Share

Bab 7

Karena hari ini adalah hari ulang tahun sekolah, ada banyak kegiatan yang diadakan. Mengenai kejadian kemarin, aku mencoba untuk bersikap biasa saja dan tidak kelihatan terlalu mencolok.

Siska menyeretku ke lapangan basket, Rani sudah berada disana dia sedang duduk di barisan paling depan. Aku tahu ini pasti pilihan Rani, sebab pacarnya akan ikut bertanding nanti.

Lapangan basket sangat ramai saat ini, ada banyak siswi perempuan yang tengah menunggu permainan, semua orang kelihatan bersemangat.

"Kenapa penontonnya sangat ramai hari ini?" biasanya ada banyak penonton tapi kali ini lebih banyak lagi.

"Kau tidak tahu?" tanya Siska padaku "Alan akan bermain hari ini, dia sangat populer bahkan di kalangan siswi dari SMA lain!" kata Siska sambil cekikikan. Pantas saja lapangan sangat ramai hari ini, padahal aku ingin menghindarinya. Tapi, yasudah lah lagi pula aku tidak mungkin bisa menghindarinya selamanya

Aku mendengar teriakan dan sorak-sorai para gadis-gadis di tribun. Mereka sangat berisik

"Alannn!"

"Alan semangat!!!"

"Alan kamu sangat tampan!"

Mereka sangat percaya diri melakukannya, tapi yang di teriaki malah tidak menoleh atau memberikan reaksi apapun. Aku yakin dia selalu menjadi objek fantasi siswi perempuan.

Tampangnya agak sombong, dia selalu memasang front dingin di depan orang lain. Seperti kulkas berjalan.

Alan berjalan perlahan dia memegang sebuah jaket dan sebotol air mineral di tangannya. 

Dia berhenti sebentar dan menatap ke arah tribun, aku rasa dia melirik sekilas padaku?

Alan berjalan ke arah lapangan, saat akan melewati ku, dia berhenti dan melemparkan jaket beserta botol minumnya padaku. Apa dia benar-benar berpikir aku ini babunya?!

"Pegang" ucapnya sebelum berjalan kembali kelapangan.

Aku bisa merasakan tatapan cemburu para gadis yang ditujukan padaku. Rani dan Siska tersenyum dan meledekku. 

Apa mereka buta? Alan jelas-jelas sedang balas dendam padaku!

Pertandingan baru saja di mulai beberapa menit, tapi Alan telah mencetak poin

"Alan keren banget!"

"Semangat!"

Para penonton khususnya gadis-gadis mulai besorak dan bertepuk tangan untuk Alan, dia sepertinya selalu menjadi pusat perhatian di manapun dia berada.

Tidak terkecuali gadis-gadis dari tim lawan, mereka bersorak untuk Alan 'ck, malang sekali mereka, jika mereka tahu karakternya yang sebenarnya apakah mereka masih menyukainya?'

Tapi aku tidak pernah menyangka Alan akan sangat mahir dalam bermain bola basket, aku pikir dia adalah tipe solf boy yang hanya mengandalkan ketampanannya, aku tidak tahu dia bisa sangat maskulin.

Aku menggelengkan kepalaku, pikiran gila apa tadi itu!

Namun hari ini, aku menyadari jika dia memang orang yang mengesankan. Dia tampan, pintar, dan mahir dalam banyak hal. Siska bahkan pernah mengatakan betapa tampan dan kerennya Alan ketika ia berenang. Aku rasa apa yang dia katakan waktu itu memang benar.

Dengan tinggi 184 cm, dia memiliki otot dan postur tubuh yang sempurna. Pantas saja jika banyak gadis yang tergila-gila padanya.

Aku sedang tenggelam dalam pikiran ku ketika seseorang duduk di kursi kiri yang kosong di sebelahku.

Itu Jasmine

Dia memandang ku sebentar sebelum pandangannya jatuh pada jaket dan botol minum yang aku pegang.

"Sepertinya kamu dan Alan cukup dekat?"

Aku langsung menggeleng, "kamu salah paham, aku cuma.." aku berhenti menjelaskan, aku tidak mungkin menceritakan hal ini.

"Pokoknya kami tidak dalam hubungan yang kamu bayangkan" ucapku dengan tegas dan yakin.

Matanya menatap ku dengan pandangan meneliti, "aku harap apapun yang kamu katakan memang benar. Karena aku menyukai Alan, jadi jangan mencoba merebutnya dariku. Aku tidak akan sengan padamu jika kamu melakukannya" ujarnya dengan nada mengancam.

Aku langsung terkesiap, Jasmine yang terkenal karena kelembutannya ternyata bisa mengatakan kata-kata seperti itu. 

Dia kembali menatap kedepan dan meluruskan postur duduknya, dia tersenyum lembut seperti biasanya. Seakan-akan orang yang mengancamku tadi bukan dirinya.

Sepanjang pertandingan aku tidak bisa fokus, apalagi dengan Jasmine di sampingku.

Selesai pertandingan, Alan berlari kecil kearahku, dia berkeringat, wajahnya sedikit memerah. Bukannya kelihatan dekil dan jelek dia malah terlihat lebih tampan.

Dia sedikit mengerutkan kening ketika melihat Jasmine, apa mereka memang punya hubungan?

Jasmine langsung menyodorkan sebotol air untuknya, "minum dulu" ucapnya lembut.

Alan mengabaikannya, dia mengambil air yang diberikannya tadi di tanganku.

Dia mulai meneguk air itu, aku bisa melihat gerakan jakunnya yang naik turun seiring dengan waktu menelannya.

Wajah orang tampan benar-benar tidak baik untuk kesehatan jantung, aku merasakan dadaku berdebar. Aku akan terus menatapnya ketika ia mengetuk pelan dahiku dengan botol air.

"Kenapa masih disini? Pergi antri, dan beli makanan siang untukku"

"Aku akan melakukannya untukmu" ucap Jasmine masih dengan senyuman.

Wah, mereka benar-benar pasangan yang sangat cocok, mereka sama-sama bermuka dua dan memiliki lidah yang tajam.

"Tidak, Ella bisa melakukannya untukku"

Tatapan panas dari Jasmine langsung mengenaiku, jika tatapan bisa membunuh maka aku yakin aku sudah mati sekarang. Mengapa dia menatapku begitu, itu bukan salahku oke!

Aku mencoba mencairkan suasana, "Alan pasti tidak ingin membuat mu lelah, kamu tidak tahu bahwa mengantri dikantin akhir-akhir ini sangat sulit, belum lagi ada siswa dari SMA lain, kantin pasti sangat ramai" tentu saja pekerjaan seperti ini lebih cocok untuk ku di banding kamu, tambahku dalam hati.

"Sementara aku mengantri, kalian bisa mengobrol kalau begitu"

Alan langsung memotong ku, "apa kamu berpikir aku punya waktu untuk mengobrol? Aku lapar sekarang!"

"Kalau begitu aku akan pergi dulu" ucap Jasmine berusaha menjaga ketenangannya, "aku harap kamu mengatakan yang sebenarnya tadi" ucapnya sambil memandangku dengan tatapan bermusuhan.

Aku rasa, daftar orang yang tidak menyukai ku sekarang bertambah banyak, dan itu karena Alan!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status