Home / Pendekar / Elmaut Berwajah Merah / Bab : 8 Anggota Lama Perkampungan

Share

Bab : 8 Anggota Lama Perkampungan

Author: Jack Mad
last update Last Updated: 2023-11-20 07:47:07

Yu Lai serta Biksu Tat Mo saking terkejut melihat raut wajah merah yang selama 10 tahun kebelakang menjadi momok menakutkan di dunia persilatan, sampai lupa untuk mengejar Thian Sin yang melarikan diri, padahal jika saat itu Thian Sin di serang, ia pasti kalah.

Dada Thian Sin terasa sesak setelah menerima pukulan Tat Mo, itu sebabnya sambil menahan rasa sakit di dada Thian Sin langsung pergi meninggalkan Bu Koan.

Setelah mengganti pakaian serta sedikit membersihkan noda darah di bibir, Thian Sin kembali ke rumah Kin Tho.

Suasana di rumah sang Pangcu langsung ramai, ketika Thian Sin hendak masuk dari sisi rumah terdengar suara A Gu.

“Darimana saja kau? Tanya A Gu.

“Dari belakang, Suheng! Perut ku tidak bisa di ajak kompromi, baru makan yang enak enak sudah minta di keluarkan lagi,” jawab Thian Sin sambil balik bertanya.

“Ada apa, kenapa semuanya meninggalkan Bu Koan, apa acaranya sudah selesai?

“Guru serta Yu Lai Taihiap dan biksu Tat Mo sedang berunding di dalam, membahas musuh yang baru saja pergi,” jawab A Gu.

“Musuh,” ucap Thian Sin San lanjut berkata.

“Pengacau! Berani sekali ada orang yang mengacau di sungai panjang, apa orangnya sudah tertangkap? Tanya Thian Sin.

“Itu sebabnya guru sedang berunding, musuh sudah pergi setelah membunuh wakil dari lembah pedang,” jawab A Gu.

“Kenapa Yu Lai Taihiap dan Biksu Tat Mo diam saja, kalau salah satu diantara mereka ada yang turun tangan, bukankah masalahnya akan cepat beres,” balas Thian Sin.

“Kalau yang mengacau orang biasa, mungkin perkataanmu benar, kali ini yang datang mengacau adalah Ang Bin Moko,” bisik A Gu yang tidak mau perkataan nya di dengar orang.

“Tidak mungkin….tidak mungkin! Bukankah guru waktu itu pernah cerita kalau Ang Bin Moko sudah tewas oleh ke empat rasul langit,” balas Thian Sin.

“Sute memang benar, orang yang sudah mati tidak akan hidup kembali, tetapi melihat kegugupan Yu Lai Taihiap serta Biksu Tat Mo, aku yakin orang tadi adalah Ang Bin Moko.

“Sute….Suheng! Terdengar teriakan seorang gadis.

Thian Sin melihat Kin Bwe bersama Yu Kang datang mendekat.

“Kalian kemana saja sih? Sampai pusing aku mencari kalian,” Kin Bwe berkata sambil cemberut.

“Di Bu Koan,” A Gu yang menjawab.

“Oh Iya Kong Cu! Ini adalah Suheng dan Sute ku,” Kin Bwe berkata kepada Yu Kang.

“Panggil saja Yu Kang, tidak usah Kongcu,” ucap Yu Kang sambil tersenyum.

Raut wajah Kin Bwe berubah dan bergerak mendekati Thian Sin, kemudian jari Kin Bwe mengusap bibir Thian Sin.

“Sute! Kenapa bibirmu berdarah? Tanya Kin Bwe.

“Apa darah dari mulut tidak tercuci semua,” batin Thian Sin mendengar pertanyaan Kin Bwe.

“Tidak….tidak apa-apa,” jawab Thian Sin.

“Tadi….tadi ketika aku mau buang air besar, karena terburu buru daguku terpentok pintu,” lanjut perkataan Thian Sin.

“Sudah ku bilang berapa kali belajar tenaga dalam agar tidak terluka, Sute tidak mau menurut,” balas Kin Bwe.

“Tidak belajar silat! Kenapa adik Kin memanggilnya Sute? Tanya Yu Kang.

Yu Kang cemburu melihat Kin Bwe memperhatikan Thian Sin.

“Sute hanya belajar teori silat dari ayah, tetapi tidak mau belajar tenaga dalam,” jawab Kin Bwe.

“Sudahlah Suci! Aku tidak apa-apa.

“Aku mau pulang dulu! Bantu kakek buat perahu,” ucap Thian Sin.

Tanpa menunggu balasan dari Kin Bwe, Thian Sin langsung melangkah pergi.

“Cih! Selalu saja seperti itu,” ucap Kin Bwe sambil cemberut melihat Thian Sin pergi.

Sesampainya di rumah, Kakek Hay sudah duduk menunggu di ruang tengah, melihat Thian Sin datang sang kakek menatap tajam.

“Darimana kau? Tanya Kakek Hay.

“Melihat pibu,” jawab Thian Sin.

“Kakek juga di sana tetapi kau tidak ada,” balas Kakek Hay.

Belum sempat Thian Sin menanggapi kakek Hay berkata kembali.

“Kau dari perkampungan merah?

Bukan main terkejutnya Thian Sin mendengar pertanyaan sang kakek.

Thian Sin diam tak menjawab.

Kakek Hay menarik napas melihat Thian Sin diam, tidak lama kemudian raut wajah sang kakek terlihat sedih dan berkata kembali.

“Aku tahu kau adalah putra dari tuan Thian Bu, jangan kau bantah! Karena aku dahulu adalah salah satu penduduk dari perkampungan merah, wajahmu yang sekarang sangat mirip dengan wajah Tuan Thian Bu di masa muda.”

Thian Sin terkejut mendengar cerita kakek Hay dan membalas.

“Perkampungan merah sudah hancur, semua tidak ada yang tersisa, murid ayah yang menyelamatkan aku di bantai oleh mereka yang di sebut pendekar.”

“Kakek Hay sudah dengar semuanya dari para nelayan dan pedagang yang berlabuh di sungai panjang,” balas si kakek.

“Dahulu Kakek beserta istri tinggal di perkampungan merah, tetapi istri kakek tidak betah dan ingin melihat dunia luar, sesudah mendapat ijin dari tuan Thian Bu dan berjanji tidak akan kembali serta memberitahu tempat perkampungan merah kepada orang luar.

“Akhirnya kakek sampai di sungai panjang, setelah sampai ternyata istri kakek sering sakit-sakit an dan akhirnya meninggal dunia.

“Untuk kembali ke perkampungan merah sudah tidak mungkin, kakek lalu menghabiskan waktu di sungai panjang membuat perahu.

“Kakek Hay langsung memeluk Thian Sin dan berkata.

“Aku berterima kasih kepada Dewa, keturunan tuan Thian Bu masih hidup dan perkampungan merah pasti akan muncul kembali di dunia persilatan.”

“Sepertinya yang kakek inginkan sulit terwujud.

“Hanya seorang diri tidak mungkin aku mendirikan kampung merah, aku hanya ingin mencari siapa orang yang paling bertanggung jawab atas kematian ayah dan otak di balik musnahnya kampung merah,” Thian Sin mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya saat ini.

“Kalau hanya dukungan pelan-pelan bisa kau dapatkan, kau bisa mulai dari perkumpulan sungai panjang,” balas kakek Hay.

“Apa maksud kakek? Tanya Thian Sin.

“Semua orang di sungai panjang tahu bahwa Kin Bwe Siocia suka padamu.

“Nikahi dia dan kau akan mendapat dukungan dari perkumpulan sungai panjang,” jawab kakek Hay.

“Tidak tidak! Aku baru berusia 17 tahun kek, aku belum memikirkan untuk menikah,” balas Thian Sin.

“17 tahun sudah cukup, malah di sungai panjang yang usianya 16 tahun juga banyak yang sudah menikah.

“Itu mereka, bukan aku, kek,” ucap Thian Sin.

“Terserah Kongcu saja,” akhirnya kakek Hay menyerah mendesak Thian Sin menikah.

“Jangan panggil Kongcu, aku adalah cucu kakek, panggil saja nama,” Thian Sin bicara sambil cemberut mendengar kakek Hay memanggilnya Kongcu.

Kakek Hay anggukan kepala, air mata tampak mengembang siap hendak turun.

Kakek Hay terharu mendengar perkataan Thian Sin, selama ini kakek Hay hidup seorang diri, karena sangat mencintai sang istri dan sang istri meninggal sebelum memberi ia keturunan, kakek Hay tetap tidak mau menikah, dengan datangnya Thian Sin mengubah hari-hari Kakek Hay menjadi bahagia.

“Tidak kusangka di saat usia senja, aku mempunyai keluarga,” ucap Kakek Hay.

Thian Sin langsung tersenyum mendengar perkataan Kakek Hay.

Keduanya terus bercakap cakap di ruang tengah, bercerita akan kerinduan mereka terhadap kampung merah.

“Oh iya! Aku hampir lupa, aku ada sesuatu untukmu, siapa tahu berguna,” tiba-tiba kakek Hay berkata sambil masuk kedalam kamar.

Tidak lama kemudian kakek Hay keluar dari dalam kamarnya sambil membawa satu kitab lusuh, kemudian kitab tersebut di letakan di atas meja.

“Kitab apa ini kek? Tanya Thian Sin.

“Kau kan tahu aku tidak bisa baca tulis, jadi darimana aku tahu ini kitab apa,” jawab Kakek Hay sambil lanjut berkata.

“Coba kau lihat! Itu kitab apa?

Thian Sin mengambil kitab dan membuka nya, di halaman pertama dari kitab lusuh tersebut tertulis.

Setan Tanpa Bayangan

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Andi Heryadi
karya bung Jack mad the best
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 9 Perselisihan Dua Penguasa Air

    Thian Sin sangat tertarik dengan kitab pemberian dari kakek Hay dan terus membuka serta membaca isi dari kitab tersebut.“Sepertinya ini kitab ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi,” batin Thian Sin setelah membaca isi kitab.“Darimana kakek dapat kitab ini? Tanya Thian Sin.“Dulu sewaktu kakel tengah memancing ikan untuk makan, ada mayat tersangkut di semak-semak sisi sungai, aku menarik mayat dari sungai untuk di makamkan, sebelum kakek makamkan, kakek memeriksa tubuh orang itu dan menemukan kitab ini,” jawab Kakek Hay.Thian Sin lalu memberitahu kitab apa yang di berikan sang kakek.“Itu bagus! Kau pelajari isinya agar tuan Thian Bu bisa tersenyum di atas sana,” balas kakek Hay sambil lanjut berkata.“Kau tekuni saja kitab itu! Mulai sekarang kau tidak usah membantuku membuat perahu, tetapi jika kau sudah mempelajari kitab, bakar kitab tersebut karena aku yakin itu adalah kitab pusaka yang menjadi rebutan, terlihat dari mayat yang aku makamkan, tubuhnya penuh dengan luka.”Thian Si

    Last Updated : 2023-11-21
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 10 Membantu Kian Jiang Pang

    Sekitar dua puluh orang anggota perkumpulan Naga Air langsung cabut senjata dan bergerak mengepung Thian Sin.Thian Sin melihat anggota Naga Air mengurung dirinya sambil menggenggam senjata, langsung berpikir bahwa orang-orang tersebut memang bersipat kejam dan ingin membunuh lawannya tanpa memberi kesempatan untuk bertanding adil satu lawan satu.Apalagi setelah mendengar perkataan salah seorang dari mereka bahwa besok tidak akan ada lagi nama Perkumpulan Sungai panjang di dunia persilatan, itu membuktikan bahwa mereka berniat menghabisi perkumpulan sungai panjang hari ini.“Kalian salah berjumpa dengan ku, karena perjumpaan ini adalah hari terakhir kalian hidup di bumi,” ucap Thian Sin.Salah seorang anggota langsung melesat dan menebas kepala Thian Sin setelah mendengar perkataan sang lawan.Shing!Tapi bukan main terkejutnya anggota naga air ketika ia menebas tempat kosong, karena orang yang di serang sudah tidak ada di tempat.Belum sempat anggota naga air yang menyerang bergerak

    Last Updated : 2023-11-23
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 11 Melawan Sui Liong Pang

    Ma Huang terkejut mendengar nama Elmaut berwajah merah, tanpa banyak bicara Ma Huang cabut senjata dan memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyerang.Pedang, tombak serta cakar besi yang menjadi indetitas Sui Liong Pang melesat ke arah Thian Sin.Thian Sin bergerak cepat menghindari serangan berbagai macam senjata lawan, tubuhnya bergerak ke kiri dan kanan, terkadang menunduk sambil tangan dengan ilmu Ban Tok Ciang menampar dan memukul lawan.Plak….buk….aaarrrrgh!Melihat anak buahnya satu per satu tewas dengan tubuh berwarna merah akibat racun, baru Ma Huang percaya kalau musuhnya kali ini adalah Ang Bit Sat Sin, tokoh yang sedang menjadi bahan perbincangan di dunia persilatan.Tak ada pilihan lain bagi Ma Huang, untuk mundur sudah tidak mungkin, senjata berbentuk dayung terbuat dari besi menderu menyerang badan Thian Sin.Thian Sin mundur menghindari serangan, kemudian tubuhnya bergerak ke kanan sambil maju dan menghantam pinggang Ma Huang.Ma Huang putar dayung besi ke arah k

    Last Updated : 2023-12-01
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 12 Aku Pergi

    Kakek Hay meminta kepada Kin Tho untuk mengurus mayat Thian Sin.Tadinya mayat Thian Sin hendak di bakar bersama mayat orang-orang Sui Liong Pang agar racun tidak menyebar, tetapi usul tersebut di tolak keras oleh kakek Hay dengan alasan kakek Hay ingin mengenang dan menyambangi kuburan sang cucu untuk mengingatnya, akhirnya Kin Tho setuju.Kakek Hay sudah menyiapkan peti mati untuk sang cucu, peti mati yang di buat khusus dengan beberapa lubang kecil di daerah sekitar penyekat peti mati.Tanpa menunggu waktu lama, peti mati yang berisi mayat Thian Sin di kubur di puncak bukit di pemakaman Kian Jiang Pang.Setelah acara pemakaman selesai, semua kembali, hanya Kin Bwe, A Gu serta kakek Hay yang masih berada di tempat Thian Sin di makamkan.Raut wajah kakek Hay pucat melihat satu batang bambu kecil muncul dari dalam tanah, Kakek Hay langsung bergerak menutupi batang bambu tersebut.“Sudahlah Siocia! Lebih baik Siocia kembali, semua ini sudah takdir Dewa,” ucap Kakek Hay berusaha membuju

    Last Updated : 2023-12-04
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 13 Bertemu Keluarga Qiao

    Thian Sin menatap gadis yang sudah membantingnya, kemudian membalas perkataan si gadis.“Siocia sudah mencuri perahu aku.”Sang gadis langsung membuang muka melihat tatapan Thian Sin, entah kenapa tatapan mata tersebut membuat hatinya bergetar dan jantungnya berdebar debar.“Nona….nona Qiao, Cepat kembali! Kapal akan berangkat,” terdengar suara teriakan dari arah kapal.Wanita berpakaian merah mendengar suara dari arah kapal, tangan kanannya menepak ke arah air.Blar!Perahu langsung melesat ke arah kapal besar.Setelah dekat kapal, tubuh wanita tersebut bergerak naik sambil tangan kiri menyentakan selendang, Thian Sin yang masih terbelit selendang langsung terangkat dan jatuh di kapal besar.“Siapa wanita ini? Tenaga dalam nya lumayan tinggi,” batin Thian Sin melihat aksi si gadis.Thian Sin sengaja tidak melawan dan menunjukkan kekuatan karena penasaran dengan gadis tersebut.“Siapa dia? Tanya seorang pria berpakaian mewah dengan rambut kiri kanan di kepang, ciri khas rambut orang Y

    Last Updated : 2023-12-05
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 14 Menjadi Pelayan Qin Qin

    Thian Sin memang sengaja mengunci kekuatannya agar tidak di ketahui, itu sebabnya ketika di totok oleh Qin Qin, Thian Sin tidak bisa berbuat apa-apa.Thian Sin memutuskan ikut keluarga bangsawan Qiao Ming untuk mengetahui tindak tanduk Bu Ceng Kui yang di kabarkan sahabat sang ayah.Thian Sin penasaran apa Bu Ceng Kui terlibat dengan kematian sang ayah dan hancurnya perkampungan merah.Apalagi Thian Sin bertemu dengan Bu Ceng Kui di dekat Perkampungan Merah dan Thian Sin yakin bayangan yang ia kejar di Perkampungan Merah kalau bukan gadis ini, pasti Bu Ceng Kui.Lamunan Thian Sin terhenti ketika mendengar perkataan Qin Qin, “kau sudah makan belum? “Belum,” jawab Thian Sin.Qin Qin membawa Thian Sin ke gudang kecil, “kau tidur di sini untuk sementara,” setelah berkata Qin Qin keluar dan memerintahkan salah seorang pelayan untuk membawa makanan.Tidak lama kemudian sang gadis dan seorang pelayan datang membawa makanan.Tanpa basa basi, Thian Sin langsung melahap makanan yang tersaji.S

    Last Updated : 2023-12-06
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 15 Melawan Bu Ceng Kui

    “Kurang ajar! Rupanya kau mencuri curi kesempatan untuk membunuhku,” Bu Ceng Kui berkata dengan nada penuh hawa pembunuh.Huang Ho Sinkai serta Pek Ciang Busu melihat lawan beralih kepada pemuda yang di anggap sudah membokong Bu Ceng Kui, keduanya memberi isyarat kepada anak buah mereka untuk pergi, karena puluhan prajurit Yuan di kota Henan mulai berdatangan.Bu Ceng Kui mengambil paku hitam yang menancap di tanah, matanya menatap tajam paku hitam tersebut, tidak lama kemudian raut wajahnya berubah ketika mengenali paku yang sangat ia kenal, karena paku tersebut pernah melukai dirinya dan membunuh saudara angkatnya.“Rupanya tidak cukup kau membunuh saudaraku!? Teriak Bu Ceng Kui sambil melesat ke arah Thian Sin.Kedua tangan langsung bergerak menyambar kepala Thian Sin.“Guru! Jangan bunuh dia,” teriak Qin Qin.Bu Ceng Kui tidak memperdulikan teriakan Qin Qin dan terus menyerang Thian Sin.Thian Sin mundur satu tombak menghindari serangan dan tidak membalas karena tidak ingin bertem

    Last Updated : 2023-12-06
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 16 Cerita Masa Lalu

    Melihat Bu Ceng Kui mundur, dengan cepat Thian Sin menarik kembali racun ular merah ke titik jalan darah dan langsung mengunci dengan tenaga dalam Hud Kong Sing kang. Perlahan raut wajah Thian Sin berubah kembali seperti semula. Karena posisi Thian Sin terhalang oleh tubuh Bu Ceng Kui tidak ada yang melihat perubahan yang terjadi terhadap Thian Sin, Qin Qin juga terkejut serta bingung dan tak bisa berkata kata ketika melihat gurunya mundur Bu Ceng Kui setelah sadar bahwa yang ada di depannya bukan kakak angkatnya, kemudian bertanya kepada Thian Sin. Kali ini nada bicaranya pelan tidak seperti tadi. “Anak muda! Siapa nama ayah dan ibumu? Dengan nada pelan agar tidak di dengar oleh orang lain selain Bu Ceng Kui, Thian Sin menjawab, “ayahku bernama Thian Bu dan ibu ku bernama So In Hwa.” Mendengar jawaban Thian Sin, mata Bu Ceng Kui berkaca kaca, tangan kanannya bergerak ke arah Thian Sin. Thian Sin tersenyum dan meraih tangan Bu Ceng Kui, Thian Sin lalu berdiri di bantu oleh tari

    Last Updated : 2023-12-07

Latest chapter

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 150 Cara Mengatasi Iblis Putih

    Thian Sin terus berusaha menggerakkan pedang pusaka racun merah yang membeku di udara, tetapi walau sudah mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, pedang pusaka racun merah tetap tak bergerak.Sementara di sisi lain, Qin Qin bersama anggota topeng merah langsung pergi menjauh dari tempat pertempuran setelah melihat keganasan jurus Iblis Putih, begitu pula dengan prajurit Yuan, mereka tidak mau mati konyol terkena imbas dari jurus sang pemimpin.Setelah tahu pedang pusaka racun merah terkunci oleh bongkahan es, Thian Sin kibaskan tangan ke arah Iblis Putih, lalu melesat ke arah pedang pusaka racun merah.Sinar merah dari jurus Ban Tok Ciang melesat cepat menyerang Iblis putih.Bibir Iblis putih tersenyum penuh ejekan melihat jurus lawan menyerang dirinya, sambil lalu sang Iblis kerahkan tangan untuk menahan pukulan sambil lompat, berusaha menghalangi niat Thian Sin.Iblis Putih tahu jika Thian Sin ingin menghancurkan bongkahan es yang membekukan pedang agar bisa ia gunakan, karena jurus s

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 149Jurus Pamungkas Iblis Es

    “Sungguh hebat nama jurus mu, apa jurus itu mampu membunuhku? Tanya Thian Sin dengan nada penuh ejekan.“Jangan sombong anak muda, aku tahu racun Raja ular merah tidak tahan terhadap hawa dingin, itu sebanya waktu itu kau hampir mampus di tangan Ong Thian,” Iblis putih membalas perkataan Thian Sin, kemudian tertawa.Ha Ha Ha“Memang ku akui kalau pukulan beracun serta racun di dalam tubuhku mempunyai kelemahan terhadap tenaga dalam berhawa dingin, itu sebabnya aku mempelajari jurus selain pukulan beracun untuk menghadapi orang-orang sepertimu,” Thian Sin menanggapi perkataan Iblis putih, kemudian lanjut berkata.“Kau mau coba?”Raut wajah Iblis putih tampak kelam mendengar perkataan Thian Sin, tetapi dalam hati sang Iblis ragu, apa benar perkataan pemuda yang sudah membunuh saudaranya tersebut.“Kalian mundur dan beritahu Panglima Arkun agar bergegas karena musuh sudah berada tidak jauh,” Iblis Putih beri perintah kepada prajurit Yuan yang ikut bersamanya.Seorang perwira anggukan kep

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 148 Bertemu Musuh Di Hutan Liu

    Setelah Ban Tok Kui Bo bersama Tabib Yok pergi, Thian Sin langsung mengambil alih pimpinan anggota topeng merah yang menunggu pasukan Panglima Arkun di pintu masuk hutan Liu.Tidak ada satu pun dari anggota topeng merah yang menolak kepemimpinan Thian Sin, karena mereka tahu kapasitas dari anak Pek I Siancu.Maling sakti di perintahkan oleh Thian Sin pergi ke telaga Liu dan memberitahu kalau mereka akan menyerang Pasukan Panglima Arkun, Thian Sin juga menyampaikan pesan agar semua pasukan berkumpul untuk menghabisi pasukan Yuan dan membebaskan Tayli dari ancaman.Maling sakti bersama Mi Xue tanpa banyak bicara langsung bergerak menuju telaga dimana sang ketua berada untuk menyampaikan pesan Thian Sin.Setelah Maling sakti serta cucunya pergi, Qin Qin tidak mau jauh dari Thian Sin sehingga membuat Jendral Zhou Chu bertanya tanya siapa sebenarnya Qin Qin dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan suami dari putri Lie Hwa, untuk bertanya Jendral Zhou Chu tidak berani, akhirnya sang Jen

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 147 Jangan Malu Untuk Katakan Cinta

    Thian Sin hentikan larinya ketika melihat dan mendengar suara yang ia kenal.“Nek! Mana ibuku? Tanya Thian Sin ketika sudah berhadapan dengan Ban Tok Kui Bo.“Ibumu sedang berada di telaga Liu bersama kedua orang istri mu,” jawab Ban Tok Kui Bo.Thian Sin tersenyum mendengar perkataan sang nenek.“Apa kau tahu dimana Yok Kwi gege? Tanya Ban Tok Kui Bo.Thian Sin menjawab dengan gelengkan kepala.“Sesudah menewaskan Sepasang Badai Utara aku langsung pergi mengambil jalan lain agar tidak di ketahui oleh pasukan Panglima Arkun, jadi aku tidak tahu dimana kakek Yok, karena beliau berangkat lebih dulu bersama pasukan Tayli,” jawab Thian Sin.“Aku tahu itu dari cerita salah seorang istrimu, tetapi menurut mertua mu, Yok Kwi gege pergi bersama Jendral Zhou Chu mengawasi pergerakan pasukan Panglima Arkun,” balas Ban Tok Kui Bo.“Rupanya begitu,” ucap Thian Sin mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, kemudian lanjut berkata.“Apa di telaga Liu, Ibu bersama anggota Topeng merah?“Tidak, hanya aku

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 146 Bersatu Melawan Pasukan Yuan

    “Tidak peduli kau Dewi berbaju putih, hitam atau merah, kau harus mati karena telah membunuh prajurit Tayli,” Lie Hwa berkata dengan raut wajah penuh nafsu membunuh.“Kurang ajar! Anak masih ingusan berani memaki, kau ingin mati dengan cara apa? Tanya Ban Tok Kui Bo dengan nada gusar sambil melotot ke arah Lie Hwa.“Nenek peot! Aku lihat wajah serta penampilan mu seram, tetapi apa ilmu yang kau miliki sama menyeramkan? Balas Lie Hwa sambil tersenyum mengejek.Raut wajah Ban Tok Kui Bo berubah kelam mendengar ejekan Lie Hwa, tongkat kepala setan di tangan kanan terangkat naik dan siap menyerang.Kim Hwa yang diam karena berusaha mengingat tokoh bergelar Pek I Siancu, ketika teringat kembali kalau anak buahnya sering berkata bahwa ketua kelompok topeng merah adalah wanita yang selalu memakai pakaian putih, langsung bergerak maju dan berkata.“Anak Lie, jaga bahasamu!“Maaf kan kami yang tidak tahu tingginya gunung dan dalamnya lautan,” ucap Kim Hwa sambil memberi hormat, kemudian lanjut

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 145 Keraguan Di Hati Para Petinggi Tayli

    Lie Hwa, Yok Kwi, Kim Mi serta sang ibu langsung bergegas ketika mendengar laporan dari perwira yang berjaga di atas bukit.Mereka tidak sabar menunggu kedatangan kelompok topeng merah, apalagi Lie Hwa serta Kim Mi, karena mereka tahu kalau ketua kelompok topeng merah adalah ibu dari sang suami.“Apa kau yakin itu kelompok topeng merah? Tanya Kim Hwa dengan raut wajah cemas, karena orang yang mereka tunggu dan harapkan masih juga belum datang.“Hamba hanya di beritahu mereka memakai topeng merah, jadi hamba menyimpulkan bahwa mereka adalah kelompok merah,” balas si Perwira.Ketika sedang bercakap cakap, datang seorang prajurit yang di kirim untuk melihat pertempuran.“Bagaimana? Siapa yang bertempur, apa mereka dari kelompok topeng merah? Tanya si Perwira kepada anak buahnya.“Tanya satu-satu biar dia tidak bingung,” Yok Kwi berkata mendengar rentetan pertanyaan dari perwira tersebut.“Cepat ceritakan apa yang kau lihat! Seru Putri Lie Hwa yang sudah tidak sabar.“Mereka memang sepert

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 144 Hancurnya Pasukan Penyergap

    Bab : 144 Hancurnya Pasukan PenyergapJendral Gurma sudah tidak ada pilihan, sebagian besar anak buahnya menjadi bulan bulanan kelompok topeng merah serta kumpulan kuda yang mengamuk, melarikan diri juga tidak mungkin, karena ruang geraknya semakin di persempit oleh Bu Ceng Kui yang terus menyerang tanpa memberi kesempatan kepada Jendral Gurma untuk berpikir lebih jauh.Wu Chen serta Dewa Tongkat Merah terus memburu satu persatu prajurit Yuan.Tombak Jendral Gurma terus menyerang ke arah Bu Ceng Kui, jurus tombak pencakar langit kian gencar menyerang.Plak....plak!Tangan kanan Bu Ceng Kui menahan tombak, setelah menahan tombak, jari tangan kanan Bu Ceng Kui bergerak menuju batang dan langsung mencengkeram tombak lawan.Jendral Gurma melihat Bu Ceng Kui mencengkeram tombak, tangannya langsung menarik tombak sekuat tenaga, berusaha melukai jari lawannya.Bu Ceng Kui tahu maksud dari Gurma dan mengerahkan tenaga dalamnya menahan tombak agar tidak tertarik.Asap mengepul keluar dari ba

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 143 Datangnya Satu Harapan

    Jendral Gurma ketika mendengar suara Bu Ceng Kui langsung bergegas menyusul anak buahnya ke tempat penyimpanan kuda.Langkahnya semakin di percepat saat mendengar suara teriakan dan beradunya senjata“Apa yang terjadi? Apa mungkin pasukan Tayli sudah tahu rencana kami?” Batin Jendral Gurma sambil memerintahkan anak buahnya untuk bergegas.“Walau rencanaku sudah di ketahui, tetapi itu tidak jadi masalah karena mereka tidak akan menang melawan pasukan Panglima Arkun,” kembali Jendral Gurma berkata dalam hati.Sementara itu Wu Chen, Bu Ceng Kui serta kelompok Topeng merah bersiap menghadapi prajurit Yuan yang di pimpin oleh Jendral Gurma, mereka bersembunyi di antara 500 ekor kuda.Sesampainya di depan pagar yang menjadi tempat persembunyian kuda, Jendral Gurma menatap ke arah kuda-kuda yang berada di dalam kandang sementara tersebut.“Aneh! Ke mana Mogu bersama anak buahnya? Batin Jendral Gurma tidak melihat anak buahnya tersebut di tempat persembunyian kuda. “Coba periksa kuda-kuda d

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 142 Hadirnya Kelompok Topeng Merah

    “Aneh! Kenapa di dalam hutan bisa ada bau tembakau,” batin Mogu.Merasa ada hal yang tidak wajar, Mogu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyebar.Prajurit Yuan yang bersama Mogu ketika melihat isyarat sang pemimpin, mereka langsung menyebar dan berusaha mencari asal bau tembakau yang mereka cium.Ketika para prajurit mulai mencari, tiba-tiba Mogu mendengar suara ringkik kuda.Raut wajah Mogu berubah ketika teringat dengan 500 ekor kuda yang baru saja mereka sembunyikan.Tanpa banyak bicara Mogu langsung mencabut golok dari punggung dan melesat ke tempat dimana mereka menyembunyikan kuda.Benar saja perkiraan Mogu, di tempat mereka menyembunyikan kuda, Mogu melihat seorang kakek tengah memegang tali kekang seekor kuda di kelilingi oleh anak buahnya.“Kurang ajar! Berani sekali kau mencuri kuda, kau tahu kuda milik siapa yang kau curi? Tanya Mogu sambil acungkan golok ke arah si kakek.“Kalian yang hendak mencuri, kuda-kuda ini adalah milikku karena aku yang menemukan kuda-kud

DMCA.com Protection Status