Melihat Bu Ceng Kui mundur, dengan cepat Thian Sin menarik kembali racun ular merah ke titik jalan darah dan langsung mengunci dengan tenaga dalam Hud Kong Sing kang. Perlahan raut wajah Thian Sin berubah kembali seperti semula. Karena posisi Thian Sin terhalang oleh tubuh Bu Ceng Kui tidak ada yang melihat perubahan yang terjadi terhadap Thian Sin, Qin Qin juga terkejut serta bingung dan tak bisa berkata kata ketika melihat gurunya mundur Bu Ceng Kui setelah sadar bahwa yang ada di depannya bukan kakak angkatnya, kemudian bertanya kepada Thian Sin. Kali ini nada bicaranya pelan tidak seperti tadi. “Anak muda! Siapa nama ayah dan ibumu? Dengan nada pelan agar tidak di dengar oleh orang lain selain Bu Ceng Kui, Thian Sin menjawab, “ayahku bernama Thian Bu dan ibu ku bernama So In Hwa.” Mendengar jawaban Thian Sin, mata Bu Ceng Kui berkaca kaca, tangan kanannya bergerak ke arah Thian Sin. Thian Sin tersenyum dan meraih tangan Bu Ceng Kui, Thian Sin lalu berdiri di bantu oleh tari
Qin Qin, Bu Ceng Kui serta Thian Sin langsung menuju ke tempat berkumpul. Di satu ruangan besar, sudah banyak para tamu berkumpul. Melihat Bu Ceng Kui, Thian Sin serta Qin Qin datang, bangsawan Qiao Ming berdiri sambil berkata. “Silahkan….Silahkan duduk Taihiap.” Bu Ceng Kui, Thian Sin serta Qin Qin duduk satu meja, sepasang mata seorang pemuda menatap penuh rasa cemburu melihat Qin Qin duduk terpisah dengan sang ayah. Gubernur Aryan Temur setelah Bu Ceng Kui duduk, tidak lama kemudian langsung berdiri, setelah memberi hormat kepada Bu Ceng Kui. Gubernur Aryan berkata. “Satu kehormatan bagi Aryan Temur bisa bertemu dengan salah satu tokoh yang di segani di dunia persilatan bangsa Han.” Bu Ceng Kui tidak berdiri, hanya terdengar suara dengusan dari hidungnya mendengar perkataan Gubernur kota Henan tersebut. Aryan Temur walau hatinya kesal karena perkataannya tidak di tanggapi, tetapi berusaha menutupi kekesalannya dan berkata kembali. “Sungguh suatu keberuntungan bagi bangsa Yu
Raut wajah Rin Temur langsung berubah kelam mendengar perkataan Thian sin, suara riuh dari para tamu langsung terhenti ketika ikut mendengar perkataan Thian Sin.“Bangsat! Kau ingin mampus!? Bentak Golok maut sambil melesat ke tengah arena.“Guru! Biar Rin yang hajar pemuda ingusan ini,” ucap Rin kepada Golok Maut.“Rin Kongcu lebih baik mundur, karena aku yang di tantang oleh keparat ini,” balas Golok Maut dengan nada gusar.Tanpa banyak bicara, Rin langsung mundur dan duduk di sebelah sang ayah.“Bu Ceng Kui! Apa kau tidak menyesal jika keponakanmu tewas di tanganku? Tanya Golok maut dengan nada dingin.“Kalau dia tewas! Itu karena ketololannya sendiri, untuk apa aku peduli, tetapi bagaimana jika kau yang tewas? Tanya Bu Ceng Kui sambil tersenyum penuh ejek.Phuih!Golok maut meludah mendengar perkataan Bu Ceng Kui, darahnya meluap dan amarahnya sudah tak terbendung lagi.Sring!Sepasang golok kembar keluar dari pinggang dan berputar di kedua tangan.“Hati-hati! Jangan katakan Yi Pi
Bab : 19 Terjebak Di Dalam Rumah Gubernur AryanYi Pin terus mundur, hatinya gentar melihat tatapan mata Thian Sin.Bukan hanya Yi Pin, suasana di dalam ruangan juga ikut gempar, sebagian tamu berlarian ke keluar ruangan.Gubernur Aryan serta Rin bersembunyi di belakang Bangsawan Qiao, karena mereka berpikir bahwa orang yang menyeramkan tersebut adalah anak buah bangsawan Qiao, sedangkan Qin Qin hanya bisa menatap tak percaya melihat perubahan yang terjadi terhadap pemuda gagah yang perlahan mulai mencuri hatinya.Thian Sin melesat, tangan nya menyambar ke arah kepala Yi Pin dengan jurus Tangan Selaksa Racun.Tanpa berpikir panjang Yi Pin mundur menghindari serangan sambil goloknya di lempar ke arah tubuh Thian Sin.Melihat golok lawan melesat cepat ke arahnya, Thian Sin angkat tangan kanan, kemudian dua jari menunjuk ke arah golok Yi Pin.Sinar ke emasan keluar dari dua jari Thian Sin dan melesat menghantam ke arah golok Yi Pin.Shing….trang!Raut wajah Yi Pin kembali pucat, tanpa sa
Jendral Kurqi memang geram terhadap pemberontak Han, apalagi belakangan ini di perbatasan kota Henan sering terjadi pertempuran antara prajuritnya dengan para pemberontak.Mendengar perkataan Rin Temur, Jendral Kurqi langsung memerintahkan prajuritnya untuk menyerang.Ratusan anak panah langsung melesat dari berbagai arah menghujani rumah Gubernur Aryan.Shing….Shing….Trang….Trak!Thian Sin serta Bu Ceng Kui terkejut melihat puluhan anak panah menerobos masuk dari jendelaSerta pintu uang terbuka.Tanpa banyak bicara keduanya menendang kursi serta meja yang ada di hadapan mereka.Buk….Whut….Crep….Crep!Anak panah menancap di kursi serta meja yang di tendang tetapi anak panah yang masuk semakin lama semakin banyak.Beberapa tamu yang belum sempat melarikan diri tewas terkena anak panah prajurit Jendral Kurqi.“Keparat,” kenapa mereka terus menyerang kita? apa anak Gubernur itu serta Qiao Ming tidak memberitahu kalau kita ada di dalam,” gerutu Bu Ceng Kui sambil jongkok di balik meja b
Melihat musuh memburu ke arahnya, kedua tangan Bu Ceng Kui berubah menjadi putih, Tangan Pengejar Roh langsung di gunakan.Syuut….tap!Satu tombak melesat, Bu Ceng Kui geser tubuhnya dan menangkap batang tombak, kemudian menarik batang tombak tersebut dengan tangan kanan, setelah prajurit ikut tertarik, tangan kiri Bu Ceng Kui menghantam ke arah dada prajurit Yuan.Buk!Prajurit naas tersebut terpental dan jatuh menimpa kawan-kawannya.Sang Jendral melihat prajurit yang terkena pukulan Bu Ceng Kui tewas, tubuhnya melesat dan tombak bergerak menusuk ke arah kepala Bu Ceng Kui.Bu Ceng Kui melihat serangan Jendral Kurqi, tangan kanan menarik baju salah seorang prajurit.Whut….crep!Tombak jendral kurqi tepat menembus prajurit yang di jadikan tameng oleh Bu Ceng Kui.Kedua Tangan Pengejar Roh langsung beraksi menghantam prajurit yang mengepung Bu Ceng Kui.Setiap kedua tangan Bu Ceng Kui bergerak, selalu saja ada prajurit yang tewas, salah satu dari 4 jahat tersebut memang tak mau berlak
Bu Ceng Kui sempat melihat Thian Sin melesat dari atap ke arah Bangsawan Qiao, tetapi di saat sang keponakan turun, Bu Ceng Kui tidak bisa melihat kembali Thian Sin karena di sibukan oleh serangan-serangan Jendral Kurqi beserta para prajuritnya.Bu Ceng Kui terus bergerak, kedua tangan Bu Ceng Kui terus menebar maut saat bergerak.Sinar putih sebatas siku yang bersinar terang dari jurus Tangan Penghantam Rohsemakin menambah seram penampilan Bu Ceng Kui yang bajunya sudah di penuhi oleh darah prajurit kota Henan.Mayat-mayat prajurit di sekitar tempat Bu Ceng Kui bertarung sudah menumpuk dan hal itu yang membuat para prajurit seperti enggan mendekati Bu Ceng Kui.Walau mereka bersenjata, tetapi gerak langkah Bu Ceng Kui lebih cepat, sehingga mendekati Bu Ceng Kui sudah bisa di pastikan prajurit tersebut akan mati.“Jendral….jendral Kur! Tolong selamatkan anakku,” teriak Bangsawan Qiao Ming.Jendral Kurqi mundur dan mendekat ke arah Bangsawan Qiao.Siapa yang menculik anak tuan Qiao?
Thian Sin termenung mendengar perkataan salah seorang dari pendekar Gobi.“Kenapa aku membuat repot Partai, memangnya kapan aku bertemu mereka? Dengan kelima orang pendekar dari Gobi saja baru kali ini,” batin Thian Sin sambil termenung.“Kenapa kau? Tanya Qin Qin melihat perubahan yang terjadi terhadap Thian Sin.“Tidak apa-apa,” jawab Thian Sin.“Mari kita ke dermaga, siapa tahu paman sudah berada di sana,” Qin Qin berkata.Thian Sin anggukan kepala, keduanya lalu jalan menuju dermaga.Karena tidak menggunakan ilmu meringankan tubuh agar tidak menarik perhatian, sore hari Thian Sin dan Qin Qin sampai di dermaga.Keduanya ketika melewati rumah makan dan warung arak selalu melihat ke dalam, mencari Bu Ceng Kui, tetapi mereka tidak menemukan Bu Ceng Kui di sekitar dermaga.“Apa guru tewas di tangan Jendral Kurqi? Tanya Qin Qin dengan mata merah, berusaha menahan tangis.“Kau pikir pamanku bisa tewas dengan mudah? Thian Sin membalas perkataan Qin Qin.Waktu terus berlalu dan malam tiba,