Melihat musuh memburu ke arahnya, kedua tangan Bu Ceng Kui berubah menjadi putih, Tangan Pengejar Roh langsung di gunakan.Syuut….tap!Satu tombak melesat, Bu Ceng Kui geser tubuhnya dan menangkap batang tombak, kemudian menarik batang tombak tersebut dengan tangan kanan, setelah prajurit ikut tertarik, tangan kiri Bu Ceng Kui menghantam ke arah dada prajurit Yuan.Buk!Prajurit naas tersebut terpental dan jatuh menimpa kawan-kawannya.Sang Jendral melihat prajurit yang terkena pukulan Bu Ceng Kui tewas, tubuhnya melesat dan tombak bergerak menusuk ke arah kepala Bu Ceng Kui.Bu Ceng Kui melihat serangan Jendral Kurqi, tangan kanan menarik baju salah seorang prajurit.Whut….crep!Tombak jendral kurqi tepat menembus prajurit yang di jadikan tameng oleh Bu Ceng Kui.Kedua Tangan Pengejar Roh langsung beraksi menghantam prajurit yang mengepung Bu Ceng Kui.Setiap kedua tangan Bu Ceng Kui bergerak, selalu saja ada prajurit yang tewas, salah satu dari 4 jahat tersebut memang tak mau berlak
Bu Ceng Kui sempat melihat Thian Sin melesat dari atap ke arah Bangsawan Qiao, tetapi di saat sang keponakan turun, Bu Ceng Kui tidak bisa melihat kembali Thian Sin karena di sibukan oleh serangan-serangan Jendral Kurqi beserta para prajuritnya.Bu Ceng Kui terus bergerak, kedua tangan Bu Ceng Kui terus menebar maut saat bergerak.Sinar putih sebatas siku yang bersinar terang dari jurus Tangan Penghantam Rohsemakin menambah seram penampilan Bu Ceng Kui yang bajunya sudah di penuhi oleh darah prajurit kota Henan.Mayat-mayat prajurit di sekitar tempat Bu Ceng Kui bertarung sudah menumpuk dan hal itu yang membuat para prajurit seperti enggan mendekati Bu Ceng Kui.Walau mereka bersenjata, tetapi gerak langkah Bu Ceng Kui lebih cepat, sehingga mendekati Bu Ceng Kui sudah bisa di pastikan prajurit tersebut akan mati.“Jendral….jendral Kur! Tolong selamatkan anakku,” teriak Bangsawan Qiao Ming.Jendral Kurqi mundur dan mendekat ke arah Bangsawan Qiao.Siapa yang menculik anak tuan Qiao?
Thian Sin termenung mendengar perkataan salah seorang dari pendekar Gobi.“Kenapa aku membuat repot Partai, memangnya kapan aku bertemu mereka? Dengan kelima orang pendekar dari Gobi saja baru kali ini,” batin Thian Sin sambil termenung.“Kenapa kau? Tanya Qin Qin melihat perubahan yang terjadi terhadap Thian Sin.“Tidak apa-apa,” jawab Thian Sin.“Mari kita ke dermaga, siapa tahu paman sudah berada di sana,” Qin Qin berkata.Thian Sin anggukan kepala, keduanya lalu jalan menuju dermaga.Karena tidak menggunakan ilmu meringankan tubuh agar tidak menarik perhatian, sore hari Thian Sin dan Qin Qin sampai di dermaga.Keduanya ketika melewati rumah makan dan warung arak selalu melihat ke dalam, mencari Bu Ceng Kui, tetapi mereka tidak menemukan Bu Ceng Kui di sekitar dermaga.“Apa guru tewas di tangan Jendral Kurqi? Tanya Qin Qin dengan mata merah, berusaha menahan tangis.“Kau pikir pamanku bisa tewas dengan mudah? Thian Sin membalas perkataan Qin Qin.Waktu terus berlalu dan malam tiba,
“Kenapa kau? Tanya Qin Qin melihat sipat aneh Thian Sin yang terlihat tidak seperti biasa.“Diam kau! Jangan banyak bicara dan jangan perhatikan mereka, nanti urusan akan jadi panjang,” jawab Thian Sin sambil terus tundukan kepala.“Kau kenal dengan rombongan yang baru masuk? Tanya Qin Qin setelah hapal gelagat.“Aku kenal! Kalau wanita berpakaian merah itu tahu aku di sini, urusannya bisa berabe,” jawab Thian Sin.Cis!“Lagi-lagi perempuan, dasar lelaki mata keranjang,” balas Qin Qin dengan hati cemburu.“Diam kau! Bisik Thian Sin sambil jarinya ke arah bibir.“Lebih baik kau berpikir bagaimana caranya agar kita bisa keluar dari rumah makan ini tanpa di ketahui oleh mereka,” lanjut perkataan Thian Sin.~Lelaki tua berjuluk Pedang Terbang langsung mempersilahkan Yu Lai untuk duduk satu meja dengannya.“Terima kasih tuan Hao Si,” balas Yu Lai sambil duduk bersama sang putra di tempat yang sudah di sediakan.Sementara Kin Bwe, Kin Tho serta A Gu duduk satu meja dan kebetulan meja merek
Langkah Thian Sin terhenti ketika mendengar gadis menyebut Sute, tetapi Thian Sin tidak berbalik.Yu Kang mendengar perkataan Kin Bwe langsung bergerak dan bertanya.“Kin Moi! Siapa yang kau panggil Sute?“Yu Kang Kongcu! Apa aku mempunyai seorang Sute selain dia? Tanya Kin Bwe sambil menunjuk punggung Thian Sin.“Dia adalah keponakan Bu Ceng Kui, bukan Thian Sin, Sute mu. Sute mu sudah meninggal dan kau pernah cerita padaku kau ikut menghadiri pemakaman Sute mu,” balas Yu Kang.Yu Kang cemburu ketika melihat Kin Bwe masih saja belum bisa melupakan Thian Sin, walau selama dalam perjalanan ia berusaha selalu menghibur Kin Bwe, tetapi Kin Bwe sepertinya tidak peduli dan terus menjaga jarak dengan dirinya.Qin Qin mendengar nama Thian Sin di sebut oleh Yu Kang, langsung menoleh ke arah Thian Sin dan hal itu tidak luput dari perhatian Kin Bwe.Keyakinan Kin Bwe semakin kuat melihat hal tersebut bahwa orang yang tadi tidak mau menunjukkan muka kepadanya adalah Thian Sin, sang Sute yang sel
Kin Bwe, A Gu serta Kin Tho saling pandang melihat kehebatan ilmu meringankan tubuh Thian Sin.Mereka sama sekali tidak menyangka Thian Sin yang mereka kenal selama ini bisa melakukan hal tersebut.Bukan hanya orang Kian Jiang Pang, kelima Dewi dari Gobi juga tercengang, karena mereka jelas tengah menatap Thian Sin, tetapi pemuda tersebut lenyap dan mereka hanya melihat bayangan putih melesat keluar dari rumah makan.Orang-orang yang berada di dalam rumah makan ikut keluar ingin menyaksikan pertarungan antara putra Dewa Pedang dengan keponakan Bu Ceng Kui.Di depan rumah makan, Thian Sin berdiri gagah menunggu kedatangan Yu Kang.Setelah Yu Kang datang dan berhadapan, Thian Sin tersenyum dan berkata.“Kau sudah siap? Tanya Thian Sin.Mendengar perkataan lawan, Yu Kang langsung mencabut pedang dari punggungnya dan berkata.Sring!“Cabut senjatamu.”“Aku tidak pernah menggunakan senjata, kalau kau mau serang, Silahkan! Balas Thian Sin.Tanpa Ragu Yu Kang melesat sambil tusukan pedangnya
Thian Sin menatap kakek yang memakai topeng berwarna merah.“Maaf! Tetapi aku tidak kenal dengan Pangcu Taihiap,” balas Thian Sin.“Tidak apa, tetapi kami dari perkumpulan Topeng merah sudah mendapat pesan dari Pangcu, jika bertemu dengan pemuda bernama Thian Sin, kami harus membantunya dan kebetulan aku lewat di sekitar sini ketika mendengar namamu di sebut, aku pikir kau lah pemuda yang di maksud oleh Pangcu,” kakek bertopeng merah berusaha menjelaskan.“Sepertinya aku kenal dengan kau? Bu Ceng Kui ikut bicara“Kenal atau tidak aku tidak peduli, karena aku tidak ada urusan denganmu,” balas kakek bertopeng merah dengan nada ketus.“Bangsat! Berani sekali kau berkata seperti itu padaku, apa kau tahu siapa aku? Tanya Bu Ceng Kui sambil melotot.“Kau dengar tidak? Aku tidak peduli siapa kau,” jawab Kakek bertopeng merah.Bu Ceng Kui tak membalas melihat Thian Sin gelengkan kepala memberi isyarat kepadanya agar tidak berkata apa apa.Qin Qin serta Kin Bwe mendekati Thian Sin bersamaan da
Raut wajah Yu Lai tidak sebengis tadi setelah dirinya berhasil di kalahkan, memang pertempuran baru beberapa jurus, tetapi hasil yang terlihat tidak bisa di tutupi dan kakek yang bergelar Dewa Tongkat Merah berhasil memenangkan pertarungan.Yu Lai tidak mau menyerah walau dia kalah, tubuhnya bergerak dan kedua kakinya keluar dari tanah.Sambil perlahan memutar pedang, Yu Lai kembali bersiap.Thian Sin tahu kalau di teruskan salah satu dari mereka akan tewas dan Thian Sin tidak ingin hal itu terjadi, walau dendam dengan ke empat rasul langit karena telah mengeroyok sang ayah, tetapi hal tersebut terjadi di pertempuran resmi.Melihat kakek bertongkat merah siap untuk menyerang, Thian Sin langsung melesat mendekati si kakek dan berkata.“Tunggu dulu, kek! Aku minta kakek melepaskan Yu Taihiap,” Thian Sin berkata.“Dia sudah melukai Kongcu, aku harus membunuhnya,” balas si kakek.“Aku tidak terluka,” balas Thian Sin.Dewa Tongkat merah belum menjawab, Thian Sin langsung berkata kembali, k