok.
Siska menyeretku ke lapangan basket, Rani sudah berada disana dia sedang duduk di barisan paling depan. Aku tahu ini pasti pilihan Rani, sebab pacarnya akan ikut bertanding nanti.
Lapangan basket sangat ramai saat ini, ada banyak siswi perempuan yang tengah menunggu permainan, semua orang kelihatan bersemangat.
"Kenapa penontonnya sangat ramai hari ini?" biasanya ada banyak penonton tapi kali ini lebih banyak lagi.
"Kau tidak tahu?" tanya Siska padaku "Alan akan bermain hari ini, dia sangat populer bahkan di kalangan siswi dari SMA lain!" kata Siska sambil cekikikan. Pantas saja lapangan sangat ramai hari ini, padahal aku ingin menghindarinya. Tapi, yasudah lah lagi pula aku tidak mungkin bisa menghindarinya selamanya
Aku mendengar teriakan dan sorak-sorai para gadis-gadis di tribun. Mereka sangat berisik
"Alannn!"
"Alan semangat!!!"
"Alan kamu sangat tampan!"
Mereka sangat percaya diri melakukannya, tapi yang di teriaki malah tidak menoleh atau memberikan reaksi apapun. Aku yakin dia selalu menjadi objek fantasi siswi perempuan.
Tampangnya agak sombong, dia selalu memasang front dingin di depan orang lain. Seperti kulkas berjalan.
Alan berjalan perlahan dia memegang sebuah jaket dan sebotol air mineral di tangannya.
Dia berhenti sebentar dan menatap ke arah tribun, aku rasa dia melirik sekilas padaku?
Alan berjalan ke arah lapangan, saat akan melewati ku, dia berhenti dan melemparkan jaket beserta botol minumnya padaku. Apa dia benar-benar berpikir aku ini babunya?!
"Pegang" ucapnya sebelum berjalan kembali kelapangan.
Aku bisa merasakan tatapan cemburu para gadis yang ditujukan padaku. Rani dan Siska tersenyum dan meledekku.
Apa mereka buta? Alan jelas-jelas sedang balas dendam padaku!
Pertandingan baru saja di mulai beberapa menit, tapi Alan telah mencetak poin
"Alan keren banget!"
"Semangat!"
Para penonton khususnya gadis-gadis mulai besorak dan bertepuk tangan untuk Alan, dia sepertinya selalu menjadi pusat perhatian di manapun dia berada.
Tidak terkecuali gadis-gadis dari tim lawan, mereka bersorak untuk Alan 'ck, malang sekali mereka, jika mereka tahu karakternya yang sebenarnya apakah mereka masih menyukainya?'
Tapi aku tidak pernah menyangka Alan akan sangat mahir dalam bermain bola basket, aku pikir dia adalah tipe solf boy yang hanya mengandalkan ketampanannya, aku tidak tahu dia bisa sangat maskulin.
Aku menggelengkan kepalaku, pikiran gila apa tadi itu!
Namun hari ini, aku menyadari jika dia memang orang yang mengesankan. Dia tampan, pintar, dan mahir dalam banyak hal. Siska bahkan pernah mengatakan betapa tampan dan kerennya Alan ketika ia berenang. Aku rasa apa yang dia katakan waktu itu memang benar.
Dengan tinggi 184 cm, dia memiliki otot dan postur tubuh yang sempurna. Pantas saja jika banyak gadis yang tergila-gila padanya.
Aku sedang tenggelam dalam pikiran ku ketika seseorang duduk di kursi kiri yang kosong di sebelahku.
Itu Jasmine
Dia memandang ku sebentar sebelum pandangannya jatuh pada jaket dan botol minum yang aku pegang.
"Sepertinya kamu dan Alan cukup dekat?"
Aku langsung menggeleng, "kamu salah paham, aku cuma.." aku berhenti menjelaskan, aku tidak mungkin menceritakan hal ini.
"Pokoknya kami tidak dalam hubungan yang kamu bayangkan" ucapku dengan tegas dan yakin.
Matanya menatap ku dengan pandangan meneliti, "aku harap apapun yang kamu katakan memang benar. Karena aku menyukai Alan, jadi jangan mencoba merebutnya dariku. Aku tidak akan sengan padamu jika kamu melakukannya" ujarnya dengan nada mengancam.
Aku langsung terkesiap, Jasmine yang terkenal karena kelembutannya ternyata bisa mengatakan kata-kata seperti itu.
Dia kembali menatap kedepan dan meluruskan postur duduknya, dia tersenyum lembut seperti biasanya. Seakan-akan orang yang mengancamku tadi bukan dirinya.
Sepanjang pertandingan aku tidak bisa fokus, apalagi dengan Jasmine di sampingku.
Selesai pertandingan, Alan berlari kecil kearahku, dia berkeringat, wajahnya sedikit memerah. Bukannya kelihatan dekil dan jelek dia malah terlihat lebih tampan.
Dia sedikit mengerutkan kening ketika melihat Jasmine, apa mereka memang punya hubungan?
Jasmine langsung menyodorkan sebotol air untuknya, "minum dulu" ucapnya lembut.
Alan mengabaikannya, dia mengambil air yang diberikannya tadi di tanganku.
Dia mulai meneguk air itu, aku bisa melihat gerakan jakunnya yang naik turun seiring dengan waktu menelannya.
Wajah orang tampan benar-benar tidak baik untuk kesehatan jantung, aku merasakan dadaku berdebar. Aku akan terus menatapnya ketika ia mengetuk pelan dahiku dengan botol air.
"Kenapa masih disini? Pergi antri, dan beli makanan siang untukku"
"Aku akan melakukannya untukmu" ucap Jasmine masih dengan senyuman.
Wah, mereka benar-benar pasangan yang sangat cocok, mereka sama-sama bermuka dua dan memiliki lidah yang tajam.
"Tidak, Ella bisa melakukannya untukku"
Tatapan panas dari Jasmine langsung mengenaiku, jika tatapan bisa membunuh maka aku yakin aku sudah mati sekarang. Mengapa dia menatapku begitu, itu bukan salahku oke!
Aku mencoba mencairkan suasana, "Alan pasti tidak ingin membuat mu lelah, kamu tidak tahu bahwa mengantri dikantin akhir-akhir ini sangat sulit, belum lagi ada siswa dari SMA lain, kantin pasti sangat ramai" tentu saja pekerjaan seperti ini lebih cocok untuk ku di banding kamu, tambahku dalam hati.
"Sementara aku mengantri, kalian bisa mengobrol kalau begitu"
Alan langsung memotong ku, "apa kamu berpikir aku punya waktu untuk mengobrol? Aku lapar sekarang!"
"Kalau begitu aku akan pergi dulu" ucap Jasmine berusaha menjaga ketenangannya, "aku harap kamu mengatakan yang sebenarnya tadi" ucapnya sambil memandangku dengan tatapan bermusuhan.
Aku rasa, daftar orang yang tidak menyukai ku sekarang bertambah banyak, dan itu karena Alan!
Karena ada siswa-siswi dari sekolah lain, antriannya menjadi cukup panjang, aku mengantri agak lama. Kakiku rasanya pegal. Aku berbalik melihat Alan yang sedang bermain handphone dan duduk dengan santainya. Dia telah menganti baju olahraganya menjadi kaos polos putih biasa, rambutnya sedikit basah mungkin dia mencuci wajahnya sebelumnya. Aku berjalan kearahnya dan meletakkan salad yang di inginkannya, sebenarnya aku sedikit malu atas kejadian kemarin. Tapi dia tidak peduli, tanpa mendongak dia mulai melahap sarapannya. Aku melihat sekeliling, semua meja telah terisi. "Kamu bisa duduk disini" kata Alan tiba-tiba, aku tidak percaya dia akan mengatakan itu. "Atau kamu masih malu karena memotretku diam-diam semalam?" katanya sambil mendongak. "Sebenarnya, kamu tidak perlu malu. Kamu bukan yang pertama melakukannya, ada banyak siswi lain yang pernah melakukan itu
Rasa bersalah akibat insiden kemarin masih saja membebani pikiranku, aku berencana untuk meminta maaf kepada lelaki itu nanti.Setibanya di depan gerbang sekolah, aku tiba-tiba merasa agak cemas. Aku menarik napas perlahan dan berjalan masuk ke dalam.Di kelas, aku baru saja meletakkan tas dan duduk, ketika beberapa siswi perempuan di kelas kami datang ke mejaku.Laras dan beberapa teman-temannya mulai menanyaiku seperti seorang reporter yang mewawancarai seorang saksi TKP. Laras menarik kursi di sampingku. "Kamu gak bohongkan La?" tanyanya membuatku bingung.Firasatku jadi tidak enak. Aku melirik kebelakang pada Siska dan Rani yang sedang menundukkan kepala mereka. "Bohong mengenai apa ya?" tanyaku agak gugup."Itu loh, mengenai Alan itu gay! Kamu melihatnya dengan mata kepala kamu sendirikan?" Laras berusaha memastikan.Aku terkejut mendengarnya, "Kamu dengar dari mana?" tanyaku gugup, pasalnya kemarin hanya ada
Dua hari sebelumnyaSemuanya bermula, ketika aku dalam perjalanan kembali kerumah. Saat itu aku secara tidak sengaja melihat Alan, most wanted sekolah kami sedang bersama seorang laki-laki. Mereka berdiri berdekatan, laki-laki itu menunjuk pada Alan, mereka seperti sedang mempertengkarkan sesuatu.Tiba-tiba saja lelaki itu memeluk Alan dengan ekspresi wajah yang sangat sedih.Mendadak aku teringat novel BL yang aku baca semalam, sebuat plot muncul di kepalaku 'Alan bintang sekolah ternyata seorang gay!' aku langsung mengenyahkan pikiran itu dalam kepalaku, aku tidak bisa mengklaim bahwa mereka adalah gay hanya karena mereka berpelukan.Jadi aku putuskan untuk terus melihat dan mencoba mendengarkan apa yang mereka katakan supaya pikiranku bisa tenang, sayang saja jika laki-laki setampan Alan adalah gay, pikirku.Tiba-tiba aku melihat laki-laki lawan bicaranya mencoba untuk mencium Alan!
Nilai kuis matematikaku sangat buruk akhir-akhir ini, Mama yang mengetahui hal tersebut akhirnya memotong uang sakuku yang tidak seberapa.Ngomong-ngomong, sudah seminggu sejak insiden itu, tapi Alan tidak pernah mendatangiku lagi ataupun menyuruhku untuk melakukan sesuatu.Jika bukan karena seseorang akan sesekali datang dan menanyaiku mengenai kebenaran rumor tersebut, aku akan berpikir bahwa kejadian hari itu hanya mimpi. Aku telah memberi tahu pada Rani, dan Siska apa yang dikatakan Alan padaku Minggu lalu. Berbeda dari reksiku, mereka malah senang mendengarnya. Mereka bilang ini adalah kesempatan yang bagus untukku.Kesempatan apa coba? Kesempatan merasakan jadi babu gitu?Rani adalah yang paling senang diantara semuanya. Walaupun dia telah gugur sebelum bertempur, dia tetap senang karena Alan bukan gay. Lagi pula dia sekarang sedang berpacaran dengan kapten basket SMA lain sekarang. Ini adalah pacar ke tiganya bulan ini.
Sepulang dari sekolah aku akan naik keatas ketika suara Mama menghentikanku. "Ella sini dulu, Mama mau ngomong."Aku masih kesal pada Mama karena memotong uang jajanku seenaknya, "Kenapa Ma?" jawabku sedikit malas.Mama tersenyum padaku, aku tahu Mama pasti menginginkanku untuk sesuatu lagi, "Minggu depan ada acara di kantornya papa, Ella ikut ya..." kata Mama dengan nada membujuk."Enggak" ujarku tanpa berpikir panjang aku langsung menolak. Ini bukan yang pertama kalinya mama menyuruhku untuk ikut, mama sering melakukannya tapi aku selalu menolak. Aku langsung berjalan keatas."Nanti kalau Ella mau, uang jajannya Mama tambahin deh"Langkah kaki ku melambat"Terus, Mama bakalan beli sepaket buku Bumi, Bulan dan Matahari kesukaan kamu. "Aku berhenti"Nanti sore Mama juga bakalan buat brownis coklat favorit kamu" aku bisa mendengar
Setelah tawar menawar kemarin, Mama benar-benar menepati janjinya. Uang sakuku kembali seperti semula. Suasana hatiku sangat bagus hari ini. Bahkan ketika aku antri membeli sarapan untuk Alan, aku tidak protes atau mengeluh.Tapi aku rasa dia dalam suasana hati yang buruk, dia tidak banyak mengomel seperti sebelumnya.Mungkin dia mendapat balasan karena sering mempersulitku, melihatnya begitu, suasana hatiku semakin baik. Aku berusaha menjaga wajahku agar tidak tersenyum.Aku pergi setelah memberikan sarapan padanya.Rani dan Siska sedang di perpustakaan saat ini, jadi aku datang menghampiri mereka. Tebakan ku benar, mereka sedang asik mengobrol. Melihatku datang Rani melambai"Aku pikir kamu bakalan lama tadi" itu adalah kalimat pertamanya saat aku tiba di sana.Aku ingin sekali menjawabnya dengan mengatakan 'itu karena Alan sedang marasakan karmanya' tapi aku menahannya. Mengingat dua k
Saat ini kami sedang berjalan menuju aula, mungkin ada beberapa pengumuman yang akan di sampaikan oleh pihak sekolah mengenai perayaan ulang tahun sekolah.Aku meminjam kamera milik Rani, ia memang sengaja membawanya karena tahu bahwa para guru dan siswa hari ini akan sibuk mempersiapkan perayaan ulang tahun sekolah, jadi otomatis hari ini tidak belajar. Bahkan, Alan tidak menanggapi pesanku yang menanyakan menu apa yang dia inginkan hari ini, dia pasti sibuk.Sambil memegang kamera, aku membidik beberapa tempat dan memotretnya. Aku menyadari bahwa tingkat pemotretan ku telah meningkat pesat, Rani bahkan memujiku karena hasil fotonya yang bagus "Hasil potretanmu semakin bagus, aku tidak tahu kamu bisa memotret dengan baik" ujarnya dengan senyum menyanjung." Kau baru tahu" kataku dengan nada pamer. Aku dan Rani tertawa, les kosong benar-benar saat yang menyenangkan."Kalian sedang apa disana?" Tanya Siska yang