Di dalam gubuk kecil di tengah hutan yang berada di pinggiran sungai, dua orang lelaki berwajah menakutkan berdiri di depan pintu gubuk.
“Apa kalian sudah menemukan kitab pusaka Ang-bin-Moko? Tanya suara berat dari dalam rumah.“Kami berdua sudah mencari di seluruh rumah dan perkampungan, tetapi tidak ada apa-apa, jangan kan kitab, benda berharga juga tidak kami temui,” gerutu seorang pria bertubuh pendek.“Aneh! Kemana semua pusaka milik perkampungan merah, apa mereka sudah tahu akan penyerangan dan menyembunyikan semua pusaka? Batin Pria di dalam gubuk.“Tuan Lo! Kami sudah melaksanakan tugas kami, pusaka apapun kami tidak berminat, tetapi kami sudah puas dengan tewasnya Ang-bin-Moko, karena menurut kami dia bukan golongan hitam sejati dan dia tidak pantas menjadi pemimpin golongan hitam.“Tutup mulut dan Jangan sebut namaku!? Bentak pria dari dalam gubuk, “kalian pergi dan ambil hadiah yang sudah di siapkan,” lanjut perkataan pria tersebut.Kedua lelaki berwajah menakutkan tersebut langsung pergi setelah mendengar perintah dari dalam gubuk.Hmm!“Aku percaya dengan perkataan kedua setan, karena semua anak buahku juga ikut mencari dan tidak menemukan pusaka di perkampungan merah,” batin pria tersebut.Tidak lama setelah kedua lelaki tersebut pergi, seorang pria turun dari atas pohon sambil membawa busur, setelah memberi hormat ke arah gubuk, lelaki tersebut berkata.“Apa perintah selanjutnya?“Telusuri terus sungai Huang Ho dan cari tahu siapa orang yang berhasil kabur dengan perahu,” jawab Pria dari dalam gubuk.“Bagaimana dengan istri Ang-Bin Moko, tuan? Tanya pria yang membawa busur.“Entah siapa yang menyelamatkannya, gerakan orang itu sangat cepat, tetapi walau istri Ang-Bin Moko berhasil di bawa lari, belum tentu ia selamat dari racun bunga merah.“Laksanakan semua yang sudah kita rencanakan.” Ucap Pria dari dalam gubuk.“Baik tuan,” balas pria yang membawa busur.~Thian Sin terombang ambing di dalam perahu yang terus membawanya entah kemana, tidak ada air mata yang keluar dari sang bocah, matanya tajam terus menatap penuh dendam.Thian Sin sudah ber umur 7 tahun dan ia sangat paham setelah mendengar penjelasan bahwa ayahnya di bunuh oleh orang di acara pertemuan antar tokoh golongan hitam dan putih.Thian Sin tidak mengerti kenapa ayahnya bisa terkena serangan senjata rahasia, bukankah ayahnya adalah seorang tokoh yang sangat di takuti.Thian Sin masih ingat dengan cerita sang ibu waktu ia tanya, kenapa ayahnya di sebut tokoh golongan hitam? karena menurut Thian Sin, ayahnya adalah orang baik dan Thian Sin belum pernah melihat ayahnya membunuh orang, karena menurut yang Thian Sin dengar bahwa golongan hitam adalah pendekar yang sering membunuh banyak orang.“Ayahmu hanya bersikap aneh yang tidak sejalan dengan orang-orang golongan putih, itu sebabnya ia di sebut golongan hitam.”Setelah lelah terus berpikir tentang apa yang terjadi, Thian Sin akhirnya tertidur di dalam perahu.Perahu terus bergerak dan Thian Sin yang tengah tertidur hanya bisa pasrah di dalam perahu yang entah akan membawanya kemana.Waktu terus cepat berlalu, Thian Sin yang tertidur di dalam perahu terbangun ketika mendengar suara-suara di dekat perahunya.Plak….plak!Dua batang kayu pengait menarik perahu yang di tumpangi oleh Thian Sin.Seorang lelaki tua menatap Thian Sin sesudah perahu mereka berdekatan.“Siapa kau? Kenapa berada di dalam perahu sendirian, kemana orang tuamu? Kakek tersebut terus bertanya dengan tatapan penuh selidik setelah tahu ada anak kecil sendirian di dalam perahu.Thian Sin bukan anak bodoh, jika ia tidak terlihat takut, pasti akan ada banyak pertanyaan dari orang-orang.“Maaf Tuan! Ada yang merampok kapal dan membunuh kedua orang tuaku,” jawab Thian Sin dengan wajah memelas.Hmm!“Lagi-lagi gerombolan Naga air,” ucap si kakek tersebut setelah mendengar perkataan Thian Sin.“Mari sini nak! Kau ikut aku ke Jang-Kiang-Pang ( perkumpulan sungai panjang ) setelah sampai di sana, nanti kami akan menyuruh orang untuk mengantar ke keluargamu.“Aku tidak punya keluarga, semua sudah tewas,” ucap Thian Sin mendengar perkataan si kakek“Kalau begitu kau ikut saja denganku,” balas si kakek mendengar perkataan Thian Sin.Thian Sin akhirnya ikut bersama pria tua, mereka lalu pergi menuju perkampungan sungai panjang, tempat dimana si kakek berasal.Setelah sampai di perkumpulan Jiang-Kiang-Pang, si kakek langsung melaporkan kejadian yang ia lihat kepada sang ketua.“Tampaknya gerombolan perompak Naga air semakin merajalela,” ucap sang ketua setelah mendengar keterangan si kakek.Si kakek dan sang Pangcu bercakap cakap, setelah mendengar keterangan si kakek akhirnya Thian Sin di ajak masuk menjadi anggota perkumpulan Sungai Panjang oleh sang ketua, Thian Sin tidak menampik karena ia butuh tempat tinggal dan berlatih.Kakek Hay adalah panggilan orang terhadap pria tua yang menyelamatkan Thian Sin, Kakek Hay merupakan anggota dari perkumpulan sungai panjang, tugas kakek Hay membuat perahu untuk anggota perkumpulan yang membutuhkan dan juga membuat perahu pesanan dari luar perkumpulan.“Kau sekarang tinggal bersamaku, mulai besok kau bisa membantuku membuat perahu, tetapi kalau kau tidak suka! Silahkan kau pergi dari sini,” kakek Hay berkata setelah mereka sampai di rumah.“Mulai besok Thian Sin akan membantu kakek.”“Jadi namamu Thian Sin, nama yang bagus,” kakek Hay berkata setelah mendengar suara Thian Sin.Ada sedikit keraguan ketika mendengar nama Thian Sin, tetapi keraguan tersebut langsung di tepis oleh kakek Hay yang tidak mau mengingat masa lalu.Kakek Hay bukan orang kaya, rumah yang ia tempati juga tidak begitu besar, tetapi ada satu kamar kecil yang bisa di pakai oleh Thian Sin.Sesudah makan Thian Sin istirahat di dalam kamar karena hari mulai beranjak malam.Di dalam kamar Thian Sin membuka bungkusan yang di berikan ibunya, terlihat dua buah kitab tua dan satu botol kecil berisi cairan kental berwarna merah.Satu kitab bernama Hud Kong Sin Kang ( ilmu sakti cahaya Buddha )Kitab kedua tertulis Ang-tok-Jiu ( tangan Racun merah ) sedangkan di botol kecil hanya tertulis Ang tok ( racun merah )Thian Sin lalu membuka kitab Ang-tok-Jiu, karena ia yakin kitab tersebut adalah milik sang ayah.Baru saja kitab di buka, terlihat keterangan di awal lembaran kitab.Sebelum mempelajari kitab Ang-tok-Jiu harus terlebih dahulu mempelajari kitab pusaka milik pendeta Shaolin Hud Kong Sin Kang, karena hanya Hud Kong Sin Kang yang dapat meredam keganasan dari Ang-tok-Jiu.Jika tidak menuruti petunjuk yang aku tulis, kitab Ang-tok-jiu bisa di pelajari tetapi tubuhmu akan menjadi merah dan racun Ang Coa ( ular merah ) akan terus menggerogoti tubuhmu, seperti yang aku alami.Ang-bin Moko“Ayah! Aku akan menuruti petunjuk ayah dan membalas dendam atas apa yang di lakukan orang-orang dunia persilatan terhadap ayah dan ibu,” Thian Sin berkata sambil kucurkan air mata, Thian Sin hapal betul dengan tulisan sang ayah, itu sebabnya ketika membaca, Thian Sin teringat kembali kenangan ketika bersama sang ayah.Sesudah mempelajari petunjuk yang di berikan oleh sang Ayah, Thian Sin langsung mempelajari ilmu Hud Kong Sin Kang.Awalnya Thian Sin sulit untuk meditasi karena pikirannya selalu terpecah dan ingat akan kedua orang tua.Sesudah agak lama termenung, akhirnya Thian Sin berhasil meditasi menurut petunjuk dari kitab setelah pikirannya terfokus pada satu titik.Balas dendam.Kedatangan Thian Sin di perkumpulan sungai panjang menarik perhatian para anak murid perkumpulan sungai panjang yang sebaya dengannya, salah satunya adalah Kin Bwee, anak dari Pangcu Jiang-Kiang-PangKin Bwee setelah tahu Thian Sin tinggal di rumah kakek Hay, ia mengajak kawan-kawannya untuk melihat Thian Sin.Kin Bwee tertegun melihat bocah berwajah tampan tengah jalan sambil memanggul papan.“Apa dia yang bernama Thian Sin? Tanya Kin Bwee.“Benar Siocia! Jawab A Gu.“Kenapa sih Suheng selalu memanggilku Siocia, panggil saja aku Sumoi, aku kan adik seperguruan Suheng,” Kin Bwee berkata dengan nada kesal, sudah sering ia beritahu A Gu untuk tidak memanggilnya Siocia ( nona ) tetapi tidak di indahkan oleh A Gu.A Gu hanya tundukan kepala mendengar perkataan sang Sumoi, A Gu yang ber umur 12 tahun memang sangat hormat kepada Kin Bwee beserta keluarganya, karena A Gu di angkat murid oleh Kin Tho sesudah Kin Tho berhasil menolong ia beserta keluarganya dari rampok gunung yang menyerang pe
Thian Sin terkejut mendengar perkataan kakek Hay, tanpa banyak bicara Thian Sin melesat ke arah dapur, kemudian mengambil air lalu air tersebut di taruh ke dalam baskom.Raut wajah Thian Sin berubah pucat, ketika melihat seluruh kulit wajahnya berubah warna menjadi merah, mirip seperti wajah sang ayah.“Apa yang salah? Menurut keterangan yang di tulis oleh ayah jika mempelajari Hud Kong Sing Kang, racun ular merah tidak menyebar,” batin Thian Sin.“Jelaskan kepada kakek kenapa wajahmu menjadi merah? Terdengar suara kakek Hay di belakang Thian Sin.“Aku kemarin memetik buah berwarna merah di hutan, setelah makan buah itu, tubuh Thian Sin gatal-gatal, Thian Sin lalu tidur untuk menghilangkan gatal, pas Thian Sin bangun sudah seperti ini,” jawab Thian Sin.“Celaka! Kau keracunan, nanti kakek panggilkan tabib untuk memeriksa tubuhmu,” balas Kakek Hay dengan nada khawatir ketika mendengar perkataan Thian Sin.“Ja….jangan, kek! Biarkan saja, nanti juga hilang sendiri, Thian Sin sudah tidak
Thian Sin menggerakan kedua tangan turun naik, kemudian berputar lalu tubuhnya bergerak menghantam batu besar yang ada di depan.Sebelum telapaknya tangannya menyentuh batu, kedua telapak tangan Thian Sin berubah warna menjadi merah.Blar!Batu besar hancur dan serpihan batu berubah warna menjadi merah.Thian Sin tersenyum melihat hasil yang ia peroleh sambil melihat kedua tangan.“Ban-tok-Ciang ( tangan selaksa racun ) dari Ang-tok-Jiu sangat dasyat,” batin Thian Sin melihat hasil yang ia peroleh.Thian Sin sangat senang dengan hasil yang ia peroleh, kini racun merah benar-benar terkunci di titik jalan darahnya dan racun hanya bisa keluar menyebar ke seluruh tubuh jika ia membuka dan menyalurkannya menggunakan tenaga Hud Kong Sing Kang.Racun merah juga tidak bisa melukai Thian Sin, karena tenaga Hud Kong Sing kang melindungi seluruh tubuh bagian dalam.Jika ada kesempatan berlatih, Thian Sin berlatih di hutan ini untuk belajar dan mematangkan ilmu Ang-tok-Jiu, pohon-pohon di sekitar
Hari yang di tunggu oleh semua orang di perkumpulan sungai panjang, akhirnya tiba.Rumah-rumah yang di hias, bendera serta umbul-umbul menghiasi sepanjang jalan yang menuju perkampungan sungai panjang untuk menyambut kedatangan tamu istimewa.Satu kapal besar bersandar di dermaga sungai, beberapa orang tampak turun dari kapal tersebut.Kin Tho bersama para tetua yang menyambut kedatangan Yu Lai di dermaga tersenyum ketika melihat seorang pria dengan rambut putih turun dari kapal.Yu Lai jalan di dampingi oleh seorang pemuda tampan beserta dua orang lelaki, satu orang biksu dan seorang lagi pria tua yang tidak lain adalah Tay Hu, wakil dari Yu Lai.“Selamat datang di perkumpulan sungai panjang, Taihiap! Kin Tho berkata sambil memberi hormat saat Yu Lai ada di hadapannya.“Terima kasih sudah mengundang kami Pangcu, satu kehormatan buat lembah pedang bisa datang ke perkumpulan sungai panjang,” Yu Lai membalas perkataan serta penghormatan dari Kin Tho.Kin Tho sangat senang dengan balasan
Kening di wajah Yu Lai mengerut mendengar nama Ang-bit-sat-Sin ( Elmaut berwajah merah )Kin Tho melesat ke tengah Bu-koan, setelah berdiri di sisi Kin Bwe, Kin Tho memberi hormat dan berkata.“Taihiap! Aku adalah Kin Tho, Pangcu sungai panjang, jika Taihiap berkenan datang berkunjung ke perkumpulan ku, harap unjukan diri agar bisa bercakap-cakap karena di sini juga ada Yu Lai Taihiap serta Biksu Tat Mo.”Kin Tho sengaja menyebut nama Yu Lai dan Biksu Tat Mo agar orang tersebut berpikir dua kali jika ingin berbuat onar di perkumpulannya.Baru saja Kin Tho selesai bicara, satu bayangan bergerak melesat di atas para penonton.Whut….tap!Seorang pria dengan rambut ter urai panjang serta setengah wajahnya tertutup topeng dari kulit sudah berdiri di tengah Bu-koan.Suara dingin terdengar dari mulut pria bertopeng, “maaf sudah mengganggu acara Pangcu Sungai Panjang.”“Taihiap kenapa harus datang seperti ini? Kalau Taihiap datang secara baik-baik kami dari perkumpulan sungai panjang pasti ak
Yu Lai serta Biksu Tat Mo saking terkejut melihat raut wajah merah yang selama 10 tahun kebelakang menjadi momok menakutkan di dunia persilatan, sampai lupa untuk mengejar Thian Sin yang melarikan diri, padahal jika saat itu Thian Sin di serang, ia pasti kalah.Dada Thian Sin terasa sesak setelah menerima pukulan Tat Mo, itu sebabnya sambil menahan rasa sakit di dada Thian Sin langsung pergi meninggalkan Bu Koan.Setelah mengganti pakaian serta sedikit membersihkan noda darah di bibir, Thian Sin kembali ke rumah Kin Tho.Suasana di rumah sang Pangcu langsung ramai, ketika Thian Sin hendak masuk dari sisi rumah terdengar suara A Gu.“Darimana saja kau? Tanya A Gu.“Dari belakang, Suheng! Perut ku tidak bisa di ajak kompromi, baru makan yang enak enak sudah minta di keluarkan lagi,” jawab Thian Sin sambil balik bertanya.“Ada apa, kenapa semuanya meninggalkan Bu Koan, apa acaranya sudah selesai?“Guru serta Yu Lai Taihiap dan biksu Tat Mo sedang berunding di dalam, membahas musuh yang b
Thian Sin sangat tertarik dengan kitab pemberian dari kakek Hay dan terus membuka serta membaca isi dari kitab tersebut.“Sepertinya ini kitab ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi,” batin Thian Sin setelah membaca isi kitab.“Darimana kakek dapat kitab ini? Tanya Thian Sin.“Dulu sewaktu kakel tengah memancing ikan untuk makan, ada mayat tersangkut di semak-semak sisi sungai, aku menarik mayat dari sungai untuk di makamkan, sebelum kakek makamkan, kakek memeriksa tubuh orang itu dan menemukan kitab ini,” jawab Kakek Hay.Thian Sin lalu memberitahu kitab apa yang di berikan sang kakek.“Itu bagus! Kau pelajari isinya agar tuan Thian Bu bisa tersenyum di atas sana,” balas kakek Hay sambil lanjut berkata.“Kau tekuni saja kitab itu! Mulai sekarang kau tidak usah membantuku membuat perahu, tetapi jika kau sudah mempelajari kitab, bakar kitab tersebut karena aku yakin itu adalah kitab pusaka yang menjadi rebutan, terlihat dari mayat yang aku makamkan, tubuhnya penuh dengan luka.”Thian Si
Sekitar dua puluh orang anggota perkumpulan Naga Air langsung cabut senjata dan bergerak mengepung Thian Sin.Thian Sin melihat anggota Naga Air mengurung dirinya sambil menggenggam senjata, langsung berpikir bahwa orang-orang tersebut memang bersipat kejam dan ingin membunuh lawannya tanpa memberi kesempatan untuk bertanding adil satu lawan satu.Apalagi setelah mendengar perkataan salah seorang dari mereka bahwa besok tidak akan ada lagi nama Perkumpulan Sungai panjang di dunia persilatan, itu membuktikan bahwa mereka berniat menghabisi perkumpulan sungai panjang hari ini.“Kalian salah berjumpa dengan ku, karena perjumpaan ini adalah hari terakhir kalian hidup di bumi,” ucap Thian Sin.Salah seorang anggota langsung melesat dan menebas kepala Thian Sin setelah mendengar perkataan sang lawan.Shing!Tapi bukan main terkejutnya anggota naga air ketika ia menebas tempat kosong, karena orang yang di serang sudah tidak ada di tempat.Belum sempat anggota naga air yang menyerang bergerak