Hari yang di tunggu oleh semua orang di perkumpulan sungai panjang, akhirnya tiba.
Rumah-rumah yang di hias, bendera serta umbul-umbul menghiasi sepanjang jalan yang menuju perkampungan sungai panjang untuk menyambut kedatangan tamu istimewa.Satu kapal besar bersandar di dermaga sungai, beberapa orang tampak turun dari kapal tersebut.Kin Tho bersama para tetua yang menyambut kedatangan Yu Lai di dermaga tersenyum ketika melihat seorang pria dengan rambut putih turun dari kapal.Yu Lai jalan di dampingi oleh seorang pemuda tampan beserta dua orang lelaki, satu orang biksu dan seorang lagi pria tua yang tidak lain adalah Tay Hu, wakil dari Yu Lai.“Selamat datang di perkumpulan sungai panjang, Taihiap! Kin Tho berkata sambil memberi hormat saat Yu Lai ada di hadapannya.“Terima kasih sudah mengundang kami Pangcu, satu kehormatan buat lembah pedang bisa datang ke perkumpulan sungai panjang,” Yu Lai membalas perkataan serta penghormatan dari Kin Tho.Kin Tho sangat senang dengan balasan Yu Lai yang menurutnya sopan dan merendah.Setelah berbasa basi sebentar, mereka lalu menuju perkampungan Sungai Panjang.Senyum tidak pernah lepas dari bibir Yu Lai saat menuju perkampungan, karena di sepanjang perjananan para penduduk mengelu-elukan nama Yu Lai serta lembah pedang.Para tamu langsung menuju rumah Kin Tho, meja yang penuh makanan serta minuman terhampar untuk menjamu para tamu.Setelah mereka duduk satu meja, Yu Lai mulai memperkenalkan orang yang datang bersamanya.“Ini Yu Kang putraku dan ini biksu Tat Mo yang berjuluk Pat Jiu Sian ( Dewa tangan delapan ), sedangkan yang di satu lagi adalah Tay Hu, wakil ku di lembah pedang.Raut wajah Kin Tho berubah ketika mendengar nama Pat Jiu Sian, seorang tokoh Shaolin yang namanya terkenal di dunia persilatan.Kin Tho beserta para tetua berdiri dan memberi hormat kepada tamu yang baru saja di perkenalkan, tidak lama kemudian Kin Tho juga memperkenalkan orang-orang yang bersamanya dalam satu meja.Mata Yu Kang terus menatap Kin Bwe, bibirnya sebentar sebentar tersenyum dan matanya berbinar ketika menatap putri dari Pangcu perkumpulan Sungai panjang.“Maafkan kami, walau jarak antara sungai panjang dan lembah pedang tidak terlalu jauh, tetapi baru kali ini aku baru bisa berkunjung,” Yu Lai berkata setelah semua memperkenalkan diri.“Kami yang harusnya minta maaf, karena Kokcu lembah pedang sampai datang ke tempat kami, bukannya kami yang datang berkunjung ke lembah pedang,” balas Kin Tho.Sesudah berbasa basi sebentar, mereka lalu menyantap hidangan yang tersedia.“Suheng! Coba kau lihat putra dari lembah pedang, matanya tidak pernah lepas dari suci,” Thian Sin bekata kepada A Gu yang duduk satu meja dengannya.“Itu bagus! Kalau sampai Sumoi bisa menjadi istri pemuda itu, bukannya perkumpulan sungai panjang akan lebih maju,” balas A Gu.“Yang Suheng katakan memang benar, tetapi harus di cari tahu dulu apa dia lelaki baik-baik?” Ucap Thian Sin.“Tentu saja dia lelaki baik, tidak mungkin putra dari Yu Lai Taihiap tidak baik,” kakek Hay yang duduk satu meja ikut bicara.“Tuan Kin! Tampaknya putraku sudah tidak sabar ingin bermain main dengan murid dari perkumpulan sinar panjang, siapa tahu nanti aku bisa memperbaiki atau menambah jurus jika Pangcu berkenan.Mata Kin Tho langsung bersinar mendengar perkataan Yu Lai, karena memang perkataan ini yang sedang ia tunggu.“Mari….mari kita ke Bu-koan ( tempat belajar silat ) ucap Kin Tho tanpa basa basi lagi.A Gu langsung berdiri begitu melihat Kin Tho bersama yang lain pergi ke tempat latihan.“Ayo kita melihat mereka Sute! Seru A Gu saat melihat Thian Sin masih duduk.“Aku di sini saja, mataku suka pusing jika melihat mereka bergerak cepat,” balas Thian Sin.A Gu langsung mengikuti rombongan, begitu mendengar perkataan Thian Sin.“Kau benar tidak mau lihat? Tanya kakek Hay.“Aku di sini saja, kek,” jawab Thian Sin.Kakek Hay yang merasa penasaran akhirnya ikut bersama A Gu meninggalkan Thian Sin sendirian.Setelah mereka semua pergi ke Bu koan.Thian Sin melihat kiri kanan, setelah tidak ada orang yang memperhatikan dirinya Thian Sin ikut pergi ke arah lain.Thian Sin langsung pergi ke gudang penyimpanan milik perkumpulan sungai panjang.Matanya tajam menatap lembaran kulit hasil buruan yang berhasil di samak, tangannya lalu mengambil pisau kecil yang ada di gudang dan memotong lembaran kulit.Bibir Thian Sin tersenyum sesudah kulit yang ia potong berbentuk topeng.Topeng tersebut di masukan ke dalam saku baju, Thian Sin lalu melesat kembali langsung menuju Bu Koan.~Lapang luas yang ada di sisi rumah Kin Tho langsung penuh oleh mereka yang ingin melihat pertunjukan silat.Yu Kang menatap sang ayah, bibirnya tersenyum setelah melihat ayahnya anggukan kepala, Yu Kang langsung melesat dan sudah berdiri di tengah Bu Koan dan berkata lantang.“Yu Kang siap menerima pelajaran dari kawan Sungai panjang,” setelah berkata, Yu Kang memberi hormat kepada mereka yang hadir.“Kin Taihiap! Kenapa tidak suruh putrimu untuk berlatih dengan Yu Kang, siapa tahu aku ada ilmu yang cocok untuk putrimu setelah melihat gerakan dan tingkat tenaga dalam putrimu,” Yu Lai berkata.Kin Tho mendengar perkataan Yu Lai langsung angkat bicara.“Kin Bwe! Kau dengar apa yang di katakan Yu Taihiap?”Kin Bwe anggukan kepala, kemudian melesat dan sudah berhadapan dengan Yu Kang, suara tepuk tangan serta sorak sorai langsung terdengar dari orang yang berkumpul ketika Ki Bwe sudah berada di hadapan Yu Kang.“Kongcu! Maaf kan Kin Bwe yang sudah lancang menerima pibu bersama Kongcu,” ucap Kin Bwe sambil memberi hormat.Dari pandangan pertama Yu Kang sudah jatuh hati terhadap Kin Bwe, setelah berhadapan langsung kini hati Yu Kang semakin yakin untuk mendapatkan Kin Bwee.“Kin Siocia tidak usah sungkan, Silahkan! Yu Kang berkata sambil tersenyum manis.Kin Bwe pasang kuda-kuda, kemudian mencabut pedang dari punggung nya.Sring!Sesudah mencabut pedang, Kin Bwe melesat menyerang bahu kiri Yukang.Yu kang juga membawa pedang di punggung, tetapi Yu Kang merasa belum perlu mengeluarkan pedang untuk menghadapi Kin Bwe.Yu kang bergerak ke kiri sambil maju mendekat menghindari serangan Kin Bwe, kemudian membalas dengan tangan kanan, Yu Kang menampar pinggang kanan Kin Bwe.Kin Bwe melihat lawan balik menyerang tubuhnya berputar di udara, kemudian kaki kanan melesat ke arah tangan Yu Kang.Plak.Kin Bwe salto ke belakang di bantu tenaga dorongan tangan Yu Kang dan berdiri satu tombak di depan lawan.Yu Kang tersenyum dan anggukan kepala, sorak sorai langsung terdengar dari penonton karena merasa kagum terhadap Kin Bwe.“Kongcu kenapa tidak mencabut pedang? Tanya Kin Bwe.“Yu Kang tidak ingin menyakiti Siocia,” jawab Yu Kang.Kin Bwe memutar pedang dan bersiap mengeluarkan jurus andalan ciptaan sang ayah jurus yang di beri nama, Cap-Ji-Kim-hing-kiam ( dua belas jurus sungai panjang )Tubuh Kin Bwe melesat pedangnya menyambar menebas ke arah pinggang Yu Kang.Yu kang mundur dua langkah menghindari tebasan Kin Bwe, kemudian tubuhnya melesat maju sambil berputar balas menyerang dengan jurus Bu-heng-Ki kiam ( pedang hawa tak berwujud ) tangan Yu Kang menebas ke arah pergelangan tangan Kin Bwe yang memegang pedang.Whut!Pergelangan tangan Kin Bwe berputar, pedang bergerak ke bawah dan menebas ke arah kaki Yu Kang.Yu Kang tersenyum karna lawan terpancing tipuannya, tangan kiri bergerak menepak badan pedang Kin Bwe, lalu tangan kanan dengan jurus Coan-Jiu-ciong-kiam ( luruskan tangan sembunyikan pedang )Whut!Kin Bwe terkejut saat tangan yang memegang pedang terpental terkena tepakan tangan Yu Kang, kemudian Kin Bwe mundur dua langkah menghindari serangan tangan kanan, tetapi Yu Kang tidak berhenti di situ, tubuhnya melesat lompat ke arah Kin Bwe.Kin Bwe memutar pedang ke atas ketika melihat Yu Kang melesat di atas kepalanya.Shing….Shing!Suara tepuk tangan langsung terdengar dari para penonton.Raut wajah Kin Bwe merah, karena rambutnya ter urai saat pita rambut yang ia kenakan terlepas dan berada di tangan Yu Kang.Yu Kang membungkuk sambil memberi hormat, tangannya menyodorkan pita rambut kepada Kin Bwe sambil berkata.“Maafkan Yu Kang sudah lancang mengambil pita rambut Siocia.”Belum sempat Kin Bwe menjawab, terdengar suara menggema.“Baru mengalahkan perempuan saja sudah bangga.”Suasana langsung hening, mereka yang hadir melihat ke kiri dan kanan, berusaha mencari tahu siapa yang tadi berkata.Yu Lai mendengus ketika ada seorang mengeluarkan Thian san Thoan im ( mengirim suara dengan getaran gelombang )“Siapa yang berani lancang!? Teriak Yu kang.Suara kembali menggema membalas teriakan Yu Kang.“Elmaut berwajah merah.”Kening di wajah Yu Lai mengerut mendengar nama Ang-bit-sat-Sin ( Elmaut berwajah merah )Kin Tho melesat ke tengah Bu-koan, setelah berdiri di sisi Kin Bwe, Kin Tho memberi hormat dan berkata.“Taihiap! Aku adalah Kin Tho, Pangcu sungai panjang, jika Taihiap berkenan datang berkunjung ke perkumpulan ku, harap unjukan diri agar bisa bercakap-cakap karena di sini juga ada Yu Lai Taihiap serta Biksu Tat Mo.”Kin Tho sengaja menyebut nama Yu Lai dan Biksu Tat Mo agar orang tersebut berpikir dua kali jika ingin berbuat onar di perkumpulannya.Baru saja Kin Tho selesai bicara, satu bayangan bergerak melesat di atas para penonton.Whut….tap!Seorang pria dengan rambut ter urai panjang serta setengah wajahnya tertutup topeng dari kulit sudah berdiri di tengah Bu-koan.Suara dingin terdengar dari mulut pria bertopeng, “maaf sudah mengganggu acara Pangcu Sungai Panjang.”“Taihiap kenapa harus datang seperti ini? Kalau Taihiap datang secara baik-baik kami dari perkumpulan sungai panjang pasti ak
Yu Lai serta Biksu Tat Mo saking terkejut melihat raut wajah merah yang selama 10 tahun kebelakang menjadi momok menakutkan di dunia persilatan, sampai lupa untuk mengejar Thian Sin yang melarikan diri, padahal jika saat itu Thian Sin di serang, ia pasti kalah.Dada Thian Sin terasa sesak setelah menerima pukulan Tat Mo, itu sebabnya sambil menahan rasa sakit di dada Thian Sin langsung pergi meninggalkan Bu Koan.Setelah mengganti pakaian serta sedikit membersihkan noda darah di bibir, Thian Sin kembali ke rumah Kin Tho.Suasana di rumah sang Pangcu langsung ramai, ketika Thian Sin hendak masuk dari sisi rumah terdengar suara A Gu.“Darimana saja kau? Tanya A Gu.“Dari belakang, Suheng! Perut ku tidak bisa di ajak kompromi, baru makan yang enak enak sudah minta di keluarkan lagi,” jawab Thian Sin sambil balik bertanya.“Ada apa, kenapa semuanya meninggalkan Bu Koan, apa acaranya sudah selesai?“Guru serta Yu Lai Taihiap dan biksu Tat Mo sedang berunding di dalam, membahas musuh yang b
Thian Sin sangat tertarik dengan kitab pemberian dari kakek Hay dan terus membuka serta membaca isi dari kitab tersebut.“Sepertinya ini kitab ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi,” batin Thian Sin setelah membaca isi kitab.“Darimana kakek dapat kitab ini? Tanya Thian Sin.“Dulu sewaktu kakel tengah memancing ikan untuk makan, ada mayat tersangkut di semak-semak sisi sungai, aku menarik mayat dari sungai untuk di makamkan, sebelum kakek makamkan, kakek memeriksa tubuh orang itu dan menemukan kitab ini,” jawab Kakek Hay.Thian Sin lalu memberitahu kitab apa yang di berikan sang kakek.“Itu bagus! Kau pelajari isinya agar tuan Thian Bu bisa tersenyum di atas sana,” balas kakek Hay sambil lanjut berkata.“Kau tekuni saja kitab itu! Mulai sekarang kau tidak usah membantuku membuat perahu, tetapi jika kau sudah mempelajari kitab, bakar kitab tersebut karena aku yakin itu adalah kitab pusaka yang menjadi rebutan, terlihat dari mayat yang aku makamkan, tubuhnya penuh dengan luka.”Thian Si
Sekitar dua puluh orang anggota perkumpulan Naga Air langsung cabut senjata dan bergerak mengepung Thian Sin.Thian Sin melihat anggota Naga Air mengurung dirinya sambil menggenggam senjata, langsung berpikir bahwa orang-orang tersebut memang bersipat kejam dan ingin membunuh lawannya tanpa memberi kesempatan untuk bertanding adil satu lawan satu.Apalagi setelah mendengar perkataan salah seorang dari mereka bahwa besok tidak akan ada lagi nama Perkumpulan Sungai panjang di dunia persilatan, itu membuktikan bahwa mereka berniat menghabisi perkumpulan sungai panjang hari ini.“Kalian salah berjumpa dengan ku, karena perjumpaan ini adalah hari terakhir kalian hidup di bumi,” ucap Thian Sin.Salah seorang anggota langsung melesat dan menebas kepala Thian Sin setelah mendengar perkataan sang lawan.Shing!Tapi bukan main terkejutnya anggota naga air ketika ia menebas tempat kosong, karena orang yang di serang sudah tidak ada di tempat.Belum sempat anggota naga air yang menyerang bergerak
Ma Huang terkejut mendengar nama Elmaut berwajah merah, tanpa banyak bicara Ma Huang cabut senjata dan memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyerang.Pedang, tombak serta cakar besi yang menjadi indetitas Sui Liong Pang melesat ke arah Thian Sin.Thian Sin bergerak cepat menghindari serangan berbagai macam senjata lawan, tubuhnya bergerak ke kiri dan kanan, terkadang menunduk sambil tangan dengan ilmu Ban Tok Ciang menampar dan memukul lawan.Plak….buk….aaarrrrgh!Melihat anak buahnya satu per satu tewas dengan tubuh berwarna merah akibat racun, baru Ma Huang percaya kalau musuhnya kali ini adalah Ang Bit Sat Sin, tokoh yang sedang menjadi bahan perbincangan di dunia persilatan.Tak ada pilihan lain bagi Ma Huang, untuk mundur sudah tidak mungkin, senjata berbentuk dayung terbuat dari besi menderu menyerang badan Thian Sin.Thian Sin mundur menghindari serangan, kemudian tubuhnya bergerak ke kanan sambil maju dan menghantam pinggang Ma Huang.Ma Huang putar dayung besi ke arah k
Kakek Hay meminta kepada Kin Tho untuk mengurus mayat Thian Sin.Tadinya mayat Thian Sin hendak di bakar bersama mayat orang-orang Sui Liong Pang agar racun tidak menyebar, tetapi usul tersebut di tolak keras oleh kakek Hay dengan alasan kakek Hay ingin mengenang dan menyambangi kuburan sang cucu untuk mengingatnya, akhirnya Kin Tho setuju.Kakek Hay sudah menyiapkan peti mati untuk sang cucu, peti mati yang di buat khusus dengan beberapa lubang kecil di daerah sekitar penyekat peti mati.Tanpa menunggu waktu lama, peti mati yang berisi mayat Thian Sin di kubur di puncak bukit di pemakaman Kian Jiang Pang.Setelah acara pemakaman selesai, semua kembali, hanya Kin Bwe, A Gu serta kakek Hay yang masih berada di tempat Thian Sin di makamkan.Raut wajah kakek Hay pucat melihat satu batang bambu kecil muncul dari dalam tanah, Kakek Hay langsung bergerak menutupi batang bambu tersebut.“Sudahlah Siocia! Lebih baik Siocia kembali, semua ini sudah takdir Dewa,” ucap Kakek Hay berusaha membuju
Thian Sin menatap gadis yang sudah membantingnya, kemudian membalas perkataan si gadis.“Siocia sudah mencuri perahu aku.”Sang gadis langsung membuang muka melihat tatapan Thian Sin, entah kenapa tatapan mata tersebut membuat hatinya bergetar dan jantungnya berdebar debar.“Nona….nona Qiao, Cepat kembali! Kapal akan berangkat,” terdengar suara teriakan dari arah kapal.Wanita berpakaian merah mendengar suara dari arah kapal, tangan kanannya menepak ke arah air.Blar!Perahu langsung melesat ke arah kapal besar.Setelah dekat kapal, tubuh wanita tersebut bergerak naik sambil tangan kiri menyentakan selendang, Thian Sin yang masih terbelit selendang langsung terangkat dan jatuh di kapal besar.“Siapa wanita ini? Tenaga dalam nya lumayan tinggi,” batin Thian Sin melihat aksi si gadis.Thian Sin sengaja tidak melawan dan menunjukkan kekuatan karena penasaran dengan gadis tersebut.“Siapa dia? Tanya seorang pria berpakaian mewah dengan rambut kiri kanan di kepang, ciri khas rambut orang Y
Thian Sin memang sengaja mengunci kekuatannya agar tidak di ketahui, itu sebabnya ketika di totok oleh Qin Qin, Thian Sin tidak bisa berbuat apa-apa.Thian Sin memutuskan ikut keluarga bangsawan Qiao Ming untuk mengetahui tindak tanduk Bu Ceng Kui yang di kabarkan sahabat sang ayah.Thian Sin penasaran apa Bu Ceng Kui terlibat dengan kematian sang ayah dan hancurnya perkampungan merah.Apalagi Thian Sin bertemu dengan Bu Ceng Kui di dekat Perkampungan Merah dan Thian Sin yakin bayangan yang ia kejar di Perkampungan Merah kalau bukan gadis ini, pasti Bu Ceng Kui.Lamunan Thian Sin terhenti ketika mendengar perkataan Qin Qin, “kau sudah makan belum? “Belum,” jawab Thian Sin.Qin Qin membawa Thian Sin ke gudang kecil, “kau tidur di sini untuk sementara,” setelah berkata Qin Qin keluar dan memerintahkan salah seorang pelayan untuk membawa makanan.Tidak lama kemudian sang gadis dan seorang pelayan datang membawa makanan.Tanpa basa basi, Thian Sin langsung melahap makanan yang tersaji.S
Dua bayangan memakai tutup kepala melesat cepat menembus kegelapan malam menuju ke arah tenda tempat di mana pasukan Yuan.Kedua bayangan tersebut tidak lain adalah Thian Sin dan Qin Qin.Thian Sin memutuskan hanya mereka berdua yang berangkat menuju tenda pasukan Yuan, walau di tentang oleh jenderal Zhou Chu karena sang jenderal menyarankan agar sang pemimpin membawa beberapa orang dari perkumpulan topeng merah, jenderal Zhou Chu khawatir karena misi yang di jalankan oleh sang pemimpin sangat berbahaya, menyelinap ke sarang musuh hanya di temani oleh Qin Qin, tetapi Thian Sin tetap dengan keputusannya bahwa mereka lebih baik berdua, karena jika banyak orang yang bergerak akan lebih berbahaya dan pergerakan mereka mudah tercium oleh prajurit Yuan.Setibanya di tenda pasukan Panglima Arkun, Thian Sin memberi isyarat tangan kepada Qin Qin agar hati-hati dan tidak menimbulkan suara.Qin Qin anggukan kepala dan langsung merapat kepada sang kekasih ketika mendapat isyarat tangan.Thian Sin
Tanpa di ketahui oleh Thian Sin, semua pasukan yang berkumpul di dekat telaga, kini mulai bergerak di pimpin oleh sang ibu.Di sisi lain hati panglima Arkun mulai cemas karena Iblis putih bersama anak buahnya belum juga kembali, begitu pula dengan Gurma yang belum juga memberi kabar, apa misinya berhasil menyergap pasukan lawan.“Panglima….Panglima! Mata-mata musuh yang tertangkap sudah kita habisi, apa langkah kita selanjutnya? Tanya seorang perwira ketika melihat Panglima Arkun tengah melamun.Pertanyaan sang anak buah membuyarkan lamunan Panglima Arkun.“Sebelum di habisi, apa kau sudah mendapat informasi dari mata-mata tersebut? Panglima Arkun balik bertanya kepada anak buahnya.“Menurut informasi yang di dapat, ada satu kelompok pasukan berada di dekat pasukan kita dan kelompok tersebut di pimpin oleh Raja muda Thian sin sendiri, Panglima,” si perwira menjawab pertanyaan Panglima Arkun.Panglima Arkun anggukan kepala mendengar perkataan anak buahnya, kemudian membalas.“Apa Iblis
Thian Sin merasakan hawa dingin yang mengelilingi tubuhnya perlahan mulai hilang dan di gantikan hawa panas, mengetahui keadaan tersebut, Thian Sin semakin bersemangat.Apalagi di tambah pedang pusaka racun merah terus bergetar di genggamannya serta gejolak tenaga dalam yang ia rasakan di dalam tubuh, membuat Thian Sin semakin yakin bahwa tenaga dalam racun api yang di maksud oleh Jiwa pedang mulai bangkit.Tanpa ragu Thian Sin langsung melesat ke arah Iblis putih sambil sabetkan pedang pusaka racun merah ke arah tubuh lawan.Shing!Walau terkejut dengan perubahan yang terjadi Iblis putih tetap waspada, melihat serangan Thian Sin, sang Iblis langsung kibaskan tangan kanan ke arah pedang.Sinar putih berhawa sangat dingin melesat berusaha menahan tebasan.Tetapi sebelum pukulan inti es mengenai pedang, sinar putih berhawa dingin lenyap terhisap oleh aura api yang keluar dari dalam tubuh Thian Sin.Kejut bukan kepalang sang Iblis melihat pukulan andalannya lenyap tak berbekas, tanpa pik
Semangat tempur Thian Sin langsung berkobar ketika mendapat petunjuk dari jiwa pedang, perlahan semua tenaga dalam yang terkumpul di perut langsung di salurkan keseluruh tubuh.Iblis putih kini lebih berhati hati menghadapi serangan Thian Sin, tubuhnya bergerak menjauh sambil kibaskan tangan kanan saat pedang bergerak menyerang.Shing!Jurus inti es bergerak cepat menyerang Thian Sin, dengan cepat Thian Sin memutar kedua tangan berusaha menahan jurus lawan.Blar!Suara ledakan terdengar saat kedua tenaga dalam tingkat tinggi bertemu.“Kenapa hawa dingin masih saja terasa olehku? Padahal aku sudah mengerahkan semua tenaga dalam yang kumiliki,” batin Thian Sin bertanya tanya dalam hati.“Pakai pedang dengan tanganmu untuk menyerang, kalau kau gunakan tehnik pedang terbang, bagaimana jurus racun api bisa kau gunakan?” Jiwa pedang berkata seakan tahu apa yang terkandung dalam isi hati Thian Sin.Mendengar perkataan Jiwa pedang, dua jari Thian Sin bergerak menarik pedang yang berputar puta
Thian Sin terus berusaha menggerakkan pedang pusaka racun merah yang membeku di udara, tetapi walau sudah mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, pedang pusaka racun merah tetap tak bergerak.Sementara di sisi lain, Qin Qin bersama anggota topeng merah langsung pergi menjauh dari tempat pertempuran setelah melihat keganasan jurus Iblis Putih, begitu pula dengan prajurit Yuan, mereka tidak mau mati konyol terkena imbas dari jurus sang pemimpin.Setelah tahu pedang pusaka racun merah terkunci oleh bongkahan es, Thian Sin kibaskan tangan ke arah Iblis Putih, lalu melesat ke arah pedang pusaka racun merah.Sinar merah dari jurus Ban Tok Ciang melesat cepat menyerang Iblis putih.Bibir Iblis putih tersenyum penuh ejekan melihat jurus lawan menyerang dirinya, sambil lalu sang Iblis kerahkan tangan untuk menahan pukulan sambil lompat, berusaha menghalangi niat Thian Sin.Iblis Putih tahu jika Thian Sin ingin menghancurkan bongkahan es yang membekukan pedang agar bisa ia gunakan, karena jurus s
“Sungguh hebat nama jurus mu, apa jurus itu mampu membunuhku? Tanya Thian Sin dengan nada penuh ejekan.“Jangan sombong anak muda, aku tahu racun Raja ular merah tidak tahan terhadap hawa dingin, itu sebanya waktu itu kau hampir mampus di tangan Ong Thian,” Iblis putih membalas perkataan Thian Sin, kemudian tertawa.Ha Ha Ha“Memang ku akui kalau pukulan beracun serta racun di dalam tubuhku mempunyai kelemahan terhadap tenaga dalam berhawa dingin, itu sebabnya aku mempelajari jurus selain pukulan beracun untuk menghadapi orang-orang sepertimu,” Thian Sin menanggapi perkataan Iblis putih, kemudian lanjut berkata.“Kau mau coba?”Raut wajah Iblis putih tampak kelam mendengar perkataan Thian Sin, tetapi dalam hati sang Iblis ragu, apa benar perkataan pemuda yang sudah membunuh saudaranya tersebut.“Kalian mundur dan beritahu Panglima Arkun agar bergegas karena musuh sudah berada tidak jauh,” Iblis Putih beri perintah kepada prajurit Yuan yang ikut bersamanya.Seorang perwira anggukan kep
Setelah Ban Tok Kui Bo bersama Tabib Yok pergi, Thian Sin langsung mengambil alih pimpinan anggota topeng merah yang menunggu pasukan Panglima Arkun di pintu masuk hutan Liu.Tidak ada satu pun dari anggota topeng merah yang menolak kepemimpinan Thian Sin, karena mereka tahu kapasitas dari anak Pek I Siancu.Maling sakti di perintahkan oleh Thian Sin pergi ke telaga Liu dan memberitahu kalau mereka akan menyerang Pasukan Panglima Arkun, Thian Sin juga menyampaikan pesan agar semua pasukan berkumpul untuk menghabisi pasukan Yuan dan membebaskan Tayli dari ancaman.Maling sakti bersama Mi Xue tanpa banyak bicara langsung bergerak menuju telaga dimana sang ketua berada untuk menyampaikan pesan Thian Sin.Setelah Maling sakti serta cucunya pergi, Qin Qin tidak mau jauh dari Thian Sin sehingga membuat Jendral Zhou Chu bertanya tanya siapa sebenarnya Qin Qin dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan suami dari putri Lie Hwa, untuk bertanya Jendral Zhou Chu tidak berani, akhirnya sang Jen
Thian Sin hentikan larinya ketika melihat dan mendengar suara yang ia kenal.“Nek! Mana ibuku? Tanya Thian Sin ketika sudah berhadapan dengan Ban Tok Kui Bo.“Ibumu sedang berada di telaga Liu bersama kedua orang istri mu,” jawab Ban Tok Kui Bo.Thian Sin tersenyum mendengar perkataan sang nenek.“Apa kau tahu dimana Yok Kwi gege? Tanya Ban Tok Kui Bo.Thian Sin menjawab dengan gelengkan kepala.“Sesudah menewaskan Sepasang Badai Utara aku langsung pergi mengambil jalan lain agar tidak di ketahui oleh pasukan Panglima Arkun, jadi aku tidak tahu dimana kakek Yok, karena beliau berangkat lebih dulu bersama pasukan Tayli,” jawab Thian Sin.“Aku tahu itu dari cerita salah seorang istrimu, tetapi menurut mertua mu, Yok Kwi gege pergi bersama Jendral Zhou Chu mengawasi pergerakan pasukan Panglima Arkun,” balas Ban Tok Kui Bo.“Rupanya begitu,” ucap Thian Sin mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, kemudian lanjut berkata.“Apa di telaga Liu, Ibu bersama anggota Topeng merah?“Tidak, hanya aku
“Tidak peduli kau Dewi berbaju putih, hitam atau merah, kau harus mati karena telah membunuh prajurit Tayli,” Lie Hwa berkata dengan raut wajah penuh nafsu membunuh.“Kurang ajar! Anak masih ingusan berani memaki, kau ingin mati dengan cara apa? Tanya Ban Tok Kui Bo dengan nada gusar sambil melotot ke arah Lie Hwa.“Nenek peot! Aku lihat wajah serta penampilan mu seram, tetapi apa ilmu yang kau miliki sama menyeramkan? Balas Lie Hwa sambil tersenyum mengejek.Raut wajah Ban Tok Kui Bo berubah kelam mendengar ejekan Lie Hwa, tongkat kepala setan di tangan kanan terangkat naik dan siap menyerang.Kim Hwa yang diam karena berusaha mengingat tokoh bergelar Pek I Siancu, ketika teringat kembali kalau anak buahnya sering berkata bahwa ketua kelompok topeng merah adalah wanita yang selalu memakai pakaian putih, langsung bergerak maju dan berkata.“Anak Lie, jaga bahasamu!“Maaf kan kami yang tidak tahu tingginya gunung dan dalamnya lautan,” ucap Kim Hwa sambil memberi hormat, kemudian lanjut